Defenisi
LEUKEMIA
Leukemia
adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit
yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia
dan diakhiri dengan kematian.
Etiologi
Walaupun
pada sebagian besar klien leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat
diidentifikasi,
namum terdapat beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan
penyakit
ini. Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik, sinar radioaktif dan virus.
Klasifikasi
Menurut
perjalanan penyakitnya, dapat dibagi atas leukemia akut dan kronik. Dengan
kemajuan
pengobatan akhir-akhir ini, klien leukemia limfoblastik akut dapat hidup lebih
lama
daripada klien leukemia granulositik kronik. Dengan demikian pembagian kronik
dan
akut tidak lagi mencerminkan lamanya harapan hidup. Namum pembagian ini
masih
menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi.
Menurut
jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan limfoid. Masing-
masing
ada yang akut dan kronik. Secara garis besar, pembagian leukemia adalah
sebagai
berikut :
1.
Leukemia mieloid
a.
Leukemia granulositik kronik (leukemia mieloid/mielositik/ mielogenous kronik)
b.
Leukemia mieloblastik
granulositik/mielogenous
akut)
2.
Leukemia limfoid
a.
Leukemia limfositik kronik
b.
Leukemia limfoblastik akut
LEUKEMIA
GRANULOSITIK KRONIK
akut (leukemia
mieloid/mielositik/
Leukemia
granulositik kronik (LGK) adalah suatu penyakit mieloproliferasi yang
ditandai
dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang.
Manifestasi
klinis
Manifestasi
klinis tersering dijumpai adalah rasa lelah, penurunan BB, rasa penuh di
perut
; kadang-kadang rasa sakit di perut dan mudah mengalami perdarahan. Pada
pemeriksaan
fisik hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Juga
sering
didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang
terdapat
purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan
kadang-kadang
priapismus.
Pemeriksaan
penunjang
Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3,
pergeseran
ke kiri pada hitung jenis, trombositopenia, kromosom Philadelphia, kadar
fosfatase
alkali leukosit rendah atau sama sekali tidak ada dan kenaikan kadar vitamin
B12
dalam darah. Pada pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperselular
dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktifitas granulopoiesis.
Penatalaksanaan
Pengobatan
dapat dilakukan peroral dengan obat-obatan sebagai berikut :
1. Tablet
Busulfan (2 mg)
Instruksi
:
Bila
leukosit 50.000/µl 6 mg/hari sampai dengan leukosit 5.000 – 15.000/µl
Kemudian
istirahat 2 minggu
Selanjutnya
diteruskan dengan maintenance (pemberian disesuaikan dengan
jumlah
leukosit saat itu)
Bila
leukosit :
15.000
– 25.000 µl
25.000
– 35.000 µl
>
35.000 µl
: 2 mg/hari (7 hari)
: 4 mg/hari (7 hari)
: 6 mg/hari (7 hari)
2.
Pengobatan dengan Hidropurea 500 mg
Dosis
15 – 25 mg/kgBB dalam 2 dosis peroral
Prognosis
Sebagian
besar klien LGK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut
krisis
blastik. Gambarannya mirip dengan leukemia akut, biasanya berupa mieloblas
dan/promielosit,
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang.
LEUKEMIA
MIELOBLASTIK AKUT
Insidens
leukemia mieloblastik akut (LMA)kira-kira 2 – 3/100.000 penduduk. LMA lebih
sering
ditemukan pada umur dewasa (85%)daripada anak-anak (15%). Ditemukan
lebih
sering pada laki-laki daripada wanita. LMA dapat ditemukan sekitar 40% dari
seluruh
insidens leukemia.
