A.
LATAR BELAKANG
BAB
I
PENDAHULUAN
1
Gagal Ginjal Kronis (GGK) biasanya
akibat akhir dari
kehilangan fungsi ginjal lanjut yang terjadi secara
bertahap. Penyebabnya termasuk glomerulonefritis, infeksi
kronis, penyakit vaskular, proses obstruksi, penyakit
kolagen, agen nefrotik dan penyakit endokrin. Berlanjutnya
sindrom ini melalui tahap dan menghasilkan perubahan utama
pada semua sistem tubuh.
Gagal ginjal
koronis masih merupakan problem kesehatan
masyarakat terutama di negara-negara yang sedang berkembang.
Kematian biasanya disebabkan karena penyakit penyebab, bukan
gagal ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada klien lanjut
usia dan bila terdapat gagal organ lain. Penyebab kematian
tersering adalah infeksi (30 – 50%), perdarahan terutama
saluran cerna (10 – 20%), penyakit jantung (10 - 20%), gagal
nafas (10%) dan gagal multiorgan
dengan kombinasi
hiper/hipotensi, septikemia dan sebagainya.
Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas, maka penulis
tertarik untuk mengambil kasus Gagal ginjal kronis sebagai
kasus kelolaan mengingat begitu kompleksnya permasalahan
yang dapat timbul kepada klien yang menderita GGK.
B.
TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan tujuan
menjadi dua bagian yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus
yang antara lain :
1. Tujuan Umum
2
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang
pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan sistem perkemihan :
gagal ginjal
kronis pada Ny. D yang di rawat di Ruang ICU Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji masalah klien dengan melakukan
pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan
selanjutnya
merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan data yang diperoleh
b. Mampu merencakan tindakan keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan dan
menetapkan tujuan serta kriteria hasil yang akan
dicapai
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
yang telah direncanakan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah kepada klien
d. Mampu mengevaluasi hasil yang
telah
dicapai
berdasarkan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan
C.RUANG
LINGKUP PENULISAN
Mengingat bergitu luasnya dan kompleksnya permasalahan klien
dengan penyakit GGK, maka penulis membatasi pembuatan laporan
kasus hanya pada satu kasus saja yaitu “Asuhan Keperawatan
Klien Ny. D Dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal
Kronis di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Dr. pirngadi Medan”
D.METODA
PENULISAN
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metoda
deskriptif yaitu dengan menggambarkan atau melukiskan
3
pelaksanaan asuhan keperawatan klien dari tahap pengkajian
sampai tahap evaluasi dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Adapun teknik yang digunakan dalam pembuatan
laporan kasus ini adalah :
1. Study
kasus
Yaitu dengan mengobservasi secara langsung klien Ny. D dan
melaksanakan asuhan keperawatan selama klien dirawat di
Ruang ICU Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
2. Study
kepustakaan
Yaitu dengan
membaca serta mempelajari buku-buku yang
berhubungan dengan masalah gangguan sistem pernafasan :
tuberkulosis paru.
3. Study
dokumentasi
Yaitu
dengan mempelajari status klien
dan
kerjasama/kolaborasi dengan tim medis yang menangani
klien.
E.SISTEMATIKA
PENULISAN
BAB I :
PENDAHULUAN, meliputi latar belakang penulisan,
tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS,
meliputi konsep dasar medis dan
konsep dasar keperawatan
BAB III : TINJAUAN KASUS, meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN,
meliputi tahap pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V :
PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. TINJAUAN
TEORITIS MEDIS
1. Defenisi
4
Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau Cronic Renal Failure (CRF)
adalah merupakan suatu kegagalan ginjal yang berlangsung
perlahan-lahan, karena penyebabnya yang berlangsung lama
sehingga tidak dapat menutupi kebutuhan seperti biasanya
dan akhirnya menimbulkan gejala sakit.
Gagal Ginjal
Kronis (GGK) biasanya akibat akhir dari
kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap.
