Salam Sehat dan Harmonis

-----

TUMOR OTAK













1.   KLASIFIKASI







TUMOR OTAK


Tumor-tumor dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok besar:

a.   Tumor yang muncul dari pembungkus otak, seperti meningioma dura

b.   Tumor yang berkembang di dalam atau di atas cranial

c.   Tumor yang berasal di dalam jaringan otak, seperti pada glioma

d.   Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya.


2.   TUMOR SPESIFIK

     Glioma

Glioma malidnaan terjadi pada noeplasma otak yang jumlahnya kira-

kira 45 % dari semua tumor otak. Biasanya tumor-tumor ini tidak dapat

dibuang secara total, karena tumor-tumor ini menyebar dengan infiltrasi ke

dalam sekitar jaringan saraf dan hal ini dipertimbangkan untuk direseksi

tanpa menyebabkan kerusakan sekali pada struktur vital.

     Adenoma hipofisis

Kelenjar pituitori, juga disebut hipofisis adalah kelenjar yang relatif

kecil terletak pada sela tursika. Kelenjar ini menempel pada hipotalamus

melalui sebuah tangkai pendek (tangkai hipofisial) dan dibagi menjadi dua

lobus anterior (adena hipofisis) dan posterior (neurohipofisis). Lobus anterior

mengeluarkan hormon pertumbuhan, hormon adrenokortikotrofik (ACTH),









hormon perangsang tiroid (TSH), prolaktin, hormon-hormon perangsang

folikel (FSH), dan hormon luiteinizing (LH).

Efek tekanan tumor-tumor hipofisis menunjukkan kira-kira 8 %

sampai 12 % dari semua tumor dan menyebabkan gejala-gejala akibat

tekanan pada struktur atau terjadi perubahan hormon (hiperfungsi dan

hipofungsi). Tekanan dari adenoma hipofungsi mendesak saraf-saraf optik,

khiasma optik atau saluran optik. Pengaruh tekanan menyebabkan sakit

kepala, gangguan fungsi penglihatan, gangguan hipotalamus (misal gangguan

tidur, nafsu makan, suhu dan emosi). Peningkatan TIK dan pembesaran serta

erosi sell tursika. 

Efek hormonal fungsi hipofisis yang terdapat tumor dapat

menghasilkan satu atau lebih hormon normal yang dihasilkan oleh hipofisis

anterior. Hormon-hormon ini dapat menyebabkan edenoma hipofisis

penyekresi-prolaktin (prolaktinoma), sekresi hormon pertumbuhan oleh

adenoma hipofisis yang menyebabkan akromegali pada orang dewasa dan

produksi ACTH oleh adenoma hipofisis yang meningkat pada penyakit

Cushing. Sekresi CHS atau FSH-LH pada adenoma tidak sering terjadi, di

mana kedua hormon pertumbuhan dan prolaktin relatif biasa dihasilkan oleh

adenoma.

Akromegali, disebabkan oleh keletihan hormon pertumbuhan,

menimbulkan pembesaran tangan dan kaki, distorsi gambaran wajah, dan

tekanan yang saraf-saraf perifer (sindrom entrapment). Gambaran klinis


1








penyakit Cushing, keadaan dihubungkan dengan lamanya produksi kortisol

yang berlebihan dan terjadi produksi ACTH yang berlebihan. Manifestasinya

terdiri     dari     kegemukan     dengan     penyebaran     lemak     pada     wajah,

supraklavikular dan daerah abdomen, hipertensi, striage ungu dan ekitiosis,

osteoporosis, glukosa intoleransi dan gangguan emosional.

Tindakan kebanyakan adenoma hipofisis sering diobati dengan

mengangkat tumor, di mana sisa-sisa tumor tidak dapat diangkat semuanya,

diterapi dengan radiasi.

     Angioma

Angioma otak (bentuk pembesaran massa pada pembuluh darah

abnormal) yang didapat di dalam atau di luar daerah otak. Karena dinding-

dinding pembuluh darah pada angioma tipis, maka pasien beresiko terhadap

adanya cedera vascular serebral (stroke). Adanya perdarahan serebral pada

orang di bawah 40 tahun memberi kesan mungkin adanya angioma.

     Neuroma akustik

Adalah tumor pada saraf cranial kedelapan, saraf untuk pendengaran

dan keseimbangan. Neuroma akustik dapat tumbuh lambat dan mencapai

ukuran besar sebelum ditegakkan. Pasien biasanya mengalami kehilangan

pendengaran, tinitus dan episode vertigo dan gaya berjalan sempoyongan

akibat tumor menjadi membesar, sensasi nyeri pada wajah dapat terjadi pada

sisi wajah yang sama, sebagai hasil dari tekanan tumor pada saraf cranial

kelima.


