ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
SISTEM
INTEGUMEN
A.Konsep
Dasar
Kulit
dan appendicesnya merupakan struktur yang kompleks yang membentuk jaringan
tubuh
yang kuat dank eras.
Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur demikian
juga
karena penyakit. Karena terdapat banyak penyakit yang mempengaruhi kulit, maka
makalah
ini dibatasi hanya yang paling sering ditemukan.
1. Tinjauan
Struktur Anatomi
Kulit
terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis atau lapisan luar dan dermis atau
kulit
sebenarnya,
terdapat juga apendises pada kulit yang termasuk rambut dan kuku.
Epidermis
Epidermis
terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan
lemak
yang menjadikan kulit kedap air. Sel superficial dari stratum ini secara
konstan
dilepaskan
dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga terdiri
dari
sel-sel yang mengandung granula yang mapu merefraksi cahaya dan membantu
memberikan
warna putih pada kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang
memproduksi
melamin, yaitu suatu bahan yang berfungsi sebagai protektiof terhjadap
efek
sinar ultraviolet. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe
bersirkulasi
dalam ruang interseluler.
Dermis
Lapisan
ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial
dibandingkan
dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua lapisan; yaitu yang
pertama
mengandfung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limpatika; yang
kedua
mengandung serat kolagen, serat elastic, glandula sebasea dan glandula
sudorifera,
folikel rambut dan muskulus arrektor pilli
Hipodermis
Lapisan
ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih apdat pada bagian superficial
dibandingkan
dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua lapisan: yaitu yang
pertama
mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limpatika; yang
1
kedua
mengandung serat kolagea, serat elastic, glandula sebasea dan glandula
sudorifera,
folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.
Hipodermis
Lapisan ini merupakan
zona transisisonal diantara kulit dan
jaringan adipose
dibawahnya,
mengandung sel lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning,
kumparan
dari sejumlah glandula sebacea dan radiks dari sejumlah rambut.
Pemberian
zat makanan dermis atau korium terganggu pada vena dan limfatika, Baik
saraf
bermielin maupun tidak bermielin ditemukan pada kulit yang berisi organ akhir
dan
banyak serat saraf. Organ ini memberikan respon sensasi terhadap panas, dingin,
nyeri,
getar dan rasa ringan.
Kelenjar
Keringat
Kelenjar
keringat terdiri dari glomerulus atau bagian sekresi dan duktus. Secara
relative
tardapat satu darah yang kaya dan mensekresi keringat yang agak keruh,
hampir
tidak berbau, hampir mengandung 99 persen air dan sejumlah kecil klorida,
urea,
ammoniak, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar keringat ditemukan
pada
area seperti genitalia, anus, aksila dan putting susu dan masing-masing juga
mempunyai
bau yang khas.
Appendises.
Appedises
termasuk rambut dan kuku. Rambut berasal dari epitel dan terbentuk dari
sel
tanduk yang mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur yang kompleks,
yaitu
folikel yang terletak dalam lapisan dermis yang lebih dalam. Pada saat rambut
melintasi
lapisan permukaan dari dermis maka rambut dilapisi oleh sebum yang
merupakan.
Fungsinya sebagai pelumas kulit dan
menjaga kulit tetap lentur,
bertindak
sebagai penolak air dan melindungi kulit dari udara yang kering.
Kuku
terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat.
Pada
bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku dari sel
prickle
yang agak mengalami modifkasi pada mana kuku melekat dengan kulit.
2. Fungsi Kulit
Bertindak
sebagai barier terhadap infeksi asal berada dalam keadaan utuh, tetapi dapat
juga
dirusak
oleh mikroorganisme dengan aksi dari asam lemak rantai panjang yang ditemukan
dalam
kulit.
2
Ketahanan jaringan yang kuat melindungi
jaringan dibawahnya .
Kulit
bertindak sebagai suatu insulator (hypodermis) dan membantu mengatur suhu
tubuh.
Karena
mengandung akhiran saraf sensorik, sensasi dari kulit mamainkan peranan penting
dalam
mempertahankan kesehatan.
Sampai tingkat tertentu,
kulit bertindak sebagai organ ekskresi untuk
mengeluarkan produk
sampah tubuh.
Karenanya memainkan peranan penting dalam mempertahankan keseimbangan
cairan
dan elektrolit.
Dalam
kondisi yang sesuai, kulit mengatur vitamin D, yang terbentuk dengan aksi
fotokimia
dan
sinar ultraviolet pada sterol yang diduga dieksresikan dalam sebulan.
