BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi
yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman
spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra
(Abdurrahman, et al 1994; 144 )
2.
Faktor yang mempengaruhi
timbulnya masalah.
a.
Anatomi dan fisiologi
Kolumna vertebra atau rangkaian tulang belakang adalah
pilar mobile melengkung yang kuat sebagai penahan tengkorak, rongga thorak, anggota gerak atas, membagi berat
badan ke anggota gerak bawah dan melindungi medula spinalis. ( John Gibson MD,
1995 : 25 )
Kolumna vertebra terdiri dari beberapa tulang vertabra
yang di hubungkan oleh diskus Intervertebra dan beberapa ligamen. Masing - masing vertabra di bentuk oleh tulang
Spongiosa yang diisi oleh sumsum merah dan ditutupi oleh selaput tipis tulang
kompakta.
Kolumna vertebra terdiri atas 33 ruas
tulang yang terdiri dari :
-
7 ruas tulang cervikal
-
12 ruas tulang thorakal
-
5 ruas tulang lumbal
-
5 ruas tulang sakral ( sacrum )
-
5 ruas tulang ekor (
coccygis )
Vertebra dan persendiannya.
Vertebra memiliki perbedaan yang khas
yang memperlihatkan seperti :
Korpus yaitu lempeng tulang yang tebal, dengan permukaan
yang agak melengkung diatas dan bawah .
Arkus vertebra terdiri dari :
1.
Pedikulus di sebelah depan :
Tulang berbentuk batang memanjang
kebelakang dari korpus, dengan takik pada perbatasan vertebra membentuk
foramen intervertebralis.
2.
Lamina di sebelah belakang :
lempeng tulang datar memanjang ke belakang dan ke samping bergabung satu sama
lain pada sisi yang berbeda.
Foramen vertebra :
Suatu lubang besar dibatasi oleh korpus pada bagian depan, pedikulus di
samping dan di belakang.
Foremen Transversarium : lubang disamping , diantara dua
batasan vertebra , di dalamnya terdapat saraf spinal yang bersesuaian.
Processus articularis posterior dan inferior ; berarti
kulasi dengan processus yang serupa pada vertebra diatas dan dibawah.
Processus tranversus : memproyeksikan
batang tulang secara tranversal.
Spina : Suatu processus yang
mengarah ke belakang dan ke bawah.
Diskus
intervertebra adalah diskus yang melekatkan kepermukaan korpus dari dua takik
vertebra : Diskus tersebut terbentuk dari anulus fibrosus,jaringan
fibrokartilago yang berbentuk cincin pada bagian luar, dan nukreus pulposus,
substansi semi-cair yang mengandung beberapa sarat dan terbungkus di dalam
anulus fibrosus.
Ligamentum.
Beberapa ligamentum yang
menghubungkan vertebra :
a)
Dari Ligamentum longitudinalis
anterior melebar ke bawah pada bagian depan korpus vertebra
b)
Ligamentum longitudinalis
posterior melebar ke bawah pada bagian
belakang dari korpus vertebra ( yaitu
didalam kanalis vertebra ).
c)
Ligamen pendek menghubungkan
processus tranversus dan spinalis dan mengelilingi persendian processus
artikuler.
Vertebra cervicalis atau ruas tulang leher:
Vertebra cervucalis bentuknya kecil, mempunyai korpus
yang tipis, dan processus tranversus yang di tandai dengan jelas karena
mempunyai foramen ( didalamnya terdapat
arteri vertebralis ) dan berakhir dalam dua tuberkolosis.
Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung :
Vertebra torakalis bentuknya lebih besar daripada yang
cervikal dan disebelah bawah menjadi lebih besar.
Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut :
Badannya berbentuk lebar lonjong ( bentuk jantung )
dengan faset atau lekukan kecil disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya
agak kecil, prosesus panjang dan mengarah kebawah, sedangkan prosesus
tranversus , yang membantu faset persendian untuk iga.
Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang :
Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar,
badannya sangat besar dibandingkan dengan badab vertebra yang lainnya dan
berbentuk seperti ginjal, prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti
kapak kecil, prosesus
tranversusnya panjang dan langsing, ruas kelima
membentuk sendi dengan sakrum pada sendi
lumbo sakral.
Sakrum atau tulang kelangkang.
Tulang sakram berbentuk segitiga dan terletak
padambagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata
(atau tulang koxa ) dan membentuk bagian belakabg rongga pelvis ( panggul ).