2








Dengan menggunakan teknik sinar-X yang diperbaiki dan penggunaan

mikroskop operasi dan instrumen bedah mikro, sehingga tumor-tumor besar

dapat diangkat melalui kraniotomi relatif kecil. Beberapa tumor-tumor ini

cocok untuk radioterapi/tereotaktik daripada pembedahan.


3.   MANIFESTASI KLINIK

-     Gejala peningkatan tekanan intrakranial

Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat

pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata

antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral, sebagai akibat

pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan

melalui penekanan pada vena-vena intrakranial melalui penurunan volume

cairan serebrospinal) melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan

produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan

masa jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua

gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.

Gejala-gejala TIK biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah

sakit kepala, muntah, papiledema, fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf

cranial. Sakit kepala, meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada

pagi hari dan menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan

gerakan yang tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau

penyimpangan struktur sensitif nyeri, karena edema yang mengiringi adanya

tumor. Muntah, kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang

3








disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla papiledema (edema

pada saraf optik) ada sekitar 70 % - 75 % dari pasien dan dihubungkan

dengan gangguan penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan,

diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.

-     Gejala terlokalisasi

Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah

otak yang terkena, menyebabkan  tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti

pada ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan

kejang.

     Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan

gerakan, seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut

kejang Jacksonia.

     Tumor lobus oksipital, menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia

homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang

pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi

penglihatan.

     Tumor      serebelum, menyebabkan          pusing,      ataksia      (kehilangan

keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan

kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan

nistagmus     (gerakan mata         berirama tidak         disengaja)     biasanya

menunjukkan gerakan horizontal).





4








     Tumor lobus frontal, menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan

status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental,

pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri

dan menggunakan bahasa cabul.

     Tumor sudut sereblopontin, biasanya diawali pada sarung saraf akustik

dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik

gejala pada tumor otak.

     Pertama, tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-

saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial

kedelapan).

     Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah

(berhubungan dengan saraf cranial kelima).

     Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial

ketujuh).

     Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada

abnormalitas pada fungsi motorik.

Tumor cranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,

gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien

lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan

metastase serebral dari bagian lain.







5








4.   EVALUASI DIAGNOSTIK

Riwayat penyakit dan cara di mana gejala-gejala yang muncul penting

dalam mendiagnosis tumor otak. Untuk membantu menentukan lokasi jejas yang

tepat, dilakukan pencitraan CT memberikan informasi spesifik yang menyangkut

jumlah, ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema serebral

sekunder. Alat ini juga memberi informasi tentang sistem ventricular.

MRI membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini digunakan untuk

menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam mendeteksi tumor-tumor

di dalam batang otak dan daerah hipofisis, di mana tulang mengganggu dalam

gambaran yang menggunakan CT. Biopsi stereotaktik bantuan komputer (tiga

dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan

untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. Angiografi

serebral memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

Elektroensefalogram (EEG) dapat mendeteksi gelombang otak abnormal

pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi

lobus temporal pada waktu kejang. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal

(CSF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada

sistem saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.


5.   PENATALAKSANAAN

Tumor-tumor otak yang tidak terobati menunjukkan arah kematian,

pasien-pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati

segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.

6








Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak

kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologik (paralysis, kebutaan)

atau tercapainya gejala-gejala dan mengangkat sebagian (dekompresi). Salah satu

variasi pengobatan dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung pada tipe

tumor, lokasinya.

Pendekatan pembedahan konvensional memerlukan insisi tulang

(kraniotomi). Pendekatan ini digunakan untuk mengobati pasien meningioma,

neuroma, akuseik, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel

ketiga, tumor kongenital seperti kista dermoid dan beberapa glanuloma. Untuk

pasien-pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh

dan tidak mungkin, tetapi dengan tindakan yang mencakup pengurangan tekanan

intrakranial (TIK), mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi bagian yang

besar dari tumor, yang meninggalkan sedikit sel yang tertinggal untuk menjadi

resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.

Pendekatan stereotaktik meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang

mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi

pencitraan multiple (sinar-X, CT) yang lengkap digunakan untuk menentukan

lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat dilepaskan

dengan pendekatan stereotaktik. Radioisotop dapat juga ditempelkan langsung ke

dalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi)

sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya. Penggunaan





7








pisau gamma dilakukan pada “bedah radio” sampai dalam, atau tumor yang tidak

dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan sendiri.

Modalitas tindakan lain terdiri dari kemoterapi dan terapi sinar radiasi

eksternal, di mana digunakan hanya salah satu model untuk dikombinasi dengan

pendekatan di atas. Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa

tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.