3. Terminologi pada Kondisi
Dermatologis
Banyak
bentuk berbeda dari lesi diuraikan dalam status dermaotlogis yang menentukan
penyakit
spesifik. Hal ini dapat dibagi dalam bentuk yang tidak merusak kulit (lesi
primer)
dan yang merusak kulit (lesi sekunder)
Lesi
Primer
a. Makula
Perubahan
dalam warna kulit,bervariasi dalam ukuran dan bentuk,dan tampak
sebagai
pewarnaan pada kulit.Makula dibentuk dari :
- Deposit pigmen dalam
kulit misalnya frekles
- Keluarnya darah kedalam
kulit misalnya petekie
- Dilatasi permanen dari
pembuluh perifer misalnya nevi
- Dilatasi sementara dari
pembuluh darah perifer misalnya eritema
b. Papula
Terdapat
elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya dari
sekitar
1 sampai 5 mm.Permukaan dapat tajam,bulat atau datar.
Terletak superficial
dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan kedalam
kulit.
c. Nodul
Serupa
dengan papula tetapi terletak lebih dalam.Bervariasi dalam ukuran dan
biasanya
lebih besar dari papula.
d. Vesikel
3
Merupakan
lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam
epidermis,biasanya
terisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak
yang
menderita eksema.
e. Bula atau pustula
Bula
merupakan vesikel besar yang mengandung serum,pus atau darah ditemukan
biasanya
pada pemfigus neonatorum.
f. Gelegata
Merupakan
elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh dermis dan dilatasi
kapiler
sekitarnya.Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.
Lesi
sekunder
a. Skuama
Adalah
lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit yang dapat
berkembang
sebagai akibat perubahan inflamasi,ditemukan pada psoriasis.
b. Krusta
Terbentuk
dari serum,darah atau nanah yang mongering pada kulit masing-masing
dikenal
dari warna : merah kehitaman( krusta darah),kuning kehijauan (krusta
nanah)
dan berwarna madu (krusta serum).
c. Fisura
Merupakan
retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan
dermis.Dapat
terjadi pada kulit kering pada inflamasi kronik.
d. Ulkus
Merupakan
lesi yang terbentuk oleh kerusakan local dari seluruh epidermis dan
sebagian
atau seluruh korium dibawahnya.
4. Prinsip Umum Dalam
Terapi Penyakit kulit
Tujuan
terapi adalah melestarikan atau memelihara keadaan fisiologis dari kulit.Terapi
local
sering dipilih karena medikasi dapat diberikan dalam konsentrasi yang optimal
pada
tempat
yang tepat diperlukan.
Air
memainkan peranan penting dan ditemukan banyak pada larutan dan lotion.Jika
kulit
mengalami
hidrasi maka akan menjadi lembut dan licin dan untuk tetap dalam keadaan
4
ini,kelembaban
lingkungan harus adekuat (sekitar 60 %).Jika menurun maka stratum
korneum menciut dan
pecah,barier epidermis hilang dan mikroorganisme dan iritan akan
masuk,menimbulkan
respon inflamasi.Dapat terjadi overhidrasi jika jumlah air yang
diabsorbsi meningkat
dan sambungan lipid yang ketat antara sel strtum korneum secara
berangsur-angsur
diganti dengan air.Hal ini dapat terjadi pada daerah popok,ketiakdan
daerah
lainnya.
Dasar
preparat topical :
a. Cairan
-
Sebagai kompres basah juga dapat menghilangkan rasa gatal
-
Dengan bedak,jika digunakan sebagai pasta pengering
- Dengan minyak,jika
digunakan sebagai vanishing,karena penitrasinya cepat dan
memungkinkan
penguapan
- Kelebihan pelumas dan
emulsifikasi.Air dalam minyak berfungsi sebagai krim
emolien yang menembus
lebih lambat sehingga dapat menahan kelembaban pada
kulit.
b. Minyak sebagai zalf :
hal ini menahan bahan pada kulit untuk waktu yang lama dan
mencegah
penguapan air.
c. Bedak,berfungsi
meningkatkan penguapan
5. Pengkajian dan
manifestasi kulit yang lain
Pengkajian
keperawatan dengan memperhatikan manifestasi kulit antara lain :
Eritema
: area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah darah yang
teroksigenisasi
pada vaskularisasi dermal.
Ekimosis
: kemerahan yang terlokalsir atau perubahan warna keunguan disebabkan
oleh
ekstrevasasi darah kedalam jaringan kulit dan subcutan.
Ptekie
: bercak kecil dan berbatas tajam dalam lapisan epidermis superficial
Gambaran
pola penyebaran lesi ( misalnya permukaan ekstensor,lipatan-lipatan,area
terpajan,seluruh
tubuh,area popok )
Gambaran
konfigurasi dan pengaturan lesi ( misalnya terpisah-pisah,berkelompok
atau
menyatu,melingkar/bercincin,konfluen,linier,menyebar )
5
Gambaran
adanya
karakteristik
berhubungan
dengan
:
suhu,kelembaban,tekstur,elastisitas
dan kekerasan kulit secara umum atau pada area
lesi.
Observasi adanya
bukti-bukti manifestasi subjektif yang berkaitan dengan lesi
misalnya
:
pruritus,nyeri
atau
nyeri
tekan,rasa
terbakar,tertusuk,tersengat,menjalar,anesthesia,hyperestesia,hipestesia
hipotesia,konstan
atau intermiten,diperbesar oleh aktivitas atau situasi khusus.
atau
Observasi
adanya bukti-bukti faktor pemberat misalnya : benda asing seperti serat
kayu,serangga,kutu
busuk sebelumnya.
