PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN Nn.P
DENGAN
GANGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST
APENDEKTOMI
DI RUANG MELATI RSU IMELDA MEDAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Defenisi
Appendiks disebut juga umbai cacing atau usus buntu.
Apabila terjadi peradangan pada usus buntu disebut dengan
appendisitis. Jadi appendisitis adalah peradangan dari
appendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen
akut. Apendektomi
merupakan jenis pembedahan darurat
abdomen yang paling sering terjadi dan peradangan pada
apendiks disebabkan oleh penyumbatan pada lumen apendiks
oleh hiperplasia folikel limfoit, fekalit, benda asing,
striktura karna fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma (Arif Mansjoer, 1999, 307)
Apendiksitis adalah suatu peradangan usus buntu yang
umumnya disebabkan oleh sumbatan. Penyebab sumbatan 60%
adalah hiperplasia kelenjar getah bening, 35% disebabkan
oleh fekalit (feses yang menjadi keras), 4% oleh benda
asing (termasuk cacing) dan 1% oleh struktur lumen yang
bisa disebabkan oleh karsinoma.
2. Anatomi dan Fisiologi
Apendiks
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada saekum, lumennya
sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal.
Tonjolan apendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang
dari apeks saekum sepanjang 4-5 cm. Pada masa kanak-kanak
batas apendiks dari saekum semakin jelas dan bergeser
kearah dorsal kiri. Pada orang dewasa panjang apendiks
1
rata-rata 9-10 cm. Terletak posterior medial saekum kira-
kira 3 cm inferior dari valvula ileosekalis. Posisi
apendiks bisa retrosekal, retroileal, subileal atau di
pelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama.
Fungsi apendiks tidak diketahui, kadang-kadang apendiks
disebut “tonsil abdomen” karena ditemukan banyak jaringan
limfoit sejak intra uterin akhir kehamilan dan mencapai
puncaknya pada kira-kira 15 tahun yang kemudian mengalami
atropi serta praktis menghilang pada usia 60 tahun.
Diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme
imunologik. Apendiks mengeluarkan cairan yang bersifat
basa mengandung amilase erepsin dan musin. (Buku Ajar Ilmu
Bedah, Hal. 865)
3. Etiologi
Diduga bahwa faktor utama dalam patogenesis apendiksitis
akut adalah obstruksi lumen yang diikuti dengan infeksi
oleh bakteri. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendiksitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit
seperti E. histolitika.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendiksitis, karena konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal yang berakibat
timbulnya sumbatan
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. (S.A. Abdurrahman, 1999, Hal. 177)
4. Patofisiologi
Berdasarkan keadaan sewaktu operasi dan gambaran
histologiknya, apendiksitis akuta dibagi menjadi simpel,
gangrenosa dan perforasi.
Maka patologi yang didapat pada apendiksitis dapat mulai
di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding
apendiks dalam waktu 24-28 jam pertama. Usaha pertahanan
2
tubuh adalah
membatasi proses radang dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus atau adneksa sehingga
terbentuk massa periapendikular yang
dikenal dengan
istilah infiltrat apendiks. Di
dalamnya dapat terjadi
nekrosis jaringan berupa abses yang
dapat mengalami
perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna
tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini
dapat menimbulkan keluhan berulang pada perut kanan bawah.
Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan
dinyatakan
sebagai mengalami eksaserbasi akut. (Ilmu
Penyakit Dalam, 1999, Hal. 177)
5. Faktor pencetus
Apendiksitis akut merupakan infeksi bakterial. Berbagai
hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen
apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit,
tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga menyebabkan
sumbatan. (Buku Ajar Ilmu Bedah, Hal. 866)
6. Manifestasi klinis
Apendiks akut sering tampil dengan gejala khas yang
didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan
tanda setempat, disertai maupun tidak disertai peritoneal
lokal. Gejala klasik apendiksitis adalah :
a. Tanda
awal
Nyeri mulai epigastrium atau regio umbilikus disertai
mula dan anoreksia. Nyeri pindah ke kanan bawah dan
menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik
Mc. Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan defens muskular
b. Nyeri
rangsangan peritoneal tidak langsung
• Nyeri kanan bawah bila peritoneal bergerak seperti
nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
3
• Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri di
lepas
c. Pada
bayi yang mengalami apendiksitis
dapat berupa
gelisah dan anoreksia
(Buku Ajar Ilmu Bedah, Hal. 867)
7. Komplikasi
a. Perforasi
Rasa sakit yang bertambah, demam tinggi, rasa nyeri yang
menyebar dan jumlah leukosit yang tinggi.
b. Peritonitis
Difus atau umum, peritonitis ini merupakan salah satu
akibat perforasi. Peritonitis disertai rasa sakit yang
semakin hebat, rasa nyeri, kembung dan keracunan.
c. Abses
apendiks
Terasa sesuatu massa lunak di kuadran kanan bawah atau
di daerah pelvis, massa ini mula-mula berupa flegmon
tetapi dapat berkembang menjadi rongga yang bernanah.
d. Pileflebitis
(tromboplebitis septik vena portal)
Akan
mengakibatkan demam yang tinggi, panas dengan
menggigil dan ikteral
(Buku Ilmu Bedah, Hal. 277)
8. Pemeriksaan
diagnostik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5 oC.
bila suhu lebih tinggi mungkin sudah terjadi perforasi,
bisa dapat perbedaan suhu aksila dan rektal sampai 1oC.