Tahapannya adalah penurunan kemampuan ginjal, insufisiensi
ginjal dan penyakit ginjal tahap akhir.
(Junaidi Purnawan, 1985, 102)
2. Etiologi
Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan klinik
kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat
dari berbagai penyebab. Penyakit ini biasanya disebabkan
oleh mikroorganisme, misalnya E. coli dan organisme lain
seperti golongan proteus, klebsiella, pseudomonas,
enterokokus dan stapilokokus. Pada
kebanyakan kasus
organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui
uretra. Mungkin terbatas sampai kandung kemih saja dan
mungkin juga terus ke atas melalui ureter ke ginjal.
Organisme juga bisa sampai ke ginjal melalui aliran darah
atau aliran getah bening.
5
Penyakit-penyakit penyebab GGK adalah glomerulonefitis,
nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik,
nefropati diabetik, penyebab lain
seperti hipertensi,
obstruksi, gout dan idiopatik (tidak diketahui)
3. Patofisiologi
Disebabkan karena adanya penyakit yang terdapat pada
ginjal, maka lama-kelamaan jumlah nefron yang mengalami
kerusakan bertambah.
Dengan adanya peran dan fungsi
ginjal, maka hasil
metabolisme protein akan terkumpul dalam tubuh. Penurunan
fungsi ginjal
menyebabkan pembuangan sisa hasil
metabolisme gagal yang dimulai dengan pertukaran di dalam
pembuluh darah tidak adekuat karena ketidakmampuan ginjal
sebagai penyaring, pembuang dan penyerap kembali tidak
adekuat. Sehingga BUN (Blood Urea Nitrogen) menumpuk dalam
darah. Akhirnya ginjal tidak dapat mempertahankan
fungsinya lagi yang mengakibatkan peningkatan kadar serum
dan kadar nitrogen ureum, kreatinin, asam urat, fofor
meningkat di dalam tubuh dan
menyebabkan terganggunya
fungsi ginjal dan organ-organ tubuh lainnya.
4. Manifestasi klinis
Pada umumnya gejala-gejala baru nampak bila faal ginjal
sudah terganggu sehingga ureum darah > 100 – 150 mg%.
Gejala-gejala tersebut meliputi :
Umum :
Kulit
fatiq, malaise, gagal tumbuh
:pucat, mudah lecet, rapuh,
leukonikia
Kepala & leher
: fetor
uremik,
lidah
kering dan
Mata :
berselaput
fundus hipertensi, mata merah
Kardiovaskuler :
Pernafasan :
6
hipertensi,
kelebihan cairan, gagal
jantung, perikarditis uremik,
penyakit
vaskular
hiperventilasi
asidosis, edema paru,
efusi pleura
Gastrointestinal : anoreksia, nausea, gastritis, ulkus
peptikum, kolitis uremik, diare
yang
disebabkan oleh antibiotik
Perkemihan :
Reproduksi :
Persyarafan
Tulang :
Sendi
nokturia, poliuria, haus, proteinuria,
penyakit ginjal yang mendasarinya
penurunan libido, impotensi, amenore,
infertilitas, ginekomastia, galaktore
:letargi, malaise, anlreksia, tremor,
mengantuk, kebingungan, flap,
mioklonus, kejang, koma
hiperparatiroidisme, defisiensi vit. D
:gout, klasifikasi ekstra tulang
Hematologi :
Endokrin :
anemia, defisiensi imun,
mengalami perdarahan
multipel
mudah
Farmakologi
:obat-obat yang diekskresi oleh
ginjal
5. Pemeriksaan
diagnostik
Kretinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan
laju filtrasi glomerulus, dimulai bila lajunya < 60
ml/mnt. Pada gagal ginjal terminal, konsentrasi kreatinin
di bawah 1 mmol/liter. Konsentrasi ureum plasma kurang
dapat dipercaya karena dapat menurun pada diet rendah
protein dan meningkat pada diet tinggi protein, kekurangan
garam dan keadaan katabolik. Biasanya konsentrasi ureum
pada gagal ginjal terminal adalah 20 – 60 mmol/liter.