Dapatkan riwayat
kesehatan untuk reaksi kulit sebelumnya misalnya adanya allergi
dan
penyakit yang berhubungan dengan manifestasi kulit.
Dikaji
faktor pencetus seperti pemajanan terhadap penyakit infeksi kontak dengan
zat
kimia,tumbuhan,binatang,serangga,sinar matahari,allergi pakaian atau mainan
misalnya dari
wol,logam,zat topical misalnya sabun,make up,lotion,garam
mandi,suhu
panas atau dingin yang berlebihan.
Dapatkan
riwayat nutrisi terutama makanan yang dikenal sebagai allergic.
Bantu
dengan prosedur diagnostic misalnya tes kulit,pemeriksaan mikroskopik
terhadap
kerokan,biopsy,kultur,sitodiagnostik,pengujian bercak,tes darah.
B.
Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Ditemukan Pada Anak Dengan Gangguan Kulit
1. Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan agens lingkungan : faktor somatic;
deficit
imunologis.
2. Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik; sekresi
tubuh;peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.
3. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya organisme infektif
4. Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan faktor allergic
5. Nyeri berhubungan dengan
lesi kulit ; pruritus
6. . Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan persepsi penampilan
7. Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan kondisi
kulit
yang parah ( misalnya ; eksema,psoriasis,itiosis )
8. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi
9. Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus.
6
C.
Intervensi Keperawatan Yang Lazim Dilakukan Pada Anak Dengan Gangguan Kulit.
1. Pengendalian infeksi
yang tepat
2. Mempertahankan hidrasi
kulit
3. Lakukan tindakan
nonfarmakologis untuk penanganan nyeri dan pruritus.
4. Mempertahankan status
nutrisi
5. Dorong dan fasilitasi
aktifitas bermain sesuai dengan kondisi kulit dan usia
perkembangan
anak.
6. Meningkatkan kebersihan
personal dan lingkungan rumah
7. Melatih keluarga
melaksanakan program terapeutik.
D.
Asuhan Keperawatan pada beberapa Penyakit kulit yang lazim ditemukan. pada Anak
1.
Diaper Rash (Ruam, popok, dermatitis popok iritan primer : DPIP)
1.1.
Konsep dasar
a. Definisi
Dermatitis
popok iritan primer (DPIP) merupakan istilah yang lebih tepat digunakan
dimana
erupsi yang terjadi akibat kontak iritan dengan hahan excreta. DPIP merupakan
gannguan
kulit yang paling sering didaerah popk dan diperkirakan 50% dari bayi
mengalaminya.
Diaper rash merupakan akibat akhir karena kontak terus menerus
dengan
larutan alkali kluat.
Banyak
faktor yang menimbulkan atau memperhebat keadaan ini, misalnya kebersihan
kulit
yang tidak terjaga akibat jarang ganti popok setelah bayi kencing, keadaan
lingkungan
yang panas dan lembab atau akibat mencret, reaksi kontak terhadap karet,
plastyik
atau detergen
b. Etiologi
1. Kontak dengan ammonia
yang berasal dari pemecahan urea urine oleh bakteri usus.
2. Sering diare yang
mengiritasi kulit : organisme pada kulit yang memecahkan urea
ammonia
sehingga meningkatkan basa.
7
3. Sabun pada popok yang
tidak tercuci dengan baik merupakan sumber
c. Pathofisiologi
Timbul
pada bayi baru lahir 1-3 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 7-12 bulan (
Dali
Amiruddin, 2003, hal 357). Terjadi iritasi primer pada kulit yang terkena
dan
muncul
sebagai erythema. Erupsi terdapat pada daerah kontak yang menonjol seperti
pantat,
alat kelamin, perut bawah dan paha atas. Dalam bentuk yang lebih parah akan
terdapat
papula erythemathosa, vesicular dan uselarasi.
Patogenesis
PDIP dapat dilihat pada bagan dibawah:
Urine
PH
Feses
Bakteri
Kelembaban
Udem Str. Korneum
Lipase/protase
Kepekaan terhadap Iritasi
Antibiotik
Gesekan
d.
Gambaran Klinis
Rash
8
Yeast
Gambaran
Klinis biasanya disebabkan oleh kontak langsung kulit dengan urine dan
feses.
Eriten yang konfluen nampak pada permukaan konveks yang bersentuhan
langsung
popok seperti: bokong, genital. Abdomen bagian bawah dan paha bagian atas.
Pada kasus ringan
biasanya hanya tampak yang jika dibiarkan akan mengelupan dan
udem,
mungkin disertai vesikel dan bula, bila terjadi erosi akan menunjukkan gejala
klinis
yang eksematous dan piodermik. Pada meatus glans penis laki-laki tampak ulkus
yang
tertutup membrane mirip dengan membrane difteri. Pelepasan popok sering
menimbulkan
bau amoniak.
