A. LATAR BELAKANG
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tuberkulosis
(TB) diperkirakan sudah ada sejak 700 – 600 tahun SM yakni pada
zaman
neolitik. Saat populasi manusia mulai banyak di daratan Eropa dan
Mediterania.
Adapun
faktor pendukung timbulnya penyakit tuberkulosis adalah lingkungan dan
pekerjaan.
Dilihat dari angka kejadian pada survey nasional yang di adalah di 15
propinsi
di Indonesia sejak 1979 – 1982 didapatkan Propinsi Bali mempunyai angka
prevalensi
yang paling rendah (0,08%), sedangkan Propinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT)
mempunyai angka prevalensi tertinggi (0,74%), sedangakan di Propinsi
Sumatera
Barat (0,37%) dari tahun 1984 – 1985 dan di Propinsi Aceh pada tahun
1983 –
1984 mencapai 0,65%. Di negara yang sudah maju seperti di Negara
Amerika
Serikat, angka kesakitan tercatat dalam tahun 1976 sebesar 15,9% dari
100.000
penduduk.
Tuberkulosis
paru masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di
negara-negara
yang sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abab 20 mulai
berkurang
sejak di tetapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan
tatacara
kehidupan penderita. Keadaan penderita bertambah baik sejak
ditemukannya
obat streptomisin dan bermacam-macam obat anti tuberkulosis pada
tahun
berikutnya.
B. TUJUAN PENULISAN
Dalam
penulisan makalah ini penulis merumuskan tujuan menjadi dua bagian yaitu
tujuan umum
dan tujuan khusus yang antara lain :
1. Tujuan Umum
2
Untuk
memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan proses
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan sistem
pernafasan :
tuberkulosis terutama pada Ny. T yang di rawat di Ruang Mawar
Rumah Sakit
Umum
Imelda Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji masalah
klien dengan melakukan pendekatan yang
sistematis untuk mengumpulkan data dan selanjutnya merumuskan
diagnosa
keperawatan
berdasarkan data yang diperoleh
b. Mampu merencakan
tindakan keperawatan berdasarkan prioritas masalah
yang
ditemukan
c. Mampu melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan
dan memberikan alternatif pemecahan masalah kepada klien
d. Mampu mengevaluasi hasil
yang telah dicapai berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan
C. METODA PENULISAN
Dalam
penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu
dengan
menggambarkan atau melukiskan pelaksanaan asuhan keperawatan klien
dari tahap
pengkajian sampai tahap evaluasi dengan menggunakan pendekatan
proses
keperawatan. Adapun teknik yang digunakan dalam pembuatan laporan
kasus ini
adalah :
1. Study kasus
Yaitu
dengan mengobservasi secara langsung klien Ny. T dan melaksanakan
asuhan
keperawatan selama klien dirawat di Rumah Sakit Umum Imelda Medan.
2. Study kepustakaan
Yaitu
dengan membaca serta mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
masalah
gangguan sistem pernafasan : tuberkulosis paru.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
3
BAB I
: PENDAHULUAN,
meliputi latar belakang penulisan, tujuan
penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN
TEORITIS, meliputi konsep dasar medis dan konsep
dasar
keperawatan
BAB
III : TINJAUAN KASUS, meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN, meliputi tahap pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan
dan
evaluasi.
BAB V : PENUTUP,
meliputi kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Defenisi
4
Tuberkulosis
yang dulu disingkat dengan TB karena berasal dari kata
tuberkulosa
adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru
manusia.
Seperti juga dengan penyakit lainnya, tuberkulosis saat ini lazim
disingkat
dengan TB saja yang disebabkan oleh kuman atau basil tuberkulosis
yang dalam istilah
kedokteran disebut Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis
bukanlah penyakit keturunan karena disebabkan oleh kuman yang
ditularkan
dari seseorang kepada orang lain. (Aditama Yoga, Hal. 1)
2. Etiologi
Penyebab
TB adalah Mikobakterium tuberkulosis yaitu sejenis kuman berbentuk
batang
dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm. Kuman dapat
bertahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi
karena
kuman bersifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali dan menjadi
TB aktif.
Di samping itu kuman ini disebut kuman aerob yaitu kuman lebih
menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. (Soeparman, 1990)
3. Patofisiologi
a. Tuberkulosis primer
Penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan
keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung pada ada
tidaknya
sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam
suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan.
5
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada
jalan
nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan
oleh makrofag keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta
gerakan
silia dengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada
kulit atau
mukosa, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Bila kuman
menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak
dalam
sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk
sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
afek
primer. Sarang primer dapat terjadi di bagian mana saja dari jaringan
paru. Di
sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus, dan
juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus. Kompleks
primer ini
selanjutnya dapat menjadi :
• Sembuh sama sekali
tanpa meninggalkan cacat
• Sembuh dengan
meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi
di hilus atau komplek.
• Berkomplikasi dan
menyebar secara :
o Perkontinuitatum,
yakni menyebar ke sekitarnya
o Secara
bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
disebelahnya.
Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga
menyebar ke usus.
o Secara
limfogen ke organ tubuh lainnya
o Secara
hematogen ke organ tubuh lainnya
b. Tuberkulosis sekunder
Kuman yang
dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis
post primer). Tuberkulosis ini di mulai dari sarang dini yang
berlokasi
di regio atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau
inferior).
Invasifnya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke
nodus
hilir paru.
6
Sarang
dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3
– 10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri
dari
sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti)
yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.
Sarang
dini dapat menjadi :
• Direabsorpsi kembali
dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
• Sarang yang mula-mula
meluas, tapi segera menyembuh dengan
serbukan
jaringan fibrosis
• Sarang dini yang meluas
dimana granuloma berkembang menghancurkan
jaringan
sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan
menjadi
lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan
keluar
akan terjadi kavitasi. Kavitasi dapat :
o Meluas
kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang
ini
selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang terdahulu.
o Memadat
dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.