Pada inspeksi perut tidak didapatkan gambaran spesifik,
kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi
perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada
massa atau abses apendikular.
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio
iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Nyeri tekan pada
perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Untuk
menurunkan angka kesalahan dalam pemeriksaan diagnosis
4
meragukan, sebaiknya dilakukan
observasi penderita di
rumah sakit dengan pengamatan setiap 1-2 jam. Pemeriksaan
jumlah leukosit terlebih pada kasus komplikasi
(Buku Ajar Ilmu Bedah, Hal. 868)
9. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan tindakan apendektomi, perlu dilakukan
pengawasan/observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau
gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila klien sudah
sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan klien dalam posisi fowler, klien dikatakan baik
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu klien
dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar misalnya
pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan
sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum
mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam, lalu naikkan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari
berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi klien dianjurkan untuk duduk tegak
di atas tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua
klien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh
jahitan dapat diangkat dan klien diperbolehkan pulang.
(Arif Mansjoer, 1999, Hal. 308)
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Aktifitas/istirahat :
Gejala : malaise
Sirkulasi :
Tanda : takikardia
5
Eliminasi :
Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang)
Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas,
kekakuan, penurunan atau tak ada bising usus
Makanan/cairan :
Gejala : anoreksia, mual dan muntah
Nyeri/kenyamanan :
Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus
yang meningkat berat dan
terlikalisasi dititik
Mc. Burney (setengah jarak antara umbilikus dan
tulang ileum kanan), meningkat saat berjalan,
bersin, batuk atau nafas dalam, bila nyeri
berhenti tiba-tiba diduga peritonitis ; Keluhan
berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan
dengan lokasi apendiks retrosekal atau sebelah
ureter)
Tanda : perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau
terlentang dengan lutut ditekuk, meningkat rasa
nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak nyeri lepas
pada sisi kiri diduga imflamasi peritoneal
Keamanan :
Tanda : demam (biasanya rendah)
Pernafasan :
Tanda : takipnea,
pernafasan dangkal
Penyuluhan/pembelajaran :
Gejala : riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri
abdomen, contoh pielitis akut, salpingitis akut,
ileitis regional ; dapat terjadi pada berbagai
usia.
6
2. Diagnosa keperawatan
dan Rencana tindakan
a. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan
tidak
adekuatnya pertahanan utama : perforasi/ruptur pada
apendiks, peritonitis, pembentukan abses
Tujuan : infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah dengan
kriteria tanda vital dalam batas normal, terjadi
peningkatan penyembuhan, tanda-tanda infeksi
tidak ditemukan,
drainase kering dan tidak
purulen
Rencana
tindakan :
o Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil,
berkeringat dan perubahan mental, meningkatnya nyeri
abdomen (mendeteksi lebih dini terhadap kemungkinan
adanya infeksi/terjadinya sepsis)
o Lakukan
pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
aseptik. Berikan perawatan paripurna (menurunkan
resiko penyebaran infeksi)
o Lihat
insisi dan balutan. Catat karakteristik
drainase luka (mendeteksi secara dini terjadinya
infeksi dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang
telah ada sebelumnya)
o Berikan
informasi yang tepat dan jujur pada
klien/orang terdekat (meningkatkan pengetahuan klien
dan orang terdekat tentang kemajuan penyakitnya dan
memberikan dukungan emosional serta menurunkan
kecemasan)
o Berikan
antibiotik sesuai indikasi
o Bantu
tinggikan drainase bila diindikasikan
o Ambil
contoh drainase bila diidikasikan
b. Resiko
tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan
dengan muntah pra operasi ; pembatasan pasca operasi