Pada
kasus berat yang menyerupai eczema herpetikum, umumnya timbul akibat kontak
kronis dengan urine
atau feses. Lesi berupa erosi, nodul ataupun ulserasi. Lesi erosi
dengan
tepi meninggi memberikan gambaran seperti punched out, keadaan ini biasanya
sulit
diatasi bila penyebab yang mendasarinya tidak teratasi.
e. Diagnosa Banding
1. Dermatitis seboroik
2. Psoriasiform napkin
dermatitis
3. Dermatitis atopi
4. Intertrigo
5. Neonatal Kandidiasis
6. Sifilis Kongenital
7. Defisiensi Zink
8. Granuloma gluteal
infantum
f. Penalaksanaan
terafuetik
Keberhasilan
pengobatan DPIP tergantung pada pengetahuan akan faktor penyebab.
Pemberian
preperat topical tanpa memperhatikan
frekuensi penggantian popok sering
mengakibatkan
kegagalan terapi.
1) Penggunaan popok
Tujuan utama penatalaksanaan DPIP adalah
mengurangi kelembaban karena itu
yang
terpenting adalah hgiene yang baik menjaga daerah popok agar tetap bersih
dan
kering.
2) Terafi Spesifik
9
DPIP
sedang dan berat tidak akan mengalami perbaikan bila hanya menggunakan
krim pelindung. Pada
keadaan tersebut dianjurkan menggunakan kortikosteroid
topical
potensi rendah dank rim pelindung. Krim hidrokortison 1% 2 x sehari
selama 3-5 hari. Bila
dicurigai terhadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan
clotrimazole
1% atau mikonazole 2%. Hidrokorstison dan anti jamur dioleskan
bersamaan 2 kali
sehari pada saat mengganti popok kemudian dioleskan barrier
ointment
diatasnya.
1.2
Proses keperawatan
a. Pengkajian
Pada
pengkajian fisik didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Subjektif:
Keluarga mengatakan popok
jarang diganti
Riwayat gesekan kulit
dengan popok atau kontak lama dengan urine dan atau
tinja
Pakaian yang dicuci
kurang bersih.
2. Objektif:
Bayi rewel gelisah karena
gatal
Eritema dan skuama pada
kulit yang terkena, seringkali lesi populovesikel,
bula,
fisura dan erosi
Personal hygene yang
kurang terpelihara
Jarang terlihat pada
daerah lipatan paha dan alat kelamin.
Selain
hal diatas perlu dikaji juga tentang cara pemeliharaan kulit dan pakaian
bayi
terutama popok atau celana.
Data
penunjang: pemeriksaan isi putsula untuk mendeteksi adanya jamur (infeksi
kandida)
b. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan papula eritemathosa
Kurangnya pengetahuan orang tua tewntang penyakit berhubungan dengan
kurangnya
informasi
10
c. Intervensi Keperawatan
Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh ditutup harus dibiarkan terbuka dan
tetap
kering
Bersihkan kjulit
bayi dengan menggunakan kapas halus yang mengandung sedikit
minyak
Seger bersihkan bila anak selesai BAB, BAK
Atur
posisi yang nyaman agar tidak terjadi penekanan pada daerah lesi
Anjurkan ibu tetap memberikan ASI
Ajarkan tekhnik
pemeliharaan kebersihan pakaian dan lat-alat lainnya misalnya
celana yang terkena
direndam dalam larutan acidum boricum, lalu dibias dan
dikeringkan (larutan
acidum boricum menetralisir ammonia sehingga suasana
menjadi
asam)
Anjurkan ibu
memperhatikan kebersihan tubuh bayi secara keseluruhan, sering
mengganti
popok dan pencucian organ kelamin dengan seksama menggunakan air
hangat
dan sabun lunak.
Popok sekali pakai mengandung bahan-bahan superabsorben yang dapat menolong
untuk
memberikan lingkungan yang relative kering.
Pemberian bahan pelindung topical lunak (petrolatum atau pasta seng oksida)
setelah
dimandikan dapat mencegah ruam popok
Hidrokotison topical 0,5-1% setiap mengganti popok dalam jangka waktu terbatas
dapat
dianjurkan.
2. Impetigo
Impetigo
merupakan infeksi stapilokokus, mulai sebagai lepuh kecil yang mongering
dengan
cepat untuk membentuk suatu skab dengan sebaran tepi yang merata basah. Pada
neonatus
ditemukan sebagai pemfigus neonatorum yang nyata bulosa.
Prinsip
terapi dan managemen perawatan:
a. Neonatus harus
diisolasi
b. Obat-obatan. Antibiotik
diberikan peroral dan dapat diberikan secara local
c. Penatalaksanaan lesi.
Scab dan crusta harus diangkat karena dibawahnya terjadi
penyembuhan.
