Mata Kuliah :
Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan
Beban Studi :
2 SKS (T : 1, P : 1)
Kode Mata
Kuliah : Bd. 403
Pokok
Bahasan : Hubungan Antar Manusia
Sub Pokok
Bahasan : - Definisi Hub. antar manusia
-
Tujuan Hub. antar
manusia
-
Menumbuhkan Hb.
Interpersonal
-
Teori Model dan
Kualitas Hub. antar manusia
-
Konsep Diri
-
Teori Johari
Windows
Pertemuan
ke- : III
Pengajar : Syuhrotut Taufiqoh, S. ST
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya
akan menjadi apa dan siapa bergantung dengan siapa. Dalam pergaulan hidup,
manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak
buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau
ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Demikian juga dalam posisi guru dan
murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, dan seterusnya. Dalam hubungan antar
manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipengaruhi dan dihormati
rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati, begitu pun guru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan
dihormati, ada juga orang tua atau guru yang tidak dipatuhi dan tidak
dihormati. Pengetahuan tentang hubungan antar manusia mendasari adanya
interaksi dan komunikasi antar bidan dan klien dalam pelayanan
kebidanan untuk mempermudah alih pengetahuan dan modifikasi perilaku klien.
A. Pengertian
Hubungan Antar Manusia
Menurut
Hugo dan Kahl, hubungan antar manusia adalah suatu sosiologi konkrit karena meneliti situasi kehidupan,
khususnya masalah interaksi dengan pengaruh psikologisnya.
Hubungan antar manusia dalam arti luas adalah menemukan,
mengidentifikasikan masalah dan membahasnya untuk mencari pemecahannya.
B. Tujuan
Hubungan Antar Manusia
Tujuan penggunaan
hubungan antar manusia adalah memenfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial
dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sedemikian rupa sehingga
penyesuaian diri ini terjadi dengan serasi dan selaras, dengan ketegangan dan
pertentangan sedikit mungkin. Proses penyesuaian diri ini terjadi bukan pada
satu pihak saja, melainkan pada lebih dari satu pihak atau pihak yang terlibat
dalam komunikasi.
C. Menumbuhkan
Hubungan Interpersonal
Terdapat tiga hal yang
dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yakni meliputi :
1). Trust (Kepercayaan)
Percaya adalah sikap yang mengandalkan perilaku
orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak
pasti dan dalam situasi yang penuh dengan risiko.
Sejak tahap pertama dalam hubungan
interpersonal sampai tahap akhir, kepercayaan menentukan efektifitas
komunikasi. Bila klien sudah percaya
kepada kita, maka klien akan lebih mudah terbuka kepada kita. Hal ini akan
membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi,
serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Hilangnya
kepercayaan kepada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan
interpersonal yang akarab. Ada tiga
faktor yang dapat menumbuhkan sikap percaya pada diri seseorang, yaitu :
§
Menerima
Merupakan kemampuan
berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.
Menerima adalah sikap melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang
patut dihargai. Menerima berarti tidak menilai pribadi orang berdasarkan
perilakunya yang tidak kita senangi. Betapa pun jeleknya perilakunya menurut
persepsi kita, kita tetap berkomunikasi dengan yang bersangkutan sebagai
personal, bukan sebagai obyek.
§
Empati
Adalah sikap memahami
orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Berempati artinya
mebayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
§
Kejujuran
Kita akan menaruh
kepercayaan ppada orang yang terbuka atau tidak mempunyai potensi yang
dibuat-buat. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga (predictable).
Hal ini dapat mendorong orang lain untuk percaya kepada kita.
2). Sikap Suportif
Adalah sikap yang mengurangi sikap
defensive dalam komunikasi. Orang yang mempunyai sikap defensive maka ia tidak
akan bisa menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan adanya sikap
defensive, komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensive akan
lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang dihadapi dalam situasi
komunikasi ketimbang memahami pesan yang disampaikan orang lain.