(status puasa) ; status hipermetabolik (demam, proses
penyembuhan) ; imflamasi peritoneum dengan cairan asing
7
Tujuan : kekurangan cairan dapat dicegah atau cairan
tubuh dapat dipertahankan pada batas normal
dengan kriteria turgor kulit baik, tanda vital
dalam batas normal, secara individual haluaran
urine adekuat
Rencana
tindakan :
o Awasi
TD dan nadi (tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi intravaskuler)
o Pantau
membran mukosa, kaji turgor kulit dan
pengisian kapiler (indikator keadekuatan sirkulasi
perifer dan hidrasi seluler)
o Pantau masukan dan haluaran. Catat warna urine,
konsentrasi dan berat jenis (penurunan
haluaran
urine, pekat dengan peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi)
o Auskultasi
bising usus, catat kelancaran flatus dan
gerakan usus (indikator kembalinya peristaltik,
kesiapan untuk pemasukan peroral)
o Berikan
sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
oral di mulai dan dilanjutkan dengan diet sesuai
toleransi (menurunkan iritasi gaster/muntah untuk
meminimalkan kehilangan cairan)
o Berikan
perawatan mulut sering dengan perhatian
khusus dan perlindungan
bibir
(dehidrasi
mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah)
o Berikan
cairan iv dan elektrolit
c. Nyeri
(akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus
oleh imflamasi ; adanya insisi bedah
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau terkontrol dengan
kriteria klien mengatakan nyeri hilang, nyeri
dapat dikontrol, klien tampak rileks, tenang dan
dapat tidur dengan nyaman
8
Rencana
tindakan :
o Kaji
nyeri, catat lokasi, karakteristik, berat (skala
0-10), selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan
tepat (berguna untuk pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan)
o Pertahankan
istirahat dengan posisi semi fowler
(gravitasi melokalisasi eksudat, menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
terlentang)
o Dorong
ambulasi dini (meningkatkan normalisasi fungsi
organ, menurunkan ketidaknyamanan abdomen)
o Berikan
aktifitas hiburan (mengalihkan
perhatian,
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan
koping)
o Berikan
analgesik sesuai indikasi
o Berikan
kantong es pada dinding abdomen
d. Kurang
pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan
pengobatan berhubungan
dengan kurang
terpajan/kurang informasi ;pendidikan klien yang rendah
Tujuan : pengetahuan klien bertambah tentang penyakitnya
dengan kriteria klien menyatakan pemahaman
proses penyakit, pengobatan dan potensial
komplikasi serta berpartisipasi dalam program
pengobatan
Rencana
tindakan :
o Kaji
ulang pembatasan aktifitas pasca operasi, contoh
mengangkat berat, olahraga, seks, latihan, menyetir
o Anjurkan
menggunakan laksatif/pelembek feses ringan
bila perlu dan dihindari enema
o Identifikasi
gejala yang memerlukan evaluasi medik,
seperti peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
9
o Jelaskan
kepada klien atau orang terdekat tentang
proses penyakit klien, perawatan, pengobatan dan
resiko komplikasi apabila tidak ditangani dengan
segera
o Perhatikan
respon klien dan keluarga
10
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
N a m a
Jenis kelamin
U m u r
Status perkawinan
A g a m a
LAPORAN KASUS
: Nn. P
: perempuan
: 13 tahun
: belum menikah
: Hindu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan
A l a m a t
Tanggal masuk
No. register
Ruangan/kamar
Golongan darah
: Ikut orangtua
: Lubuk Pakam
: 09 Januari 2002
: 01 68 10
: Melati/Kelas III
: A
2. Penanggung
jawab/keluarga terdekat
N a m a
Pekerjaan
A l a m a t
: Tn. V
: karyawan
: Lubuk Pakam
3. Keluhan utama/yang
paling sering : nyeri
pada perut
sebelah kanan bawah pada luka operasi apendektomi
4. Riwayat kesehatan
sekarang
Provocative/palliative :
a. Apa penyebab : luka
bekas operasi apendektomi
b. Hal yg memperbaiki keadaan : istirahat ditempat tidur
dengan posisi terlentang
dan minum obat analgesik
Quantity/quality :
a. Bagaimana dirasakan : nyeri seperti ditusuk setiap saat
dan semakin nyeri bila bergerak
11
b. Bagaimana terlihat :
klien menangis menahan rasa sakit,
tidak ada tanda-tanda infeksi di
daerah luka
Region :
a. Dimana lokasinya :
didaerah abdomen kuadran kanan bawah
b. Apakah menyebar : tidak
menyebar
Apakah mengganggu aktifitas : ya mengganggu aktifitas
kehidupan sehari-hari
Kapan mulai timbul
Bagaimana terjadinya