Satu-satunya pengecualian jika impetigo tumpang tindih dengan
keadaan
lagi, seperti scabies. Scab dapat diangkat dengan menggunkakan tampalan
11
sagu
setiap15 menit selama satu jam. Tampalan dibuat dengan menambahkan air
mendidih secara lambat pada 30gr tepung maizena,
diaduk merata sampai timbul gel
secara menyeluruh.
Bahan ini dibiarkan mendingin dan kemudian disebarkan pada pita
dan ditutupi dengan
lapisan kasa. Tampalan dikenakan pada area yang terkena dan
dibalut
pada posisinya.
d. Perawatan rutin
e. Dukungan bagi orang tua,
hal ini bertujuan untuk membantu orang tua mengerti
penyebab
dan memberikan bimbingan mengenai pencegahan dan perawatan dirumah.
3. Dermatitis
Atopik (eczema)
3.1.
Definisi:
Ekzema atau inflamasi
eczema kulit mengacu pada kategori deskriptif dari penyakit
dermatologi dan bukan
pada penyebab khusus. Ekzema merupakan istilah yang
menguraikan
setiap dermatitis inflamatoar yang khas dengan adnya eritema, papula,
vesikula,
cairan, krusta dan skuama pada berbagai fase sesolusi. Keadaan ini
melibatkan
epidermis dan lapisan vascular kulit.
Inflamasi
disebabkan oleh beberapa iritan dalam tubuh yang menimbulkan erupsi. Ini
berasal
dari kapiler. Kasus ringan hanya terdapat eritema dan skuama tetapi
seringkali
terdapat vesikula dan keadaan basah (weeping wells)
Dermatitis
atopik (DA) adalah sejenis ekszema pruritik yang biasanya terjadi pada
masa
bayi dan berhubungan dengan alergi dengan kecendrungan herediter.
3.2
Mekanisme terjadinya reaksi alergi
Diduga
terdapat beberapa mekanisme yang berperan sebagai berikut:
a. Terdapat pembebasan
histamine, suatu bahan yang kuat untuk menimbulkan
reaksi
yang kuat pada otot polos, dilatasi kapiler dan penurunan tekanan darah.
b. Pembebasan bahan lain,
misalnya asetilkolin dan;
c. Reaksi antara allergen
dan suatu antibody
3.3
Gambaran Klinik
Lesi
kulit pada awalnya tampak pada pipi, dahi dan kulit kepala, tetapi juga
ditemukan
pada permukaan fleksor dari lengan dan tungkai. Pada alhirnya mereka
menyebar
pada seluruh permukaan kulit. Hal ini sangat gatal dan sebaian besar
perubahan
kulit timbul akibat menggaruk, menggosok dan ekskoriasi.
12
3.4
Penatalaksanaan Terapi
a. Diberikan antihistamin untuk mengurangi
rasa gatal
b. Pemberian krim hidrokortison atau kortikosteroid local
sangat efektif.Jika bayi
sakit
berat,maka anak dapat dibalut dengan pembalut katun yang dibasahi dalam
krim.Verban
dapat ditingkatkan sampai selama seminggu.Anak-anak yang lebih
tua
dapat mencapai keadaan ringan dengan menggunakan krim kortikosteroid
pada
lesi,tetapi obat ini dapat diabsorbsi.
c. Dapat diberikan antibiotic untuk
mengobati setiap infeksi yang rekuren.
3.5
Konsep Asuhan Keperawatan
3.5.1 Pengkajian
a. Dapatkan riwayat keluarga tentang
bukti-bukti lesi kulit dan allergi
b.
Dapatkan
kesehatan,terutama
berhubungan
dengan
serangan
sebelumnya,faktor
lingkungan atau diet yang berhubungan dengan
eksaserbasi
saat ini dan sebelumnya.
c.
Pengkajian fisik dilakukan dengan penekanan khusus pada karekteristik dan
distribusi
manifestasi kulit.
d.
Observasi adanya manifestasieksema :
Distribusi lesi :
1. Bentuk
infantile-umum,terutama pipi,kulit kepala dan permukaan
ekstensor
dan ekstermitas.
2. Bentuk masa kanak-kanak
area fleksural ( fosa antekubital dan fosa
popliteal,leher
) pergelangan tangan,pergelangan kaki dan kaki.
3. Bentuk praremaja dan
remaja-wajah,bagian leher,tangan,kaki,wajah.fosa
antekubital
dan popliteal ( sampai luas yang lebih sedikit ).
Tampilan
Lesi :
1. Bentuk infantile:
eritema, vesikel, papula, menangis, merembes, krusta,
mengelupas,
seringkali simetris.
2. Bentuk lesi dimasa
kanak-kanak : simetris,kelompok eritema kecil atau
papula
berwarna merah seperti daging atau bercak yang mengelupas
yang
minimal.Kering dan mungkin hiperpigmentasi.Lisenifikasi (
13
penebalan
kulit dengan penekanan –penekanan lipatan).Keratosis pilaris
(hyperkeratosis
folikular ) merupakan hal yang umum terjadi.