Tuberkuloma
ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif
kembali
o Bersih dan
menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga
menyembuh
dengan membungkus diri dan menjadi kecil, kadang-
kadang
berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan
berbentuk
seperti bintang disebut stellate shaped
(Soeparman,
1990)
4. Gejala klinis
Keluhan
yang dirasakan penderita TB dapat berupa antara lain :
a. Demam
Menyerupai
influenza, namun kadang-kadang panas badan dapat mencapai
40 – 41oC yang
naik turun, kadang hilang dan kemudian timbul kembali,
demikian
seterusnya.
b. Batuk
7
Batuk
terjadi karena adanya iritasi brokhus yaitu berfungsi untuk membuang
produk-produk
radang, sifat batuk di mulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian
menjadi produktif (menghasilkan sputum) bahkan dapat berupa
haemaptoe
(batuk darah) karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak nafas
Sesak
nafas ini akan ditemukan pada penyakit yang sudah kanjut, dimana
infiltrasi
sudah setengah bagian paru-paru.
d. Malaise
e. Anoreksia
f. Berat badan menurun
g. Keringat di malam hari
(Soeparman,
1990)
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya :
• Anemia, terutama bila
penyakit berjalan menahun
• Leukositosis ringan
dengan predominasi limfosit
• Laju Endap Darah (LED)
meningkat terutama pada fase akut, tetapi pada
umumnya
nilai-nilai tersebut normal pada tahap penyembuhan
b. Pemeriksaan radiologi
• Bayangan lesi
radiologik yang terletak di lapangan atas paru
• Bayangan yang berawan
atau berbecak
• Adanya kavitas tunggal
atau ganda
• Adanya kalsifikasi
• Kelainan bilateral,
terutama bila terdapat di lapangan atas paru
• Bayangan yang menetap
atau relatif setelah beberapa minggu
c. Pemeriksaan
bakteriologik (sputum)
8
Ditemukan
kuman mikobakterium tuberkulosis dari dahak penderita,
memastikan
diagnosis TB paru pada pemeriksaan dahak.
d. Uji tuberkulin
Sangat
penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal positif pada orang
dewasa
kurang bernilai.
6. Penatalaksanaan
Pada
prinsipnya penatalaksanaan TB paru adalah sebabai berikut :
a. Perlunya diagnosis yang
cepat dan tepat
b. Pemakaian paduan obat
yang tepat
c. Adanya penyakit penyerta
lainnya seperti AIDS, DM yang mendapat terapi
immunosupressi,
keganasan, gagal hati, gagal ginjal dan sebagainya,
semuanya
dapat mempengaruhi dan menghambat TB paru.
d. Evaluasi pengobatan
lebih ditujukan terhadap konversi sputum, walaupun
kemajuan
klinis dan radiologis tetap diperhatikan. Adanya efek samping
obat dan
timbulnya resistennya obat harus selalu diwaspadai
e. Pemberian diet TKTP
f. Usaha preventif terhadap
TB hendaknya ditingkatkan lagi profilaksis, juga
terhadap
klien lain yang mempunyai resiko tinggi seperti HIV positif yang
mendapat
immunosupresi dan lain-lain. Terutama pada negara yang
berpopulasi
tuberkulosis tinggi, jangan di lupakan juga segi pendidikan atau
penyuluhan kesehatan pada klien tentang permasalahan dalam
penanggulangan
TB ini.
B. LANDASAN TEORITIS
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
9
Gejala : kelelahan umum
dan kelemahan ; nafas pendek karena kerja ;
kesulitan
tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat ;
mimpi
buruk
Tanda : takikardia, dispnea pada kerja ; kelelahan
otot, nyeri dan sesak
(tahap
lanjut)
b. Integritas ego
Gejala
: adanya faktor stress yang lama ; masalah keuangan, rumah ;
perasaan
tak berdaya/tak ada harapan ; populasi budaya/etnik
Tanda : menyangkal
(khususnya selama tahap dini ; ansietas, ketakutan,
mudah
terangsang)
c. Makanan/cairan
Gejala
: kehilangan nafsu makan ; tidak dapat mencerna ; penurunan
berat
badan
Tanda : turgor kulit
buruk, kering/kulit bersisik ; kehilangan otot/hilang
lemak
subkutan
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala
: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit ; gelisah
e. Pernafasan
Gejala
: batuk produktif atau tidak produktif ; nafas pendek ; riwayat
tuberkulosis
pada individu terinfeksi
Tanda : peningkatan
frekwensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim
paru dan pleura) ; pengembangan penyakit tidak
simetris ;
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural
atau
penebalan pleural), bunyi nafas menurun/tidak ada secara
f. Keamanan
10
bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumothoraks), bunyi
nafas tubuler dan/bisikan pektoral di atas lesi luas, krekels
tercatat di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (krekels postussic), karakteristik sputum :
hijau/purulent, mukoid kuning, atau bercak darah, deviasi
trakheal (penyebaran bronkhogenik), tidak konsentrasi, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
Gejala
: adanya kondisi penekanan immun, contoh : AIDS, kanker
Tanda : demam rendah
atau sakit panas akut
g. Intervesi sosial
Gejala
: perasaan
isolasi/penolakan karena penyakit
menular ;
perubahan pola biasa dan tanggung jawab/perubahan kapasitas
fisik
untuk melaksanakan peran
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: riwayat keluarga TB ; ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk ;
gagal untuk membaik/kambuh TB ; tidak berpartisipasi
dalam
terapi
i. Rencana pemulangan
Memerlukan
bantuan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri serta
pemeliharaan/perawatan
di rumah
Prioritas
keperawatan :
a. Meningkatkan/mempertahankan