Manifestasi
klinis
Gejala
klinis yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa lelah, pucat, nafsu makan
hilang,
anemia, ptekie, perdarahan, nyeri tulang, infeksi dan pembesaran kelenjar
getah
bening, limfa, hati dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan
hipertropi
gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
Klasifikasi
Menurut
klasifikasi FAB (French – American – British), LMA dibagi dalam 6 jenis, yaitu
:
M1 : leukemia
mieloblastik tanpa pematangan
M2 : leukemia
mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan
M3 : leukemia
promielositik hipergranular
M4 : leukemia
mielomonositik
M5 : leukemia
monoblastik
M6 :
eritroleukemia
Penatalaksanaan
Sebaiknya
klien dirujuk ke spesialis penyakit dalam (Sub Bagian Hematologi) untuk
penatalaksanaan
lebih lanjut.
Prognosis
Dengan
pengobatan modern, angka remisi 50 – 75%, tetapi angka rata-rata hidup
masih
hidup 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%. Prognosis
terburuk
adalah pada golongan M5 dan M6, semua klien meninggal dunia sebelum 2
tahun,
sedangkan M3 mempunyai harapan hidup paling lama.
LEUKEMIA
LIMFOSITIK KRONIK
Leukemia
limfositik kronik (LLK) merupakan 25% dari seluruh leukemia di negara
barat,
amat jarang ditemukan di Jepang, Cina dan Indonesia. Lebih sering ditemukan
pada
laki-laki dari pada wanita (2 : 1) dan jarang ditemukan pada umur kurang dari
40
tahun.
Klasifikasi
LLK
dapat dibagi menjadi 4 tingkatan penyakit secara klinis, yang ternyata
mempunyai
hubungan
dengan prognosis.
Tingkat
penyakit
0 Hanya limfositosis
dengan infiltrasi sel
1 Limfositosis dan
limfadenopati
2 Limfositosis dan
splenomegali/hepatomegali
3 Limfositosis dan
anemia < 11 g% dengan/tanpa pembesaran
Hati,
limfa dan kelenjar
4 Limfositosis dan
trombositopenia < 100.000/mm3 dengan/
Tanpa
pembesaran hati, limfa dan kelenjar
Manifestasi
klinis
Median survival (bulan)
150
101
71
19
19
Berupa
limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi organ tubuh lain (paru,
pleura,
tulang, kulit), anemia hemolitik, trombositopenia, hipogammaglobulinemia dan
gammapati
monoklonal sehingga klien mudah terkena infeksi.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
darah tepi menunjukkan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
pada
sumsum
tulang didapatkan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil, yaitu lebih
dari
40%
dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% klien LLK disebabkan peningkatan
limfosit
B (BLLK).
Penatalaksanaan
Pengobatan
sebaiknya tidak diberikan kepada klien-klien tanpa gejala, karena tidak
memperpanjang
hidup. Yang perlu diobati adalah klien yang menunjukkan
progresivitas
limfadenopati atau splenomegali, anemia, trombositopenia atau gejala
akibat
desakan tumor.
Obat-obatan
yang dapat diberikan adalah :
1.
Klorambusil 0,1 – 0,3 mg/kgBB sehari peroral
2. Kortikosteroid, sebaiknya baru diberikan bila
terdapat AIHA atau
trombositopenia
atau demam, tanpa sebab infeksi
3.
Radioterapi dengan menggunakan sinar X kadang-kadang menguntungkan
bila
ada keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening
setempat.
LEUKEMIA
LIMFOBLASTIK AKUT
Insidens
leukemia limfoblastik akut (LLA) berkisar 2 – 3/100.000 penduduk. Lebih
sering
ditemukan ada anak-anak (82%)daripada usia dewasa (18%) dan lebih sering
ditemukan
pada laki-laki di banding wanita.
Manifestasi
klinis
Gejala
tersering yang dapat terjadi adalah rasa lelah, panas tanpa infeksi, purpura,
nyeri
tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan sering
ditemukan
suatu massa abnormal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan splenomegali
(86%),
hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis dan perdarahan
retina.
Pemeriksaan
penunjang
Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblast dan biasanya ada
leukositosis
(60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit biasanya
berbanding
langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian
pula dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum
tulang
biasanya menunjukkan sel blas yang dominan.