Transplantasi sumsum tulang autolog intravena kemoterapi atau terapi

radiasi, karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap

adanya keracunan pada sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi kemoterapi

dan radiasi. Sumsum tulang pasien diaspirasi sedikit, biasanya dilakukan pada

kepala iliaka dan disimpan. Pasien yang menerima dosis kemoterapi dan terapi

radiasi yang banyak akan menghancurkan sejumlah besar sel-sel keganasan

(malignan). Sumsum kemudian diinfus kembali setelah pengobatan lengkap.

Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai dan

diperkenankannya penggunaan obat ini, yang didasari melalui evaluasi diagnostik

dan kemudian menurunkan edema serebral dan meningkatkan kelancaran serta

pemulihan lebih cepat.


METASTASE SEREBRAL

Pasien yang menderita komplikasi sistem saraf pusat sebagai hasil kanker

sistemik dan penurunan neurologik disebabkan oleh metastase ke otak. Lesi

metastase serebral adalah komplikasi neurologik yang paling banyak terjadi akibat

kanker sistemik. Gejala neurologik dan tanda yang terdiri dari sakit kepala, gangguan

8








gaya berjalan, keburukan penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan

kemampuan mengingat (hilangnya memori dan kebingungan), kelemahan vokal,

paralysis, afeksia, dan kejang. Masalah-masalah ini dapat merusak kehidupan antara

pasien dan keluarga.


PROSES KEPERAWATAN KLIEN METASTASE SEREBRAL (TUMOR
YANG TIDAK DAPAT SEMBUH)

     Pengkajian

Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi,

bergerak, dan berjalan, beradaptasi terhadap kelemahan atau paralysis dan untuk

melihat dan kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang. Riwayat gizi

dikaji untuk mengkaji asupan diet dan intoleransi terhadap makanan serta

makanan yang disukai. Pengukuran antropometrik mengkaji hilangnya lemak

subkutan dan massa tubuh kering (tanpa lemak), pengukuran biokimia( albumin,

transferin, jumlah limfosit total, nilai kreatinin dan tes urine). Adalah tinjauan

untuk mengkaji keadaan malnutrisi, gangguan imunitas sel dan keseimbangan

elektrolit.

Kakeksia (keadaan yang lemah dan kurus) terlihat pada pasien dengan

metastase dan dikarakteristikan oleh anoreksia, nyeri, penurunan BB, gangguan

metabolisme, kelemahan otot, malabsobrsi, dan diare.

Pasien mengalami perubahan sensasi rasa sekunder akibat dyspbahagia,

kelemahan, dan depresi. Gangguan keterbatasan indera penciuman (anosmia)

sering terjadi di antara pasien-pasien ini.



9








Pengkajian dibuat terhadap gejala-gejala yang menyebabkan distress bagi

pasien, terdiri dari nyeri, masalah pernafasan, masalah eliminasi dan berkemih,

gangguan tidur dan gangguan integritas kulit, keseimbangan cairan dan

pengaturan suhu. Ini disebabkan oleh invasi, tumor, kompresi atau obstruksi.

Perawat dapat bekerja sama dengan pekerja sosial untuk mengkaji

dampak penyakit pasien pada keluarga dalam hal perawatan di rumah, perubahan

hubungan, masalah keuangan, keterbatasan waktu dan masalah-masalah dalam

keluarga.


     Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, masalah-masalah utama pasien mencakup

hal berikut:

1.   Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kehilangan atau kerusakan

fungsi motorik dan sensori serta penurunan kemampuan kognitif.

2.   Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

kakeksia akibat pengobatan dan pengaruh tumor, penurunan asupan makanan

dan malabsorbsi.

3.   Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian,

perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup.

4.   Potensial terhadap perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan

kemungkinan berduka dan beban yang ditimbulkan oleh perawatan terhadap

individu sakit terminal.




10








Diagnosa keperawatan lain pada pasien dengan metastase serebral

mencakup nyeri akibat tekanan tumor, kerusakan pertukaran gas yang

berhubungan dengan dispnea, konstipasi yang berhubungan dengan penurunan

asupan cairan, muntah dan reaksi obat-obatan, gangguan pola tidur yang

berhubungan dengan ketidaknyamanan dan takut mati, kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan kakeksia, perfusi jaringan buruk, dan penurunan mobilisasi,

kekurangan volume cairan, potensial atau aktual berhubungan dengan demam,

muntah dan asupan cairan rendah, kerusakan regulasi, suhu berhubungan dengan

keterlibatan hipotalamus, demam dan menggigil.