ventilasi/oksigenasi adekuat
b. Mencegah penyebaran
infeksi
c. Mendukung perilaku/tugas
untuk mempertahankan kesehatan
d. Meningkatkan strategi
koping efektif
11
e. Memberikan informasi
tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
Tujuan
pemulangan :
a. Fungsi pernafasan
adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
b. Komplikasi dicegah
c. Pola hidup/perilaku
berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi
d. Proses
penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami
2. Diagnosa keperawatan
dan Intervensi
a. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
penurunan
kerja silia/stasis sekret ; kerusakan jaringan/tambahan infeksi ;
penurunan
pertahanan/penekanan proses inflamasi ; malnutrisi ; kurang
pengetahuan
untuk menghindari pemajanan patogen
Tujuan :
infeksi tidak terjadi
Kriteria
hasil :
• Klien mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran
infeksi
• Klien menunjukkan
teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan
lingkungan yang aman
Rencana
tindakan :
o Kaji
patologi penyakit aktif atau tidak aktif (mengetahui secara dini
terapi
yang tepat untuk pengobatan klien)
o Identifikasi
orang lain yang beresiko seperti anggota keluarga, sahabat
karib
(mencegah penyebaran/penularan infeksi)
o Anjurkan
klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisue dan
menghindar
meludah sembarangan (mencegah penyebaran infeksi)
o Awasi suhu
tubuh sesuai indikasi (reaksi demam merupakan indikator
adanya infeksi
lanjut)
12
o Tekankan
pentingnya tidak menghentikan terapi obat (mencegah resiko
penyebaran
infeksi yang dapat berlanjut sampai 3 bulan)
o Kaji
pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodik terhadap sputum
selama
pemberian terapi (mengawasi efek dan keefektifan obat serta
respon
klien terhadap infeksi)
o Anjurkan
klien meningkatkan makan makanan bergizi/seimbang
(makanan
yang seimbang meningkatkan kemampuan tubuh dalam
berespon
terhadap proses infeksi)
o Berikan
agen infeksi sesuai dengan indikasi (mengobati dan
meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap proses infeksi)
b. Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan sekret kental/sekret
darah ;
kelemahan/upaya batuk buruk ; edema trakheal/faringeal ditandai
dengan
frekwensi pernafasan, irama, kedalaman tidak normal ; kelainan
bunyi
nafas (ronkhi, mengi, stridor) ; dispnea
Tujuan :
jalan nafas efektif kembali/jalan nafas adekuat
Kriteria
hasil :
• Jalan nafas klien paten
dapat dipertahankan
• Klien dapat
mengeluarkan sekret tanpa bantuan
• Klien menunjukkan
perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan
jalan nafas
• Klien berpartisipasi
dalam program pengobatan
• Klien dapat
mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan
tindakan
yang tepat
Rencana
tindakan :
o Kaji
fungsi pernafasan meliputi bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman
serta penggunaan otot aksesori (mengetahui secara dini
gangguan
bersihan jalan nafas)
13
o Catat
kemampuan untuk mengeluarkan sputum dan batuk efektif serta
karakter, jumlah dan adanya hemoptisis (untuk menindaklanjuti
evaluasi/intervensi
lebih lanjut)
o Berikan
klien posisi semi atau fowler tinggi serta bantu klien untuk batuk
dan
latihan nafas dalam (membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan
upaya pernafasan)
o Bersihkan
sekret dari mulut dan trakhea, penghisapan sesuai dengan
indikasi
(mencegah obstruksi atau aspirasi)
o Pertahankan
masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali
kontraindikasi
(membantu mengencerkan sekret)
o Lembabkan
udara/oksigen inspirasi (mencegah pengeringan mukosa dan
mengencerkan
sekret)
o Berikan
obat-obatan sesuai indikasi (bronkhodilator)
c. Resiko tinggi terhadap
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan
permukaan efektif paru atau atelektasis ; kerusakan membran
alveolar-kapiler
; sekret tebal/kental ; edema bronkhial
Tujuan :
kerusakan atau gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria
tindakan :
• Klien melaporkan
dispnea hilang/terkontrol
• Klien menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan
AGDA dalam rentang normal
• Klien terbebas dari
gejala distress pernafasan
Rencana
tindakan :
o Kaji
gejala dan tanda yang mengarah kepada gangguan/kerusakan
pertukaran
gas, seperti dispnea, takipnea, kelainan bunyi nafas, dll
(mengidentifikasi
secara dini gangguan/kerusakan pertukaran gas dan
mencegah
lebih awal)
14
o Evaluasi
perubahan pada tingkat kesadaran (mengidentifikasikan telah
terjadi
gangguan/kerusakan pertukaran gas)
o Anjurkan
klien bernafas bibir/dari mulut selama inhalasi (membuat
tahanan
melawan udara luar dan mencegah kolaps jalan nafas)
o Anjurkan
klien untuk istirahat dan bantu aktifitas perawatan diri sesuai
keperluan
(menurunkan konsumsi/kebutuhan oksigen dan menurunkan
beratnya
gejala)
o Awasi/pantau
pemeriksaan AGDA (membantu menunjukkan kebutuhan
intervensi/perubahan
program terapi)
o Berikan
oksigen tambahan yang sesuai (memperbaiki hipoksemia)
d. Perubahan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan
; anoreksia ; ketidakcukupan sumber keuangan ditandai dengan
berat
badan di bawah 10 – 20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat,
melaporkan
kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecapan,
tonus otot
memburuk
Tujuan :
kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi, perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan
tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil
:
• Klien menunjukkan
peningkatan berat badan mencapai nilai ideal
• Klien menunjukkan
perilaku pola hidup untuk mempertahankan berat
badan yang
ideal
Rencana
tindakan :
o Catat
status nutrisi klien saat klien baru masuk ruang rawat (berguna
untuk
mengidentifikasi derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang
tepat)
o Perhatikan pola diet biasa klien (membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan
khusus)
15
o Pantau
masukan dan pengeluaran serta timbang berat badan secara
periodik
(berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan)
o Kaji
anoreksia, mual dan muntah (mengidentifikasi gangguan
pemasukan
nutrisi )
o Dorong dan
berikan periode istirahat sering (membantu menghemat
energi
khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam)
o Anjurkan
makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi karbohidrat
dan
protein (memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi
gaster)
o Anjurkan
orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah, kecuali
bila
kontraindikasi (membuat lingkungan sosial lebih normal selama
makan dan
membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural)
o Rujuk ke
ahli diet untuk menentukan komposisi diet (memberikan
bantuan
dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat)
e. Kurang pengetahuan
mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan
dengan keterbatasan kognitif ; tidak akurat/tidak lengkap
informasi
yang didapatkan ditandai dengan klien sering bertanya,
menunjukkan
kesalahan konsep tentang status kesehatan, kurang akurat
dalam
mengikuti instruksi, menunjukkan perasaan terancam
Tujuan :
klien dapat memahami dan menerima keadaan penyakitnya
Kriteria
hasil :
• Klien menyatakan
pemahaman tentang proses penyakit
• Klien dapat mengidentifikasi gejala yang memerlukan
evaluasi/intervensi
• Klien bersama perawat merencanakan tindakan yang
tepat dalam
perawatan,
terutama perawatan di rumah
Rencana
tindakan :
16
o Kaji
kemampuan klien untuk belajar (belajar bergantung pada emosi dan
kesiapan
fisik)
o Identifikasi
gejala yang harus dilaporkan kepada perawat (menunjukkan
perhatian
klien terhadap penyakit yang dialaminya)
o Tekankan
pentingnya diet TKTP dan pemasukan cairan adekuat
(membantu
meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan)
o Jelaskan
kepada klien atau keluarga dosis obat, frekwensi pemberian,
kerja yang
diharapkan dan alasan pengobatan lama (meningkatkan
kerjasama
dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat
sesuai
dengan perbaikan kondisi klien)
o Anjurkan
klien untuk tidak merokok (merokok dapat meningkatkan
disfungsi
pernafasan atau bronkhitis)
o Kaji
bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi (komplikasi
sehubungan
dengan reaktivasi akan lebih memperberat keadaan penyakit
klien)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
N a m a
Jenis
kelamin
U m u r
Status
perkawinan
A g a m a
BAB III
TINJAUAN KASUS
: Ny. T
:
perempuan
: 70 tahun
: sudah kawin
: kristen
17
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
A l a m a
t
Tanggal
masuk
No.
register
Ruangan/kamar :
Golongan
darah
: Ibu
rumah tangga
: Jl. Krakatau Medan
: 22
Oktober 2001
: 00 89 80
Mawar
: A
2. Penanggung
jawab/keluarga terdekat
N a m a
Pekerjaan
A l a m a
t
Hubungan
dengan klien
: Tn. P
: PT. Jasa Marga
: Jl. Krakatau Medan
: anak
kandung klien
3. Keluhan utama/yang
paling sering : batuk-batuk
4. Riwayat kesehatan
sekarang
Provocative/palliative
:
a. Apa penyebab
: peningkatan produksi sekret pada saluran
nafas
18
b. Hal yang memperbaiki
keadaan : posisi tidur ½ duduk dan
membuang
dahak
Quantity/quality
:
a. Bagaimana dirasakan
b. Bagaimana terlihat
Region :
a. Dimana lokasinya
b. Apakah menyebar
: klien
merasa nyeri pada dada saat batuk dan
dada
terasa tidak nyaman
: klien
memegang dadanya apabila batuk
: daerah dada
: tidak menyebar
Apakah
mengganggu aktifitas : ya mengganggu
aktifitas terutama bila
banyak
bergerak
Kapan
mulai timbul
Bagaimana
terjadinya
5. Riwayat kesehatan masa
lalu
Sakit yang
pernah dialami
Tindakan
yang dilakukan
Pernah
dirawat
Allergi
Immunisasi
6. Riwayat kesehatan
keluarga
Orangtua
Saudara
kandung
Penyakit
keturunan yang ada
Keluarga
yang meninggal
Penyebab
meninggal
: kira-kira setahun yang lalu
: bertahap
: TB paru
1 tahun yang lalu
: dibawa
berobat ke RS
: ya,
selama 5 hari di RS
: tidak
allergi terhadap makanan/minuman
atau
suasana tertentu
: tidak pernah di immunisasi
: tidak ada yang menderita penyakit kronis
seperti
klien
: tidak
ada yang menderita penyakit kronis
: tidak
ditemukan
: suami
: faktor
usia lanjut
Genogram :
Keterangan
:
=
perempuan
=
laki-laki
= klien
Ny. T
= tinggal
serumah
7. Riwayat/keadaan
psikososial
Bahasa
yang dipergunakan
: Bahasa Indonesia
19
Persepsi klien ttg penyakitnya :
klien yakin penyakitnya akan sembuh
Konsep
diri
Keadaan
emosi
: klien merasa masih dibutuhkan dalam
keluarga
: klien
dapat berkomunikasi secara kooperatif
Perhatian
terhadap orang lain : baik, klien mau
berkomunikasi dengan
teman satu
kamarnya
Hubungan
dengan keluarga
: baik, keluarga menjaga dan menbantu
kebutuhan
klien selama dirawat
Hubungan dengan orang lain :
baik, klien sering dikunjungi oleh teman dan