Terdapat penurunan bikarbonat plasma (15-25 mmol/liter),
penurunan pH dan peningkatan anion
gap. Konsentrasi
7
natrium biasanya normal, namun dapat meningkat atau
menurun akibat masukan cairan inadekuat atau berlebihan.
Hiperkalemia adalah tanda gagal ginjal yang berat, kecuali
terdapat masukan yang berlebihan, asidosis tubular ginjal
atau hiperaldosteronisme.
Terdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan
peningkatan kalsium plasma. Kemudian fosfatase alkali
meningkat. Dapat ditemukan peningkatan parathormon pada
hiperparatiroidisme.
Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia
normositik
normokrom dan terdapat sel Burr
pada uremia berat.
Leukosit dan trombosit masih dalam batas normal.
Pemeriksaan mikroskopik urine menunjukkan kelainan sesuai
penyakit yang mendasarinya.
Kreatinin Clearence meningkat melebihi laju filtrasi
glomerulus dan turun menjadi kurang dari 5 ml/mnt pada
gagal ginjal terminal. Dapat ditemukan protein uria 200-
1.000 mg/hari.
Pemeriksaan biokimia plasma utuk mengetahui fungsi ginjal
dan gangguan elektrolit. USG ginjal sangat penting untuk
mengetahui ukuran ginjal dan penyebab gagal ginjal. Daapt
pula dipakai foto polos abdomen. Jika ginjal lebih kecil
dibandingkan usia dan besar tubuh klien,
maka lebih
cenderung ke arah gagal ginjal kronik.
6. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronik adalah :
a. Anemia
; dalam keadaan sehat massa sel darah merah
merupakan keseimbangan antara produksi dan kehilangan.
8
Pada gagal ginjal kronik keseimbangan diarahkan agar
hematokrit yang lebih rendah
b. Osteodestruksi
renalis ; penyakit tulang pada gagal
ginjal bersifat multifaktor dan terdapat beberapa tipe
c. Penyakit
kardiovaskuler ; laju filtrasi glomerulus
menurun pada GGK sehingga faa ginjal akan menurun
7. Penatalaksanaan
a. Tentukan
tatalaksana penyebabnya
b. Optimalisasi
dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis
sedikit meningkat dan terdapat dan terdapat edema betis
ringan. Pada beberapa klien, Furosemid dosis besar (250-
1.000 mg/hari) atau Diuretik loop (Bumetanid atau Asam
etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan,
sementara klien lain mungkin memerlukan suplemen natrium
klorida atau natrium bikarbonat
oral. Pengawasan
dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan
keseimbangan cairan
c. Diet
tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 mg/hari) dan tinggi kalori
menghilangkan anoreksia dan nausea dari uremia,
menyebabkan penurunan ureum dan
perbaikan gejala.
Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam
d. Kontrol
hipertensi
Bila tak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil
akhir gagal jantung kiri. Pada klien hipertensi dengan
penyakit ginjal, keseimbangan cairan dan garam diatur
tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering
diperlikan diuretik loop, selain obat antihipertensi
e. Kontrol
ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan ialah hiperkalemia dan asidosis
berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan
9
kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik
hemat kalium,
obat-obatan yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (misalnya penghambat ACE dan obat
antiinflamasi non-steroid), asidosis
berat atau
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari
sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar
kalium plasma dan EKG.
Gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang
dari 15 mmol/liter. Biasanya terjadi pada klien yang
sangat kekurangan garam dan dapat diperbaiki secara
spontan dengan rehidrasi. Namum perbaikan yang cepat
dapat berbahaya.
f. Mencegah
dan tatalaksana penyakit ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan
obat yang mengikat
fosfat seperti aluminium hidroksida (300-800 mg) atau
kalsium karbonat (500-3.000 mg) pada setiap makan. Namun
hati-hati dengan toksisitas obat tersebut. Diberikan
suplemen vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi atas
indikasi.
g. Deteksi
dini dan terapi infeksi
Klien uremia harus diterapi sebagai klien imunosupresif
dan diterapi lebih ketat
h. Modifikasi
terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
mataboliknya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
Misalnya Digoksin, Aminoglikosid, Analgesik opiat,
Amfoterisin dan Alopurinol. Juga
obat-obatan yang
meningkatkan katabolisme dan ureum darah,
misalnya
Tetrasiklin, Kortikosteroid dan Sitostatik.
i. Deteksi
dan terapi komplikasi
Awasi dengan
ketat kemungkinan ensefalopati uremia,
perikarditis, neuropati perifer,
hiperkalemia yang
meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang
mengancam jiwa, kegagalan untuk
bertahan sehingga
diperlukan dialisis
j. Persiapkan
dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal
kronik
10
dideteksi. Indikasi dilakukan dialisis biasanya adalah
gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah
dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi
B. TINJAUAN
TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Aktifitas/istirahat :
Gejala : kelelahan eksterm, kelemahan, malaise, gangguan
tidur (insomnia, gelisah atau somnolen)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak
Sirkulasi :
Gejala : riwayat hipertensi, palpitasi, nyeri dada (angina
Tanda : hipertensi, distensi v. jugularis, nadi kuat,
edema jaringan umum dan pitting pada kaki dan
telapak tangan, disritmia, nadi lemah dan halus,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia,
friction rub perkardial, pucat, kulit coklat
kehijauan/kuning, kecenderungan perdarahan
Integritas ego :
Gejala : faktor stress, misalnya finansial, hubungan, dsb.
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
Eliminasi :
Gejala : penurunan frekwensi urine, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung, diare/konstipasi
Tanda : perubahan warna urine (kuning pekat,
merah,
coklat, berawan), oliguria, dapat menjadi anuria
Makanan/cairan
11
Gejala : peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB
(malnutrisi),
anoreksia, nyeri
ulu
hati,
mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Tanda : distensi abdomen, asites, pembesaran hati (tahap
akhir), perubahan turgor kulit, edema, ulserasi
gusi, penurunan massa otot, penurunan lemak
subkutan, penampilan tak bertenaga
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
kebas/rasa terbakar pada kaki, kelamahan khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer)
Tanda : gangguan status mental (penurunan lapangan
perhatian, penurunan konsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
stupor, koma), aktifitas kejang, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
Pernafasan
Gejala : nafas pendek, dispnea paroksismal nokturnal, batuk
dengan/tanpa sputum kental/banyak
Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi/kedalaman
(pernafasan Kussmaul), batuk produktif dengan
sputum merah muda-encer (edema paru)
Keamanan
Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia
dapat secara aktual terjadi peningkatan pada klien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
12
(efek GGK/respon imun), ptekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, deposit fosfat
kalium
(kalsifikasi metastatik) pada kulit, jaringan
lunak, sendi dan keterbatasan gerak sendi
Seksualitas :
Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi sosial