     Rencana dan Implementasi

Sasaran pasien dapat mencakup kemampuan mengompensasi kekurangan

perawatan diri, mendapatkan perbaikan nutrisi, penurunan ansietas, dan

meningkatkan keterampilan koping keluarga.


Intervensi Keperawatan

-     Mengompensasi kurang perawatan diri

Pasien dapat mengalami kesukaran berpartisipasi dalam berbentuk

tujuan, akibat metastase tumor dan pengaruh fungsi berpikir. Pasien dibantu

untuk membuat rencana setiap hari dan membuat perhitungan hari. Tugas-

tugas dan tantangan untuk membantu pasien mendapatkan mekanisme

koping, adaptasi dan kompensasi dalam meningkatkan pemecahan masalah-

masalah. Ini membantu pasien mempertahankan dalam mengontrol perasaan.



11








Program latihan individu membantu mempertahankan kekuatan, daya tahan

dan gerakan sendi.

-     Meningkatkan nutrisi

Pasien mual, muntah, sukar bernafas dan nyeri jarang berminat pada

makan. Perawat mengajarkan keluarga bagaimana posisi nyaman selama

makan, makanan ditawarkan bila pasien lebih tentang dan hilangnya tekanan

nyeri atau pengaruh pengobatan. Pasien membutuhkan kebersihan,

kenyamanan dan bebas dari nyeri, dalam keadaan yang menarik bila

memungkinkan.

Bantu membersihkan mulut, kepandaian perawat membuat makanan

lezat, memberikan cairan yang cukup dan meningkatkan kesempatan

bersosialisasi, diperlukan untuk mencatat kuantitas makanan yang dimakan

untuk menentukan jumlah kalori setiap hari.

Suplemen gizi, sesuai kesukaran pasien dapat membantu untuk

mendapat makanan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan kalori. Jika

pasien menolak untuk memakan makanan yang diperlukan, mungkin

dilakukan cara apapun yang dapat diterima pasien. Bila pasien

memperlihatkan bentuk kemunduran sebagai hasil pertumbuhan tumor dan

pengaruhnya, beberapa di antara bentuk bantuan makanan (pipa makanan,

pemberian makanan melalui total parental) menjadi diperlukan sekali.

Intervensi keperawatan mencakup mengkaji kepatenan pusat dan jalur

intravena atau selang makanan, pemantauan asupan dan haluaran, dan


12








mengganti balutan dan pipa intravena (IV). Teknik ini dipertimbangkan untuk

memberi perawatan di rumah. Selain itu, pemberian makanan total melalui

parenteral (nutrisi parenteral total) dapat dipertimbangkan di rumah.

Kualitas kehidupan pasien dapat berfungsi untuk mengarahkan dalam

memilih, berinisiatif dan mempertahankan dukungan pengelola gizi. Pasien

dapat menjadi bosan dengan semua dorongan makan dan berdiskusi tentang

makanan, kegiatan berikutnya harus dipertimbangkan ke dalam keinginan

pasien dan keluarga.

-     Menghilangkan ansietas

Pasien dengan metastase serebral mungkin gelisah, dengan perubahan

suasana hati yang mencakup depresi, eufoporia, paranoid dan cemas berat.

Strategi koping pasien sendiri dapat membantu menghadapi cemas dan

perasaan depresi. Pasien membutuhkan kesempatan untuk latihan mengontrol

beberapa keadaan mereka. Perasaan menguasai dapat ditingkatkan saat

mereka belajar memahami penyakit dan pengobatannya, dan bagaimana

menghadapi perasaan mereka. Keberadaan keluarga, teman, rohaniawan dan

tenaga kesehatan profesional dapat mendukung pasien.

Menyediakan waktu untuk mendampingi pasien untuk membicarakan

dan mengkomunikasikan rasa takut dan kekhawatiran mereka. Komunikasi

terbuka dan menerima rasa takut mereka merupakan terapi yang sering

diberikan. Jika reaksi emosi pasien sangat tegang atau lama, bantuan





13








tambahan dari rohaniawan, pekerja sosial, profesional kesehatan mental,

terapi okupari, atau terapi rekreasi mungkin diperlukan.

-     Meningkatkan koping keluarga 

Keluarga perlu diyakinkan bahwa orang yang mereka cintai menerima

perawatan optimal dan bahwa perhatian akan diberikan pada perubahan

gejala pasien dan terhadap masalah mereka. Bila pasien tidak melakukan

perawatan diri sendiri, maka keluarga dibantu dalam perawatan fisik pasien

yang diperlukan dan bantuan yang didapat berupa sistem dukungan (pekerja

sosial, bantuan kesehatan di rumah, komunikasi kesehatan, dan perawatan

kesehatan komunitas, perawatan hospice). Sasaran keperawatan adalah untuk

mempertahankan ansietas dalam tingkat dapat diatasi.