tetangganya
Kegemaran
Daya
sesuai (adaptasi)
: membaca
: klien
mampu beradaptasi dengan lingkungan
RS,
perawat dan dokter yang menangani
Mekanisme
pertahanan diri
8. Pemeriksaan fisik
20
: percaya dan berserah kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa
Tanda
vital
Tekanan
darah
: dilaksanakan tanggal 22 Oktober 2001 jam 13.00 wib
: 130/90 mmHg
Denyut
jantung/nadi : 84 x/mnt
Pernafasan
Suhu tubuh
Keadaan
umum
Penampilan
: 28 x/mnt tidak teratur
: 37oC
: lemah
: lesu
Kesadaran
: kompos mentis
Tinggi
badan
Berat
badan
Kepala :
: 155 cm
: 44 kg
Bentuknya
: oval
Rambut :
tidak
mudah rontok
Bentuk
rambut
Warna
Kulit
kepala
Penglihatan/mata
:
Ketajaman
Sklera
Pupil
Conjungtiva
: lurus dan panjang
: hitam bercampur uban putih
: bersih, tidak ada lesi atau kelainan lainnya
: tidak mampu membaca dalam jarak 25 – 30 cm tanpa
menggunakan kacamata / kemampuan akomodasi
menurun
: tidak ikterus
: isokhor kiri dan kanan, refleks pupil terhadap cahaya
(+)
: tidak ditemukan tanda-tanda anemis seperti pucat atau
peradangan
Penciuman/hidung
:
Polip
Perdarahan
Peradangan
: tidak ada
: tidak ditemukan
perdarahan
: tidak ditemukan peradangan
21
Fungsi
penciuman : baik, dapat membedakan
aroma, seperti aroma buah
apel
dengan jeruk
Pendengaran/telinga
:
Serumen
Cairan :
: ada sedikit dan tidak mengganggu pendengaran
tidak
ditemukan
Tanda peradangan : tidak
ditemukan
Alat bantu
: tidak memakai alat bantu dengar
Fungsi
pendengaran : baik, masih dapat mendengarkan suara gesekan
rambutnya
sendiri
Mulut :
Rongga
mulut
Bau :
Perdarahan
Peradangan
Gigi
Lidah :
bersih
Tonsil
: bersih
tidak
berbau
: tidak ditemukan
perdarahan
: tidak ditemukan peradangan
: tidak lengkap
: tidak membesar dan tidak meradang
Fungsi
pengecapan : masih baik, klien dapat
membedakan rasa manis, pahit,
asam dan
asin
Leher :
Kelenjar
tiroid
TVJ
: tidak ditemukan pembesaran
: tidak ditemukan peningkatan
Thorak :
Bentuk :
Pernafasan
:
Frekwensi
Bunyi
nafas
Batuk
Sputum
Jantung :
Nyeri dada
Denyut
jantung
Bunyi
jantung
Abdomen :
Turgor
kulit
Hepar
Lien
Massa or
cair
Ginjal
Reproduksi
:
Siklus
menstruasi
Organ
seksual
Perdarahan
:
asimetris
vesikuler
: 28 x/mnt tidak teratur
: ronkhi basah
: ada dan sering
: ada, kental dan berwarna kehijauan
: dirasakan klien bila batuk
: 84 x/mnt tidak teratur
: tidak ditemukan kelainan
: supel, dapat kembali cepat
: tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri tekan
: tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri tekan
: tidak ditemukan
: tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri ketok
: klien sudah menopause
: tidak ada kelainan
tidak
ditemukan
22
Kebersihan
: cukup bersih
Infeksi
Ekstremitas
:
Atas
Bawah
: tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
: agak terganggu karena terpasang iv line kateter pada
tangan
sebelah kanan
: dapat digerakkan dengan bebas
Integumen
:
Turgor
Tekstur
Lain-lain
Pola
nutrisi :
: kurang, tidak dapat kembali dengan cepat
: kurang supel atau elastis karena faktor ketuaan
: tidak ditemukan kelainan
kulit
23
Sebelum masuk RS : makan 3
x sehari, makanan yang disukai ikan mas,
makanan
pantangan sejenis gorengan
Setelah masuk RS : makan
3 x sehari sesuai dengan jadwal diet RS, dengan
jenis diet
MB TKTP, selera makan klien menurun
Pola minum
:
Sebelum masuk RS : 8 gelas
perhari (2000 cc) dengan minuman kesukaan
kopi
Setelah masuk RS : minum
8 gelas perhari (2000 cc) ditambah minuman
ektra dari
RS
Pola
elimimasi :
Eliminasi
Bab :
Sebelum masuk RS : frekwensi 1 kali sehari, konsistensi lembek,
berwarna
kuning dan
tidak ditemukan kelainan
Setelah masuk RS :
frekwensi 2 kali sehari, konsistensi
lembek, berwarna
kuning dan
tidak ditemukan kelainan
Eliminasi
Bak :
Sebelum masuk RS : lancar
dengan frekwensi 4 kali sehari (1500 – 1750 cc),
berwarna
kuning jernih dan tidak ditemukan kelainan
Setelah masuk RS :
lancar dengan frekwensi 5 kali sehari (1500 – 2000 cc),
berwarna
seperti teh dan tidak ditemukan kelainan
Pola
istirahat :
24
Sebelum masuk RS :
kebiasaan tidur siang 1 jam saja dalam sehari, kebiasaan
tidur
malam 6 jam dan tidak mengalami kesukaran
dalam
tidur
Setelah masuk RS :
kebiasaan tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 jam,
sering
sukar tidur karena batuk yang dialami klien dan
suasana
rumah sakit yang tidak tenang. Diatasi klien
dengan
menonton tv sebelum tidur
Pola
aktifitas
: klien hanya berada di
rumah sepanjang hari dan
mengerjakan
pekerjaan yang ringan-ringan saja
Kebersihan
perorangan :
Sebelum masuk RS : mandi 2 kali sehari, gosok gigi tiap kali
mandi dan
mencuci
rambut 2 kali seminggu
Setelah masuk RS : mandi
1 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci
rambut
belum pernah
Hambatan
: terpasangnya iv line
cateter pada lengan kanan klien
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
lab
: Hb 9 gr%, LED 75 mm/jam, leukosit 11.000 mm3
Pemeriksaan
sputum : BTA (+)
Foto
thoraks
: kesan tuberkulosis paru
Analisa
Data
25
No Data
1 Data subjektif :
Kemungkinan
penyebab
Sekresi mukus yang
Masalah
Tidak efektifnya
Klien
mengatakan sekret sukar mengental
di
jalan nafas
dikeluarkan apabila batuk,
saluran nafas bagian
tenggorokan terasa gatal dan tidak atas
nyaman
Data
objektif :
Klien
terlihat
kesulitan
mengeluarkan sputum
apabila
batuk, klien keringatan, terlihat
sesak,
lemah dan kecapekan
2 Data subjektif :
Klien mengatakan tidak selera
