Salam Sehat dan Harmonis

-----

Ulkus peptikum















A.  Tinjauan Teoritis

1.   Tinjauan Anatomi







BAB I

PENDAHULUAN


Saluran gastrointestinal (GI) adalah jalur (panjang totalnya 23-26

kaki) yang berjalan dari mulut melalui esophagus, lambung dan usus sampai

anus. Esophagus terletak di mediastinum rongga torakal, arterior terhadap

tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. panjangnya kira-

kira 25 cm dan menjadi distensi bilamana melewatinya.

Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis

tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung

yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung

disebut pertemuan esofagogestrik, bagian ini dikelilingi oleh cincin otot

halus, disebut sfingter esophagus bawah (atau sfingter kardia), yang saat

kontraksi, menutup lambung dari esophagus, lambung dapat dibagi ke dalam

empat bagian anatomis: kardia (jalan masuk), fundus, korpus, dan pylorus

(duflet). Otot halus sirkuler di dinding pylorus membentuk sfingter pillories

dan mengontrol lubang di antara lambung dan usus halus.

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang

jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini

membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area

permukaan untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi ke dalam tiga

1









bagian anatomik: bagian atas, disebut duodenum; bagian tengah disebut

jejunum; dan bagian bawah disebut ileum. Duktus koledukus, yang

memungkinkan untuk pasase baik empedu dan sekresi pankreas

mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula vater.


2.   Tujuan ulkus peptikum

Definisi

Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam

dinding mukosa lambung, pylorus, duodenum dan esophagus. Ulkus

peptikum sering disebut sebagai ulkus lambung, duodenal dan esophageal,

tergantung pada lokasinya. Ulkus ini disebabkan oleh erosi area terbatas dari

membran mukosa, erosi ini dapat meluas sedalam lapisan otot atau seluruh

otot peritoneum. Ulkus peptikum lebih banyak terjadi pada duodenum

daripada lambung. Ulkus peptikum kronis cenderung terjadi pada kurvatura

minor dari lambung, dekat pylorus, yang secara klinis berbeda dari ulkus

peptikum adalah: ulserasi pada mukosa yang dapat terjadi pada area

gastroduodenal. Kedua kondisi ini akan mengarah pada ulkus peptikum.

Etiologi

-     Bakteri gram negatif H. pyluri dan faktor predisposisi antara lain:

     Stress

     Herediter

     Penggunaan obat arti inflamasi non steroid (NSAID)

     Alkohol dan merokok

2








B.  Tinjauan Keperawatan

1.   Pengkajian Keperawatan

Dasar data pengkajian pasien

-     Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan, kelelahan

Tanda: takikardia, takipnea/hiperventilasi

-     Sirkulasi:

Gejala: Takikardi, disritmia, pengisian kapiler lambat/perlahan, Warna

kulit: Pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

kelebihan kulit/membran mukosa, berkeringat.

-     Integritas Ego

Gejala: Faktor stress akut atau kronis, perasaan tidak berdaya.

Tanda: gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara

gemetar

-     Eliminasi

Gejala:       Riwayat      perdarahan sebelumnya,            perubahan       pola

defekasi/karakteristik feses.

Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif

selama perdarahan, karakteristik feses ada darah, berbusa, bau busuk,

konstipasi (perubahan diet dan penggunaan antasida).








3








-     Makanan/cairan

Gejala: Anoreksia, mual muntah, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak

toleran terhadap makanan, BB menurun.

Tanda: Muntah: warna kopi gelap atau merah, nyeri ulu hati, sendawa bau

asam, tidak toleran terhadap makanan, BB menurun.

-     Neurosensori

Gejala: rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan

-     Nyeri/keamanan:

Gejala: nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,

nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan/

distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang setelah makan,

nyeri epigastrium kiri sampai tegang, atau menyebar ke punggung.

Tanda: Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat

berkeringat, perhatian menyempit.

2.   Keluhan Utama

-     Nyeri hebat rasa terbakar selama 2 jam setelah makan

-     Mual dan muntah yang bercampur darah

-     Tinja yang bercampur darah













4







3.   Patofisiologi

H. pylori
Melekat pada










Stres
Perfusi










Herediter










Obat-obatan
(NSAID)










Makanan/
Minuman yang 
mengiritasi

epitel lambung     mukosa
lambung
terganggu






Perubahan 
Status
Kesehatan







Peningkatan asam
lambung (HCl)
Kerusakan
mukosa
lambung

lambung









Anoreksia
Intake tidak
adekuat

Kurang 
informasi 
tentang 

Reaksi radang
Rangsangan zat

Ulkus

Nutrisi kurang 
dari kebutuhan 

penyakit

bradikinin,
histamine,

Kerusakan   tubuh
barrier lambung

Penatalaksanaan serotinin
diagnostik dan     

Stimulus saraf

pengobatan
Kecemasan

Merangsang

pada pusat
Nyeri
Nyeri



volume cairan

hipotalamusMedulla vomiting
center

muntah

Perdarahan

Kekurangan













5





Mual dan















1.   Farmakoterapi







BAB II

PENATALAKSANAAN MEDIS


-     Antagonis reseptor histamine seperti simatidin (tagamet), ranitidine (zantac),

famotidin (pepcid), nizatidin (acid).

-     Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta) atau

antasida aluminium hidroksida (amphojel atau alternangel)

-     Sukratat (carafate)

-     Antikolinergik seperti propantelin bromide (pro-banthinne)

2.   Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok, penghentian

obat ulserogenik sementara ulkus masih aktif.

3.   Modifikasi diet

4.   Penatalaksanaan diet

5.   Penatalaksanaan stres

6.   Pembedahan bila komplikasi terjadi:

-     Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung)

-     Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asam

hidroklorik) dengan piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sfingter pilorik

untuk memungkinkan peningkatan pengosongan lambung pada adanya,

penurunan motilitas gastric, yang terjadi setelah vagotomi).