-     Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

Penting untuk mengkaji perubahan kebutuhan pasien dan keluarga

dan menginformasikan kepada keadaan pasien. Kebutuhan penyuluhan pada

pasien dan keluarga sesuai dengan perkembangan penyakit. Pelayanan

keperawatan di rumah dan pelayanan hospice merupakan sumber-sumber

yang bermanfaat yang disediakan untuk pasien dan keluarga. Dengan

mengantisipasi kebutuhan tersebut terjadi dapat membantu dalam

memperlancar pemenuhan kontak personal dan telepon antara perawat

dengan pasien dan keluarga merupakan pendekatan yang dapat membantu.








14








-     Hospice care

Pasien dan keluarga yang memilih untuk merawat pasien di rumah

sesuai kemajuan penyakit mendapat keuntungan dari perawatan dan

dukungan yang diberikan pada perawatan hospice. Langkah-langkah untuk

melakukan perawatan hospice, termasuk pembahasan pemilihan perawatan

hospice, tidak boleh ditunda sampai kematian pasien mengancam. Penggalian

perawatan hospice sebagai suatu pilihan harus dimulai ketika perawatan

hospice dapat memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga, dan dapat

membantu dalam perjalanan menuju kematian.


     Evaluasi

Hasil yang diharapkan

1.   Melakukan aktivitas merawat diri sepanjang waktu yang memungkinkan:

a.   Menggunakan alat-alat bantu atau menerima bantuan

b.   Jadwal periode istirahat berkala untuk memberikan partisipasi dalam

perawatan diri.

2.   Mempertahankan status nutrisi yang optimal bila memungkinkan.

a.   Makan dan menerima makanan dalam keterbatasan kondisi

b.   Menerima bantuan untuk makan bila diindikasikan.

3.   Melaporkan ansietas berkurang

a.   Gelisah berkurang dan tidur lebih baik 

b.   Mengungkapkan kekhawatiran tentang kematian

c.   Berpartisipasi dalam aktivitas pribadi yang penting selama mungkin

15








4.   Anggota keluarga mencari bantuan sesuai kebutuhan

a.   Menunjukkan kemampuan untuk mandi, makan dan perawatan untuk

pasien.

b.   Mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran pada tenaga kesehatan yang

tepat.

c.   Mendiskusikan yang mencari perawatan hospice sebagai pilihannya.












































16








MENINGITIS


Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak

dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, organ-organ jamur.

Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis dan tuberkulosa.

-     Meningitis aseptic mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan

iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia

atau darah di ruang subarakhnoid.

-     Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme

bakteri seperti meningekokus, stafilokokus, atau basilus influenza.

-     Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.


Meningitis Bakteri

     Manifestasi Klinis

-     Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK

Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala

dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi

meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan

penyakit.

-     Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri

Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya

penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit.

Demikian pula respon individu terhadap proses fisiologik.



17








-     Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang

umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.

   Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk

fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.

   Tanda kerning positif: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam

keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan

sempurna.

   Tanda brudzinski: bila leher pasien difleksikan, maka hasilnya fleksi lutut

dan panggul, bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada

salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas

yang berlawanan.

Demikian pula alasan yang tidak diketahui, pasien ini mengeluh mengalami

fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya. Kejang dan

peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi

sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK

sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan

karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia).

Pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat

kesadaran. Adanya ruam merupakan salah satu ciri pada meningitis

meningokokal (N. meningitis). Pada kulit terdapat ruam retekiel dengan lesi

purpura sampai ekuniosis pada darah yang luas.


18








-     Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10 % pasien dengan meningitis

meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba

muncul, lesi pura-pura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok

dan tanda-tanda koagulopati intravascular diseminata (KID). Kematian

mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.

Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan kuman

pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelektrophoresis (CIE)

digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh,

umumnya cairan serebrospinal dan urine.

     Penatalaksanaan

Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses. Abses otak diobati

dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan atau aspirasi. Pengobatan

antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme sebagai penyebab atau

menurunkan perkembangan virus. Doses besar melalui intravena biasanya

ditentukan praoperatif untuk menembus jaringan otak dan abses otak. Tetapi

diteruskan pada pasca operasi. Kortikosteroid dapat diberikan untuk menolong

menurunkan radang edema serebral jika pasien memperlihatkan adanya

peningkatan deficit neurologik.

Setelah pengobatan abses otak, deficit neurologik dapat terjadi berupa

hemiparesis, kejang, gangguan penglihatan dan kelumpuhan saraf cranial karena

kemungkinan adanya gangguan jaringan otak. Serangan ulang biasanya terjadi,

dengan angka kematian yang tinggi.


