ATRAUMATIC
CARE
Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan
terapeutik yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan intervensi melalui
cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami
oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam Wong (1989)
menyebutkan bahwa atraumatic care berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana,
mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi stress psikologi dan
fisik.
Prosedur
perawatan/setting menyangkut tempat pemberian perawatan, misal di rumah, rumah
sakit, ataupun tempat kesehatan yang lain. Personel menyangkut hal orang yang
terlibat langsung dalam pemberian terapi. Intervensi
melingkupi cakupan psikologi seperti intervensi kejiwaan, yang mengijinkan
orangtua dan anak dalam satu ruangan. Tekanan psikologi menyangkut kecemasan,
takut, marah, rasa kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah. Adapun rentang
tekanan psikologi yang lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga
terganggu ransangan sensori seperti rasa sakit, kenaikan suhu, suara bising,
cahaya lampu, ataupun kegelapan.
Prinsip Atraumatic Care Azis, A (2005) mengatakan
untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan perawat
antara lain, menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga,
meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah atau
mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan
kekerasan pada anak, dan modifikasi lingkungan fisik.
Dalam Wong (2003) tujuan mencapai perawatan
atraumatic care adalah pertama, jangan menyakiti. Sehingga terdapat tiga
prinsip kerangka kerja untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu, mencegah atau
meminimalkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah
atau meminimalkan cedera tubuh. Contoh dari
peningkatan tindakan atraumatic care menyangkut mengorganisir hubungan orangtua
dengan anak selama hospitalisasi, persiapan anak sebelum tindakan atau prosedur
yang tidak menyenangkan, mengontrol rasa nyeri, mengijinkan privasi anak,
alihkan dengan bermain untuk menghindarkan rasa takut. Karena anak stress dan
gelisah serta tidak tenang berada di rumah sakit tanpa orangtua di sampingnya,
orangtua pun merasa semakin stress. Stress psikologi pada orangtua dapat berupa
perhatian terhadap nasib anak mereka, lamanya tinggal di rumah sakit, ketidak
mampuan berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan, dan tidak
adekuatnya pengetahuan dan pemahaman tentang situasi kondisi penyakit.
Seiring waktu berlalu, orientasi pelayanan keperawatan anak berubah menjadi rooming in, yaitu orangtua boleh tinggal bersama anaknya di rumah sakit selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orangtuanya sebelum dirawat di rumah sakit. Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orangtua menjadi sangat penting untuk dilakukan perawat. Kerja sama antara orangtua dan tim kesehatan dirasakan besar manfaatnya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orangtua dalam perawatan anaknya di rumah sakit (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995). Begitu juga keberadaan orangtua terutama kelompok orangtua yang anaknya mempunyai jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orang tua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim kesehatan.
The American Pain Society (2000) menyebutkan “nyeri : lima tanda vital” yang berarti harus mendapat perhatian dari pada perawat kesehatan profesional. Rasionalisasinya karena nyeri akan berhubungan dengan peningkatan tanda-tanda vital sehingga prinsip dari tindakan perawatan nyeri adalah memeriksa tanda-tanda vital pasien setiap saat, misalnya nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan (Federwisch, 1999). Karena nyeri berhubungan dengan sensori dan emosional, maka digunakanlah strategi penilaian kualitatif dan kuantitatif.. Istilah yang digunakan untuk menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan pertanyaan, seperti menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku, libatkan orangtua, cari penyebab nyeri, dan ambil tindakan dan evaluasi hasil nyeri (Baker dan Wong, 1987).
Seiring waktu berlalu, orientasi pelayanan keperawatan anak berubah menjadi rooming in, yaitu orangtua boleh tinggal bersama anaknya di rumah sakit selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orangtuanya sebelum dirawat di rumah sakit. Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orangtua menjadi sangat penting untuk dilakukan perawat. Kerja sama antara orangtua dan tim kesehatan dirasakan besar manfaatnya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orangtua dalam perawatan anaknya di rumah sakit (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995). Begitu juga keberadaan orangtua terutama kelompok orangtua yang anaknya mempunyai jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orang tua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim kesehatan.
The American Pain Society (2000) menyebutkan “nyeri : lima tanda vital” yang berarti harus mendapat perhatian dari pada perawat kesehatan profesional. Rasionalisasinya karena nyeri akan berhubungan dengan peningkatan tanda-tanda vital sehingga prinsip dari tindakan perawatan nyeri adalah memeriksa tanda-tanda vital pasien setiap saat, misalnya nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan (Federwisch, 1999). Karena nyeri berhubungan dengan sensori dan emosional, maka digunakanlah strategi penilaian kualitatif dan kuantitatif.. Istilah yang digunakan untuk menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan pertanyaan, seperti menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku, libatkan orangtua, cari penyebab nyeri, dan ambil tindakan dan evaluasi hasil nyeri (Baker dan Wong, 1987).
Atraumatic Care
Yaitu asuhan yangg tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya, yang
merupakan asuhan terapeutik karena bertujuan sbg terapi bagi anak.
Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :
Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :
#Cegah atau turunkan dampak
perpisahan antara ortu dan anak dgn menggunakan pendekatan family centered.
#Tingkatkan kemamp. Ortu dlm
mengontrol perawatan anaknya.
#Cegah dan turunkan cedera baik
fisik maupun psikologis.
#Modifikasi lingk. Fisik RS dgn
mendesainnya spt di rumah.
Anak dan orangtua memerlukan suatu
tindakan dan perawatan yang sensitif untuk mengurangi efek negatif dari
hospitalisasi dan meningkatkan pengalaman yang positif. Tindakan difokuskan
pada penghapusan atau pengurangan trauma akibat perpisahan, ketidakmampuan
kontrol diri, cedera tubuh dan nyeri yang dialami oleh anak. Fokus tindakan
berikutnya adalah memberikan dukungan spesifik pada anggota keluarga untuk
mengembangkan hubungan keluarga dan pemberian informasi.
(Hockenberry & Wilson, 2007).
Tujuan
utama dari pelayanan yang tidak menimbulkan trauma (atraumatic care) pada anak
adalah bahwa tidak ada yang tersakiti. Prinsip yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan tersebut adalah mencegah dan meminimalkan perpisahan anak dengan
keluarganya, meningkatkan kontrol diri anak, dan mencegah terjadinya nyeri
serta cedera tubuh (Hockenberry & Wilson, 2007)
.
Salah satu prosedur invasif yang
dilakukan bagi anak adalah terapi melalui intra vena. Beberapa obat hanya
efektif bila diberikan melalui jalur tersebut. Metode terapi intravena ini
adalah memberikan obat-obatan pada anak yang mengalami ketidakmampuan absorpsi
sebagai akibat dari kondisi diare, dehidrasi, atau pembuluh darah yang sudah
kolaps, mereka yang membutuhkan konsentrasi serum tinggi dari suatu obat,
mereka yang resisten terhadap kondisi infeksi apabila menerima pengobatan
parenteral dalam jangka waktu lama, dan mereka yang mengalami nyeri terus
menerus serta mereka yang menerima pengobatan di gawat darurat (Movahaedi,
2006)
ConversionConversion EmoticonEmoticon