BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dizaman
yang berkembang sekarang ini, Indonesia mengalami perubahan-perubahan.Misalnya
berkembangnya pendidikan, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan
kebudayaanpun semakin berkembang.Walaupun demikian, masyarakat Indonesia banyak
pula yang pemikirannya kurang berkembang.Contohnya saja dalam bidang pelayanan
kesehatan.Banyak masyarakat yang tidak mau meninggalkan kebudayaan atau
kebiasaan yang jelas secara medis itu hal yang kurang baik bagi kesehatan.Walaupun
era semakin berkembang, namun penanganan ibu melahairkan masih banyak
menggunakan dukun bayi khususnya di daerah-daerah pedesaan atau daerah
terpencil.Minimnya tenaga kesehatan, membuat jasa dukun bayi semakin digunakan.Selain
itu, masyarakat masih ada yang menganggap penanganan dengan dukun bayilah yang
lebih aman disbanding tenaga medis (bidan). Ada juga yang sudah mengerti dan
faham apabila penanganan oleh tenaga medis(bidan) lebih aman dibanding dukun
bayi namun tetap menggunakan dukun bayi yang masih memegang erat tradisi zaman
dahulu. Ritual-ritual atau kebiasaan zaman dahulu yang seharusnya sudah tidak
perlu digunakan lagi, masih tetap digunakan karena menurut sebagian masyarakat
atau daerah tertentu hal tersebut akan menjauhkan hal-hal bahaya, atau hal gaib
yang akan mengganggu kesehatan pasien. Contohnya saja di daerah Lamongan,
Madura, Kediri dan Bali serta Nusa Tenggara Barat masih ada yang melakukan hal
diatas yang kami paparkan dengan berbagai kebiasaan sesuai dengan adat
setempat.
Dalam
makalah kami ini, kami akan membahas tentang bagaimana penanganan ibu bersalin
kala IV disuatu daerah tertentu oleh dukun bayi. Dan bagaimana dampak medis
bagi kesehatan.Oleh karena itu, kami membuat makalah ini supaya masyarakat tahu
dan mengerti bahayanya penanganan ibu bersalin kala IV jika ditangani oleh
dukun bayi yang tidak terdidik oleh ilmu kesehatan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
cara penanganan ibu bersalin kala IV pada adat istiadat di daerah tertentu?
2. Bagaimanakah dampak medis terhadap kebiasaan penanganan
ibu bersalin kala IV di daerah tertentu bagi kesehatan?
C.
Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui bagaimana tradisi beberapa daerah cara penanganan ibu bersalin kala
IV oleh dukun bayi
2. Untuk
mengetahui dampak medis bagi kesehatan penanganan bayi jika ditangani oleh
petugas non medis (dukun)
D.
Manfaat
Makalah
1. Sebagai
sumber informasi bagi masyarakat tentang bahaya cara penanganan ibu bersalin
jika sesuai dengan ilmu medis
2. Sebagai
sumber penambah pengetahuan
3. Sebagai
sumber pendorong masyarakat supaya percaya akan manfaat kesehatan
4. Sebagai
sumber pendorong masyarakat supaya menghilangkan kebiasaan adat yang tidak
bermanfaat bagi kesehatan atau yang membahayakan bagi tubuh
BAB
II
PEMBAHASAN
Pelayanan ibu
melahirkan kala IV merupakan dimana mulai lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama. Di kala ini, secara medis ada tata cara penanganan dan cara
pelayanannya. Adapun cara-cara secara medis, seperti berikut:
1. Pantau
tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap
15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
2. Masase
uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama satujam kedua kala empat. Jika ada
temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obserfasi dan penilaian kondisi
ibu.
3. Pantau
temperatur tubuh selama dua jam pertama pascapersalinan. Jika meningkat, pantau
dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
4. Nilai
pendarahan. Periksa perineum dan vagina selama 15 menit menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
5. Ajarkan
ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang
keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek
6. Minta
anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk mengenakan
baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan
baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI.
7. Lengkapi
asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
Beda
dalam daerah tertentu jika Kala IV di tangani oleh dukun, contonya saja di
daerah:
A.