19








     Evaluasi Diagnostik

Pengulangan pengkajian neurologik dan pengkajian pasien terus-menerus penting

untuk menentukan letak abses yang akurat. CT sangat baik dalam menentukan

letak abses, setelah evolusi dan resolusi lesi-lesi supuratif, dan dalam

menentukan waktu yang optimal untuk dilaksanakan intervensi pembedahan.


INFEKSI INTRAKRANIAL: ABSES OTAK

Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam jaringan

otak. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari trauma intracranial atau

pembedahan, melalui penyebaran infeksi dari daerah lain seperti sinus, telinga dan

gigi (infeksi sinus pranasal, otitis media, sepsis gigi); atau dapat menjadi komplikasi

yang berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis. Abses otak adalah

komplikasi yang meningkat pada pasien yang sistem imumnya disupresi baik karena

terapi atau penyakit.


ANEURISMA INTRAKRANIAL

Aneurisma intrakranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang

berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri. Penyebab aneurisma tidak

diketahui, walaupun penelitian terus-menerus diusahakan untuk mengerti tentang

masalah ini. Aneurisma mungkin karena aterosklerosis, yang mengakibatkan

kerusakan dinding pembuluh darah dengan dilanjutkan kelemahan pada dinding

pembuluh darah, kerusakan congenital, penyakit vaskular, hipertensi, trauma kepala

atau pertambahan usia.



20








Arteri serebral yang paling umum mengalami aneurisma adalah carotid

internal, serebral anterior, arteri komunis anterior, dan arteri serebral tengah.

Persentase yang kecil terjadi pada daerah vertebrobasilar adalah kecil. Aneurisma

serebral multiple tidak umum terjadi.


PATOFISIOLOGI

Gejala-gejala yang ditimbulkan bila terjadi pelebaran aneurisma dan tekanan

pada daerah sekitar saraf cranial atau substansi otak atau lebih hebat lagi bila

aneurisma pecah, menyebabkan hemorologi subarakhnoid (hemoragi ke dalam ruang

subarakhnoia cranial). Metabolisme otak yang normal dirusak oleh otak yang

tertutup darah, dengan peningkatan TIK yang diakibatkan dari masuknya darah ke

ruang subarakhnoid dengan tiba-tiba yang menekan dan membuat cedera jaringan

otak, atau iskemia otak yang diakibatkan oleh penurunan perfusi, adanya tekanan dan

spasme vaskular yang sering disertai perdarahan subarakhnoid.

Selain aneurisma, penyebab lain dari hemoragi subarakhnoid meliputi

malformasi, arteriovemosa, tumor, trauma, diskrosia darah dan faktor-faktor yang

tidak diketahui.


MANIFESTASI KLINIK

Pecahnya aneurisma selalu terjadi tiba-tiba, tidak selalu disertai dengan sakit

kepala yang berat dan sering kehilangan kesadaran untuk periode yang bervariasi.

Pada saat aneurisma “membocorkan” darah, yang ditandai adanya bentuk bekuan

yang menutupi daerah yang pecah. Dalam keadaan sesaat pasien dapat



21








memperlihatkan adanya sedikit deficit neurologik atau mungkin terjadi perdarahan

yang menyebabkan kerusakan serebral yang dengan cepat diikuti koma dan

kematian.

Prognosis bergantung pada kondisi neurologik pasien, usia, keadaan

penyakitnya dan luasnya lokasi aneurisma. Perdarahan subarakhnoid dari aneurisma

merupakan bencana besar dengan angka mortalitas sampai 50 %.


EVALUASI DIAGNOSTIK

Diagnostik ditetapkan melalui pemindaian CT, fungsi lumbal, yang

menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal, dan angiografi serebral, yang

menunjukkan lokasi dan ukuran aneurisma dan memberi informasi tentang arteri

yang terkena, pembuluh yang ada di antaranya dan cabang-cabang vaskuler.


PENATALAKSANAAN

Sasaran pengobatan adalah untuk memungkinkan otak putih dari akibat

perdarahan, untuk mencegah atau meminimalkan resiko perdarahan ulang, dan untuk

mencegah atau mengobati komplikasi lain. Komplikasi potensial yang muncul

mencakup perdarahan ulang, spasme vaskuler serebral yang menyebabkan iskemia

serebral, hidrosefalus akut, yang menyebabkan darah bebas menghambat reabsorpsi

cairan serebrospinal.

Penatalaksanaan terdiri dari tirah baring untuk mencegah agitasi dan stres,

penatalaksanaan spasme vaskuler dan pembedahan atau pengobatan medis untuk

mencegah perdarahan tulang.