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, seperti tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya
dalam keluarga
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal
ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter,
kalkulus urinarius, malignasi, riwayat terpajan
pada toksin seperti obat/racun
lingkungan,
penggunaan antibiotik nefrotoksik
ini/berulang
Prioritas
keperawatan :
a. Mempertahankan
homeostasis
b. Mencegah
komplikasi
saat
c. Memberikan
informasi tentang proses penyakit/prognosis
dan kebutuhan pengobatan
d. Mendukung
penilaian terhadap perubahan pola hidup
Tujuan
pemulangan :
a. Keseimbangan
cairan dan elektrolit stabil
b. Komplikasi
tercegah/minimal
c. Proses
penyakit/prognosis dan program pengobatan
dipahami
13
d. Menerima
secara nyata terhadap situasi, melakukan
perubahan pola hidup yang diperlukan
2. Diagnosa keperawatan
dan Rencana tindakan
a. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan
dengan ketidakseimbangan
cairan
memperngaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan
tahanan vaskular sistemik ; Gangguan frekwensi, irama,
konduksi jantung
(ketidakseimbangan elektrolit,
hipoksia) ; Akumulasi toksin (urea), kalsifikasi
jaringan lunak
Tujuan : curah jantung adekuat/dapat dipertahankan dengan
kriteria TD dan frekwensi jantung dalam batas
normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu
pengisian kapiler
Rencana tindakan :
o Pantau
TD dan frekwensi jantung (kelebihan volume
cairan disertai dengan hipertensi dan efek uremia
meningkatkan kerja jantung dan dapat menimbulkan
gagal jantung)
o Pantau
EKG (perubahan pada fungsi
elektromekanis
dapat menjadi bukti pada respon terhadap berlanjutnya
gagal ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit)
o Auskultasi
bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya
edema perifer/kongesti vaskular dan keluhan dispnea
(takikardia, frekwensi jantung tak teratur, takipnea,
dispnea, gemerisik, mengi dan edema/distensi jugular
menunjukkan GGK)
o Kaji
adanya/derajat hipertensi (hipertensi bermagna
dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron
renin-angiotensin)
14
o Identifikasi
keluhan nyeri dada, lokasi, penyebaran
dan beratnya
(hipertensi dan GJK kronis dapat
menyebabkan infark, kurang lebih klien GGK dengan
dialisis mengalami perikarditis)
o Kaji
tingkat aktifitas, respons terhadap aktifitas
(kelelahan dapat menyertai GJK juga anemia)
o Pantau
pemeriksaan
laboratorium (mempertegas
intervensi dan mengetahui lebih dini perkembangan
penyakit)
o Berikan obat-obatan sesuai
indikasi (membantu
peningkatan curah jantung secara optimal)
o Siapkan
dialisis (penurunan ureum toksik
dan
memperbaiki
ketidakseimbangan
elektrolit dan
kelebihan cairan dapat mencegah manifestasi jantung)
b. Resiko
tinggi terhadap cedera (profil darah abnormal)
berhubungan
dengan penekanan produksi/sekresi
eritropoietin (penurunan produksi dan SDM hidupnya,
gangguan faktor pembekuan,
peningkatan kerapuhan
kapiler)
Tujuan : cedera dapat dicegah dengan kriteria tidak
mengalami tanda atau gejala
perdarahan,
menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
Rencana tindakan :
o Perhatikan
keluhan kelemahan dan kelelahan. Observasi
takikardi, kulit/membran mukosa pucat, dispnea dan
nyeri dada
(dapat menunjukkan anemia dan respon
jantung untuk mempertahankan oksigenasi sel)
o Pantau
tingkat kesadaran dan perilaku (anemia dapat
menyebabkan hipoksia serebral dengan perubahan
mental, orientasi dan respon perilaku)
o Evaluasi
respon terhadap aktifitas (anemia menurunkan
oksigenasi jaringan dan meningkatkan kelelahan)
15
o Pantau
hematemesis sekresi GI/darah dari feses
(stress
dan abnormalitas hemostatik dapat
mengakibatkan perdarahan GI)
o Berikan
sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan
jarum kecil bila mungkin dan lakukan penekanan lebih
lama setelah
penyuntikan/penusukan
vaskuler
(menurunkan resiko perdarahan/pembentukan hematoma)
o Pantau
pemeriksaan darah lengkap (mengidentifikasi
secara dini resiko perdarahan)
o Berikan