MADURA
Budaya
di Madura pada penanganan ibu melahirkan kala empat atau pengeluaran
plasenta/ari-ari dan 2 jam pertama. Biasanya jika plasenta sudah keluar dan
dipotong, plasenta ditaburkan garam, bawang merah, laos, bawang putih,
ketumbar, merica jahe dan kembang 7 rupa. Kemudian plasenta dibungkus di dalam kain
kafan dan dimasukkan ke dalam kendi atau di madura biasanya disebut ceteh yang terbuat dari tanah liat. Ada juga
yang ditempatkan pada kulit semangka.Caranya, isi semangka yang berwarna merah
itu dikeluarkan dan jika sudah bersih tinggal kulit semangkanya, masukkan
ari-ari ke dalam kulit semangka tersebut.Selain itu, ari-ari juga dapatdimasukkan
kedalam “kondur”.Air-ari atau plasenta yang dimasukkan ke kondur atau semangka,
dipercaya oleh orang Madura untuk menjadikan plasenta atau ari-ari itu dingin.
Sebelum plasenta atau ari-ari itu
dimasukkan, plasenta tersebut harus dicuci terlebih dahulu hingga bersih.Baru
dimasukkan kedalam kendi, semangka atau kondur dan kemudian dikubur.Masyarakat
disana biasanya juga memasangkan lampu pada ari-ari tersebut yang dikubur
supaya pada malam hari terasa hangat.
Masyarakat disana juga mempercayai
budaya nenek moyang, yaitu pada saat plasenta atau ari-ari dikuburkan tersebut
orang itu harus bersih, rapi dan wangi. Sebab apabila orang yang menguburkan
plasenta atau ari-ari itu tidak bersih dan tidak rapi, akan mencerminkan sifat
anaknya tersebut kelak ketika dewasa. Misalnya yang menguburkan ari-ari bayi
baru lahir orangnya tidak bersih dan tidak rapi, maka sifat anak tersebut juga
pasti tidak suka kebersihan.Selain itu, untuk orang yang menguburkan ari-ari harus
menggunakan tangan kanan, sebab apabila dengan tangan kiri, si anak juga
melakukan aktivitasnya dengan tangan kiri.
Ada juga
hal yang harus dilakukan ibuk yaitu setelah melahirkan harus memakai gurita,
tubuh dilumuri dengan jamu yaitu “parem”. Dan juga minum jamu.
B.
LAMONGAN
Orang-orang
lamongan bisanya menyebutkan plasaenta atau ari-ari dengan sebutan
“dulur”.Penganan oleh dukun beranak ketika plasenta baru lahir yaitu pertama
ari-ari dicuci bersih kemudian ari-ari tersebut diberi garam yang diyakini agar
si bayi kelak punya malu.Setelah itu ari-ari dibungkus dengan kain berwarna
putih.
Langkah
kedua, siapkan kunyit, dauh sirih dan daun kenanga dipotong-potong yang
dipercya supaya bayinya ber bau sedap.
Langkah
ketiga, siapkan benang, jarum, kaca agar si bayi tidak diganggu oleh hal-hal
gaib.
Ketiga
persiapan tadi kemudian dimasukkan kedalam kendil yang ter buat dari tanah liat
dikendil tersebut diberi ayat-ayat al quran supaya tidak diganggu oleh syetan,
lalu dipendam dalam tanah.Diatas pendaman ari-ari tersebut ditaburi kembang 7
rupa dan diberi lampu supaya si bayi diberi jalan yg terang dan ari-arinya
menjadi hangat dan berpengaruh oleh ari-arinya.Itu menurut tradisi didaerah
Lamongan.
Selain penanganan plasenta, setelah
plasenta lahir dan 2 jam pertama ibu yang melahirkanpun perutnya langsung
dipijat untuk mengembalikan letak rahim. Selain itu, ibu tidak boleh minum
terlalu banyak.Bahkanada yang hanya diberi minum sedikit sekali.
C.
