ASUHAN
KEPERAWATAN PERTUSIS PADA PASIEN ANAK
A. DEFINISI
Pertusis
adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis.
Nama lain penyakit
ini adalah Tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk
100
hari.
B. ETIOLOGI
Bordetella
pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram
negatif,
tidak bergerak, ditemukan dengan melakukan swab pada daerah
nasofaring
dan ditanamkan pada media agar bordet-bengou.
C. MANIFESTASI KLINIS
Masa
tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau
lebih
yang terdiri dari 3 stadium:
1. Stadium kataralis
Stadium
ini berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk
ringan,
terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan.
Stadium
ini menyerupai influenza.
2. Stadium spasmodik
Berlangsung
selama 2 – 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien
gelisah
dengan muka merah dan sianotik. Batuk terjadi paroksismal berupa
batuk-batuk
khas, serangan batuk panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya
dan
diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi
melengking);
sering diakhiri muntah disertai sputum kental. Anak-anak dapat
sempat terberak-berak
dan terkencing-kencing akibat tekanan pada saat batuk
serta dapat terjadi
perdarahan sub konjungtiva dan epistaksis, tampak
keringat,
pembuluh darah leher dan muka lebar.
3. Stadium konvalesensi
Berlangsung selama 2
minggu sampai sembuh. Jumlah dan serangan batuk
berkurang,
muntah berkurang, nafsu makan timbul kembali.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi
dari pertusis adalah sebagai berikut:
a. Alat pernafasan
Dapat terjadi otitis
media, bronkhitis, bronchopneumonia, atelektasis yang
disebabkan sumbatan mukus, emfisema, bronkietaksis sedangkan
tuberkulosis
yang sebelumnya telah ada dapat menjadi bertambah.
b. Alat pencernaan
Muntah-muntah yang
berat dapat menimbulkan emasiasis (anak menjadi
kurus sekali),
prolaps rectum atau hernia yang mungkin timbul karena
tingginya tekanan
intra abdominal ulkus pada ujung lidah karena tergosok
pada
gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, juga stomatitis.
c. Susunan saraf
Kejang dapat timbul
karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat
muntah-muntah,
kadang-kadang terdapat kongesti dan edema pada otak,
mungkin
pula terjadi perdarahan otak.
1
d. Lain-lain
Dapat
pula terjadi perdarahan lain seperti epistaksis, hemoptisis dan
perdarahan
subkonjungtiva.
E. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis
50 mg/Kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat
ini menghilangkan Bordetella
pertusis dari nasofaring dalam 2 – 6 hari
(rata-rata 3 – 6
hari) dengan demikian memperpendek kemungkinan
penyebaran
infeksi.
b. Ampisilin dengan dosis
100 mg/Kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c. Lain-lain,
kloramfenikol, tetrasiklin, kontrimaksazol dan lain-lain.
2. Immunoglobulin: belum
ada persesuaian paham.
3. Ekspektoransia dan
mukolitik
4. Kodein diberikan bila
terdapat batuk-batuk yang berat
5. Lumirol sebagai sedativa
F. CARA PENULARAN
Cara
penularan pertusis, melalui
- Droplet infection
- Kontak tidak langsung
dari alat-alat yang terkontaminasi
2
PATOFISIOLOGI
PENYIMPANGAN KDM
Bordetella
pertusis.