: setelah tindakan operasi
: bertahap
5. Riwayat kesehatan masa
lalu
Sakit yang pernah dialami : pernah menderita demam
Tindakan yang dilakukan : berobat ke puskesmas terdekat
Pernah dirawat
: tidak pernah dirawat di RS
Allergi
:tidak allergi
terhadap
Immunisasi :
6. Riwayat kesehatan
keluarga
makanan/minuman atau suasana
tertentu
tidak dapat dijelaskan klien
Orangtua : tidak ada yang menderita penyakit
kronis
Saudara kandung
: adik klien pernah di operasi
apendektomi
Penyakit keturunan
: tidak
keturunan
ditemukan penyakit
Keluarga yang meninggal :
tidak ada keluarga yang meninggal
12
Genogram :
Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= klien Nn. P
= tinggal serumah
7. Riwayat/keadaan
psikososial
Bahasa yang dipergunakan : Bahasa Indonesia
Persepsi ttg penyakitnya : klien mengatakan
penyakitnya
Konsep diri
timbul karena kebiasaan buruknya
: klien dapat menerima
keadaan
penyakitnya dan berharap akan
cepat sembuh
Keadaan emosi
: klien
dapat
mengungkapkan
perasaan sesuai realita
Perhatian thd orang lain : baik,
klien mau berkomunikasi
dengan perawat
Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga menjaga dan
membantu memenuhi kebutuhan klien
selama dirawat
Hubungan dgn orang lain : baik, klien
sering dikunjungi
oleh saudara dan tetangganya
13
Kegemaran
: bermain bola volley
Daya sesuai (adaptasi) : klien mampu
beradaptasi dengan
lingkungan RS, perawat dan dokter
yang menangani
Mekanisme pertahanan diri
8. Pemeriksaan fisik
: klien pasrah dan berserah
kepada Yang Kuasa dengan tetap
menjalankan ibadah sholat
Tanda vital
: dilaksanakan tanggal 09 Januari
2001 jam
16.30 wib
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan :
Suhu tubuh
Kesadaran
20 x/mnt teratur
: 37,1 oC
:kompos mentis
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan
Kepala :
Bentuknya
Rambut :
: 45 kg
:oval
panjang, tidak mudah rontok, tidak
bercabang
Bentuk rambut : keriting
Warna
:hitam
Kulit kepala : cukup bersih
Penglihatan/mata :
Ketajaman
Sklera :
Pupil
:dapat membaca koran dalam jarak 25–30
cm
tidak ada ikterus
:isokhor kiri dan kanan, refleks
pupil
terhadap cahaya (+)
Conjungtiva
:tidak ditemukan tanda-tanda
seperti pucat atau peradangan
anemis
Pemakaian alat bantu : tidak memakai kacamata
14
Penciuman/hidung :
Polip
Perdarahan :
Peradangan :
: tidak ada kelainan
tidak ditemukan perdarahan
tidak ditemukan peradangan
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan
aroma, seperti
aroma buah jeruk dengan minyak kayu putih
Pendengaran/telinga :
Serumen
Cairan :
:ada sedikit dan tidak mengganggu
pendengaran
tidak ditemukan
Tanda peradangan : tidak ditemukan
Alat bantu
: tidak memakai alat bantu dengar
Fungsi pendengaran : baik, masih dapat mendengarkan gesekan
rambutnya sendiri
Mulut :
Rongga mulut : bersih
Perdarahan :
Peradangan :
Gigi
Rumus gigi
Lidah
Tonsil :
tidak ditemukan perdarahan
tidak ditemukan peradangan
: lengkap
: 3
2 1 2
2 1 2 3
3 2 1
2 2 1
2 3
:bersih, tidak ditemukan bercak putih
tidak membesar dan tidak meradang
Fungsi pengecapan : baik, klien dapat membedakan rasa
manis, pahit, asam dan asin
Leher :
Kelenjar tiroid : tidak
ditemukan pembesaran
TVJ
Thorak :
Bentuk :
Pernafasan :
Frekwensi
:tidak ditemukan peningkatan
simetris, tidak dijumpai kelainan anatomi
vesikular
:20 x/mnt teratur
15
Bunyi nafas
Batuk
Sputum :
Jantung :
Nyeri dada
: tidak dijumpai ronkhi, rales
(-)
:tidak ada
tidak ditemukan
: tidak ada
Denyut jantung : 80 x/mnt teratur
Bunyi jantung : tidak ditemukan kelainan/bunyi tambahan
seperti murmur (-), gallop (-), aritmia
(-)
Kulit :
Warna
Turgor :
Tekstur
Kelembaban :
:hitam
elastis, dapat kembali < 2 detik
:lembut tanpa lesi atau luka atau
infeksi
kering
Sensasi
Abdomen :
:dapat membedakan
tekanan
sentuhan, rabaan,
Turgor kulit : baik, dapat
kembali cepat < 2 detik
Hepar
Lien
: tidak teraba & tidak ditemukan
nyeri tekan
: tidak teraba & tidak ditemukan
nyeri tekan
Massa or cair : tidak ditemukan
Ginjal : tidak teraba dan tidak dijumpai nyeri ketok
Reproduksi :
Siklus menstruasi : 28
hari, teratur dengan lamanya haid 1
minggu
Organ seksual
Perdarahan :
Kebersihan :
Infeksi
: tidak ada kelainan
tidak dijumpai
bersih
:tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
16
Ekstremitas :
Atas :
Bawah
Pola nutrisi :
lengan kiri terganggu karena terpasang iv
line kateter Ringer Laktat 20 tts/mnt dan
tidak ditemukan odema, refleks baik