3. Bentuk remaja/dewasa :
sama dengan manifestasi masa kanak-
kanak.Lesi
kering dan tebal (plak mengalami lisensifikasi ) merupakan
hal
umum terjadi.papula berkumpul.
Manifestasi
lain :
1. Gatal terus menerus
2. Kulit yang tidak sakit
kering dan kasar
3. Dapat menunjukan satu
atau lebih hal-hal berikut :
Limpadenopati,terutama
pada area yang sakit
Peningkatan lipatan
palmar
Lipatan atopik ( garis
atau lekukan tambahan pada kelopak mata
bawah
)
Cenderung mengalami
tangan dingin
Pitiriasis alba(area
hipopigmentasi kecil dan terbatas tidak tegas)
Wajah pucat (khususnya
sekitar hidung,mulut dan telinga)
Perubahan warna kebiruan
dibawah mata (bengkak allergic)
Peningkatan kerentanan
terhadap infeksi kutan tak umum
(terutama
virus)
4. Observasi
tipe,distribusi dan bukti infeksi sekunder dari lesi
5. Lakukan atau Bantu
dengan prosedur diagnostic tes kulit,diet
eliminasi.
3.5.2
Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
Diagnosa
Keperawatan 1 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
eksema.
Tujuan
perawatan : Mempertahankan hidrasi kulit.
Intervensi
Jaga
agar kuku, jari tangan dan kaki
tetap pendek dan bersih, jika
memungkinkan pakaian
sarung tangan
katun
lembut atau stocking
14
Rasional
Minimalkan trauma dan infeksi
sekunder
Hindari penggunaan pakaian dan
bahan-bahan
yang dapat mestimulasi
gatal misalnya :
bahan nilon, wol,
boneka berbulu,
gunakan pakaian dari
katun
Pakaian dari bahan-bahan nilon
dan wol dapat meningkatkan
keringat yang dapat meningkatkan
rasa gatal
Hindari ruangan dari panas dan lembab Keringat akan memperberat rasa
gatal
Dorong
untuk tidur dan istirahat
adequat
Berikan
mandi koloit (misalnya tepung
pati
dalam air hangat)
Lakukan program
terapeutik yang
ditetapkan
(metode kering: jangan
sering
memandikan, bersihkan kulit
dengan agens non
lipit, hidropilik; dan
mandi basah; mandikan
dengan sering,
penggunaan
lubrikans, gunakan hanya
sabun
sangat ringan
Berikan
anti histamine oral, sedative
ringan,
bila diresepkan
Kelebihan dan peka rangsangan
lebih cenderung untuk menggaruk
Mengurangi rasa gatal yang berat
khususnya menjelang tidur
Mempertahankan hidrasi kulit:
metode basah untuk menjaga
kelembaban tetap ada dalam kulit
Mencegah pengeluaran histamine,
sedative ringan memungkinkan
anak dapat istirahat yang cukup
Diagnosa
Keperawatan 2 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
ketidak
nyamanan anak dan lamanya terapi
Tujuan perawatan :
Keluarga klien dapat memberikan perawatan lanjutan di
rumah
Intervensi
Rasional
Dorong
aktifitas bermain yang sesuai
dengan kondisi kulit dan usia
perkembangan
anak
15
Menfasilitasi
normal
perkembangan
Berikan
bermain kinestetik, mainan
yang
bergerak dan besar
Memerlukan keterampilan motorik
halus bila tangan ditutupi
Demonstrasikan prosedur yang tepat
untuk pengenceran sabun dan
Meningkatkan
keluarga
kemampuan
dalam program
penggunaan
balutan basah
Anjurkan
pemasanan balutan pada saat
yang tenang ketika anak telah
beristirahat
dengan baik dan telah
menerima
obat-obatan untuk rasa gatal
Berikan penjelasan
alasan diet
hipoalergenik atau pembuanagan
inhalan
Kaji lingkungan rumah sebelum
memberikan cara-cara
menghilangkan
perawatan lanjutan di rumah
Meningkatkan kerjasama anak
selama penatalaksanaan tindakan
dilakukan
Meningkatkan kepatuhan program
terapi
Kemampuan keluarga dalam
pencegahan inhalan dicapai bila
inhalan
ada
kepastian cara-cara
4. Scabies
4.1
Konsep Dasar
penatalaksanaan yang benar
Scabies
adalah penyakit menular akibat infestasi tungau sarcobtes scabei varian
hominis
dan produknya pada tubuh ( M.Dali Amiruddin,2003 )
Pada populasi yang
besar dan padat,inseden scabies tinggi karena kemungkinan
kontak person
besar.Penyakit ini juga sering disebut : the itch,gudik,budukan,gatal
agogo.