↓
Inhalasi
droplet
↓
Alveolus
↓
Reaksi
antigen-antibodi
↓
Tuberkel pecah Reaksi
radang
Peningkatan aktivitas
↓
Eksudasi
↓
Fibrosis
jaringan
paru
↓
Iskemia
jaringan
paru
↓
Merangsang
reseptor
saraf
untuk mengeluarkan
neurotransmeter
bradikinin,
serotonin
dan
histamin
↓
Nyeri
pada
paru
↓
Peningkatan produksi
sekret
↓
Akumulasi
sekret
↓
Obstruksi
jalan nafas
↓
Batuk-batuk
↓
Pola
nafas
tidak
efektif
3
seluler
↓
Metabolisme
meningkat
↓
Pemecahan
KH,
protein,
lemak dan
adanya
penekanan
pada
saraf pusat
lapar
di otak
↓
Kurang nafsu makan
↓
Asupan
kurang
↓
BB
menurun
↓
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
PROSES
PENGKAJIAN PASIEN PERTUSIS
1. PENGKAJIAN
a. Data Dasar Pengkajian
Pasien
• Aktivitas/istirahat
Gejala
: batuk panjang, kelelahan, demam ringan
Tanda
: sesak, kelelahan otot dan nyeri
• Makanan/cairan
Gejala
: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB
Tanda
: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
• Nyeri/kenyamanan
Gejala
: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
• Integritas ego
Tanda
: gelisah
• Pernafasan
Gejala
: batuk, tarikan nafas panjang
Tanda
: muka merah, sianotik
b. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan
sputum
4
PENGELOMPOKAN
DATA
Data
Subjektif
- Pasien mengeluh batuk
- Pasien mengeluh nyeri
pada
dadanya
- Pasien mengeluh sesak
Data
Objektif
- Suhu badan meningkat
- Penurunan berat badan
- Turgor kulit buruk
- Mual muntah
- Nafsu makan hilang
- Pasien tampak gelisah
ANALISA DATA
No
Problem
Etiologi
Symptom
1. Pola nafas tidak
efektif Peningkatan produksi
sputum
Frekuensi nafas tidak
normal, bunyi nafas
tidak normal, sianosis
2. Nyeri
3. Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Batuk menetap
Mual/muntah
5
Nyeri dada, gelisah
Penurunan berat
badan, kelemahan,
kehilangan massa otot,
enggan makan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai
dengan
- Frekuensi nafas tidak
normal
- Bunyi nafas tidak
normal
- Sianosis
Tujuan:
Tujuan
yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas pasien
Intervensi
Keperawatan
1) Auskultasi bunyi nafas
misal: mengi
Rasional : untuk
mengidentifikasi adanya obstruksi jalan nafas yang
membahayakan
oksigenasi.
2) Kaji/pantau frekuensi
pernafasan
Rasional : untuk mengetahui
adanya penurunan dan peningkatan
frekuensi
pernafasan.
3) Berikan pasien posisi
semi Fowler
Rasional : untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4) Ajarkan pasien melakukan
batuk efektif
Rasional : untuk
membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah
komplikasi
pernafasan.
5) Pertahankan masukan
cairan sedikitnya 2500 mL/hari
Rasional : untuk membantu mengencerkan sekret.
6
6) Berikan obat sesuai
indikasi seperti eritromisin, kodein, ampisilin, dan
lain-lain.
Rasional : untuk
memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi dan
untuk
meringankan batuk.
b. Nyeri berhubungan dengan
batuk menetap ditandai dengan:
- Nyeri dada
- Gelisah
Tujuan:
Tujuan
yang diharapkan menyatakan nyeri hilang
Intervensi
Keperawatan
1) Tentukan karakteristik
nyeri
Rasional : untuk membantu mengevaluasi tingkat nyeri
2) Berikan posisi yang
nyaman
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
3) Dorong pasien untuk
menyatakan perasaan nyeri
Rasional : takut
dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan
ambang
persepsi nyeri
4) Berikan lingkungan yang
tenang
Rasional : untuk meningkatkan mekanisme koping
Kolaborasi
5) Berikan analgesik sesuai
indikasi
Rasional : untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan
mengurangi nyeri
7
c. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan mual/muntah
ditandai
dengan:
- Penurunan berat badan
- Kehilangan massa otot
- Kelemahan
- Enggan makan
Tujuan:
Tujuan
yang diharapkan menunjukkan peningkatan berat badan
Intervensi
Keperawatan
1) Catat status nutrisi
pasien
Rasional : untuk mengetahui pemasukan makanan
2) Awasi
pemasukan/pengeluaran makanan secara periodik
Rasional : berguna dalam mengukur jumlah nutrisi
3) Dorong dan berikan
periode istirahat
Rasional : membantu
menghemat energi khususnya bila metabolik
meningkat
saat demam
4) Timbang berat badan
pasien secara rutin
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan berat
badan pasien
Kolaborasi
5) Konsul ke ahli gizi
untuk meningkatkan komposisi diit
Rasional : memberi bantuan dalam perencanaan diit
8
DAFTAR
PUSTAKA
1. Arief Manjoer, 2000, Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Jakarta.
2. Behrman, Kliegnan,
Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi
15,
EGC, Jakarta.
3. Ngastiyah, 1997, Perawatan
Anak Sakit, Editor Setiawan, EGC, Jakarta.
4. Doenges, Marilynn, E.
dkk, 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3,
EGC,
Jakarta.
9
ConversionConversion EmoticonEmoticon