:dapat digerakkan dengan bebas dan
sedikit
lemah karena klien diinstruksikan bedrest
hari pertama operasi serta refleks baik,
nyeri dapat timbul bila kaki digerakkan
tiba-tiba
Sebelum masuk RS :
makan 3 x sehari, makanan yang disukai bakso, tidak ada
makanan pantangan
Setelah masuk RS :
makan 3 x sehari sesuai dengan jadwal diet RS, dengan
jenis diet M-I (bubur saring) sehingga membuat selera
makan klien berkurang terlihat dari porsi makanan yang
disajikan tidak habis dimakan
Pola minum :
Sebelum masuk RS :
8 gelas perhari (1500-2000cc) dan minuman kesukaan es
koteng
Setelah masuk RS :
minum 5 gelas/hari (1000-1500 cc) disesuaikan dengan
anjuran tim medis
Pola elimimasi :
Eliminasi Bab :
Sebelum masuk RS :
lancar, frekwensi 1 x sehari, konsistensi padat, berwarna
kuning dan tidak ditemukan kelainan
17
Setelah masuk RS :
lancar, frekwensi 1 x 2 hari, konsistensi lembek, berwarna
kuning dan tidak ditemukan kelainan
Eliminasi Bak :
Sebelum masuk RS :
lancar dengan frekwensi 4-5 x sehari
(1000-1500 cc),
berwarna kuning muda dan tidak ditemukan kelainan lainnya
saat berkemih
Setelah masuk RS :
lancar dengan frekwensi 2-4 x sehari dan banyaknya urine ±
500-1000 cc, berwarna kuning jernih dan tidak ditemukan
kelainan lainnya
Pola istirahat :
Sebelum masuk RS :
kebiasaan tidur siang 2 jam dalam sehari, kebiasaan tidur
malam 8 jam, tidak mengalami kesukaran dalam tidur
Setelah masuk RS :
klien tidur siang tidak menentu (2-3 jam) dan tidur malam
hanya sekitar 4-6 jam,klien mengalami sukar tidur karena
keadaan penyakitnya, dan untuk mengatasinya klien sebelum
tidur membaca buku
Pola aktifitas : klien belum bekerja dan masih dalam
tanggungan orangtuanya
Kebersihan perorangan :
Sebelum masuk RS :
mandi 2 kali sehari, gosok gigi tiap kali mandi dan
mencuci rambut 3 kali seminggu
18
Setelah masuk RS :
mandi 1 kali sehari (dilap di tempat tidur dengan bantuan
perawat dan keluarga), gosok gigi setiap kali mandi, cuci
rambut belum pernah
Hambatan :
terpasangnya iv line cateter pada
lengan
kanan klien dan anjuran untuk bedrest
total
9. Pemeriksaan penunjang
o Hb
12 gr%
o Leukosit
6600 mm3
o Golongan
darah A
o LED
20 mm/L
19
Analisa
Data
No
Data
1 Data subjektif :
Kemungkinan
penyebab
Terputusnya
Masalah
Gangguan rasa
Klien mengatakan
sakit
jaringan
nyaman : nyeri
pada daerah operasi,
terasa mendenyut
dan
akibat
tindakan
tidak nyaman
di daerah apendektomi
perut
Data objektif :
Terlihat klien sering
memegang daerah operasi
dengan respon meringis,
gelisah dan tidak tenang,
terdapat luka operasi di
kuadran
kanan bawah
abdomen dengan balutan
yang bersih dan kering
2
Data subjektif : Anoreksia
Klien mengatakan
tidak
selera makan, tidak suka
makan bubur, mual dan
muntah bila dipaksakan
Data objektif :
Klien terlihat hanya
makan ¼ dari porsi
makanan yang disajikan,
terlihat enggan untuk
makan bubur,
diet M-II
(bubur), terlihat lemah
dan lesu, BB 50 Kg saat
masuk RS dan TB 154 cm,
iv line kateter terpasang
RL 20 tts/mnt
3
Data subjektif : Suasana
ruang
Klien mengatakan
tidak yang kurang
bisa tidur karena suasana kondusif
yang berbeda dengan
rumah, tidak nyaman
karena terlalu banyak
orang berlalu lalang saat
waktu tidur
Data objektif :
Klien tampak
pucat dan
tidak bergairah, lemah,
letih. Lesu, mata agak
merah
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Gangguan
istirahat
tidur
:
:
20
Diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas :
1. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
terputusnya jaringan akibat tindakan apendektomi ditandai
dengan klien mengatakan sakit pada daerah operasi, terasa
mendenyut dan tidak nyaman di daerah perut, terlihat klien
sering memegang daerah operasi dengan respon meringis,
gelisah dan tidak tenang, terdapat luka operasi di kuadran
kanan bawah abdomen dengan balutan yang bersih dan kering
2. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan klien mengatakan tidak selera makan, tidak suka
makan bubur,
mual dan muntah bila dipaksakan, klien
terlihat hanya makan ¼ dari porsi makanan yang disajikan,
terlihat enggan untuk makan bubur, diet M-II (bubur),
terlihat lemah dan lesu, BB 50 Kg saat masuk RS dan TB 154
cm, iv line kateter terpasang RL 20 tts/mnt
3. Gangguan
istirahat : tidur berhubungan dengan suasana
ruang yang
kurang kondusif ditandai dengan klien
mengatakan tidak bisa tidur karena suasana yang berbeda
dengan rumah, tidak nyaman karena terlalu banyak orang
berlalu lalang saat waktu tidur, klien tampak pucat dan
tidak bergairah, lemah, letih. Lesu, mata agak merah
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN
1. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
terputusnya jaringan akibat tindakan apendektomi ditandai
dengan klien mengatakan sakit pada daerah operasi, terasa
mendenyut dan tidak nyaman di daerah perut, terlihat klien
sering memegang daerah operasi dengan respon meringis,
gelisah dan tidak tenang, terdapat luka operasi di kuadran
kanan bawah abdomen dengan balutan yang bersih dan kering
21
Tujuan :
nyeri dapat diminimalkan atau dapat dikurangi dengan
kriteria klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang, gelisah
berkurang, keadaan/kondisi berangsur-angsur membaik
Rencana
tindakan :
• Kaji tingkat nyeri yang dialami klien
• Berikan perawatan luka yang aseptis dan antiseptik pada
luka bekas operasi apendektomi setiap hari
• Beri posisi yang menyenangkan bagi klien atau ubah
posisi setiap 3-4 jam sekali
• Anjurkan klien untuk memulai pergerakan dengan perlahan,
jangan melakukan gerakan tiba-tiba
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
untuk mengurangi rasa nyeri
Implementasi :
• Klien mengatakan nyeri
yang dialaminya pada bekas
operasi terutama timbul saat bergerak, batuk dan
mengedan
• Merawat luka setiap hari
dengan teknik aseptik dan
antiseptik dengan kondisi luka sampai saat ini bersih,
kering dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
• Mengubah posisi klien pada posisi semi fowler dan klien
mengungkapkan cukup nyaman dengan posisi tersebut
• Mengajurkan kepada klien agar dalam melakukan
tindakan/pergerakan dimulai dengan
perlahan dan
diperagakan klien serta mengungkapkan cukup bagus untuk
diikuti
• Sesuai dengan terapi diberikan obat tramadol bila nyeri
nya tidak dapat hilang dengan teknik relaksasi atau
modifikasi
22
Evaluasi :
S :klien
mengatakan masih terasa nyeri pada
daerah
operasi, masih mendenyut dan tidak nyaman di daerah
perut, terlihat klien masih sering memegang daerah
operasi dengan respon meringis
O :terdapat
luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
dengan balutan yang bersih dan kering, serta tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi
A :rasa nyeri yang
dialami klien masih belum dapat
diatasi/diminimalkan
P :pertahankan
tindakan dan anjurkan klien untuk tidak
terlalu kaku dalam pergerakan terutama bila nyeri
timbul agar perlahan menyesuaikan dan mencoba untuk
terus beraktifitas sesuai dengan toleransi
2. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan klien mengatakan tidak selera makan, tidak suka
makan bubur,
mual dan muntah bila dipaksakan, klien
terlihat hanya makan ¼ dari porsi makanan yang disajikan,
terlihat enggan untuk makan bubur, diet M-II (bubur),
terlihat lemah dan lesu, BB 50 Kg saat masuk RS dan TB 154
cm, iv line kateter terpasang RL 20 tts/mnt
Tujuan :
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
ditandai dengan selera makan klien meningkat, perubahan
diet dari M-II menjadi makanan biasa,
makanan yang
disajikan habis dimakan dan klien terlihat segar serta
bersemangat
Rencana
tindakan :
• Berikan makanan sesuai dengan diet yaitu makanan biasa
tanpa bumbu yang merangsang (pedas, asam, dsb), kalau
perlu sesuaikan dengan selera klien saat itu
23
• Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam
keadaan hangat
• Berikan makanan yang bervariasi sesuai dengan selera
klien
• Support klien untuk makan dan jelaskan manfaat makanan
untuk mendukung kesembuhannya
• Anjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah,
dengan terlebih dahulu konsultasi dengan perawat ruangan
agar makanan yang dbawa tidak mengandung zat-zat yang
dapat merangsang peningkatan peristaltik yang berlebihan
Implementasi :
• Menyajikan makanan sesuai dengan diet RS yaitu MB TKTP
minimal zat-zat perangsang
• Makanan yang disajikan dalam keadaan hangat dengan
jumlah yang tidak begitu banyak
• Komposisi makanan yang disajikan terdiri dari nasi +
lauk (daging, ikan, tempe)
+ sayur (bayam) + buah
(pepaya) dan 1 gelas teh manis
• Memotivasi klien untuk makan dan menjelaskan kepada
klien manfaat makanan untuk kesembuhan luka operasinya
• Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah
asal tidak mengandung zat-zat perangsang seperti cabai
terlalu banyak, asam, dsb.