4.2
Masa Inkubasi
Masa inkubasi
bervariasi ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa
menunjukan
gejala,terutama scabies pada orang bersih.Mellanby menunjukan
sensitisasi dimulai
2-4 minggu setelah penyakit dimulai.selama waktu tersebut tungau
betina berada diatas
kulit atau sedang menggalai terowongan tanpa menimbulkan
16
gejala
seperti gatal.Gatal muncul setelah penderita tersentisasi oleh ekskreta kutu
yang
merupakan gejala subjektif yang menonjol dan sangat mengganggu.
4.3
Gambaran Klinis
Dikenal
4 ( empat ) tanda terutama ( Cardinal Sign ) pada infeksi yaitu :
a. Pruritusnocturna : gatal
yang hebat pada malam hari,hal ini disebabkan karena
meningkatnya
aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Sekelompok orang :
penyakit ini menyerang manusia secara kelompok,misalnya
dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena.
c. Adanya terowongan (
kunikulus/kanalikuli) :kelangsungan hidup sarcoptes scabie
sangat
tergantung kepada kemampuannya meletakkan telur,larva dan limfa
didalam
stratum korneum.Terowongan ini biasanya berbentuk baris lurus atau
berkelok,rata-rata
panjangnya 1 cm,berwarna putih keabu-abuan,pada ujung
terowongan
ditemukan papul atau vesikel.bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi
polimorfi (pustule,ekskoriasis dan lain-lain ).
d. Menemukan sarcoptes Scabei : apabila kita dapat menemukan
kunikulus/terowongan
yang masih utuh kemungkinan besar kita dapat
menemukan
tungau dewasa,larva,limfa maupun skibala dan ini merupakan hal
yang
palinh diagnostic.
Scabies
pada bayi dan anak : lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh,termasuk
seluruh kepala,leher,telapak tangan,telapak kaki dan sering terjadi
infeksi
sekunder berupa impetigo,eksima sehingga terowongan jarang
ditemukan.Pada
bayi,lesi terdapat diwajah.
4.4
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan bila ditemukan tungau pada lesi.Beberapa cara untuk
menemukan
tungau dan produknya yaitu :
Kerokan kulit
Papul
atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral dan larutan KOH
10%,lalu
lakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril.Bahan pemeriksaan
diletakkan
diatas objek gelas dan ditutup dengan kaca lalu diperiksa dibawah
mikroskop.
Mengambil tungau dengan jarum
17
Carilah
terowongan,kemudian gunakan jarum suntik yang runcing ditusukkan
kedalam
terowongan yang utuh dengan menggerakan jarum secara tangensial
keujung
lainnya,kemudian mengeluarkannya,akan dapat terlihat tungau berada pada
ujung
jarum berupa parasit yang sangat kecil dan transparan.
Tes tinta pada terowongan ( Burrow ink test )
Papula scabies
dilapisi dengan tinta cina,dibiarkan selama 20 – 30 menit kemudian
dihapus
dengan alcohol,tes dinyatakan positif bila terbentuk gambaran kanalikuli
yang
khas berupa garis menyerupai huruf S
Membuat
biopsy irisan ( epidermal shave biopsy )
Lesi jepitan dengan
ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis sangat
superficial
dengan pisau,kemudian diletakkan dibawah objek gelas,ditetesi dengan
minyak
mineral dan diperiksa dibawah mikroskop.
Uji tetrasiklin
Pada
lesi diolesi salep tetrasiklin,apabila tetrasiklin sudah masuk kedalam
kanalikuli
kemudian dibersihkan dan dengan menggunakan sinar ultraviolet dari
lampu
wood,tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan
pada
kanalikuli.
4.5
Penatalaksanaan terapi dan managemen perawatan
Penatalaksanaan umum
Pemeliharaan
kebersihan badan,pakaian,sprei dan handuk yang digunakan harus
dicuci
secara teratur bila perlu direndam dengan air panas.
Penatalaksanaan khusus
Pemberian
obat-obatan harus didasarkan atas efekasi dan potensi toksisitas dan cara
penggunaan
obat yang tepat.
Terapi
local :
~
Diberikan mandi hangat dan kulit digosok dengan flannel kasar
~
Setelah kulit dikeringkan,dioleskan emulsi benzyl benzoate dengan tangan pada
semua
bagian kulit,dari leher sampai jari-jari.Ruangan harus hangat dan emulsi
dibiarkan
kering sebelum anak diberikan pakaian.
~
Anak tidak dimandikan selama 48 jam,jika tangan dicuci maka emulsi ini
diberikan
kembali.
18
~
Kemungkinan diberikan terapi kedua.
Seluruh
keluarga harus diobati dan ini biasanya dilakukan dengan rawat jalan.
Terdapat
beberapa obat khusus scabies yaitu :
~
Sulfur : dalam bentuk paraffin lunak,padat dan berwarna,dengan konsentrasi 10
%.Digunakan
setiap malam hari selama 3 malam,lalu dicuci bersih setelah 24 jam
dan
bisa diulangi setelah 1 minggu kemudian.
~
Benzil benzoate : Bahan sintesa dari balsem perlu dalam bentuk emulsi atau
losion
12-14 % namun
biasanya 25 %,digunakan pada kulit selama 24 jam,diberikan setiap
2-3
hari berturut-turut atau dengan interval 1 minggu.