Dibawah
ini merupakan pokok perbedaan antara sikap defensive dan suportif :
Sikap Defensif
|
Sikap Suportif
|
Evaluasi
Kontrol
Strategi
Netralisasi
Superioritas
Kepastian
|
Deskriptif
Orientasi masalah
Spontanitas
Empati
Persamaan
Profesionalisme
|
3). Open Mindness (Sikap Terbuka)
Lawan dari sikap terbuka adalah dogmantisme,
sberikut ini merupakan perbedaan antara sikap terbuka dan tertutup :
Sikap
Terbuka
|
Sikap
Tertutup
|
Menilai pesan secara obyektif, dengan
menggunakan data-data dan logika
|
Menilai pesan
berdasarkan motif pribadi
|
Membedakan
dengan mudah, melihat suasana
|
Berpikir
simplisis, artinya berpikir simplisis tanpa nuansa
|
Berorientasi pada isi
pesan
|
Bersandar lebih banyak
pada sumber pesan dari pada isi pesan
|
Mencari
informasi pada berbagai sumber
|
Mencari
informasi tentang kepercayaan orang
lain dan sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain.
|
Lebih bersifat professional dan bersedia mengubah
kepercayaan
|
Kaku, mempertahankan
dan memegang teguh sistem kepercayaannya.
|
Mencari
pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan
|
Menolak,
mengabaikan, mendistorsi dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sistem
kepercayaan.
|
D. Teori
Model dan Kualitas Hubungan Antar Manusia
Tedapat tiga teori yang
dapat membantu menerangkan tentang model dan kualitas hubungan antar manusia,
yakni :
1). Teori Transaksional
(Model Pertukaran Sosial)
Menurut
teori ini, hubungan antar manusia
(interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah
masing-masing mmerasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah
merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu akan berjalan
dengan lancer, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terputus atau
bahkan berubah menjadi permusuhan. Dalam hal ini masing-masing pihak akan
berfikir tentang kontribusi yang diberikan sebanding atau tidak dengan
keuntungan yang diperoleh.
2). Teori Peran
Menurut
teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial sudah tedapat scenario yang
disusun oleh masyarakat itu sendiri yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.
3). Teori permainan
Menurut
teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang
dewasa, dan orang tua. Anak-anak bersifat manja dan belum mengerti tentang
tanggung jawab, sedangkan orang dewasa, ia lebih lugas dan sadar akan
adanya tanggung jawab serta risiko yang
mungkin timbul dari sebuah keputusan. Adapun orang tua , ia selalu memaklumi
kesalahan orang lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang aneh melihat
anak kecil menangis terguling-guling ketika meminta sesuatu karena tidak
dipenuhi. Tetapi orang justru akan lebih heran ketika melihat orang tua yang
masih kekanak-kanakan.
E. Konsep
Diri
Konsep diri merupakan hal
yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang
bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Ternyata kita
tidak hanya menanggapi orang lain,
tetapi juga mepersepsikan diri kita.
Menurut William Broocks,
konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
bukan hanya sekedar gambaran deskriptif tetapi juga penilaian tentang pribadi
masing-masing. Jadi konsep diri ini dapat meliputi apa saja yang kita pikirkan
dan apa saja yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Oleh karena itu Anita
Tylor mendefinisikan konsep diri adalah “All you think and feel about yaou,
the entire of believes and attitudes your hold about yourself”
Suksesnya
komunikasi interpersonal banyak tergantung dari kualitas konsep diri anda :
positif atau negative. Menurut William
D. Brooks dan Philip Emmert (1976) mengelompokkan 5 tanda orang yang memliki
konsep diri yang negative, yaitu :
1).
Peka terhadap kritik
Orang tersebut sangat tidak tahan terhadap kritik
yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Koreksi atau kritikan
dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
2).
Responsif terhadap pujian
Tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu
menerima pujian, walaupun mungkin berpura-pura untuk menghindari pujian dan
senang terhadap pujian yang diberikan kepadanya.
3).
Hiperkritis
Selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan
siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan dan
pengakuan pada kelebihan orang lain.
4).
Merasa tidak disenangi oleh orang lain
Merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia
bereaksi pada orang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat menghadirkan
kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak mempersalahkan dirinya tetapi
menganggap dirinya sebagai korban dari system social yang tidak beres.
5).
Pesimis terhadap kompetensi
Terungkap dari keengganannya untuk bersaing dengan
orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya
melawan persaingan yang nantinya akan merugikan dirinya.
Sedangakan cirri dari konsep diri yang positif
adalah :
1)
Merasa
setara atau sama dengan orang lain sebagai manusia yang seutuhnya, walaupun
terdapat perbedaan dalam kemampuan dalam hal tertentu.
2) Menerima pujian tanpa rasa malu atau berpura-pura
rendah hati.
3) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai
macam perasaan. Keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya diinginkan oleh masyarakat.
4) Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
5) Meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu
serta bersedia mempertahankannya walaupun menghadapi kelompok yang kuat.
6) Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik
tanpa merasa bersalah yang terlalu berlebihan atau menyesali tindakannya jika
orang lain tidak menyetujui tindakannya.
7)
Tidak
menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang terjadi besok,
kemarin, dan yang terjadi saat ini.