Evaluasi :
S :klien
mengatakan masih belum ada selera
makan
walaupun diet sudah dingantikan menjadi MB TKTP, mual
dan muntah bila dipaksakan
O :diet
yang disajikan MB TKTP, klien masih terlihat
lemah dan lesu, BB 50 Kg saat masuk RS dan TB 154 cm,
iv line kateter masih terpasang terpasang RL
20
tts/mnt, klien terlihat hanya makan ½ dari porsi
makanan yang disajikan, terlihat enggan untuk makan
24
A :kebutuhan
nutrisi klien belum dapat terpenuhi dengan
adekuat
P :lanjutkan
intervensi dan identifikasi
makanan
kesukaan klien
3. Gangguan istirahat : tidur berhubungan dengan suasana
ruang yang
kurang kondusif ditandai dengan klien
mengatakan tidak bisa tidur karena suasana yang berbeda
dengan rumah, tidak nyaman karena terlalu banyak orang
berlalu lalang saat waktu tidur, klien tampak pucat dan
tidak bergairah, lemah, letih. Lesu, mata agak merah
Tujuan :
kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi dengan kriteria
tidur cukup menurut kebutuhan tubuh, ekspresi kelihatan
segar dan bersemangat
Rencana
tindakan :
• Kaji penyebab klien tidak dapat tidur dengan tenang
• Ciptakan suasana ruangan yang aman dan nyamam
• Batasi pengunjung terutama saat jam istirahat siang dan
malam
• Berikan penjelasan yang mudah dipahami klien tentang
pentingnya istirahat dalam proses penyembuhan luka
• Batasi pengeluaran energi yang berlebihan
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penenang
Implementasi :
• Mengidentifikasi penyebab gangguan tidur dengan bertanya
kepada klien dan klien menjawab karena terlalu ramai
suasana rumah sakit
• Menciptakan suasana yang kondusif dalam ruang rawat
klien dengan merapikan tempat tidur klien, menggantikan
linen yang basah, penyusunan tata ruangan yang enak
dipandang mata, menyetel suara tv tidak terlalu keras
25
• Mengajurkan kepada pengunjung untuk datang menjenguk
hanya pada
jam-jam besuk saja agar klien dapat
beristirahat dengan tenang
• Menjelaskan kepada klien pentingnya istirahat agar
energi tidak terbuang percuma dan digunakan untuk
penyembuhan luka klien
• Setelah berkolaborasi dengan dokter, pemberian obat
penenang hanya diberikan bila klien sangat gelisah dan
tidak dapat terkontrol lagi
Evaluasi :
S :klien
mengatakan tidak bisa tidur karena suasana yang
berbeda dengan rumah, tidak nyaman karena terlalu
banyak orang berlalu lalang saat waktu tidur
O :klien
masih tampak pucat dan tidak bergairah, lemah,
letih, lesu, mata agak merah
A :kebutuhan
istirahat klien masih belum dapat dipenuhi
P :lanjutkan
intervensi dan kaji penyebab gangguan tidur
berlanjut
26
Tgl
Dx
CATATAN
PERKEMBANGAN
Implementasi
Evaluasi
10/0
1/02
1 • Klien mengatakan masih
nyeri pada bekas operasi
terutama timbul saat
bergerak, batuk dan
mengedan
• Merawat luka dengan
teknik aseptik dan
antiseptik di mana
kondisi luka bersih,
kering dan tidak
dijumpai tanda-tanda
infeksi
• Mengubah posisi klien
S : klien mengatakan masih
terasa nyeri pada daerah
operasi, mendenyut dan
tidak nyaman di daerah
perut, terlihat klien
masih sering memegang
daerah operasi dengan
respon meringis
O : luka operasi di kuadran
kanan bawah abdomen dengan
balutan bersih dan kering,
serta tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi
posisi semi fowler dan
klien mengungkapkan
cukup nyaman dengan
A : rasa nyeri masih belum
dapat diatasi/
diminimalkan
10/0
1/02
10/0
1/02
posisi tersebut
• Mengajurkan kepada klien
agar dalam melakukan
tindakan/ pergerakan
dimulai dengan perlahan
2 • Berikan makanan sesuai
dengan diet yaitu
makanan biasa tanpa
bumbu yang merangsang
• Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering
dalam keadaan hangat
• Berikan makanan yang
bervariasi sesuai dengan
selera klien
• Anjurkan keluarga untuk
membawa makanan dari
rumah
3 • Ciptakan suasana ruangan
yang aman dan nyamam
• Batasi pengunjung
terutama saat jam
istirahat siang dan
malam
• Berikan penjelasan yang
mudah dipahami klien
tentang pentingnya
P : pertahankan tindakan dan
anjurkan klien untuk tidak
terlalu kaku dalam
pergerakan terutama
S : klien mengatakan masih
belum ada
selera makan,
masih mual dan muntah bila
dipaksakan