~
Gamma benzene heksaklorida : tersedia dalam bentuk krim.lotion,gel,tidak berbau
dan tidak
berwarna,bersifat scabisid atau mematikan kutu.Cara pemakaian dengan
mengoleskan keseluruh
tubuh dari leher kebawah selama 12/24 jam dalam bentuk
krim
1 % atau lotion.
~
Permethin
~
Crotamiton krim
~ Ivermectin
4.6
Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
Lakukan pemeriksaan fisik khususnya
pengkajian sistem integument,pemeriksaan
karakteristik
dan distribusi manifestasi kulit.Pengkajian keluhan khususnya adanya
pruritusnocturna
observasi adanya terowongan/kunikulus.
Dapatkan riwayat kesehatan anggota keluarga
lain kemungkinan penyebaran
penyakit.
Kaji personal hygene,kebersihan lingkungan
rumah dan status nutrisi.
c. Diagnosa keperawatan dan
intervensi
Diagnosa keperawatan 1 : nyeri berhubungan
dengan lesi kulit
Tujuan : Klien mengalami ketidaknyamanan
minimal
Intervensi
Jaga
agar kulit tetap bersih,ganti
pakaian
tidur dan linen setiap hari
19
Rasional
Mencegah ekskoriasi dan
infeksi kulit
Lakukan
strategi nonfarmakologis
Tekhnik-tekhnik
seperti
untuk membantu anak
mengatasi
nyeri
Gunakan strategi yang
dikenal
anak atau gambarkan
beberapa
strategi dan biarkan
anak memilih
salah
satunya
Libatkan orang tua dalam
pemilihan
styrategi
Bantu atau minta
orang tua
relaksasi,pernafasan berirama
dan distraksi dapat membuat
nyeri,dapat lebih ditoleransi
Memudahkan pembelajaran
anak dan penggunaan strategi
yang tepat.
Orang tua penting dilibatkan
karena mengetahui lebih dekat
dengan anak
Pelatihan diperlukan untuk
membantu
anak
dengan
membantu anak berfokus pada
menggunakan strategi selama tindakan yang diperlukan.
nyeri
actual
Berikan analgesic dan anti
Impuls
analgesia
dapat
pruritus sesuai
kebutuhan dan
ketentuan
memblok rasa nyeri sebelum
sampai keotak,meningkatkan
nilai ambang nyeri dari
reseptor nyeri pada kulit.
Diagnosa
Keperawatan 2 : Rersiko penularan penyakit berhubungan dengan
penjamu
dan agen infeksi.
Tujuan
: Klien tidak dapat menyebarkan penyakit.
Intervensi
Lakukan pengendalian infeksi
Rasional
Pengendalian infeksi yang ketat
yang
tepat,lakukan isolasi
akan
mengurangi
resiko
Pertahankan
hygene personal dan
lingkungan
penularan penyakit
Menurunkan pemajanan pada
organisme hidup
20
Ajarkan
anak yang sakit metode Melatih anak
melakukan tindakan
protektif
pengendalian infeksi
pencegahan penyebaran infeksi
Ajarkan
pada
keluarga
Penyebaran infeksi akan lebih
pengendalian
penyebaran infeksi
dan kepatuhan
mengikuti program
terapi
Berikan obat anti
biotik bila
diresepkan
efektif bila keluarga memahami
cara penularan dan program
pengobatan yang tuntas.
Mengatasi dan mencegah infeksi
Dukung
pertahanan
tubuh
Status nutrisi yang aedkuat
alamiah
melalui nutrisi yang baik
meningkatkan pertahanan tubuh
terhadap agen infeksi.
Diagnosa
Keperawatan 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penggarukkan
pruritus.
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan integritas kuli
Intervensi
Jaga
agar kuku tetap pendek dan
bersih
Pakaikan sarung
tangan atau
restrein
siku
Rasional
Meminimalkan trauma dan infeksi
sekunder
Mencegah trauma dan penggarukkan
Berikan
tipis,longgar
mengiritasi
pakaian
dan
yang
tidak
Panas yang berlebihan menyebabkan
stimulus rasa gatal
Tutup
area dengan pakaian
selapis
Mencegah penggarukkan langsung
pada kulit
Berikan
lotion
yang
Area lesi terbuka absorbsi obat
melembutkan
sedikit saja pada
area
terbuka
meningkat,lotion
dank rim khusus
menurunkan
pruritus
21
Ajarkan
penatalaksanaan
terapeutik
keluarga
tindakan
Meningkatkan kemampuan keluarga
dalam memberikan perawatan yang
tepat
Berikan
diresepkan
antipruritus bila
Meminimalkan
stimulus gatal.
22
DAFTAR
PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan
R.J. 1993.
2. Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan. 1989.
3. Dona L. Wong, Edisi 4.
2003.
4. Aryani.
23
ConversionConversion EmoticonEmoticon