KEDIRI
Menurut
kepercayaan orang dahulu dalam penguburan ari-ari bayi dilakukan dengan mencuci bersih ari-ari yang lahir setelah
bayi, lalu dibungkus dengan kain putih kemudian dimasukkan ke dalam kendil yang
terbuat dari tanah liat. Untuk kendil yang kedua diisi dengan barang-barang
yang menurut orang dahulu akan sangat bermanfaat untuk masa depan bayi
diantaranya :
·
jarum dan benang dengan
maksud agar dewasa nanti anaknya akan pintar menjahit
·
pulpen dan kertas
dengan maksud agar dewasa nanti anaknya akan pandai
·
bumbu dapur dengan
maksud agar saat dewasa nanti khususnya anak perempuan akan pintar masak
tetapi sebelum barang-barang tersebut dimasukkan
ke dalam kendil terlebih dahulu di dalam kendil dialasi dengan daun waru
sebanyak 5 lembar dengan tujuan agar pemikiran bayi pada masa mendatang akan
luas. Barulah setelah itu ditutup dengan kain putih dengan tujuan agar perilaku
anak nanti saat dewasa akan menjadi anak yang baik. Setelah semuanya lengkap
maka kedua kendil tersebut dikubur dalam satu lubang dan saat penguburannya
harus disertai dengan adzan.
D.
BALI
Pada
masyarakat bali, ada suatu upacara Jatakarma Samskara yang
artinya Upacara
ini dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan. Upacara ini adalah sebagai
ungkapan kebahagiaan atas kehadiran si kecil di dunia.Kemudian sarananya
berupa Dapetan, terdiri dari nasi berbentuk tumpeng dengan lauk pauknya
(rerasmen) dan buah-buahan.Serta Canang sari / canang genten, sampiyan jaet dan
penyeneng.Kemudian Untuk menanam ari-ari (mendem ari-ari) diperlukan sebuah
kendil (periuk kecil) dengan tutupnya atau sebuah kelapa yang airnya dibuang.Waktu
upacara ketika Upacara Jatakarma dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan
dan telah mendapat perawatan pertama.Upacara Jatakarma dilaksanakan di
dalam dan di depan pintu rumah.Upacara kelahiran dilaksanakan atau dipimpin
oleh salah seorang keluarga yang tertua atau dituakan, demikian juga untuk
menanam (mendem) ari-arinya. Dalam hal tidak ada keluarga tertua, misalnya,
hidup di rantauan, sang ayah dapat melaksanakan upacara ini. Adapun
cara-caranya:
1. Bayi yang baru lahir diupacarai
dengan banten dapetan, canang sari, canang genten, sampiyan dan penyeneng.
Tujuannya agar atma / roh yang menjelma pada si bayi mendapatkan keselamatan.
2. Setelah ari-ari dibersihkan, selanjutnya
dimasukkan ke dalam kendil lalu
ditutup. Apabila mempergunakan kelapa, kelapa itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali. Perlu diingat sebelum kendil atau kelapa itu digunakan, pada bagian tutup kendil atau belahan kelapa bagian atas ditulisi dengan aksara OM KARA (OM) dan pada dasar alas kendil atau bagian bawah kelapa ditulisi aksara AH KARA (AH) .
ditutup. Apabila mempergunakan kelapa, kelapa itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali. Perlu diingat sebelum kendil atau kelapa itu digunakan, pada bagian tutup kendil atau belahan kelapa bagian atas ditulisi dengan aksara OM KARA (OM) dan pada dasar alas kendil atau bagian bawah kelapa ditulisi aksara AH KARA (AH) .
3. Kendil atau kelapa selanjutnya
dibungkus dengan kain putih dan di dalamnya diberi bunga.
4. Selanjutnya kendil atau kelapa
ditanam di halaman rumah, tepatnya pada bagian kanan pintu ruangan rumah untuk
anak Iaki-laki, dan bagian kiri untuk wanita bila dilihat dari dalam rumah.
Dalam menanmkan ari-ari ada mantra
tertentu, yaitu:
“Om lbu Pertiwi rumaga bayu, rumaga
amerta sanjiwani, angermertani sarwa tumuwuh si anu (kalau bayi sudah diberi
nama sebutkan namanya) mangde dirgayusa nutugang tuwuh”
Yang artinya:
“Om Hyang Widhi Wasa dalam
manifestasi sebagai pertiwi, penguasa segala kekuatan, penguasa kehidupan
menghidupi segala yang lahir/ tumbuh, si anu (nama si bayi) semoga panjang umur”.
E.
NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
SUKU SASAK, LOMBOK
Pada suku Sasak ada berbagai ritual
yang unik dan sakral misalnya orang sasak menggelar berbagai upacara adat dan
selamatan serta do’a contohnya upacara beretes
(menghormati ari-ari).Pergelaran upacara adat tersebut bertujuan untuk menjaga
atau menghormati jabang bayi serta sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.