6









BAB III

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


A.  Diagnosa Keperawatan

1.   Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan

sekresi gastric.

Diagnosa Nyeri:

Data Objektif

-     Ekspresi wajah tampak berkerut dan gelisah

-     Klien tampak berhati-hati pada area yang sakit

-     Pucat

-     Berkeringat

-     Takikardia

-     Perhatian menyempit

Data Subjektif

-     Klien mengatakan nyeri di daerah perut

-     Nyeri terasa terbakar

Tujuan:

Nyeri teratasi dengan kriteria:

-     Klien akan melaporkan gejala ketidaknyamanan dengan segera.

-     Klien akan mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dalam respon

terhadap rencana pengobatan.




7








Intervensi

a.   Jelaskan hubungan antara sekresi HCl dan awitan nyeri.

Rasional:

Asam HCl merupakan variabel penting dalam menimbulkan ulkus

peptikum.

b.   Ajarkan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan

relaksasi.

Rasional

Relaksasi otot merupakan peristaltik dan menurunkan nyeri gastric.

c.   Bantu klien untuk mengidentifikasi substansi iritasi misalnya: makanan

gorengan, makanan pedas, kopi.

Rasional

Menghindari substansi yang mengiritasi dapat membantu mencegah

respon nyeri.

d.   Ajarkan teknik diversional untuk reduksi stres dan menghilangkan nyeri

Rasional

Hubungan antara stres dan penyakit ulkus peptikum didasarkan pada

insiden dari penyakit yang lebih tinggi pada orang dengan ansietas kronis.

e.   Nasehatkan klien untuk makan dengan teratur dan menghindari kudapan

pada waktu tidur.








8








Rasional

Menghindari makan sebelum tidur dapat mengurangi kadar asam

lambung, selama siang hari, jumlah regular partikel makanan dalam

lambung membantu menetralisasi keasaman sekresi lambung.

f.    Dorong klien untuk menghindari merokok dan menggunakan alkohol dan

minuman yang mengandung kafein

Rasional

Merokok menurunkan sekresi bikarbonat pankreas yang meningkatkan

keasaman duodenal. Alkohol pada lambung yang kosong dapat mengikis

lapisan mukosa. Sekresi asam lambung dapat di rangsang dengan

mencerna kafein.

Kolaborasi

a.   Berikan antasida, anti kolinergik, sukralbat dan bloker H2 sesuai tujuan

Rasional

Sekresi HCl dapat diatur dengan menetralisasikaannya dengan berbagai

terapi, obat.

2.   Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d masuknya nutrisi yang tidak

adekuat.

Diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan

Data Objektif

-     Mual dan muntah 

-     Sendawa bau asam


9








-     Tidak toleran terhadap makanan 

-     BB menurun

Data Subjektif

-     Klien mengatakan nyeri pada ulu hati

-     Klien menyatakan tidak selera makan

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:

a.   Adanya peningkatan berat badan

b.   Penurunan produksi asam lambung 

Intervensi

a.   Timbang berat badan tiap hari

Rasional:

Memberikan informasi tentang kebutuhan diet demi keefektifan terapi

b.   Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut

Rasional:

Menurunkan kebutuhan metabolik untuk/pencegahan menurunkan kalori

simpanan energi

c.   Berikan kebersihan oral

Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan. Bahan

makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, platus misalnya:

produksi susu.





10








d.   Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,

dengan situasi yang tidak terburu-buru.

Rasional:

Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif

untuk makan.

e.   Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makanan diet.

Rasional:

Keraguan-keraguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut

makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala

3.   Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

Diagnosa Ansietas:

Data subjektif:

-     Klien sering menyatakan kapan nyerinya hilang

-     Klien sering bertanya tentang penyakitnya

Data objektif:

-     Klien tampak gelisah dan cemas

-     Tidak akurat mengikuti instruksi

-     Takikardia

-     Tampak bingung dengan penyakitnya.


B.  Pendidikan Pasien dan keluarga dan Pertimbangan Rencana Pulang

Untuk mengatasi penyakit ulkus dengan baik, klien harus memahami

sikap dan faktor-faktor yang akan membantu atau memperberat kondisi

11








penyakitnya seperti: penggunaan obat-obatan, diet atau makanan yang dapat

mengiritasi lambung, kebiasaan merokok, istirahat dan penurunan stres,

kewaspadaan terhadap komplikasi, dan perawatan pasca- pengobatan.

Pertimbangan rencana pulang:

-     Bebas dari nyeri di antara makanan

-     Sedikit mengalami ansietas dengan menghindari stres

-     Mematuhi program terapeutik

a.   Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi

b.   Makan dengan jadwal teratur

c.   Meminum obat yang diresepkan sesuai dengan jadwal

d.   Mampu menggunakan mekanisme koping untuk mengatasi stres

-     Tidak mengalami komplikasi




























12








BAB IV

PENUTUP


Ulkus peptikum merupakan penyakit ekskavasi pada dinding mukosa,

lambung, pylorus, duodenum dan esophagus. Penyakit ini sering terjadi pada usia 40-

60 tahun, antara lain oleh H. Pylori, stres, herediter, makanan/minuman dan

kebiasaan.

Adapun diagnosa keperawatan berdasarkan penyimpangan KDM yaitu: nyeri,

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan kecemasan. Untuk mengatasi penyakit ulkus

maka perlu diberikan penyuluhan tentang faktor-faktor yang akan membantu

meringankan gejala seperti: menghindari obat-obatan, makan dengan jadwal teratur,

istirahat dan penurun stres.






























13
Previous
Next Post »

Translate