Dasar dari sakrum terletak diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima
dan membentuk sendi intervetebra yang khas,tepi anterior dari basis saklrum
,membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis
vertebralis ( saluran tulang belakang ) dan lanjuan dari padanya.
Dinding kanalis sakralis berlubang - lubang untuk dilalui saraf sakral.
Prosesus spinosus yang indemeter dapat dilihat pada pandangan posterior dari
sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah lekung dan memperlihatkan empat
gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra
sakralis pada ujung gili-gili ini
disetiap sisi terdapat lubang - lubang
kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang - lubang ini di sebut foramina.
Apex dari sakrum bersendi,dengan tulang koksigius. Disisinya, sakrum bersendi
dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakroiliaka kanan dan kiri.
Koksigeus atau
tulang ekor.
Koksigeus terdiri atas empat atau lima vertebra yang
rudimater yang bergabung menjadi satu,
di atasnya ia bersendi dengan sakrum ( Evelyn C pearce 1989 : )
b. Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang
sifatnya sekunder dari TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara
hematogen, di duga terjadinya penyakit tersebut sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus
urinarius melalui pleksus Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses
destruksi tulang progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body). Penyebaran dari
jaringan yang mengalami pengejuan akan menghalangi proses pembentukan tulang
sehingga berbentuk "tuberculos squestra". Sedang jaringan granulasi
TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses para vertebral yang dapat menjalar
ke atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Sedang
diskus Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan
mengalami dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karena dirusak jaringan
granulasi TBC. Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan
kiposis.
c.
Dampak Masalah
a)
Terhadap Individu.
Sebagai orang sakit, khusus klien
spondilitis tuberkolosa akan mengalami suatau perubahan, baik iru bio, psiko
sosial dan spiritual yang akan selalu menimbulkan dampak yang di karenakan baik
itu oleh proses penyakit ataupun pengobatan dan perawatan oelh karena adanya
perubahan tersebut akan mempengaruhi pola - pola fungsi kesehatan antara lain :
1)
Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat proses penyakitnya klien
merasakan tubuhnya menjadi lemah dan anoreksia, sedangkan kebutuhan metabolisme
tubuh semakin meningkat sehingga klien akan mengalami gangguan pada status
nutrisinya.
2)
Pola aktifitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan
fisik nyeri pada punggung menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan
berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktifitas fisik tersebut.
3)
Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis teberkulosa
seringkali merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi
diri.
b)
Dampak terhadap keluarga.
Dalam sebuah keluarga, jika salah
satu anggota keluarga sakit, maka yang lain akan merasakan akibatnya yang akan
mempengaruhi atau merubah segala kondisi aktivitas rutin dalam keluarga itu.
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu
sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan dan juga sebagai alat
dalam melaksanakan praktek keperawatan yang terdiri dari lima tahap yang
meliputi : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. ( Lismidar, 1990 : IX ).
- Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dan
landasan proses keperawatan. Pengkajian di lakukan dengan cermat untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memeri arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu : pengumpulan
data, pengelomp[okan data, perumusan diagnosa keperawatan. ( Lismidar 1990 : 1)
a.
Pengumpulan data.
Secara tehnis pengumpulan data di
lakukan melalui anamnesa baik pada klien, keluarga maupun orang terdekat dengan
klien. Pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara , inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
1)
Identitas klien meliputi :
nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.
2)
Riwayat penyakit sekarang.
Keluhan
utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada punggung bagian
bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada awal dapat dijumpai
nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat
pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang
belakang. Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan
menurun, badan terasa lemah, sumer-sumer (Jawa) , keringat dingin dan penurunan
berat badan.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Tentang terjadinya penyakit
Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di dahului dengan adanya riwayat
pernah menderita penyakit tuberkulosis paru. ( R. Sjamsu hidajat, 1997 : 20).
4)
Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan penyakit
Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab timbulnya adalah klien pernah atau
masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit tuberkulosis atau
pada lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit menular tersebut.
5)
Riwayat psikososial
Klien akan merasa cemas terhadap
penyakit yang di derita, sehingga kan kelihatan sedih, dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan terhadapnya maka
penderita akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak
stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita.
6)
Pola - pola fungsi kesehatan
a.
Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat.
Adanya tindakan medis serta perawatan
di rumah sakit akan mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri
, yang dikarenakan tidak semua klien mengerti benar perjalanan penyakitnya.
Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga
kemungkinan terdapatnya riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat
ekonomi klien yang mempengaruhi keadaan kesehatan klien.
b.
Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah
dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat, sehingga
klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya. ( Abdurahman, et al 1994
: 144)
c.
Pola eliminasi.
Klien akan mengalami perubahan dalam
cara eliminasi yang semula bisa ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada
punggung serta dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga
kalau mau BAB dan BAK harus ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya
perubahan tersebut klien tidak terbiasa sehingga akan mengganggu proses
aliminasi.
d.
Pola aktivitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan
fisik dan nyeri pada punggung serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan
menyebabkan klien membatasi aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam
melaksanakan aktivitas fisik tersebut.
e.
Pola tidur dan istirahat.
Adanya nyeri pada punggung dan
perubahan lingkungan atau dampak hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
f.
Pola hubungan dan peran.
Sejak sakit dan masuk rumah sakit
klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu menjalani peran sebagai mana
mestinya, baik itu peran dalam keluarga ataupun masyarakat. Hal tersebut
berdampak terganggunya hubungan interpersonal.
g.
Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis tuberkulosa
seringkali merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi
diri.
h.
Pola sensori dan kognitif.
Fungsi panca indera klien tidak
mengalami gangguan terkecuali bila terjadi komplikasi paraplegi.
i.
Pola reproduksi seksual.
Kebutuhan seksual klien dalam hal
melakukan hubungan badan akan terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah
sakit. Tetapi dalam hal curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan
hidupnya melalui cara merawat sehari - hari tidak terganggu atau dapat
dilaksanakan.
j.
Pola penaggulangan stres.
Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti penyakitnya ,
akan mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang menimbulkan rasa stres,
klien akan bertanya - tanya tentang penyakitnya untuk mengurangi stres.
k.
Pola tata nilai dan
kepercayaan.
Pada klien yang dalam kehidupan
sehari - hari selalu taat menjalankan ibadah, maka semasa dia sakit ia akan
menjalankan ibadah pula sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi
mereka di jalankan pula sebagai penaggulangan stres dengan percaya pada
tuhannya.
7)
Pemeriksaan fisik.
a.
Inspeksi.
Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan
lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.
b.
Palpasi.
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang
belakang terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi.
c.
Perkusi.
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat
nyeri ketok.
d.
Auskultasi.
Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di
temukan kelainan. ( Abdurahman, et al 1994 : 145 ).
8)
Hasil pemeriksaan medik dan
laboratorium.
a.
Radiologi
-
Terlihat gambaran distruksi
vertebra terutama bagian anterior, sangat jarang menyerang area posterior.
-
Terdapat penyempitan diskus.
-
Gambaran abses para
vertebral ( fusi form ).
b.
Laboratorium
-
Laju endap darah meningkat
c.
Tes tuberkulin.
Reaksi tuberkulin biasanya positif.
b.
Analisa.
Setelah data di kumpulkan kemudian
dikelompokkan menurut data subjektif yaitu data yang didapat dari pasien
sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan objektiv yaitu data yang didapat
dari pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan radiologi maupun
laboratorium. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan masalah yang di alami
oleh klien. ( Mi Ja Kim, et al 1994 ).
- Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu
pernyataan dari masalah klien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang
telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat untuk melakukannya. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 ).
Diagnosa keperawatan yang timbul pada
pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
a.
Gangguan mobilitas fisik
b.
Gangguan rasa nyaman ; nyeri
sendi dan otot.
c.
Perubahan konsep diri : Body
image.
d.
Kurang pengetahuan tentang
perawatan di rumah.
( Susan Martin Tucker, 1998 : 445 )
- Perencanaan Keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan di laksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991
:20 ).
Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai
berikut :
a.
Diagnosa Perawatan Satu
Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal dan nyeri.
1.
Tujuan
Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
2.
Kriteria hasil
a)
Klien dapat ikut serta dalam
program latihan
b)
Mencari bantuan sesuai
kebutuhan
c)
Mempertahankan koordinasi dan
mobilitas sesuai tingkat optimal.
3.
Rencana tindakan
a)
Kaji mobilitas yang ada dan
observasi terhadap peningkatan kerusakan.
b)
Bantu klien melakukan latihan
ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
c)
Memelihara bentuk spinal yaitu
dengan cara :
1)
mattress
2)
Bed Board ( tempat tidur dengan
alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien
tidur.
d)
mempertahankan postur tubuh
yang baik dan latihan pernapasan ;
1)
Latihan ekstensi
batang tubuh baik
posisi berdiri ( bersandar pada tembok ) maupun posisi
menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas
bawah secara bersamaan.
2)
Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali
sehari selama 15 – 30 menit.
