A S
M A
A. Pengertian
Penurunan
fungsi paru dan hiperresponsivitas jalan napas terhadap berbagai rangsang.
Karakteristik penyakit meliputi bronkhospasme, hipersekresi mukosa dan
perubahan inflamasi pada jalan napas.(Campbell. Haggerety,1990; orsi 1991).
Banyak
orang mengabaikan keseriusan penyakit ini. Perawatan di RS sering kali karena
akibat dari pengabaian tanda penting ancaman serangan asma dan tidak mematuhi
regimen terapeutik. Status asmatikus mengacu pada kasus asma yang berat yang
tak berespon terhadap tindakan konvensional. Ini merupakan situasi yang
mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera.
B. ETIOLOGI
Dua tipe dasar imunologik dan non
imunologik .Asma alergik ( disebut ekstrinsik ) terjadi pada saat kanak – kanak
terjadi karena kontak dengan elergan dengan penderita yang sensitive.
Asma non imunologik atau non alergik (
di sebut instrinsik ), biasanya terjadi pada
usia diatas 35 tahun. Serangan dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau
cabang pada bronchial.
Asma campuran yang serangannya diawali
oleh infeksi virus atau bacterial atau oleh allergen. Pada saat lain serangan
dicetuskan oleh factor yang berbeda atau juga dapat di cetuskan oleh perubahan
suhu dan kelembaban, uap yang mengiritasi, asap, bau – bauan yang kuat, latihan
fisik dan stress emosional.
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
§ Test
fungsi paru ( Spirometer )
§ Foto
thorax
§ Pemeriksaan
darah (DL, BGA)
§ Test
kulit
§ Test
Provokasi bronchial
D.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang timbul biasanya berhubungan
dengan beratnya derajad hiperaktifitas bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat
revesible secara spontan maupun dengan pengobatan.
Gejala
asma antara lain :
a. Bising
mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop
b. Batuk
produktif, sering pada malam hari
c. Sesak
nafas
d. Dada
seperti tertekan atau terikat
e. Pernafasan
cuping hidung
E. TERAPI
·
Oksigen 4 – 6 liter /
menit
·
Agonis B2 (
salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatin 10 mg ) intalasi nebulasi
dan pemberiannya dapa diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agonis B2
dapat secara subcutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau
terbulatin 0,25 mg dalam larutan
dextrose 5 % dan diberikan perlahan.
·
Aminofilin bolus iv 5 –
6 mg / kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka
cukup diberikan setengah dosis.
·
Kortikosteroid
hidrokortison 100 – 200 mg iv jika tak ada respon segera atau pasien sedang
menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
Contoh Kasus Asma
Krist,
seorang ibu muda dengan 2 orang anak bekerja pada sebuah toko swalayan. Minggu
lalu membeli seekor kucing cantik. Beberapa hari ini ia mengeluh nafasnya
berbunyi. Disamping itu ia juga sedang teserang batuk, pilek. Ia menderita asma
selama beberapa tahun, tetapi hampir tidak pernah mengalami masalah serius
karena selalu menggunakan Inhaler secara teratur. Ia menyadari kalau asma tidak
dikontrol dengan baik akan menimbulkan masalah serius pada dirinya. Akan tetapi
kali ini ia dibawa ke bagian emergensi rumah sakit oleh suaminya karena selama
beberapa jam ini mengalami susah bernafas, ia juga bingung dan disorientasi.
Diagnosa:
Asma akut karena allergen
RENCANA KEPERAWATAN ASMA
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
/ Kriteria Hasil
|
Rencana
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
1.
2.
3.
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b/d obstruksi trakeobronkial, batuk tidak efektif,
penumpukan secret
Ketidakefektifan pola
nafas b/d distensi dinding dada dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan
Ansietas b/d
sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.
|
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan setiap 4 sampai 5 jam bersihan jalan nafas
efektif
Kriteria Hasil :
·
Pasien mau
bekerjasama dengan perawat selama proses perawatan berlangsung
·
Sputum bisa
dikeluarkan secara efektif
·
Pasien bisa bernafas
secara optimal
·
Frekuensi batuk
pasien menurun
·
Saluran pernafasan
pasien akan bersih
·
Ronchi (-)
·
Batuk efektif (+)
·
TTV :
TD = 90-130
mmHg
70-90
N = 60 – 100
x/menit
S = 36 – 37,5oC
RR = 16 – 24
x/menit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pola
nafas px efektif
Kriteria Hasil
:
·
Px mengetahui faktor
penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor tersebut
·
Frekuensi nafas px
efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru
·
Cuping hidung
berkurang
·
TTV :
TD = 90-130
mmHg
70-90
N = 60 – 100
x/menit
S = 36 – 37,5oC
RR = 16 – 24
x/menit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ansietas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil
:
·
Klien mau bekerjasama
dengan perawat
·
Klien tahu penyebab
ansietasnya
·
Klien mampu
menggambarkan ansietas dan pola fikirnya.
·
Munghubungkan
peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis.
·
Menggunakan
mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas.
·
TTV :
TD = 90-130
mmHg
70-90
N = 60 – 100
x/menit
S = 36 – 37,5oC
RR = 16 – 24
x/menit
|
1. Lakukan
BHSP pada px dan keluarga
2. Observasi
pola pernafasan px
3. Anjurkan
px untuk nafas dalam dan perlahan saat posisi semi fowler
4. Ajari
px tentang metode yang tepat pengontrolan batuk
5. Lakukan
fisioterapi dada (drainase postural )
6. Berikan
terapi O2 sesuai dengan kebutuhan
7. Berikan
HE yang baik pada px
8. Konsultasi
dengan dokter tentang pemberian nebulizer
1.Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
2.Posisikan klien pada posisi semi fowler
3.Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang
keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif
4.
Minimalkan distensi gaster
5.
Kaji pernafasan selama tidur
6.Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea
1. Kaji tingkat ansietas yang dialami klien
2. Kaji kebiasaan keterampilan koping
3. Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati
4. Implementasikan teknik relaksasi
5. Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan
6. Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.
|
1. Menumbuhkan rasa percaya px
terhadap tindakan yang akan diberikan
2. Pola pernafasan px harus dalam
rentang normal, artinya tidak ada lagi retraksi otot bantu nafas baik pada
ICS atau suprasternal
3. Memungkinkan ekspansi paru lebih
luas
4. Batuk yang tidak terkontrol adalah
melelahkan dan tidak efektif menyebabkan frustasi
5. Memudahkan upaya pernafasan dalam
dan meningkatkan drain secret dari segmen paru ked lm bronkus, dimana dapat
lebih mempercapat pembuangan dengan batuk
6. Pemberian terapi O2 sesuai
kebutuhan agar tetap menyuplai O2 ke paru-paru
7. Untuk meningkatkan pengetahuan px
8. Nebulezer adalah bronkodilator
sehingga px dapat bernafas dengan baik.
1. Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal
menunjukkan pola nafas yang tidak efektif
2.
Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga
memberikan pengembangan pada organ paru
3. Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif
4. Distensi gaster dapat menghambat
kontraksi diafragma
5.
Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak
efektif
6.
Rasa ragu–ragu pada klien dapat menghambat komunikasi
terapeutik.
1. Mengetahui tingkat kecemasan untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya
2. Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta
menawarkan alternatif koping yang bisa digunakan
3. Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk
mencapai tujuan yang sama
4.
Relaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan
menghilangkan kecemasan
5. Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk
lebih kooperatif.
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon