BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok, Maryati dan Suryawati (2003).
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses
pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur social, Murdiyatmoko dan Handayani
(2004). Interaksi positif hanya mungkin
terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling
mendukung, (Siagian, 2004, p. 216). Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya
manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan
selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat
berinteraksi ataupun bertukar pikiran. TB ( tubercolusis ) merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tubercolusis yang dapat
ditularkan dari orang satu ke orang yang lain melalui udara maupun kontak social
lainnya. Dimana pasien TB ini biasanya di isolasi dan jarang sekali mau
melakukan interaksi social karena merasa takut kalu penyakitnya tertular pada
orang lain.
Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan
teori model King dalam meningkatkan interaksi social pada pasien TB supaya
pasien TB tidak merasa dikucilkan atau sendiri. Berdasarkan data yang ada
Indonesia menempati urutan ke tiga di dunia setelah india dan china dalam
jumlah penderita TB paru sekitar 583 ribu orang dan diperkirakan sekitar 140
ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat TBC. Sedangkan di jawa timur
sendiri menempati urutan ke dua setelah jawa barat dengan khasus sekitar 37
ribu penderita. ( Depkes RI, 2007 ). Dari data tersebut menunjukkan
bahwa kita harus berhati-hati dalam mengajak pasien TB berinteraksi dengan cara
meningkatkan APD ( alat pelindung diri ) baik untuk diri sendiri maupun untuk
pasien TB. Dengan demikian kita dapat tetap mengajak pasien TB untuk tetap
berinteraksi baik dengan perawat maupun masyarakat. Karena kita sama-sama
memiliki hak untuk mengadakan interaksi social. Apabila hal tersebut tidak
diatasi maka pasien TB akan cenderung menarik diri.
Interaksi social merupakan hal yang
penting bagi diri kita sebagai makhluk social. Adapun faktor-faktor yang
mendorong terjadinya interaksi social yaitu : tindakan social, kontak social,
komunikasi social.
Tindakan
social adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi
individu-individu lainnya dalam masyarakat. Kontak social adalah hubungan
antara satu pihak dan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi
social. Komunikasi social adalah penyampaian pesan kepada orang lain atau
masyarakat. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator sedangkan
orang yang menerima komunikasi disebut komunikan.
Dalam penelitian ini saya akan
mengaplikasikan teori model King dalam meningkatkan interaksi social pada
pasien TB. Apakah ada pengaruh atau tidak dalam meningkatkan interaksi pasien
TB. Karena dengan berinteraksi, yang dapat mengantarkan individu pada suatu keadaan
sehat bagi individu yang memiliki kemampuan untuk berfungsi di dalam
peran-peran social sehingga akan muncul feedback atau timbal balik sesuai yang
diharapkan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Pertanyaan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut di atas, maka dapat diasumsikan permasalahan bahwa dalam meningkatkan
interaksi social pada pasien TB diterapkan dengan menggunakan model King.
Sehingga dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Adakah pengaruh
penerapan model king dalam meningkatkan interaksi social pada pasien TB.”
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengidentifikasi
penerapan model teori King dalam meningkatkan interaksi social pada pasien TB.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi
atau menilai interaksi sosial pada pasien TB sebelum penerapan model King
2. Mengidentifikasi
atau menilai interaksi sosial pada pasien TB sesudah penerapan model King
3. Membandingkan
interaksi sosial pada pasien TB sebelum dan sesudah penerapan model King
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai kerangka dalam mengembangkan ilmu konsep
dasar keperawatan yang berhubungan dengan interaksi sosial
1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1
Manfaat bagi masyarakat
Dengan
mengetahui penelitian ini, masyarakat sadar akan pentingnya melakukan interaksi
sosial.
1.4.2.2
Manfaat bagi peneliti
Meningkatkan
atau mengembangkan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya ilmu konsep
dasar keperawatan yang telah diterima untuk diberikan kepada keluarga yang
salah satu keluarganya menderita TB.
1.4.2.3
Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
Sebagai
bahan masukan untuk lebih meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan pada
keluarga dan meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita TB.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penerapan Model Teori King
2.1.1
Pengertian Model Teori King
Teori king adalah teori
memfokuskan kepada fase-fase perencanaan dan implementasi dalam proses
perawatan. Perawat dan pasien (dyad interact) saling memikirkan pencapaian
tujuan, meneliti sarana-sarana untuk mencapai tujuan bertransaksi dan
meraih tujuan.
King memahami model
konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam
hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan
dalam model konsep interaksi. Dalam mencapai hubungan interaksi, King
mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya sistem personal, sistem
interpersonal dan sistem sosial yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King sistem personal merupakan sistem
terbuka dimana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang,
gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan. Kemudian hubungan
interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien dalam
menegakkan sistem sosial sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem
tersebut King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi
terhadap waktu, tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi
masa yang akan datang dan sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama
dengan orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.
2.1.2 Konsep Utama Model Teori King
Konsep-konsep utama dalam teori pencapaian tujuan
adalah sebagai berikut :
1. Interaksi sebagai proses presepsi dan komunikasi antara
orang dan lingkungandan
orang dengan orang, di representasikan oleh perilaku verbal dan nonverbal yang
di arahkan untuk mencapai tujuan.
2. Persepsi sebagai representasi setiap orang
tentang realitas.
3. Komunikasi sebagai proses pemberian
informasi dari satu orang ke orang berikutnya,
baik secara langsung atau tidak langsung.
4. Transaksi sebagai maksud tujuan
interaksi yang membawa kepada pencapaian tujuan.
5. Peran sebagi seperangkat tingkah laku
yang diharapkan dari orang yang memiliki posisi
dalam system sosial, peraturan-peraturan yang menjelaskan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban.
6. Stres adalah tingkatan dinamis dala interaksi antara manusia
dengan lingkungan.
7. Pertumbuhan dan pengembangan
sebagai perubahan terus-menerus dalam diri individu
secara selular, molekular, dan tingkat-tingkat aktivitas perilaku
kondosif untuk menolong individu-individu bergerak
menuju kedewasaan.
8. Waktu sebagai tahapan kejadian- kejadian
bergerak menuju ke masa depan.
9. Tempat sebagai keberadaan di seluruh
jarak dan di tempat yang sama. Waktumerupakan
durasi antara kejadian dan yang lain sebagai pengalaman unik setiapmanusia.
2.1.3 Konsep Hubungan Manusia dalam Model Teori King
Menurut King konsep hubungan manusia terdiri dari
beberapa komponen :
1. Aksi adalah proses awal hubungan 2 individu dalam
berperilaku dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan
dengan digambarkan hubungan perawat dank lien untuk melakukan kontrak atau
tujuan yang diharapkan.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi
akibat dari adanya aksi dan merupakan respons dari individu.
3. Interaksi adalah suatu bentuk kerjasama yang saling
mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam komunikasi.
4. Transaksi adalah kondisi dimana antara perawat dan
klien terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
2.1.4
Asumsi-asumsi Utama Model Teori King
Teori pencapaian tujuan didasarkan pada
asumsi-asumsi umum yang memfokuskan perawatan interaksi manusia dengan
lingkungan untuk membawa kebagian kesehatan bagi individu yang dapat berfungsi
dalam peran sosial. Perawatan (Nursing), Keperawatan merupakan perilaku yang
dapat diobservasi yang ditemukan dalam sistem perawatan kesehatan masyarakat.
Tujuan perawatan menolong individu mempertahankan kesehatannya sehingga mereka
dapat berfunsi dalam peran-peran mereka. Keperawatan di pandang sebagai
proses interpersonal aksi, reaksi, interaksi dan transaksi. King menurunkan
tujuh hipotesis teori pencapaian tujuan :
1. Perceptual accuracy antara interaksi
perawat-pasien meningkatkan mutual goal setting.
2. Komunikasi meningkatkan mutual goal setting antara perawat dan pasien membawa pada kepuasan.
3. Kepuasan perawat dan pasien karena
meningkatnya peraihan tujuan.
4. Pencapaian tujuan mengurangi stres dan kecemasan dalam situasi keperawatan.
5. Pencapaian tujuan meningkatkan belajar pasien dan kemampuan meniru situasi keperawatan.
6. Konflik peran di alami oleh pasien,
perawat, atau keduanya, menurunkan transaksi
interaksi perawat pasien.
7. Kesamaan kepuasaan peran dan performa peran meningkatkan transaksi dalam interaksi perawat pasien.
2.1.5 Proses Keperawatan Model King
2.1.5.1 Definisi Proses Keperawatan
A. Suatu
pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan
alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
B. Merupakan proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan
pasien sampai ke tahap maksimum.
C. Merupakan
pendekatan ilmiah.
D. Terdiri dari 4
tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang
menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2.1.5.2 Tahap-Tahap Proses Keperawatan
Dalam proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu:
1.
Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah
mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul
mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland
& mc Farlane, 1997).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
selama pengkajian antara lain:
1.
Memahami secara keseluruhan situasi
yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik,
psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi status
kesehatannya.
2. Mengumpulkan
semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan
sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database
yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1987;1994)
3. Memahami bahwa
klien adalah sumber informasi primer.
4. Sumber
informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan
catatan kesehatan klien.
Metode pengumpulan data meliputi :
·
Melakukan interview/wawancara.
·
Riwayat kesehatan/keperawatan.
·
Pemeriksaan fisik.
·
Mengumpulkan data penunjang hasil
laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain.
The North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 1992) mendefinisikan diagnosa
keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon
komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam
proses kehidupan.
·
Dalam membuat diagnosa keperawatan
dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik, mencakup proses diagnosa keperawatan
dan perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan.
·
Proses diagnosa keperawatan dibagi
menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses
keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki
beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara
sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan.
3. Intervensi
Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi
keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengkualifikasian
seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari
aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua
yaitu mandiri yaitu dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan
oleh pemberi perawatan lainnya.
4. Evaluasi
Evaluasi
mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal.
(Alfaro-LeFevre, 1994).Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari
rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung
suatu evaluasi.
Menetapkan
kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau
menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan.Menentukan
target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara
perawat dank lien (Yura & Walsh, 1988)
Evaluasi
berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon
klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan
dari keperawatan.
2.1.5.3 Poses Keperawatan Menurut Imogene M. King
Berdasarkan model konsep dan teori keperawatan king
dapat disimpulkan bahwa konsep keperawatan menurut king adalah sebagai proses
aksi, reaksi, dan interaksi perawat dan klien yang secara bersama-sama
memberikan informasi tentang persepsi mereka dalam suatu situasi keperawatan
dan sebagai proses interaksi humanis antara perawat dan klien yang
masing-masing merasakan situasi dan kondisi yang berlainan, dan melalui
komunikasi mereka menentukan tujuan, mengeksplorasi maksud, dan menyetujui
maksud untuk mencapai tujuan.
Keperawatan adalah suatu profesi
yang memberikan bantuan pada individu dan kelompok untuk mencapai, memelihara
dan mempertahankan derajat kesehatan dengan memperhatikan, memikirkan,
menghubungkan, menentukan dan melakukan tindakan perawatan sehingga individu
atau kelompok berprilaku yang sesuai dengan kondisi keperawatan. Keperawatan
berhubungan langsung dengan lingkungan, tempat atau ruang dan waktu untuk
membentuk suatu hubungan menanggulangi status kesehatan dalam proses
interpersonal reaksi interaksi dan transaksi dimana perawat dan klien berbagi
informasi mengenai persepsinya dalam keperawatan. Kerangka ini dikenal dengan
system kerangka terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini adalah : a. Asuhan
keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi
kesehatan seseorang, b. Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi
individu, kelompok dan masyarakat, c. Manusia selalu berinteraksi secara
konstan terhadap konsep ini.
Tiga system yang mempengaruhi : a.
Lingkungan dalam kerangka Kepribadian ( saling berinteraksi : Sistem Personal )
setiap individu mempunyai system kepribadian, b. Sistem Interpersonal terbentuk
karena hasil interaksi berbentuk interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan
System sosial peran, c. Sistem Pendidikan meliputi keluarga, kelompok,
keagamaan, system pekerjaan dan kelompok sebaya. Menurut King, tujuan pemberian
asuhan keperawatan dapat dicapai jika perawat dan pasien saling bekerja sama
dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak
dicapai.
Elemen dalam proses keperawatan menurut King meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
Elemen dalam proses keperawatan menurut King meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
a.
Pengkajian
b.
Perumusan
diagnosa keperawatan
c.
Intervensi
keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatannya
adalah proses interaksi klien dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang
menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada gangguan, menetapkan tujuan dengan
maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat transaksi.
d.
Implementasi
Implementasi
keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau meningkatkan interaksi
sosial dari interaksi negative ke interaksi yang positif.
e.
Evaluasi
Penilaian
terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya interaksi sosial
pada individu.
2.2 Interaksi Sosial
2.2.1
Pengertian Interaksi sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan
saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan
suatu proses interaksi sosial. Dalam Ramus Besar Bahasa Indonesia, interaksi
didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, atau saling
mempengaruhi. Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau
interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu
dan kelompok (Maryati dan Suryawati, 2003). Interaksi sosial adalah hubungan
antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
social (Murdiyatmoko dan Handayani, 2004). Di dalam hubungan tersebut, individu
atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan interaksi, baik formal
atau tidak formal, langsung atau tidak langsung. Beberapa contoh interaksi
sosial adalah kerja sama antara anggota tim sepak bola dalam sebuah
pertandingan (hubungan kerja sama), debat antara para calon presiden dalam
memperebutkan kursi presiden (hubungan konflik), perbincangan atau diskusi
antara kepala bagian dan bawahan di sebuah kantor (hubungan formal), tawar
menawar antara pembeli dan penjual di pasar (hubungan informal). Dari uraian di
atas, terlihat bahwa dalam interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang
melibatkan aspek sosial dan kemanusiaan kedua belah pihak, seperti emosi,
fisik, kepentingan. Di dalam interaksi, salah satu pihak memberikan stimulus
atau aksi dan pihak lain memberikan respons atau reaksi.
Menurut
Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki
ciri-ciri berikut :
1. Jumlah
pelaku dua orang atau lebih.
2. Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan
simbol atau lambang.
3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa
lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang.
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil
dari interaksi tersebut.
2.2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Ada 6 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Interaksi Sosial diantara nya sebgai berikut:
1.
Sugesti adalah sesuatu proses pemberian
pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu
sehingga pandangan atau pengaruh tersebut diikuti tanpa berpikir panjang.
2.
Imitasi adalah proses belajar seseorang
dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Melalui proses imitasi
seseorang dapat mempelajari nilai dan norma dalam masyarakat dan dapat juga
menyimpang oleh nilai dan norma yang berlaku.
3.
Identifikasi adalah proses identifikasi
berawal oleh rasa kekaguman seseorang pada tokoh idolanya. Kekaguman tersebut
mendorong seseorang untuk menjadikan dirinya sama atau identik dengan tokoh
tersebut.
4.
Simpati adalah Sekilas simpati tampak
sama dengan identifikasi karena menuntun seseorang untuk memosisikan diri
pada keadaan orang lain. Hanya saja dalam simpati faktor perasaan memang
memegang peranan utama. Rasa ketertarikan seseorang.
5. Motivasi adalah dorongan yang mendasari
seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionalitas.
Motivasi dalam diri seseorang dapat muncul disebabkan faktor atau pengaruh oleh
orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.
6.
Empati adalah rasa empati merupakan rasa
haru seseorang ketika seseorang melihat orang lain mengalami sesuatu yang
menarik perhatian. Empati merupakan kelanjutan oleh rasa simpati yang berupa
perbuatan nyata untuk mewujutkan.
2.2.3
Macam-macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi
tiga macam, yaitu (p. 23) :
1.
Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif.
Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan.
Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau
keduanya (bermusuhan).
2.
Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif.
Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi
dan kondisinya.
3.
Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan
bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
2.2.4 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua
syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
1. Kontak Sosial
Kata
“kontak” (Inggris: “contact’) berasal dari bahasa Latin con atau cum yang
artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti
bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu
terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan
kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui
telepon, radio, atau surat
elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama
terjadinya kontak.
Kontak
sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1.
Kontak sosial dapat bersifat positif atau negative
Kontak
sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif
mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
2.
Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder
Kontak
sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara
langsung. Misalnya, kontak antara perawat dan pasien di dalam ruangan.
Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui
suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya
terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon.
Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua
RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
2. Komunikasi
Komunikasi
merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi
yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan
fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Misalnya, seorang
perawat yang akan atau sedang melakukan tindakan ke pasiennya. Pasien tersebut
setuju dengan tindakan yang dilakukan. Tapi pasien tersebut berfikir dan kadang
bertanya tujuannya untuk apa pasien tersebut diberikan tindakan seperti ini.
Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan reaksi dan tafsiran pasien terhadap
perawat. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi. Kelima
unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Komunikator
Yaitu
orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2.
Komunikan
Yaitu
orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3.
Pesan
Yaitu
sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi,
instruksi, dan perasaan.
4.
Media
Yaitu
alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan,
gambar, dan film.
5.
Efek
Yaitu
perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan
dari komunikator.
Ada
tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Encoding
Pada
tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam
kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah,
kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus
menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2.
Penyampaian
Pada
tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan
gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari
keduanya.
3.
Decoding
Pada
tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang
diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
2.2.5 Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu (p. 49) :
1.
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif
yakni
yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti
:
a.
Kerja sama
Adalah
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
b.
Akomodasi
Adalah
suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok -
kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c.
Asimilasi
Adalah
proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu
lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d.
Akulturasi
Adalah
proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan
asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2.
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif
Yakni
yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan
perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak
lawannya.
b. Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di
antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain
sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan
yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur
kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian
akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau
kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang
pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai
tersebut.
2.3 Tubercolusis Paru (TB)
2.3.1 Definisi
Tuberculosis Paru
Tuberculosis
paru adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobakterium tubercolosis sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak
diparu yang biasanya merupakan infeksi primer. Tuberculosis merupakan bakteri
kronik dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan
hipersensivitas yang diperantarai sel (Cell Madiated Hipersensivity) (Mansjoer
Arif, 2000).
2.3.2 Gejala
Tuberculosis Paru
1. Demam
Dimulai dengan demam subfebris
seperti influenza. Terkadang panas mencapai 40-41oC. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk (Soeparman,1990).
2. Batuk darah
Batuk darah terjadi karena adanya
iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan membuang produk-produk radang
keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah
terjadi peradangan menjadi produktif hal ini berlangsung 3 minggu atau lebih.
Keadaan lanjut adalah terjadinya batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Yang merupakan tanda adanya ekskavasi dan ulserasi dari
pembuluh darah pada dinding kavitas. Kematian dapat terjadi karena penyumbatan
bekuan darah pada saluran nafas (Soeparman, 1990).
3. Sesak nafas
Sesak nafas ditemukan pada penyakit
yang sudah lanjut, dimana ilfiltrasinya sudah setengah bagian paru (Depkes RI,
2002)
4. Nyeri dada
Terjadi bila ilfiltrasinya radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis (Depkes RI,
2002)
5. Malaise (Badan lemah)
Penyakit tuberculosis paru adalah
penyakit radang yang bersifat menahan nyer otot dan keringat dimalam hari.
Gejala-gejala tersebut makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur (Soeparman, 1990)
2.3.3 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Terjadinya Tubercolusis
1. Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari
penderita tubercolusis dengan BTA positif yang ditularkan melalui droplet. Baik
itu melalui penggunaan alat makan secara bergantian tanpa dicuci terlebih
dahulu ataupun pada waktu penderita batuk atau bersin.
2. Jumlah basil sebagai penyebab
infeksi harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang
terhirup, maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengidap penyakit
tubercolusis.
3. Virulensi yang tinggi dari basil
tubercolusis
Apabila tingkat keaktifan kuman
tinggi maka akan semakin cepat berkembang biak didalam tubuh. Selain itu akan
semakin cepat pula massa
inkubasinya.
4. Daya tahan tubuh yang menurun
Daya tahan tubuh yang menurun
memungkinkan basil berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya
penyakit tubercolusis baru.
2.3.4 Pemeriksaan
Diagnostik
1. Kultur sputum
Pemekriksaan sputum adalah penting
karena dengan ditemukanya kuman BTA, diagnosa tubercolusis paru sudah dapat
dipastikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila ditemukanya
sekurang-kurangya 3 batang kuman BTA pada satu sediaan dan sedikitnya dua dari
tiga kali pemekrisaan specimen BTA hasilnya nyatakan positif (Soeparman, 1990).
2. Foto thorak
Menunjukan infiltrasi lesi awal pada
area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan. Adanya
perluasan kuman tubercolusis paru ditunjukan dengan adanya rongga atau area
fibrosa (Doenges, 2002)
3. Tes tuberkulin (Mantoux)
Reaksi positif area durasi 10mm atau
lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen menunjukan massa lalu dan adanya
antibodi, tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa infeksi disebabkan
oleh mikrobakterium yang berbeda (Doenges,2002).
4. Pemekrisaan darah
Pada waktu kuman tubercolusis mulai
aktif jumlah leukosit sedikit meninggi dan jumlah limfotsit masih dibawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila sakit mulai sembuh jumlah
leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap
darah mulai turun kearah normal lagi (Soeparman, 1990).
5. Pemeriksaan fungsi paru
Terjadi penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru
total. Saturasi oksigen terjadi penurunan sekunder terhadap infiltrasi parenkim
paru, kehilangan jaringan paru ketika tubercolusis paru kronis sudah meluas.
(Doenges, 2002)
2.3.5 Cara
Penularan
1. Percikan ludah (droplet
infection)
Pada saat penderita tubercolusis
batuk akan mengeluarkan droplet dengan ukuran mikroskopis yang bervariatif.
Ketika pertikel tersebut berada di udara, air akan menguap dari permukaannya
sehingga menurunkan volume dan menaikan konsetrasi kumannya. Partikel inilah
yang disebut dengan droplet (Crofton, 2002).
2. Inhalasi debu yang mengandung
basil tubercolusa (air bone infection)
Seseorang yang melakukan kontak erat
dalam waktu yang lama dengan penderita tubercolusis paru akan mudah tertular
karena menginhalasi udara yang telah terkontaminasi kuman tubercolusis (Depkes RI,
2002).
2.3.6 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat
1. Keadaan sosial ekonomi
Makin buruk keadaan sosial ekonomi
masyarakat sehingga makin jelek pula gizi dan hygiene lingkungannya yang akan
menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka sehingga memudahkan terjadinya
penyakit. Seandainya mendapat penyakit selain mempersulit penyembuhan juga
memudahkan kambuhnya TBC yang sudah ada.
2. Kesadaran
Pengobatan TBC memerlukan waktu yang
lama (minimal 2 tahun terbentuk) sebab anti TBC barulah bersifat
tuberculostotica bersifat tubercuicocido. Kadang-kadang walaupun penyakitmya
agak berat sipenderita tidak merasa sakit sehingga tidak mencari pengobatan
menurut hasil penyelikan WHO 50% penderita TBC menunjukan gejala apa-apa orang
ini telah berbahaya lagi sebagai sumber penular karena bebas bercampur dengan masyarakat.
3.Pengetahuan
Makin rendah pengetahuan penderita
tentang bahaya penyakit TBC untuk dirinya keluarga dan masyarakat disekitarnya
maka besar pulalah bahaya sipenderita sebagai penularan baik dirumah maupun
ditempat kerjanya. Untuk keluarga dan orang-orang disekitarnya, sebaiknya
pengetahuan yang baik tentang penyakit ini akan menolong masyarakat dalam
menghindarinya (Dr.indan entjang, 2000).
2.3.7 Tingkat
Kepatuhan Pengobatan tuberculosis
Niven (2000) berpendapat bahwa
tingkat kepatuhan pengobatan tuberculosis paru adalah sebagai berikut :
1. Minum obat sesuai petunjuk
Obat yang diminum sesuai dengan
petunjuk yang telah diberikan oleh petugas kesehatan meliputi dosis, jumlah,
jenis dan waktu minum obat.
2. Jadwal mengambil obat
Pengambilan obat tidak boleh
terlambat. Apabila penderita telah minum obat dikhawatirkan akan terjadi
resistesi obat.
3. Lama pengobatan
Lama pengobatan akan mempengaruhi
terhadap kepatuhan penderita untuk berobat. Pengobatan pada tuberculosis
sendiri minimal dilakukan selama 6 bulan.
4. Macam-macam obat
Banyaknya macam-macam obat
tuberculosis membuat penderita menjadi jenuh untuk berobat. Jika kurangnya
pengetahuan atau motivasi maka semakin besar kemingkinan akan putus obat.
BAB 3
KERANGKA
KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Konseptual
feedback feedback
Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
Hubungan :
Gambar 15 : Kerangka konseptual penerapan model king dalam meningkatkan
interaksi sosial pada pasien TB.
3.2
Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Alimul, A.2007). Dalam
penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Jika penerapan
model king baik, maka interaksi sosial yang dialami pasien akan meningkat.”
BAB
4
METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian adalah cara memecahkan masalah menurut metode keilmuan. Metode
penelitian adalah suatu metode pemilihan dan perumusan masalah serta hipotesis
untuk memberikan gambaran mengenai metode dan teknik yang hendak digunakan
dalam melakukan suatu penelitian ( Tjokronegoro, 1999 ). Dalam bab ini akan
diuraikan beberapa metode yang mendasari penelitian yaitu, (1) desain
penelitian, (2) kerangka kerja, (3) desain sampling meliputi populasi, sampel,
dan sampling, (4) identifikasi variabel, (5) definisi operasional, (6)
pengumpulan data, (7) analisis data, (8) etik penelitian.
4.1
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk
rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Alimul, A.2007). Ada juga yang menguraikan
bahwa desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2003).
Jenis penelitian yang digunakan adalah
experimental dan desain yang digunakan adalah “Pre-experiment” dengan rancangan pre-post test control design yang mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan satu kelompok control disamping kelompok
eksperimental, kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi,
kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi (Nursalam, 2008).
Rancangan
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
P Oal Xl Oa2
Gambar
skema rancangan penelitian pre eksperimental
Keterangan :
P : Klien
Oal : Observasi tingkat stress sebelum
intervensi
Xl : Perlakuan
Oa2: Observasi
setelah perlakuan
4.2
Kerangka Kerja Penelitian
|
Gambar 4.2 Kerangka Kerja
penelitian Penerapan Model King dalam Meningkatkan Interaksi Sosial pada Pasien
TB di Puskesmas Kalitidu Kabupaten Bojonegoro.
4.3 Populasi, sampel,
dan sampling
4.3.1
Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau
objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, A.2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru di puskesmas Kalitidu
kabupaten Bojonegoro. Dengan populasi ∑ = 30 orang.
4.3.2
Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Alimul, A.2007). Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagian
pasien TB paru di puskesmas Kalitidu kabupaten Bojonegoro yang masuk kriteria
inklusi. Populasi sesuai criteria di bawah ini :
Ø Kriteria
Inklusi
Kriteria
inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Yang
termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
·
Pasien TB yang dirawat
di Puskesmas Kalitidu Kabupaten Bojonegoro
·
Pasien TB yang mau
dijadikan responden
·
Pasien TB yang tidak
dalam keadaan koma atau tidak sadar
Ø Kriteria
Eksklusi
Kriteria
Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi criteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Yang
termasuk dalam kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
·
Pasien TB yang dalam
keadaan tidak sadar atau koma
·
Pasien TB yang tidak
bersedia menjadi responden
4.3.3
Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota
yang akan dijadikan sampel (Nursalam, 2000). Besar sampel dalam penelitian ini
adalah 53 responden yang menderita TB paru. Besar sampel dalam penelitian ini
ditetapkan berdasarkan rumus (Notoatmodjo, 2005).
Dalam
penelitian ini besar sampel yang digunakan dalam rumus :
n
= N______
1 + N (d2)
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kesalahan yang ditolerir
(0,05) (Nursalam, 2003).
Diketahui : N = 30 orang d = 0,05
Ditanya : n ?
n =
N______
1
+ N (d2)
n =
30_____
1 + 30 (0,052)
n =
30_______
1 + 30 (0,0025)
n =
30______
1
+ 0,075
n =
30___
1,075
n =
27,9
Jadi
besar sampel dalam penelitian ini adalah 28 responden.
4.3.4
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi proses
dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian
ini sampling dilakukan secara probability
sampling dimana setiap subyek mempunyai peluang atau kesempatan untuk
terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah simple random
sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara setiap elemen diseleksi
secara random atau acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi (Nursalam, 2003). Dengan cara semua populasi didaftar dan diberikan
nomer urut kemudian diundi sebanyak jumlah sampel kemudian hasil dari sampling
akn diambil untuk mewakili jumlah populasi (Hidayat A. Azis, 2010).
4.4
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat atau yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti
tentang sesuatu konsep penelitian tertentu (Notoatmodjo,2002).
4.4.1
Variabel Independen
Variabel independen ini merupakan
variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas yang artinya
bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Alimul, A.2007). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah penerapan model king.
4.4.2
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Alimul, A.2007).
variabel dependen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial pasien TB.
4.5
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah
mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik yang
diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Alimul, A.2007).
Definisi operasional dari variable yang diteliti dapat dilihat pada table
berikut :
Tabel 4.1 : Definisi
Operasional dan Variabel Penelitian Penerapan Model King dalam Meningkatkan
Interaksi Sosial pada pasien TB
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Parameter
/ Indikator
|
Alat
Ukur
|
Skala
|
Skor
|
Variabel
Independen
Penerapan
model King
Variabel Dependen
Interaksi sosial
|
Teori
memfokuskan kepada fase-fase perencanaan dan implementasi dalam proses
perawatan. Perawat dan pasien (dyad interact) saling memikirkan pencapaian
tujuan, meneliti sarana-sarana untuk mencapai tujuan bertransaksi dan
meraih tujuan.
kontak
atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu,
antar kelompok atau antar individu dan kelompok
|
Elemen dalam proses keperawatan
menurut King meliputi :
1.
Pengkajian
2.
Diagnosa kep.
3.
Intervensi dan tujuan
4.
Implementasi
5.
Evaluasi
-
Mampu mempengaruhi
orang lain
-
Mampu merubah orang
lain yang ada disekitar lingkungan
-
Mampu memperbaiki
tingkah laku
|
-
- kuisioner
|
-
Nominal
|
-
1.
Interaksi positif
2.
Interaksi negative
|
4.6
Pengumpulan dan Analisis Data
4.6.1
Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian
ini instrumen yang digunakan adalah kuisioner. Dan cara pengukurannya dengan
skala nominal, menggunakan pertanyaan tertutup.
4.6.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. Waktu penelitian pada bulan Desember 2011.
4.6.3
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya dan seijin Direktur Puskesmas Kalitidu
Kabupaten Bojonegoro. Langkah awal peneliti menyeleksi responden kemudian
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan dari responden penilitian. Responden setuju menandatangani inform
consent.
Sebelum
intervensi kelompok perlakuan dinilai tingkat interaksi sosial yang dialami
sehingga diperoleh data awal sebelum diintervensi. Kelompok perlakuan akan
dikumpulkan dan diberi intervensi penerapan model keperawatan King sebanyak 2x
dalam seminggu dengan durasi 60 menit setiap pertemuan. Peneliti berperan
sebagai educator dan fasilitator. Post test dilakukan setelah semua masalah
terselesaikan dengan cara memberikan kuesioner yang sama pada saat pre test.
4.6.4 Pengolahan Data
Setelah
data terkumpul, kemudian dilakukan tahap analisa data. Pada analisa data
dilakukan ;
1. Editing,
melakuakn pemeriksaan terhadap data yang diperoleh kemudian diteliti apakah ada
kekeliruan dalam pengisian, terisi lengkap atau belum.
2. Coding,
peneliti memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data untuk memudahkan dalam
melakukan analisa data.
3. Scoring,
pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan
teratur.
4.6.5
Analisa Data
Setelah
data terkumpul dikelompokkan tabulasi data dan kemudian di analisis dengan uji Wilcoxon Matched Pairs karena dalam
penelitian ini menerapakan pre dan post test terhadap sampel sebelum dan
sesudah perlakuan. Teknik ini dilakukan untuk menguji hipotesis komparatif dua
sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk nominal dengan menentukan taraf
nyata (α) 0,05 dengan T table.
Dalam
penelitian ini dibandingkan sebelum dan sesudah perlakuan pada penderita Tuberculosis
(TB). Kemudian dilakukan uji normalitas Kolmogorov-smirnov
untuk mengetahui distribusinya normal atau tidak. Dilakukan uji statistic wilcoxon sign rank sampel berpasangan
untuk data sebelum intervensi dan sesudah intervensi dengan nilai kemaknaan p <
0,05 artinya bila uji statistic menunjukkan niali p < 0,05 maka ada
pengaruh bermakna antara variable.
4.7
Masalah Etik
Persetujuan dan kerahasiaan responden
merupakan hal utama yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu penelitian ini
dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika
penelitian :
4.7.1 Lembar Persetujuan (Informed consent)
Responden ditetapkan setelah terlebih
dahulu mendapatkan penjelasan tentang kegiatan penelitian, tujuan penelitian
dan setelah responden menyatakan setuju untuk dijadikan responden secara
tertulis.