22








-     Vasospasme: terjadinya vasospasme (menyempitnya lumen pembuluh darah yang

terdapat pada cranial. Vasospasme menimbulkan peningkatan tahanan vaskuler

yang menghalangi aliran darah serebral dan menyebabkan iskemia otak dan

infark vasospasme sering terjadi dalam hari ke-4  sampai hari ke-12. Setelah awal

perdarahan (hemoragi).

Perlu kita ketahui bahwa vasospasme atau spasme vaskuler itu disebabkan oleh

meningkatnya kalsium yang masuk ke dalam sel, sehingga terapi obat ditetapkan

untuk menghalangi atau melawan aksi ini dan dapat mencegah atau membalikkan

aksi vasospasme yang telah ada.

-     Peningkatan tekanan-tekanan intrakranial

Tingginya     tekanan     intrakranial     hampir     selalu     mengikuti     perdarahan

subarakhnoid, biasanya terjadi karena kerusakan sirkulasi CSS yang disebabkan

oleh darah yang mengumpul di daerah basal. Untuk menurunkan peningkatan

TIK (akibat edema serebral, herniasi, hidrosefalus, atau vasospasme) dilakukan

pengeluaran cairan.

Intrakranial dapat dilakukan dengan fungsi lumbal atau mengeluarkan CSS

dengan menggunakan kateter ventricular dan mannitol. Bila mannitol digunakan

sepanjang pengukuran kontrol TIK dehidrasi dan gangguan keseimbangan

elektrolit. Mannitol beraktivitas melalui proses osmotik yang menarik cairan

keluar dari otak sama seperti menurunkan total cairan tubuh melalui diuresis.








23








-     Hipertensi sistemik

Usaha yang dilakukan untuk mencegah hipertensi sistemik adalah jika tekanan

darah tinggi, terapi antihipertensi diberikan pada pasien. Pemantauan

hemodinamik pada jalur arteri yang hasilnya untuk mendeteksi atau menghindari

turunnya tekanan darah yang cepat, yang dapat menyebabkan iskemia otak.

Analgetik seperti kodein, asetaminofen diberikan untuk nyeri kepala dan leher.

Pasien harus menggunakan tekanan kaos kaki yang elastis untuk mencegah

trombosis vena profundar dan pengobatan untuk beberapa pasien adalah tirah

baring.


PROSES KEPERAWATAN PASIEN ANEURISMA SEREBRAL

1.   Pengkajian

Pengkajian neurologik yang lengkap dilakukan pada awal dan mencakup

evaluasi sebagai berikut:

-     Tingkat kesadaran

-     Reaksi pupil

-     Fungsi sensori dan motorik

-     Defisit saraf cranial

-     Kesukaran bicara, gangguan penglihatan atau penurunan neurologik dan sakit

kepala.

Temuan pengkajian neurologik didokumentasikan dan dilaporkan sebagai

indikasi. Pengkajian ini sering berubah-ubah dan disesuaikan dengan keadaan




24








pasien. Beberapa perubahan keadaan pasien membutuhkan pengkajian ulang dan

didokumentasikan dengan teliti, perubahan yang terjadi dilaporkan segera.

Perubahan tingkat kesadaran sering merupakan tanda paling awal dari

penyimpangan pasien aneurisma serebral dengan pasien maka perawat sering

menjadi orang pertama yang mendeteksi perubahan yang halus seperti perasaan

mengantuk dan bicara tidak jelas mungkin gejala awal tingkat kesadaran pasien

memburuk, pengkajian keperawatan perlu sering dilakukan pada pasien kritis

yang diketahui atau kemungkinan mengalami aneurisma serebral.

2.   Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien

meliputi sebagai berikut:

-     Perubahan perfusi serebral yang berhubungan dengan perdarahan dari

aneurisma.

-     Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan perbatasan

terhadap kewaspadaan subarakhnoid.

-     Ansietas yang berhubungan dengan penyakitnya atau hambatan pada

subarakhnoid

Masalah kolaboratif/komplikasi potensial

-     Kejang

-     Vasospasme








25








3.   Rencana dan Implementasi

Sasaran untuk pasien ini mencakup peningkatan perfusi jaringan,

berkurangnya perfusi jaringan, berkurangnya gangguan sensori dan persepsi,

ansietas berkurang, dan tidak ada komplikasi.

4.   Intervensi Keperawatan

Pasien dipantau secara kontinyu terhadap adanya penurunan neurologik

yang terjadi akibat perdarahan ulang, peningkatan TIK, vasospasme, pertahankan

catatan berkas neurologik, periksa setiap jam untuk tekanan darah, denyut nadi,

tingkat responsif, respon pupil dan fungsi motorik. Status respiratorik dipantau

karena adanya penurunan pO2 pada daerah otak, akibat peningkatan kerusakan

antoregulasi yang disebabkan oleh infark serebral.