8)
Memiliki
keyakinan pada kemampuan mengatakan persoalan bahkan ketika ia menghadapi
kegagalan.
9) Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting
dan bernilai bagi orang lain.
10) Cenderung menolak orang lain untuk mendominasi.
11) Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu
merasakan berbagai dorongan dan keinginan dari perasaan marah sampai cinta,
dari sedih sampai bahagia, dari kecewa yang mendalam hingga kepuasan yang
mendalam pula.
12) Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai
kegiatan meliputi pekerjaan, permainan,
ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atau sekedar mengisi waktu.
13) Peka terhadap kebutuhan orang lain pada kebiasaan
social yang telah diterima terutama pada gagasan bahwa ia tidak bisa
bersenag-senang dengan mengorbankan orang lain.
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, diantaranya adalah :
1).
Orang lain
Kita mengenal diri kita dengan memahami orang lain
terlebih dahulu. Bagaimana anda melihat saya, akan membentuk konsep diri saya.
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain,
dihormati, disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap
menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu
meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak
akan menyenangi diri kita.
2).
Kelompok Rujukan
Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita
dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat
kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan
cirri-ciri kelompoknya. Contoh : Anda sebagai anggota IBI (Ikatan Bidan
Indonesia) menjadikan norma-norma sebagai ukuran perilaku dan merasa diri
sebagai bagian dari kelompok tersebut, lengkap dengan seluruh sifat-sifat bidan
menurut persepsi Anda.
F. Teori
Johari Windows
Komunikasi yang dilakukan
tanpa mengenal sasaran maka yang cenderung disalahkan adalah komunikatornya
karena komunikator adalah pengambil inisiatif terjadinya suatu proses
komunikasi. Dalam berkomunikasi kita harus mengenak potensi yang ada pada diri
kita terlebih dahulu. Untuk memahami diri sendiri Joseph Luft dan Harrington
Ingham mengembangkan konsep Johari window sebagai perwujudan bagaimana
seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan dengan sebuah jendela.
Diri
terbuka
(open
area)
|
Diri
buta
(blind area)
|
Diri tersembunyi
(hidden
are)
|
Diri
gelap
(unknown area)
|
1) Diri
Terbuka (Open Area)
Pada
wilayah ini informasi tentang diri kita,
baik kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada diri kita selain diketahui
oleh diri sendiri juga diketahui oleh orang lain. Makin besar open area makin produktif dan menguntungkan
hubungan interpersonal kita.
2) Diri
Buta (Blind Area)
Pada
wilayah buta, orang tidak mengetahui kekurangan/potensi yang dimilikinya tetapi
sebaliknya kekurangan/potensi itu justru tidak diketahui oleh orang lain bahkan
dia cenderung berusaha untuk menyangkal jika hal itu ada pada dirinya.
3) Diri
Tersembunyi/Rahasia (Hidden Area)
Pada
wilayah tersembunyi, berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi
tetutup bagi orang lain dan kemampuan
yang kita miliki tersembunyi sehingga tidak diketahui oleh orang lain.
Terdapat
dua konsep yang erat kaitannya dengan hidden are, yakni :
a. Over
disclose, yaitu sikap yang terlalu banyak mengungkapkan sesuatu sehingga
hal-hal yang seharusnya disembunyikan juga diutarakan.
b. Under
disclose, yaitu sikap yang terlalu menyembunyikan sesuatu yang seharunsnya
dikemukakan.
4) Diri
Gelap (Unknown Area)
Unknown
area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai
kita dapat pengalaman tentang suatu hal atau orang lain melihat sesuatu tentang
diri kita.
Secara
keseluruhan, keempat kuadran ini mencerminkan totalitas diri seseorang. Prinsip
fungsi dari 4 kuadran tersebut adalah :
1) Perubahan
pada satu kuadran akan mempengaruhi atau menyebabkan perubahan pada kuadran
yang lainnya.
2) Semakin
kecil atau sempit daerah 1 (daerah terbuka), semakin buruk komunikasi yang
terjadi.
3) Meningkatkan
komunikasi interpersonal berarti melakukan perubahan diri sehingga kuadran 1
lebih besar dan kuadran lainnya menjadi lebih kecil.
Referensi
Ellins (2000), Komunikasi Interpersonal Teori dan Praktik, EGC : Jakarta
Geldend (2008), Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain dengan Telnik Konseling, Mc
Graw Hill : New York
Mulyana (2005), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya : Bandung
Notoatmodjo (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta
Rakhmat (2005), Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya : Bandung
Uripni (2003), Komunikasi Kebidanan, EGC : Jakarta
ConversionConversion EmoticonEmoticon