4.7.2 Tanpa Nama (anonimity)
Seluruh responden dalam sampel
penelitian tidak akan disebutkan namanya dalam hasil pengukuran maupun dalam
laporan penelitian.
4.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian akan dirahasiakan identitas spesifiknya (nama, gambar dan ciri-ciri)
dan hanya informasi tertentu saja yang ditampilkan.
4.8 Keterbatasan
Keterbatasan-keterbatasan
dari penelitian ini adalah :
1. Instrument
dengan kuesioner memiliki kelemahan unttuk tidak diisi dengan jujur karena
pasien takut dan adanya persepsi yang keliru akan pertanyaan-pertanyaan yang
ada
2. Terbatasnya
sarana dan dana sehingga penelitian kurang sempurna dan kurang memuaskan
3. Tingkat
kemampuan dan pengalaman peneliti terbatas
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyusun proposal yang berjudul “Penerapan Model Keperawatan King
dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Pada Pasien TBC“ sebagai tugas Metodologi
Riset program studi S1 Keperawatan semester 5 Universitas Muhammadiyah Surabaya
tahun 2010/2011.
Dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dan membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan penulis
bersedia menampung kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.
Surabaya,
10 Januari 2012
Penulis
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB 1 . PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1
Latar Belakang......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.2.1 Pertanyaan Masalah......................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.3.1
.................................................................... Tujuan
Umum........ 3
1.3.2
................................................................... Tujuan
Khusus........ 3
1.4
Manfaat Penelitian.................................................................... 4
1.4.1
................................................................ Manfaat
Teoritis........ 4
1.4.2
................................................................. Manfaat
Praktis........ 4
BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 5
2.1. Penerapan Model Teori King.................................................... 5
2.1.1
............................................ Pengertian
Model Teori King........ 5
2.1.2
..................................... Konsep
Utama Model Teori King........ 6
2.1.3
...... Konsep Hubungan Manusia dalam
Model Teori King........ 7
2.1.4
......................... Asumsi-asumsi
Utama Model Teori King........ 8
2.1.5
...................................... Proses
Keperawatan Model King........ 9
2.2. Interaksi Sosial....................................................................... 15
2.2.1
................................................. Pengertian
Interaksi sosial........ 15
|
2.2.3 ......................................... Macam-macam Interaksi
Sosial........ 18
2.2.4 ..................................... Syarat
Terjadinya Interaksi Sosial........ 19
2.2.5 ....................................... Bentuk
- Bentuk Interaksi Sosial........ 22
2.3. Tubercolusis Paru (TB)........................................................... 24
2.3.1 Definisi Tuberculosis Paru............................................. 24
2.3.2 Gejala Tuberculosis Paru............................................... 24
2.3.3 Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi
........ Terjadinya
Tubercolusis................................................. 26
2.3.4 Pemeriksaan Diagnostik................................................ 26
2.3.5 Cara Penularan.............................................................. 28
2.3.6 ................................... Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi
Keteraturan Minum Obat.............................................. 28
2.3.7 Tingkat Kepatuhan
Pengobatan tuberculosis............... 29
BAB
3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN
.............. HIPOTESIS PENELITIAN.......................................................... 31
3.1
Kerangka Konseptual............................................................. 31
3.2
Hipotesis................................................................................. 32
BAB 4 . METODE PENELITIAN............................................................. 33
4.1
Desain Penelitian.................................................................... 33
4.2
Kerangka Kerja Penelitian...................................................... 35
4.3
Populasi, sampel, dan sampling.............................................. 36
4.3.1
............................................................................. Populasi........ 36
4.3.2
............................................................................... Sampel........ 36
|
4.3.4
............................................................................ Sampling........ 38
4.4
Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional......................... 39
4.4.1
......................................................... Variabel
Independen........ 39
4.4.2
............................................................ Variabel
Dependen........ 39
4.5
Definisi Operasional............................................................... 39
4.6
Pengumpulan dan Analisis Data............................................. 41
4.6.1
........................................................................... Instrumen........ 41
4.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................ 41
4.6.3
Prosedur Penelitian........................................................ 41
4.6.4
Pengolahan Data............................................................ 42
4.6.5
Analisa Data.................................................................. 42
4.7
Masalah Etik........................................................................... 43
4.7.1 Lembar Persetujuan (Informed consent)........................ 43
4.7.2 Tanpa Nama (anonimity)............................................... 43
4.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)......................................... 43
4.8
Keterbatasan ......................................................................... 44
|
PENERAPAN
MODEL KEPERAWATAN KING DALAM MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN TUBERCOLUSIS
PARU (TBC)
OLEH
:
SITI
NUR AFIFAH
NIM
: 09600068
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011
/ 2012
ConversionConversion EmoticonEmoticon