BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Nekrosis
Miokard akibat darah ke otot jantung terganggu hampir selalu disebabkan oleh
ateroma trombosis (UPF Soetomo, 1994).
1.2
Etiologi
Tidak
cukupnya aliran darah ke otot jantung yang berkelanjutan dapat menyebabkan nekrosis
otot jantung dan iskemik daerah sekelilingnua akibatnya akan timbul rasa nyeri
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1).
a.
Penyebab terbanyak karena
trombosis.
b.
Hipotensi dan gagal jantung
oleh spasme arteri koronaris atau emboli.
c.
Berkurangnya atau penurunan kontraktilitas
otot jantung yang dapat berupa hipokinetik, akinetik, diskinetik atau mungkin
dapat ruptur. Bila timbul aritmia akibat instabilitas listrik dan memanjangnya
periode refraktur dari otot yang cedera. Ventrikel kanan jarang mengalami
infark oleh karena beban kerja yang ringan, dinding yang tipis, dimungkinkan
oksigenasi diventrikel kanan cukup. Infark atrium jarang terjadi bila timbul
dapat menimbulkan aritmia atrial.
1.3
Patofisiologi
Dua
jenis komplikasi IMA terpentiing ialah komplikasi hemodinamik dan aritmia
segera setelah terjadi IMA. Daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction,
isis sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir
diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan
akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25
mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru
(gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini
bukan saja disebabkan karena daerah infark, tetapi juga karena daerah
iskemik disekitarnya. Miokard yang masih relatif baik dan akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsang adrenergik, untuk mempertahankan
curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami
iskemi atau bahkan sudah fibotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus
berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir
diastolik ventrikel akan naik gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering
terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung baik
yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan
remodelling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel,
timbulnya aritmia dan prognosis.
Aritmia
merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau
jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
masa refraktur, daya hantar rangsangan dan kepekaan terhadap rangsang.sistem
syaraf autonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia pasien IMA
inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat
kecenderungan bradiaritmia meningkat sedangkan peningkatan tonus simpatis pada
IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan
infark. (Soeparman Sarwono Waspadji, 1993).
1.4
Manifestasi Klinis.
Nyeri
dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan menetap ( lebih dari 30
menit ), tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun pemberian
notrogliserin, sering disertai neusea, berkeringat, dan sangat menakutkan bagi
diri pasien. ( Kapita Selekta, 437 )
1.5
Komplikasi
Perluasan
infark dan iskemia pasca infark, aritmia, disfungsi otot jantung, infark
ventrikel kanan, defek mekanik, ruptur miokard, aneuresima ventrikel kiri,
perikarditis, dan trombus mural. ( Kapita Seleekta, 438 )
1.6
Penatalaksanaan
2. Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien infark miokard akut akan
melalui beberapa tahap yaitu :
2.1 Pengkajian
Pengkajian
adalah dasar utama dalam proses keperawatan dalam mengumpulkan data yang akurat
dan sistematis membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
tubuh pasien, mengidentifikasi kesehatan dan kebutuhan klien serta merumuskan
diagnosa keperawatan (lismidar, 1993)
Pengumpulan data
1)
Anamnesa
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku, bangsa,
status penderita, tanggal dan jam masuk di Rumah Sakit, diagnosa medis, No.
register, serta tempat tanggal lahir.
2)
Keluhan utama
Keluhan yang menyebabkan orang berobat atau masuk Rumah Sakit.
3)
Riwayat kesehatan
a)
Riwayat kesehatan yang lalu
Adanya riwayat penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner, DM dan lain-lain.
b)
Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan sesak nafas, batuk, anureksia, mual muntah, nyeri
hebat selama 30 menit, dan menular kelengan kiri, kedua lengan dan rahang.
c)
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti DM,
Hipertensi atau lainnya yang berhubungan dengan penyakit pasien.
d)
Riwayat psikososial
Perasaan terpisah dengan keluarga dan kebiasaan pasien sebelum masuk
rumah sakit.
4)
Pola-Pola fungsi kesehatan
(1)
Pola Persepsi dan Tata Laksana
Hidup Sehat
Bagaimana persepsi klien tentang kesehatan, berapa kali sehari bila
mandi, dan pada klien infark miokard akut didapatkan klien suka mengkonsumsi makanan yang berkolesterol, apakah
klien merokok, berapa batang rokok yang dihisap setiap hari dan apakah klien
mengkonsumsi minuman keras
(2)
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Berapa kali klien makan dalam sehari, komposisi apa saja dan minum
berapa gelas sehari, pada klien infark miokard akut didapatkan mual dan mutah (
Ni Luh Geda, 1993:141)
(3)
Pola Aktivitas
Klien dapat mengalami gangguan aktivitas akibat dari nyeri yang
sangat hebat.
(4)
Pola Eliminasi
Berapa kali klien buang air besar dan buang air kecil sehari,
bagaimna konsistensinya serta apakah ada kesulitan.
(5)
Pola Tidur dan Istirah
Adanya nyeri dada hebat
disertai mual, muntah, sesak sehingga klien mengalami ganguan tidur.
(6)
Pola Sensori dan Kognitif
Klien mengerti atau tidak akan penyakitnya .
(7)
Pola Persepsi Diri
Klien mengalami cemas, kelemahan, kelelahan, putus asa serta terjadi
gangguan konsep diri.
(8)
Pola Hubungan dan Peran
Adanya perubahan kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
dan peran serta mengalami hambatan dalam menjalankan perannya dalam kehidupan
sehari-hari
(9)
Pola repruduksi dan seksual
Klien mempunyai anak berapa serta berapa kali klien melakukan
hubungan seksual dalam seminggu.
(10)
Pola penanggulangan stres
Apakah ada katidak efektifan
mengatasi masalah.
(11)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Kepercayaan atau agama yang dianut klien serta ketaatan dalam
menjalankan ibadah.
5)
Pemeriksaan fisik
(1)
Keadaan umum
Di dapatkan klien pucat, diaporesis dan merasakan nyeri, serta tidak
ada penurunan kesadaran. ( Ni Luh Gede 1993:141)
(2)
Tanda-tanda vital
Tensi : ……mmHg
Suhu : …….oC
Nadi : …….x/menit RR :
….. x/menit
(3)
Tinggi badan : …..cm BB : ……..kg
(4)
Kepala dan rambut
Apakah pada kepala tidak ada penonjolan, rambut normal aatau
tidak terdapat uban atau tidak,
apakah ditemukan adanya kelainan seperti
vesikula.
(5)
Mata
Apakah didapatkan udem palpebra, fungsinya normal atau tidak.
(6)
Telinga
Apakah normal atau tidak, apakah ada kelainan pada tajam
pendengaran.
(7)
Hidung
Apakah didapatkan kelainan pernafasan pada hidung serta apakah ada
penyakit atau kelainan pada hidung.
(8)
Dada / Thorak dan Abdomen
Pergerakan dada bagaimana, biasanya didapatkan sesak, apakah ada
benjolan paada abdomen.
(9)
Sistem respirasi
Terdapat sesak nafas, batuk dengan atau tampa sputum, frekuensi dan
irama pernafasan.
(10)
Sistem Kardiovaskuler
Didapatkan penurunan tekanan darah, takikardi, didapatkan bunyi
jantung tiga dan empat mur-mur maupun
gerakan perikardial serta didapatkan udem perifer. ( Ni Luh Gede 1993:141)
(11)
Sistem Genetiourinaria
Berapa jumlah urine dalam 24 jam, karena dengan mengatahui urine
dapat mengatahui kardiak output tetap atau menurun.
(12)
Sistem Gastro intestinal
Bagaimana peristaltik usus, adakah obstipasi, kembung, kebiasaan
elminasi berapa kali per hari dan bisa didapatkan mual dan muntah.
6.
Pemeriksaan Penunjang
(1)
Pemeriksaan laboratorium :
dapat memperjelas terjadinya infark, laju endap darah leukosit meningkat serta
enzim jantung LPKMB dan SGOT meningkat
(2)
ECG menunjukan gelombang Q
patologis, inversi gelombang T dan elevansi segmen ST
(3)
Dari pemeriksaan radiologi
mungkin menunjukan adanya pembesaran jantung . ( Ni Luh Gede 1993 )
2.2 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokan meliputi data
subyektif dan data obyektif untuk menentukan masalah klien. Data yang telah
dikelompokan untuk ditentukan masalah keperawatan kemudian penyebanya dan
dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. ( lismidar, 1990: 7-8 )
2.2.1
Kelompok data pertama
(1)
Data subyektif
-
Klien mengatakan nyeri dada
sebelah kiri terasa sangat berat seperti di tusuk-tusuk.
-
Badan klien terasa lelah, lemah
serta keluar karingat dingin
(2)
Data Obyektif
-
Klien tampak menyeringai
menahan rasa nyeri pada dada, dan tampak gelisah.
-
Tekanan darah …/…,
nadi…x/menit, respirasi ...x/menit, dan suhu…c
2.2.2
Kelompok data kedua
(1)
Data subyektif
-
Klien mengatakan nyeri dada
sebelah kiri terasa berat seperti ditusuk-tusuk dan tak hilang hanya dengan
istirahat.
-
Klien mengeluh terasa lemah dan
mudah capek untuk melakukan aktivitas.
(3)
Data Obyektif
-
Klien bedres
-
Tonus otot menurun
-
Semua kebutuhan klien dibantu (
parsial care/total care)
2.3 Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperwatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata ( potensial
) dan membutuhkan tindakan perawatan sehingga masalah klien dapat tanggulangi
aatau dikurangi. ( Lismidar, 1990)
Diagnosa
keperawatan yang sering muncul baik yang aktual pada klien infark miokard akut
adalah sebagai berikut:
1.
Nyeri dada ( akut ) berhubungan
dengan iskemia jaringan miokard
2.
Kecemasan berhubungan dengan
ancaman terhadap perubahan status kesehatan
3.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara tuntutan dan suplai oksigen.
4.
Penurunan kardiak output
berhubungan dengan perubahan jumlah irama dan konduksi.
5.
Penurunan perfusi jaringan
berhubungan dengan penuruna aliran darah.
6.
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan retensi natrium dan air.
7.
Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
2.4 Perencanaan
Setelah
dignosa keperawatan di prioritaskan sesuai dengan masalah yang paling
dirasakan, yang mengancam jiwa klien dan yang memerlukan tindakan keperawata
terlebih dahulu dalam rangka mengurangi masalah klien. Selanjutnya di buat
rencana tindakan masing-masing diagnosa keperawatan.
2.4.1 Diagnosa keperawatan I
Nyri dada ( akut ) berhubungan dengan iskemia miokard akibat adanya
pembuntuan arteri koronaria.
(1)
Tujuan
Nyeri dada
dihilangkan/intensitas nyri berkurang
(2)
Kreteria hasil.
a.
Ekspresi wajah baik dan klien
tidak gelisah.
b.
Ungkapan atau keluhan tentang
nyeri dada telah berkurang atau hilang.
(3)
Rencana tindakan
a.
Monitor karekteristik nyeri,
catat keluhan verbal dan non verbal serta respon hemodinamik ( tekanan darah,
nadi, suhu, respirasi dan suara jantung ).
b.
Dapatkan gambaran nyeri klien
secara menyeluruh yaitu tentang lokasi, lamanya, kualitas, dan kapan
terjadinya.
c.
Anjurkan pada klien untuk
melaporkan serangan nyeri dada.
d.
Berikan lingkungan yang tenang
dan nyaman serta aktvitas fisik yang
ringan ( sesuai dengan program rehabilitasi ) dan lakukan pendekatan pada klien
secara pelan tapi meyakinkan .
e.
Anjurkan dan ajarkan pada klien
teknik relaksasi seperti menarik nafas dalam dankeluarkan secara pelan.
f.
Observasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah diberi obat-obatan golongan narkotik ( Morfin )
g.
Kolaborasi dengan tenaga medis
lain dalam pemberian:
1)
Oksigen sesuai indikasi
2)
Anti angina, beta bloker,
analgetik serta calcium channel bloker.
(4)
Rasional
a.
Variasi dari ungkapan tingkah
laku klien pada waktu adanya nyeri membantu didalam pengkajian, kebanyakan
klien dengan infark miokard akut mengeluh kesakitanyang mendadak, pernafasan
mungkin meningkat sebagai akibat dari nyeri dan cemas.
b.
Nyeri adalah pengalam sunyektif
dan harus dapat diuraikan oleh klien dan untuk membandingkan nyei yang lain.
c.
Untuk segera dapat mengetahui
bila ada serangan nyri dan untuk menetukan tindakan selanjutnya.
d.
Untuk menghindari rangsangan
dari luar menghindari kecemasan yang dapat meningkatkan kerja jantung secara
tiba-tiba dan mempertahankan kemampuan aktifitas.
e.
Di harapkan dapat mengurangi
ketegangan klien sehingga klien lebih rileks dan nyeri yang dirasa berkurang.
f.
Hipotensi/depresi pernafasan
dapat terjadi sebagai akibat pemberian obat-obatan narkotik.
g.
(1). Dengan pemberian oksigen
untuk meningkatkan suplai oksigen ke otot-otot jantung dan menghilangkan nyeri
yang disebabkan olek iskemia jaringan.
(2). Anti
angina, beta bloker untuk menekan nyeri, analgetik memperbaiki fungsi miokard
dan kalsium channel bloker melebarnya pembuluh daran arteri koroner.
2.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan pengolahan dan realisasi dari rencana tidakan
yang meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi ( pengesahan ), rencana
keperaawatan, menulis atau mendokumentasi rencana keperawatan, memberikan
asuhan keperawatandan dan pengumpulan data. ( Lismidar )
2.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah terakhir dalam memperoses asuhan
keperawatan yang dilakssanakan dengan sengaja dan terus- menerus yang
dilaksanakan dengan perawat dan anggota medis lainnya. Dengan tujuan untuk
memenuhi apakah tujuan dan rencana keperwatan tercapai serta melakukan
pengkajian ulang. Pada klien tujuamn tercapai apa bila:
1)
Nyeri dapat dihilangkan atau
intesitas nyeri berkurang
2)
Cemas dapat dihilangkan atau
ditiadakan
3)
Klien dapat atau mampu
menunjukan toleransi dalam aktivitas
4)
Mencapai kembali batasan curah
jantung yang normal
5)
Perfusi jaringan dapat dipertahankan
6)
Keseimbangan cairan dapat
dipertahankan.
7)
Pengetahuan klien dapat
bertambah atau meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
UPF, 1994 Ilmu Penyakit
Dalam
2.
Lismidar, 1993 Pengantar
Ilmu Penyakit Paru
3.
Soeparman Sarwono Waspadji,
Jilid II, Ilmu Penyakit Dalam
4.
Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I.
5.
Ni Luh Gede Yasim : Asuhan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; RI Depkes, 1993
ConversionConversion EmoticonEmoticon