Ketika jabang bayi telah lahir maka
orang sasak mengganggap bayi tersebut lahir tidak sendirian, akan tetapi
berdua, mereka menyebutnya adi’ dan kaka’. Adi’ adalah bayinya sendiri
sedangkan kaka’ adalah ari-ari yang masih menempel dibusar jabang bayi.Oleh
karena itu, saat kelahiran, ari-ari dirawat dan dihormati seperti halnya si
jabang bayi.Ari-ari dicuci sampai bersih seakan memandikan orang yang sudah
mati, kemudian dimasukkan kedalam periuk atau tempurung kelapa setengah tua,
lalu dikubur di halaman rumah.Sebagai tanda dibuatlah gundukan tanah pada
kuburan tersebut dan diletakkan lekesan
(tepah sirih) di dekat gundukan tersebut.Lekesan dianggap sebai symbol do’a
agar jabang bayi kelak berumur panjang.
Di daerah yang berbeda namun masih
di daerah Lombok, ari-ari tidak dikubur dalam tanah akan tetapi diletakkan
diatas tiang bambu yang ada di pekarangan rumah atau kebun. Ari-ari sebelumnya
dimasukkan tempurung kelapa lalu direkatkan kembali dengan adonan tanah liat
yang selanjutnya di ungkus dengan kain putih.
F.
JIKA KEBUDAYAAN DIATAS DITINJAU
SECARA MEDIS
Dalam pelayanan atau perawatan ibu
bersalin kala 4, secara medis harus tepat dan teliti karena jika tidak tepat
maka akan membahayakan sang ibu dan melakukan hal yang tidak berguna.
Misalnya saja di beberapa daerah di
atas, setelah ibu mengeluarkan plasenta langsung di urut begitu saja perutnya,
padahal secara medis memang dianjurkan setelah plasenta lahir lakukan rangsangan tekstil (masase) uterus
agar merangsang utrus berkontraksi baik dan kuat. Jika perutnya di urut begitu
saja maka akan menyebabkan pendarahan pada sang ibu dan juga dapat menyebabkan
kematian jika terjadi pendarahan terus-menerus.
Setelah persalin, pada zaman dulu
banyak yang tidak dekontaminasi alas yang digunakan persalinan. Contoh di
lamongan, pada zaman dulu dan ditangani oleh dukun, ketika setelah persalinan,
alas tidak di dekontaminasi terlebih dahulu namun langsung dari persalinan
sampei pengeluaran plasenta masih memakai alas yang sama tanpa di dekontaminasi
pdahal hal tersebut dapat menyebabkan infeksi dengan cara dapat melalui
percikan darah pada mata, hidung, mulut serta pada kulit yang terluka.
Jika ditinjau secara medis,
pemberian ramuan pada ari-ari atau plasenta, pemberian kembang 7 rupa dan
pemendaman plasenta tidak ada hubungannya dengan kesehatn, bahkan sia-sia
saja.Hal-hal tersebut masih digunakan, karena masih berpegang teguh pada budaya
setempat.Dan dukun bayi pun masih digunakan pula.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Ternyata di beberapa daerah ada
berbagai macam cara pelayanan ibu bersalin kala IV. Dan pelayanan tersebut
masih memegang teguh budaya atau adat istiadat setempat.Seperti ritual-ritiual.
Dari pembahasan diatas, telah
didapat bahwa kebudayaan dibeberapa daerah ada yang merugikan atau berbahaya,
adapula tindakan yang sia-sia saja bagi kesehatan.
B.
SARAN
1. Sebaiknya dalam penganan yang sangat
penting ketika persalinan baik kala I sampai kala IV dibantu proses
persalinannya oleh tenaga medis yang terdidik saja, supaya tidak membahayakan
bagi si ibu dan si bayi.
2. Buka pengetahuan seluas-luasnya,
jangan menutup kebudayaan baru yang baik bagi kesehatan. Contohnya saja tetap
percaya kepada dukun bayi yang tidak terlatih dari pada dengan bidan.
3. Tetap menjaga kebersihan ketika akan
melahirkan ari-ari agar tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA
sumber wawancara:
1.
Cici Sarwisri (Lamongan)
2.
Aminah (Lamongan)
3. Dukun desa lebakadi (lamongan)
Wiknjosastro,
gulardi H dkk.2008.Asuhan Persalinan
Normal.Jakarta:DEPKES RI
ConversionConversion EmoticonEmoticon