3)
Latihan pernapasan yang akan
dapat meningkatkan kapasitas pernapasan.
e)
monitor tanda –tanda vital
setiap 4 jam.
f)
Pantau kulit dan membran mukosa
terhadap iritasi, kemerahan atau lecet – lecet.
g)
Perbanyak masukan cairan sampai
2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.
h)
Berikan anti inflamasi sesuai
program dokter. Observasi terhadap efek samping : bisa tak nyaman pada lambung
atau diare.
4.
Rasional
a)
Mengetahui tingkat kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas.
b)
Untuk memelihara fleksibilitas
sendi sesuai kemampuan.
c)
Mempertahankan posisi tulang
belakang tetap rata.
d)
Di lakukan untuk menegakkan
postur dan menguatkan otot – otot paraspinal.
e)
Untuk mendeteksi perubahan pada
klien.
f)
Deteksi diri dari kemungkinan
komplikasi imobilisasi.
g)
Cairan membantu menjaga faeces
tetap lunak.
h)
Obat anti inflamasi adalah
suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat menimbulkan efek samping.
b.
Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan
dengan adanya peradangan sendi.
1)
Tujuan
a.
Rasa nyaman terpenuhi
b.
Nyeri berkurang / hilang
2)
Kriteria hasil
a.
klien melaporkan penurunan
nyeri
b.
menunjukkan perilaku yang lebih
relaks
c.
memperagakan keterampilan
reduksi nyeri yang di [elajari dengan peningkatan keberhasilan.
3)
Rencana tindakan
a.
Kaji lokasi, intensitas dan
tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.
b.
Berikan analgesik sesuai terapi
dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
c.
Gunakan brace punggung atau
korset bila di rencanakan demikian.
d.
Berikan dorongan untuk mengubah
posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
e.
Ajarkan dan bantu dalam teknik
alternatif penatalaksanaan nyeri.
4)
Rasional.
a.
Nyeri adalah pengalaman subjek
yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
b.
Analgesik adalah obat untuk
mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien.
c.
Korset untuk mempertahankan
posisi punggung.
d.
Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme
dan tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
e.
Metode alternatif seperti
relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan
perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
c.
Diagnosa Keperawatan ketiga
Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur
tubuh.
1)
Tujuan
Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat
menggunakan koping yang adaptif.
2)
Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan
menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
3)
Rencana tindakan
a.
Berikan kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
b.
Bersama – sama klien mencari
alternatif koping yang positif.
c.
Kembangkan komunikasi dan bina
hubungan antara klien keluarga dan teman serta berikan aktivitas rekreasi dan
permainan guna mengatasi perubahan body image.
4)
Rasional
a.
meningkatkan harga diri klien
dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu
penerimaan diri.
b.
Dukungan perawat pada klien
dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
c.
Memberikan semangat bagi
klien agar dapat memandang dirinya
secara positif dan tidak merasa rendah diri.
d.
Diagnosa Keperawatan keempat
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi
tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
1)
Tujuan
Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di
rumah.
2)
Kriteria hasil
a.
Klien dapat memperagakan
pemasangan dan perawatan brace atau korset
b.
Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c.
Klien mengungkapkan pengertian
tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
3)
Rencana tindakan
a.
Diskusikan tentang pengobatan :
nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.
b.
Peragakan pemasangan dan
perawatan brace atau korset.
c.
Perbanyak diet nutrisi dan
masukan cairan yang adekuat.
d.
Tekankan pentingnya lingkungan
yang aman untuk mencegah fraktur.
e.
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan
penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
f.
Tingkatkan kunjungan tindak
lanjut dengan dokter.
- Pelaksanaan
Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
Instruksi keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria
hasil.
Komponen tahap Implementasi:
a.
tindakan keperawatan mandiri
b.
tindakan keperawatan
kolaboratif
c.
dokumentasi tindakan
keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.
( Carol vestal Allen, 1998 : 105 )
- Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap
evaluasi.
a.
pencapaian kriteria hasil
b.
ke efektipan tahap – tahap
proses keperawatan
c.
revisi atau terminasi rencana
asuhan keperawatan.
Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah:
1.
Adanya peningkatan kegiatan
sehari –hari ( ADL) tanpa menimbulkan
gangguan rasa nyaman .
2.
Tidak terjadinya deformitas
spinal lebih lanjut.
3.
Nyeri dapat teratasi
4.
Tidak terjadi komplikasi.
5.
Memahami cara perawatan dirumah
ConversionConversion EmoticonEmoticon