ASMA
( STATUS ASMATIKUS)
PENGERTIAN
Suatu
serangan asma yang berat, berlangsung dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim.
Status
asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu
:
·
Apabila
terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap
usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
·
Keadaan
tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang merangsang
timbulnya serangan ( debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran napas,
stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain)
PATHOFISIOLOGI
Pencetus serangan (alergen, emosi/stress,
obat-obatan, infeksi)
·
Kontraksi
otot polos
·
Edema
mukusa
·
Hipersekresi
Penyempitan
saluran pernapasan (obstruksi)
·
Hipoventilasi
·
distribusi
ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
·
Gangguan difusi gas di alveoli
·
Hipoxemia
·
Hiperkarpia
TANDA DAN GEJALA
Objektif
:
·
Sesak
napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing
·
Dapat
disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
·
Bernapas
dengan menggunakan otot-otot tambahan
·
Sianosis,
takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
·
Fase
ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)
Subyektif :
·
Klien
merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
Psikososial :
·
Klien
cemas, takut, dan mudah tersinggung
·
Kurangnya
pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya
Hasil Pemeriksaan
Spirometri :
Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %
Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal.
Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi di paru, misalnya: Pneumothorak,
atelektasis, Dll.
Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia,
Asidosis Respiratorik.
Pemeriksaan Sputum :
·
Adanya
eosinofil
·
Kristal
charcot Leyden
·
Spiral
Churschmann
·
Miselium
Asoergilus Fumigulus
Pemeriksaan
darah : Jumlah eosinofil meningkat.
PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip
penatalaksanaan status asmatikus
1.
Diagnosis
status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
·
Saatnya
serangan
·
Obat-obatan
yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya)
2.
Pemberian
obat bronchodilator
3.
Penilaian
terhadap perbaikan serangan
4.
Pertimbangan
terhadap pemberian kortikosteroid
5.
Setelah
serangan mereda :
·
Cari
faktor penyebab
·
Modifikasi
pengobatan penunjang selanjutnya
OBAT-OBATAN
1. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat
bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau parenteral.
Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya
diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian
sebaliknya, bila sebelumnya telah
digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan
simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronchodilator
golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin,
Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif
dan masa kerja lebih lama serta efek
samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin,
Isoprendlin)
·
Obat-obat
Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik
lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa.
Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen
metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika
tidak ada perbaikan sampai 10 - 15 menit
berikan aminofilin intrvena.
·
Obat-obat
Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan
perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi,
kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit
untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.
·
Pemberian
Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak,
disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg
BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
2.
Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat
bronkhodilatator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan
kortikosteroid . 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB
intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral
sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg prednison
atau dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian
dosis dikurangi secara bertahap.
3.
Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan
kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti
Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik
cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi,
antibiotik diberikan bila ada infeksi.
Prioritas masalah Keperawatan
:
1.
Mempertahankan
jalan nafas
2.
Mengkaji
untuk fasilitas pertukaran gas/ gangguan pertukaran gas
3.
Meningkatkan
intik nutrisi
4.
Mencegah
komplikasi, kondisi progresif yang lambat
5.
Berikan
imformasi tentang proses penyakit
6.
Cemas
Diagnosa Keperawatan yang
mungkin timbul :
1.
Gangguan
jalan nafas sehubungan dengan Brokhospasme, peningkatan produksi sekret (
sekret yang tertahan, kental) , menurunnya energi/fatique.
2.
Gangguan
pertukaran gas sehubungan dengan kurangnya suplai oksigin (obstruksi jalan
nafas karena sekret, bronkhospasme, air trapping) obstruksi alveoli.
3.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan dyspnea, fatique, efek samping
obat-obatan, produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting.
4.
Potensial
terjadi infeksi sehubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (penurunan
aktifitas, cilia, statis sekret) tidak adekuatnya kekebalan (destruksi
jaringan, proses penyakit kronik, malnutrisi).
5.
Kurangnya
pengetahuan (kebutuhan belajar) , kondisi kesehatan, pengobatan, kurang
imformasi.
6.
Mekanisme
koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.
ConversionConversion EmoticonEmoticon