makan, perut terasa tidak enak dan
mual
Data
objektif :
Diet yang
disajikan hanya habis ½
porsi, BB
di bawah ideal untuk
Anoreksia
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan tubuh
bentuk
tubuh dan berat, klien
tampak lemah dan tidak
bersemangat
Prioritas
diagnosa keperawatan :
1. Tidak efektifnya jalan
nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental
di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan
sekret sukar
dikeluarkan
apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien
terlihat
kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat
sesak,
lemah dan kecapekan
26
2. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan,
perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB
di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan
tidak
bersemangat
B. RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN (Diagnosa keperawatan, Tujuan,
Kriteria
hasil, Intervensi, Rasional, Implementasi dan Evaluasi)
1. Tidak efektifnya jalan
nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental
di saluran
nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar
dikeluarkan
apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien
terlihat
kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat
sesak,
lemah dan kecapekan
Tujuan : pola nafas efektif kembali dengan kriteria
sekret dapat dikeluarkan
klien,
batuk berkurang dan rasa nyaman pada dada terpenuhi.
Rencana
tindakan :
• Berikan posisi semi
fowler (membantu memaksimalkan ekspansi paru
sehingga
mempermudah pengeluaran sekret)
• Anjurkan klien untuk
banyak minum air hangat (membantu mengencerkan
sekret)
• Bersihkan sekret dari
mulut dan trakhea (mencegah terjadinya obstruksi
jalan
nafas)
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi ekpektoran
(mempermudah
dan mengencerkan sekret)
Implementasi
:
o Mengatur
posisi klien dengan posisi semi fowler dan memastikan respon
klien
terhadap posisi merasa nyaman
27
o Menyediakan
air minum di sisi tempat tidur klien dan memberitahu klien
untuk
memanggil perawat bila butuh air minum
o Menganjurkan
kepada keluarga dan klien untuk tetap membersihkan sekret
dari mulut
dan bila tidak bisa sendiri laporkan kepada perawat
o Menganjurkan
klien buang bersin atau batuk menutup mulut dengan tisu dan
buang
dahak pada tempat yang telah disediakan (sputum pot)
o Memberikan
obat Dexophan syrup 3 x sehari sesuai indikasi
Evaluasi :
Subjektif : klien
mengatakan masih sekret sukar dikeluarkan apabila batuk,
tenggorokan
masih terasa gatal dan cukup nyaman dengan perubahan posisi
Objektif : klien masih
terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk,
klien
keringatan, masih sesak, lemah, kecapekan, klien minum banyak,
minum obat
sesuai petunjuk
Analisis : jalan nafas
masih belum adekuat
Planning : lanjutkan
rencana tindakan
2. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan,
perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB
di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan
tidak
bersemangat
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan tubuh
dengan
kriteria selera makan klien meningkat, diet yang disajikan
habis
dimakan, BB klien meningkat dan tubuh segar/tidak lemas
Rencana
tindakan :
• Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering dengan makanan yang mengandung
TKTP
(membantu memaksimalkan masukan nutrisi)
• Beri diet yang
bervariasi (menghilangkan kebosanan sehingga nutrisi
terpenuhi)
28
• Pantau masukan dan
pengeluaran serta timbang berat badan secara periodik
(berguna
untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan)
• Kaji anoreksia, mual dan
muntah (mengidentifikasi gangguan pemasukan
nutrisi )
• Dorong dan berikan
periode istirahat sering (membantu menghemat energi
khususnya
bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam)
• Anjurkan orang terdekat
untuk membawa makanan dari rumah, kecuali bila
kontraindikasi
(membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan
membantu
memenuhi kebutuhan personal dan kultural)
• Rujuk ke ahli diet untuk
menentukan komposisi diet (memberikan bantuan
dalam
perencanaan diet dengan nutrisi adekuat)
Implementasi
:
o Menganjurkan
klien untuk memakan makanan yang disajikan sedikit demi
sedikit
dan jelaskan kepada klien manfaat makanan yang disajikan
mengandung
TKTP dan sangat membantu dalam proses penyembuhannya
o Mengajurkan
keluarga untuk membawa makanan dari rumah dan tidak
kontraindikasi
dengan keadaan klien
o Mengajurkan
klien untuk lebih banyak istirahat untuk menghemat energi dan
memaksimalkan
penyerapan nutrisi tubuh
o Berkolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan tingkat gizi yang
diperlukan
klien
Evaluasi :
Subjektif : klien
mengatakan selera makan masih masih kurang, perut masih
terasa
tidak enak dan masih mual
Objektif : diet yang
disajikan hanya habis 2/3 porsi, BB
masih di bawah
ideal
untuk bentuk tubuh dan berat, klien masih tampak lemah dan tidak
bersemangat
Analisis : kebutuhan
nutrisi klien masih belum dapat terpenuhi secara
adekuat
Planning : lanjutkan
rencana tindakan
Tgl
Dx.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi
Evaluasi
29
23/10/01 1 o
Mengatur posisi klien S : klien mengatakan sekret sudah
dengan posisi semi
agak
mudah dikeluarkan,
fowler
o
Menyediakan air minum
di sisi
tempat tidur klien
o
Menganjurkan kepada
keluarga