Penatalaksanaan
Sebaiknya
klien dirujuk ke spesialis penyakit dalam (Sub Bagian Hematologi) untuk
penatalaksanaan
lebih lanjut.
Prognosis
Prognosis
LLA pada anak-anak baik ; lebih dari 95% terjadi remisis sempurna. Kira-
kira
70 – 80% dari klien bebas gejala semalam 5 tahun. Apabila terjadi relaps,
remisi
sempurna
kedua dapat terjadi pada sebagian besar kasus. Para klien ini merupakan
kandidat
untuk transplantasi sumsum tulang, dengan 35 – 65% kemungkinan hidup
lebih
lama.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Data
dasar pengkajian klien, meliputi :
1.
Aktifitas/istirahat
Gejala
Tanda
2.
Sirkulasi
: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas
biasanya
: kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen
Gejala
: palpitasi
Tanda
: takikardi, murmur jantung, kulit dan membran mukosa pucat,
defisit
syaraf
kranial, tanda perdarahan serebral
3.
Integritas ego
Gejala
Tanda
4.
Eliminasi
Gejala
: perasaan tidak berdaya/tak ada harapan
: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan
alam perasaan, kacau
: diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tissue,
feses
hitam,
darah pada urine, penurunan haluran urine
5.
Makanan/cairan
Gejala
: kehilangan nafsu makan,
anoreksia, muntah,
Tanda
perubahan/penyimpangan
rasa, penurunan BB, faringitis, disfagia
: distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali,
hepatomegali,
ikterik, stomatitis, ulkus mulut, hipertropi gigi (infiltrasi
gusi
mengindikasikan leukemia monositik akut)
6.
Neurosensori
Gejala
Tanda
: kurang/penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau,
disorientasi kurang konsentrasi,
pusing, kebas, kesemutan,
parastesia
: otot mudah terangsang, aktifitas kejang
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala
Tanda
: nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan
sternal,
kram
otot
: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada diri
sendiri
8.
Pernafasan
Gejala
Tanda
: nafas pendek dengan kerja minimal
: dispnea, takipnea, batuk, gemericik, ronkhi, penurunan bunyi
nafas
9.
Keamanan
Gejala
Tanda
: riwayat infeksi saat
ini/dahulu, riwayat jatuh, gangguan
penglihatan/kerusakan,
perdarahan spontan tak terkontrol dengan
trauma
minimal
:demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan retinal,
perdarahan
gusi,
epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati
(sehubungan
dengan invasi jaringan), papiledema dan eksoptalmus,
infiltrasi
leukemia pada dermis
10.
Seksualitas
Gejala
: perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia,
impoten
11.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: riwayat terpajan pada kimiawi, kadar ionisasi radiasi
berlebihan,
pengobatan
kemoterapi sebelumnya, gangguan kromosom.
Prioritas
keperawatan
1.
Mencegah infeksi selama fase akut penyakit/pengobatan
2.
Mempertahankan volume sirkulasi darah
3.
Menghilangkan nyeri
4.
Meningkatkan fungsi fisik optimal
5.
Memberikan dukungan psikologis
6.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
Tujuan
pemulangan
1.
Komplikasi dicegah/minimal
2.
Nyeri hilang/terkontrol
3.
Aktifitas sehari-hari terpenuhi oleh diri sendiri atau dengan bantuan
4.
Menerima kenyataan penyakit
5.
Proses penyakit/prognosis dan program terapeutik dipahami
Diagnosa
keperawatan dan rencana tindakan
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder
: gangguan dalam kematangan sel darah putih/SDP (granulosit rendah
dan
jumlah lmfosit abnormal), peningkatan jumlah limfosit ; Tidak adekuat
pertahanan
primer : stasis cairan tubuh dan trauma jaringan ; Prosedur invasif ;
malnutrisi
dan penyakit kronis
Tujuan : infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah
dengan kriteria klien
mengidentifikasi
tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
;
klien menunjukkan teknik dan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan keamanan lingkungan serta meningkatkan
penyembuhan
Rencana
tindakan :
o Tempatkan klien pada
ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai dengan
indikasi
(melindungi klien dari sumber potensial patogen/infeksi)
o Berikan protokol untuk
mencuci tangan yang baik untuk semua petugas dan
pengunjung
(mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi)
o Pantau perubahan suhu.
Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan
pengobatan
kemoterapi (hipertermia lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi
dan
demam terjadi pada kebanyakan klien leukemia)
o Cegah menggigil :
tingkatkan masukan cairan (membantu menurunkan demam
dan
mencegah komplikasi SSP)
o Anjurkan sering mengubah
posisi, nafas dalam dan batuk (mencegah stasis
sekret
pernafasan, menurunkan resiko atelektasis/pneumonia)
o Rawat klien dengan lembut
dan pertahankan linen kering/tidak kusut
(mencegah
rasa terbakar/ekskoriasi kulit)
o Inspeksi luka dari nyeri
tekan, area erimatosus, luka terbuka, bersihkan luka
dengan
larutan antibakterial (mengindikasikan infeksi lokal)
o Inspeksi membran mukosa
mulut. Bersihkan mulut dan gunakan sikat gigi halus
untuk
perawatan mulut (rongga mulut adalah media yang baik untuk
pertumbuhan
organisma)
o
Anjurkan peningkatan masukan
makanan tinggi protein dan cairan
(meningkatkan
pembentukan antibodi dan mencegah dehidrasi)
o Hindari/batasi prosedur
invasif (kulit robek dapat memberikan jalan masuk bagi
kuman
patogenik)
o Pantau pemeriksaan
laboratorium (mengidentifikasi secara dini kejadian infeksi)
o Berikan obat-obatan sesuai indikasi (dapat diberikan secara
profilaktik/mengobati
infeksi khusus)
o Hindari antipiretik yang
mengandung aspirin (aspirin dapat menyebabkan
perdarahan
gaster dan penurunan jumlah trombosit lanjut)
o Berikan diet rendah bakteri, misalnya makanan dimasak/diproses
(meminimalkan
sumber potensial kontaminasi bakterial)
2.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan
; penurunan pemasukan cairan ; peningkatan kebutuhan cairan
Tujuan : volume cairan tubuh dapat dipertahakan
dalam keadaan seimbang
dengan
kriteria tanda vital klien dalam batas normal, nadi teraba,
haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal,
mengidentifikasi
faktor resiko individual dan intervensi yang tepat.
Rencana
tindakan :
o Pantau masukan dan
haluaran (penurunan sirkulasi sekunder terhadap
destruksi
SDM dan pencetusnya pada tubulus ginjal dan/atau terjadinya batu
dapat
menimbulkan retensi urine)
o Timbang BB tiap hari
(pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan
memperburuk/obstruksi
ginjal)
o Pantau TD dan frekwensi
jantung (perubahan dapat menunjukkan efek
hipovolemik)
o Perhatikan adanya mual dan
demam (mempengaruhi pemasukan, kebutuhan
cairan
dan rute pergantian)
o Anjurkan masukan cairan 3 –
4 l/hari bila masukan oral dimulai (meningkatkan
aliran
urine)
o Cegah cedera jaringan dan
perdarahan (jaringan rapuh dan gangguan
mekanisme
pembekuan meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma
minor)
o Berikan diet halus
(membantu menurunkan iritasi gusi)
o Berikan cairan iv sesuai indikasi (mempertahankan keseimbangan
cairan/elektrolit
dan menurunkan komplikasi ginjal)
o Pantau pemeriksaan
laboratorium (mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
perdarahan
samar)
o Berikan SDM, trombosit dan
faktor pembekuan (memperbaiki/menormalkan
jumlah
SDM dan kapasitas pembawa oksigen untuk memperbaiki anemia)
3.