Tindakan pencegahan pada subarakhnoid diimplementasikan untuk

memberikan lingkungan yang tidak menstimulasi dan mencegah peningkatan

TIK dan perdarahan berat. Pasien diletakkan segera dan tirah baring pada

lingkungan sepi,. tidak membentuk stress, karena aktivitas, nyeri dan cemas

menyebabkan tekanan darah meninggi, yang dapat menimbulkan perdarahan,

batasi kunjungan kecuali untuk keluarga.

Tinggikan tempat tidur bagian kepala dengan ketinggian sedang untuk

memberikan aliran vena dan menurunkan TIK. Semua pelayanan diberikan oleh

perawat, pasien dibantu dan dimandikan untuk mencegah pengerahan tenaga

yang dapat meninggikan tekanan darah.





26








Stimulasi internal dijaga agar tetap minum, misalnya:

-     tidak ada televisi

-     tidak ada radio

-     tidak ada bacaan

-     dan membatasi kunjungan.

Kunjungan dibatasi agar pasien tetap berada dalam keadaan sepi, pencegahan ini

harus didasarkan [ada keadaan pasien dan respon pengunjung.

Tanda yang menunjukkan pembatasan pengunjung harus diletakkan pada pintu

kamar dan pembatasan harus didiskusikan antara pasien dan keluarga. Tujuan

kewaspadaan subarakhnoid harus dijelaskan secara seksama baik pada pasien

maupun keluarga pasien.

-     Mengurangi gangguan sensori dan ansietas

Stimulasi sensori dipertahankan minimal

     untuk pasien terjaga

     penjelasan tentang pembatasan untuk mengurangi perasaan terisolasi

     waspada

     dan berorientasi 

Mempertahankan pasien mendapat informasi tentang rencana perawatan,

memberikan ketenangan dan membantu meminimalkan ansietas, juga

membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas pasien.







27








-     Memantau dan menatalaksanakan komplikasi potensial

Kejang

Kewaspadaan kejang dipertahankan untuk setiap pasien yang mungkin

beresiko terhadap aktivitas kejang. Hal ini meliputi menyediakan alat

penghisap yang berfungsi penuh di samping tempat tidur, kateter pengisap,

spatel lidah yang diberi bantalan. Bantalan tempat tidur diberikan untuk

melindungi pasien dari kemungkinan cedera. Bila terjadi kejang, pertahankan

jalan nafas pasien dan pencegahan cedera merupakan tujuan utama.

Pemberian terapi obat dimulai saat ini. Jika tidak ada siapkan obat-obatan

tersebut segera di antaranya fenitoin (dilantin)

Vasospasme

Pasien harus dikaji untuk adanya tanda kemungkinan vasospasme:

-     Sakit kepala terus menerus

-     Penurunan tingkat responsivitas

-     Adanya afasia dan palisis parsial

Tanda-tanda ini dapat terjadi beberapa hari yang diikuti dengan tindakan

pembedahan atau dimulainya pengobatan dan harus segera dilaporkan.

Jika vasospasme telah didiagnosis, medikasi yang diresepkan meliputi terapi

penyekat kalsium atau memberikan volume cairan ekspander.

5.   Evaluasi

Hasil yang diharapkan:

1.   Menunjukkan status neurologik utuh, tanda vital dan pola pernafasan normal:


28








a.   Pasien sadar dan berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

b.   Memperlihatkan pola bicara yang normal dan proses berpikir utuh.

c.   Memperhatikan kekuatan otot yang sama dan kuat pada gerakan dan

sensasi keempat ekstremitas.

d.   Memperlihatkan refleks tendon yang dalam dan respon pupil tetap normal

2.   Menunjukkan persepsi sensori normal

a.   Menyatakan kewaspadaan subarakhnoid

b.   Memperlihatkan proses berpikir yang bersih

3.   Memperlihatkan penurunan tingkat ansietas

a.   Kegelisahan berkurang

b.   Tidak menunjukkan indikator fisiologik ansietas, misal: tanda vital

normal, frekuensi pernafasan normal, tidak ada bicara cepat atau

berlebihan.

4.   Bebas dari komplikasi

a.   Menunjukkan tanda vital normal dan aktivitas neuromuscular tanpa

kejang

b.   Mengungkapkan pemahaman tentang kewaspadaan kejang

c.   Menunjukkan tidak ada vasospasme

d.   Menunjukkan status mental normal, status motorik dan sensorik normal

e.   Tidak ada perubahan penglihatan








29
Previous
Next Post »

Translate