dan klien untuk
tenggorokan
sudah mulai lega dan
cukup
nyaman dengan perubahan
posisi
O : klien terlihat mampu
mengeluarkan
sputum saat batuk,
tetap
membersihkan
klien keringatan, masih terlihat
sekret
dari mulut
sesak, lemah, kecapekan, klien
o
Menganjurkan
klien
minum banyak, minum obat sesuai
buang
bersin atau batuk
petunjuk
menutup mulut dengan Analisis
: jalan nafas masih belum
tisu dan
buang dahak
adekuat
pada tempat yang
telah Planning
: lanjutkan rencana
disediakan
(sputum pot)
o
Memberikan obat
Dexophan
syrup 3 x
sehari
sesuai indikasi
tindakan
23/10/01 2 o
Menganjurkan
untuk
memakan
klien S : klien mengatakan selera makan
masih masih kurang, perut masih
makanan
yang disajikan
sedikit
demi sedikit
o Mengajurkan keluarga
untuk membawa
makanan dari rumah dan
tidak
kontraindikasi
terasa
tidak enak dan masih mual
O : diet yang disajikan hanya habis
2/3 porsi, BB masih di
bawah ideal
untuk
bentuk tubuh dan berat, klien
masih
tampak lemah dan tidak
bersemangat
dengan
keadaan klien
30
Analisis : kebutuhan nutrisi klien
o
Mengajurkan
klien
masih belum dapat terpenuhi secara
untuk lebih banyak
adekuat
istirahat
untuk Planning : lanjutkan rencana tindakan
menghemat
energi dan
memaksimalkan
penyerapan
nutrisi tubuh
24/10/01 1 o
Mengatur posisi klien S : klien mengatakan sekret sudah
pada
posisi
yang
agak
mudah dikeluarkan,
dirasakan
klien nyaman
o
Menyediakan air minum
di sisi
tempat tidur klien
o
Menganjurkan kepada
keluarga
dan klien untuk
tenggorokan
sudah mulai lega dan
cukup
nyaman dengan perubahan
posisi
O : klien terlihat mampu
mengeluarkan
sputum saat batuk,
tetap
membersihkan
masih terlihat sesak, lemah,
klien
sekret
dari mulut
minum banyak, minum obat sesuai
o
Menganjurkan
klien
petunjuk
buang bersin atau batuk Analisis : jalan nafas masih belum
menutup
mulut dengan
adekuat
tisu dan buang dahak Planning
: lanjutkan rencana
pada
tempat yang telah
disediakan
(sputum pot)
o
Memberikan obat
Dexophan syrup 3 x
sehari
sesuai indikasi
tindakan
24/10/01 2 o
Menganjurkan
untuk
memakan
klien S : klien mengatakan selera makan
sudah mulai bertambah, rasa mual
makanan
yang disajikan
sedikit
demi sedikit
sudah
hilang
O : diet yang disajikan habis
o Menganjurkan keluarga dimakan,
BB masih di bawah ideal
untuk
membawa
makanan
dari rumah dan
tidak
kontraindikasi
dengan
keadaan klien
31
untuk
bentuk tubuh dan berat, klien
tampak
segar dan bersemangat
Analisis : kebutuhan nutrisi klien
sudah
dapat terpenuhi secara bertahap
o
Mengajurkan
klien Planning : lanjutkan rencana tindakan
untuk lebih banyak
istirahat
untuk
menghemat
energi dan
memaksimalkan
penyerapan
nutrisi tubuh
BAB IV
PEMBAHASAN
32
Setelah
penulis mempelajari tinjauan teroritis dan membandingkannya dengan tinjauan
kasus,
maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam
melaksanakan
asuhan keperawatan pada Ny. T dengan penyakit TB paru yang antara
lain :
A. PENGKAJIAN
Selama
dalam tahap pengkajian terhadap klien Ny. T baik dalam wawancara dan
obserbvasi
tidak menemui hambatan yang berarti. Hal ini terjadi karena respon yang
positif
klien terhadap perawat dan dukungan dari keluarga yang menginginkan agar
klien cepat
sembuh, walaupun penyakit yang dialami klien merupakan penyakit
menular
dan merupakan penyakit yang sangat dirakuti oleh masyarakat pada
umumnya
karena menyangkut interaksi sosial. Pengkajian yang dilakukan penulis
meliputi
pengumpulan data yang dibantu oleh informasi dari klien sendiri dan
informasi
dari keluarga klien serta dari status klien dengan berkolaborasi dengan
dokter
yang menangani klien selama berada di Rumah Sakit Imelda Medan.
Informasi
yang didapatkan sesuai dengan keadaan klien yang dibuktikan dengan
hasil
pemeriksaan dokter dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan bahwa
klien
benar mengidap penyakit TB paru dengan BTA (+).
Setelah
data-data tersebut di dapat, kemudian dikelompokkan sesuai dengan
masalah
yang dialami klien dan kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan klien
melalui
analisa data dan di dapatkan diagnosa keperawatan klien antara lain :
1. Tidak efektifnya jalan
nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental
di saluran
nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar
dikeluarkan
apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien
terlihat
kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat
sesak,
lemah dan kecapekan
33
2. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan,
perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB
di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan
tidak
bersemangat
Kedua
diagnosa keperawatan di atas didapatkan pada landasan teoritis. Hal ini
menunjukkan
bahwa keadaan klien benar mengalami penyakit gangguan saluran
pernafasan
dengan kasus TB paru. Tidak semua tindakan yang didapatkan pada
tinjauan
teoritis di laksanakan oleh penulis, namun hanya beberapa saja yang dapat
dilaksanakan
karena respon dan masalah yang dialami Ny. T masih dalam batas
dapat
ditoleransi dan dapat disembuhkan apabila partisipasi aktif klien dan keluarga
optimal. Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan ini
perlu
dilakukan
hubungan interaksi yang baik dan komunikasi terapeutik dengan klien
dan
keluarga disebabkan dapat menimbulkan perasaan rendah diri bagi klien karena
penyakit
yang dialaminya menimbulkan isolasi sosial.