Nyeri akut berhubungan dengan agen fisikal (pembesaran organ/nodus limfe,
sumsum
tulang yang dikemas dengan sel leukemia) ; agen kimia (pengobatan
antileukemik)
; manifestasi psikologis (ansietas, takut) ditandai dengan keluhan
nyeri
(tulang, syaraf, sakit kepala, dsb, perilaku berhati-hati/distraksi, wajah
mengkerut,
gangguan tonus otot, respons autonomik
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol dengan kriteria
klien melaporkan nyeri
hilang/berkurang,
menunjukkan prilaku penanganan nyeri, tampak
rileks
dan mampu tidur/istirahat dengan tenang
Rencana
tindakan :
ο Kaji
keluhan nyeri. Perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (membantu
mengkaji
kebutuhan untuk intervensi)
ο Pantau
tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal (membantu mengevaluasi
pernyataan
verbal dan keefektifan intervensi)
ο Berikan
lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress
(meningkatkan
istirahat dan meningkatkan kemampuan koping)
ο Tempatkan
klien pada posisi nyaman (menurunkan ketidaknyamanan posisi
sendi)
ο Ubah
posisi secara periodik dan berikan bantuan rentang gerak lembut
(memperbaiki
sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi)
ο Berikan
tindakan kemyamanan (meminimalkan kebutuhan/meningkatkan efek
obat)
ο Evaluasi
dan dukung mekanisme koping klien (penggunaan persepsi
sendiri/perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu klien
mengatasinya
lebih efektif)
ο Anjurkan
klien menggunakan teknik manajemen nyeri, misalnya latihan nafas
dalam (memudahkan relaksasi, terapi farmakologis tambahan dan
meningkatkan
kemampuan koping)
ο Bantu
dan berikan aktifitas terapeutik (membantu manajemen nyeri dengan
perhatian
langsung)
ο Pantau
kadar asam urat (pergantian cepat dan dertruksi sel leukemia selama
kemoterapi
meningkatkan asam urat, menyebabkan pembengkakan dan nyeri
sendi)
ο Berikan
obat-obatan sesuai indikasi (analgesik, narkotik, agen ansietas)
4.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum (penurunan cadangan
energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit
masif) ;
ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen (anemia/hipoksia) ;
pembatasan
terapeutik (isolasi/tirah baring) atau akibat efek terapi obat ditandai
dengan
keluhan verbal kelemahan dan kelelahan, ketidaknyamanan kerja/dispnea,
frekwensi
jantung/respon TD abnormal
Tujuan : aktifitas dapat ditoleransi sesuai dengan
kemampuan klien dengan
kriteria
terlihat peningkatan toleransi klien terhadap aktifitas,
berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan,
menunjukkan
penurunan tanda fisiologis tidak toleran, misalnya nadi,
pernafasan
dan TD dalam batas normal
Rencana
tindakan :
ο Pantau
kelemahan dan perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas
(efek leukemia, anemia dan kemoterapi mungkin kumulatif)
ο Berikan
lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.
Anjurkan
istirahat sebelum makan (menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi
sel serta penyembuhan luka)
ο Laksanakan
teknik penghematan energi, seperti lebih baik duduk daripada
berdiri
(memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri)
ο Jadwalkan
makan sebelum dan sesudah kemoterapi (dapat meningkatkan
pemasukan
dengan menurunkan mual)
ο Berikan
oksigen tambahan (memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
seluler)
5.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan
dengan kurang terpajan pada sumber ; salah interpretasi/kurang
mengingat
ditandai dengan penyataan masalah/permintaan informasi, pernyataan
salah
konsepsi
Tujuan : pengetahuan klien tentang penyakitnya
bertambah dengan kriteria
klien
menyatakan pemahaman
tentang
kondisi/proses
penyakit/pengobatan,
melakukan perubahan pola hidup yang perlu,
berpartisipasi
dalam program pengobatan
Rencana
tindakan :
ο Kaji
ulang patologi bentuk khusus leukemia dan berbagai bentuk pengobatan
(pengobatan
dapat termasuk berbagai obat antineoplastik, radiasi seluruh
tubuh
atau hati/limpa, transfusi atau transplantasi sumsum tulang)
ConversionConversion EmoticonEmoticon