O : diet MB TKTP, klien
terlihat lemah dan lesu,
BB tidak
naik, iv line
kateter masih terpasang RL
20 tts/mnt klien hanya
makan ½ dari porsi
makanan yang disajikan,
terlihat enggan untuk
makan
A : kebutuhan nutrisi klien
belum dapat terpenuhi
dengan adekuat
P : lanjutkan intervensi dan
identifikasi makanan
kesukaan klien
S : klien mengatakan tidak
bisa tidur karena suasana
yang berbeda dengan rumah,
tidak nyaman karena
terlalu banyak orang
berlalu lalang saat waktu
tidur
O : klien masih tampak pucat
dan tidak bergairah,
27
istirahat dalam proses
penyembuhan luka
lemah, letih, lesu, mata
agak merah
• Batasi
pengeluaran
A : kebutuhan istirahat klien
11/0
1/02
energi yang berlebihan
• Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
penenang
1 • Klien mengatakan nyeri
pada bekas operasi sudah
mulai berkurang
• Merawat luka dengan
teknik aseptik dan
masih belum dapat dipenuhi
P : lanjutkan intervensi dan
kaji penyebab gangguan
tidur berlanjut
S : klien mengatakan nyeri
pada daerah operasi sudah
mulai berkurang, rasa
tidak nyaman di daerah
perut hilang
antiseptik di
mana O : luka operasi di kuadran
11/0
1/02
11/0
1/02
kondisi luka bersih,
kering dan tidak
dijumpai tanda-tanda
infeksi
• Mengajurkan klien untuk
berjalan disekitar
tempat tidur
• Mengajurkan kepada klien
agar dalam melakukan
tindakan/ pergerakan
dimulai dengan perlahan
2 • Berikan makanan sesuai
dengan diet RS
• Berikan makanan dalam
porsi sekali makan dalam
keadaan hangat
• Berikan makanan yang
bervariasi sesuai dengan
selera klien
• Anjurkan keluarga untuk
membawa makanan dari
rumah
3 • Ciptakan suasana ruangan
yang aman dan nyamam
• Batasi pengunjung
terutama saat jam
istirahat siang dan
malam
• Berikan penjelasan yang
mudah dipahami klien
tentang pentingnya
istirahat dalam proses
penyembuhan luka
• Batasi pengeluaran
energi yang berlebihan
kanan bawah abdomen dengan
balutan bersih dan kering,
serta tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi
A : rasa nyeri sudah mulai
berkurang (masalah
teratasi sebagian)
P : pertahankan tindakan
S : klien mengatakan sudah ada
selera makan
O : diet MB TKTP, klien
terlihat segar, iv line
kateter dihentikan klien
makan 2/3 dari porsi
makanan yang disajikan
A : kebutuhan nutrisi klien
berangsur-angsur
terpenuhi (masalah
teratasi sebagian)
P : lanjutkan intervensi
S : klien mengatakan sudah
dapat tidur dengan
tenang, tidur tidak
terganggu
O : klien tampak segar dan
bergairah, ekspresi ceria
A : kebutuhan istirahat klien
terpenuhi (masalah
teratasi)
P : pertahankan intervensi
28
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN Nn. P
DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST
APENDEKTOMI
DI
RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM IMELDA MEDAN
Disusun oleh :
DARATUL LAILA
NIM : 20011
AKADEMI
KEPERAWATAN IMELDA MEDAN
MEDAN
– 2002
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, ME at.all., 2000, Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi III, Cetakan
I, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara at.all., 1999, Medical
Surgical Nursing Care Plans, Volume 2,
Cetakan I, EGC,
Jakarta.
Long, Barbara S, 1996, Perawatan
Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Jilid II,
IAPK-Pajajaran, Bandung.
Mansjoer, A at.all.,
2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV,
Media Aeskulapius
FK-UI, Jakarta.
Soeparman, 1995, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III, Balai
Penerbit FK-UI, Jakarta.
Tucker, SM at.all., 1998, Standar Perawatan Pasien :
Proses
Keperawatan,
Diagnosa dan Evaluasi, , Edisi V, Cetakan I,
EGC, Jakarta.
LEMBARAN
PERSETUJUAN
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien Nn. P dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Post Apendektomi di Ruang Melati Rumah Sakit
Umum Imelda Medan telah
disetujui oleh :
Medan, Januari 2002
Disetujui
oleh :
Pembimbing :
Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep
Koordinator Mata Ajaran,
Betty
Pardosi, AMK
Diketahui oleh :
Direktris Akademi Keperawatan Imelda Medan,
Imelda
Liana Ritonga, S.Kp
ConversionConversion EmoticonEmoticon