B. TAHAP PERENCANAAN
Dalam
tahap perencanaan, penulis merencakan tindakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan
yang didapatkan dengan membandingkan antara landasan teoritis
dengan
masalah yang dialami klien dan respons klien terhadap masalah yang
dialaminya.
Sehingga rencana yang dibuat lebih spesifik ke pemenuhan kebutuhan
klien saat
itu tanpa mengabaikan kebutuhan klien jangka panjang. Dan ditetapkanlah
tujuan
yang hendak dicapai dan mudah untuk dikerjakan serta ditentukan kriteria
hasil yang
mudah diobservasi sehingga dalam evaluasi lebih mudah untuk
menilainya.
C. TAHAP PELAKSANAAN
34
Dalam
tahap pelaksanaan ini penulis tidak mengalami hambatan yang berarti sebab
klien dan
keluarga sangat kooperatif dengan rencana tindakan yang penulis telah
utarakan
dan percaya bahwa tindakan yang telah direncanakan tersebut sangat
membantu untuk penyembuhan klien. Dalam pelaksanaan partisipasi
aktif dari klien
sangat
baik dan mau mengikuti anjuran yang diberikan penulis sehingga dalam
waktu yang
singkat masalah yang dialami klien dapat teratasi dengan baik. Dalam
tahap
pelaksanaan ini, penulis juga melibatkan klien Ny. T dan keluarga dalam
pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan melibatkan partisipasi klien dalam
mencegah
penularan penyakit TB paru terutama di lingkungan rumah sakit. Klien
Ny. T bila batuk atau bersin menutup mulut dengan tissue yang
telah disediakan
dan bila
buang dahak di tempat yang telah disediakan yaitu sputum pot bertutup.
D. TAHAP EVALUASI
Dalam
tahap evaluasi penulis melibatkan klien dan keluarga untuk melihat
kemajuan
yang dialami klien yang meliputi pola nafas efektif kembali dengan
kriteria
sekret dapat dikeluarkan dengan baik oleh klien, batuk sudah mulai
berkurang
dan rasa terpenuhinya rasanyaman pada dada. Juga kebutuhan nutrisi
klien
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria selera makan klien
sudah
mulai meningkat, diet yang disajikan habis dimakan, BB klien tidak diukur
karena
berat badan awal tidak ditimbang secara benar atau hanya merupakan
taksiran
klien/keluarga dan tubuh klien terasa segar dan tidak lemas lagi.
A. KESIMPULAN
BAB V
PENUTUP
35
1. Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami
gangguan saluran pernafasan
: TB paru diperlukan proses keperawatan yang
jelas dan sistematis dengan melibatkan peran serta klien dan
keluarga, sehingga
terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat-klien-keluarga.
Hal ini akan
sangat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai
dengan
yang direncanakan berdasarkan masalah yang dialami klien, karena
masalah
yang dialami klien kompleks berhubungan dengan faktor interaksi
sosial di masyarakat dan penerimaan masyarakat terhadap klien bila
sudah
dinyatakan
sembuh dari rumah sakit.
2. Penyakit TB paru adalah
penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang
disebabkan
oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Penyakit ini bukanlah
merupakan
penyakit keturunan, melainkan penyakit menular yang dapat
ditularkan
dari satu individu ke individu lainnya melalui udara yang disebut
dengan
droplet nuklei (bintik-bintik udara yang keluar pada saat batuk/bersin
atau dari
saluran pernafasan).
3. Dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan klien dengan penyakit TB paru, perlu
melibatkan
keluarga untuk membina hubungan formal dalam keluarga dan
menghindarkan
anggota keluarga lainnya dari tertularnya penyakit TB paru
karena
tahu cara perawatan dan pencegahan penyakit selama proses belajar di
rumah
sakit.
B. SARAN
36
1. Hendaknya klien yang
mengalami penyakit penyakit TB paru tidak merasa
rendah
diri berhubungan dengan penyakit yang dialaminya, sebab pada dasarnya
manusia
tidak menginginkan sakit, namun situasi dan kondisi tubuh yang
melemah
seiring dengan proses penuaan maka kuman dapat menyerang dengan
aktif. Penyakit TB paru tidak perlu ditakuti sebab dapat
disembuhkan bila rajin
berobat
dan tidak berhenti saat proses pengobatan sedang berlangsung.
2. Bila klien mengalami
tanda dan gejala seperti batuk-batuk diiringi dengan sekret
kental dan
berwarna kehijauan atau bercampur darah segar, dianjurkan untuk
segera berobat ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan paripurna
sehingga
dapat
mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dan mengurangi beban
keluarga
dalam perawatan anggota keluarga yang sakit
3. Perawatan sesuai dengan
prosedur perawatan sangat mendukung dalam
penyembuhan
klien dengan gangguan sistem pernafasan, sebab itu tenaga
perawat
perlu dibekali ilmu dan pengetahuan yang baik tentang prosedur
perawatan
yang lazim dilaksanakan kepada klien dengan gangguan sistem
pernafasan.
4. Penyakit TB paru
merupakan salah satu penyakit yang menjadi program
pemerintah
untuk ditanggulangi. Apabila klien mengalami kesulitan dalam
pengobatan,
anjurkan untuk melaporkan diri ke Puskesmas terdekat atau pusat
pelayanan
masyarakat yang bergerak terhadap pencegahan penyakit TB paru.
ConversionConversion EmoticonEmoticon