darah segar/SDM kemasan sesuai indikasi
(diperlukan jika klien menunjukkan gejala anemia
simptomatik)
o Berikan
obat sesuai indikasi (berguna untuk
memperbaiki gejala anemia sehubungan dengan
kekurangan nutrisi/karena dialisis)
c. Perubahan proses
pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis : akumulasi toksin, asidosis metabolik,
hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi
metastatik pada otak ditandai dengan disorientasi
terhadap orang, tempat dan waktu ; defisit memori,
gangguan lapangan perhatian, penurunan kemampuan untuk
mengemukakan ide, gangguan kemampuan mengambil
keputusan, perubahan perilaku : peka, menarik diri,
depresi dan psikosis
Tujuan : perubahan proses pikir dapat diminimalkan/proses
pikir
adekuat
kembali
dengan
kriteria
meningkatnya tingkat mental biasanya,
mengidentifikasi cara untuk mengkompensasi
gangguan kognitif/defisit memori
Rencana tindakan :
o Kaji
luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori dan
orientasi. Perhatikan lapangan perhatian klien (efek
16
sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan/peka
minor dan berkembang ke perubahan kepribadian atau
ketidakmampuan untuk mengasimilasi informasi dan
berpartisipasi dalam perawatan)
o Pastikan
dari orang terdekat, tingkat mental klien
seperti biasanya (memberikan perbandingan untuk
mengevaluasi pekembangan/perbaikan gangguan)
o Berikan
orang terdekat informasi tentang status klien
(beberapa perbaikan dalam mental mungkin diharapkan
dengan perbaikan kadar BUN, elektrolit dan pH serum
yang lebih normal)
o Orientasikan
kembali terhadap lingkungan, orang dan
sebagainya (memberikan petunjuk untuk membantu dalam
pengenalan kenyataan)
o Hadirkan
kenyataan secara singkat, ringkas dan jangan
menantang dengan pemikiran yang
tidak logis
(konfrontasi potensial membuat reaksi perlawanan dan
dapat menimbulkan ketidakpercayaan klien)
o Komunikasikan
informasi/instruksi dalam kalimat
pendek dan sederhana (membantu menurunkan kekacauan
dan meningkatkan kemungkinan bahwa komunikasi akan
diingat/dipahami)
o Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu
periode tidur (gangguan tidur dapat mengganggu
kemampuan kognitif lebih lanjut)
d. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan status metabolik
dan
sirkulasi (anemia dengan iskemik jaringan) serta sensasi
(neuropati perifer) ; gangguan turgor kulit ; penurunan
aktifitas/mobilitas ; akumulasi toksin dalam kulit
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat dicegah dengan
kriteria kulit utuh dipertahankan, menunjukkan
perilaku/teknik mencegah kerusakan/cedera kulit
Rencana tindakan :
17
o Inspeksi
kulit terhadap perubahan warna, turgor, dan
vaskular (menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan
yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi)
o Pantau
masukan cairan dan hidrasi kulit serta membran
mukosa (mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan pada tingkat seluler)
o Ubah
posisi klien dengan sering dan gerakkan klien
dengan perlahan (menurunkan tekanan pada bagian tubuh
tertentu dalam waktu yang terlalu lama)
o Berikan perawatan kulit,
batasi penggunaan sabun,
berikan salep atau krim (mencegah iritasi)
o Pertahankan linen kering
dan bebas keriput
(menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan
kulit)
o Berikan
matras busa/flotasi (menurunkan tekanan lama
pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi selular
yang menyebabkan iskemia/nekrosis)
e. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan
kognitif ; kurang tepajan/mengingat atau salah
interpretasi ditandai dengan pertanyaan/meminta
informasi, pernyataan salah konsep,
tidak akurat
mengikuti instruksi
Tujuan : klien menyatakan pemahaman tentang
kondisi/proses penyakit dan pengobatan dengan
kriteria melakukan dengan benar prosedur yang
perlu dan menjelaskan alasan untuk tindakan,
berpartisipasi dalam program pengobatan
Rencana tindakan :
18
o Kaji
ulang proses penyakit, prognosis dan kemungkinan
yang akan dialami (memberikan dasar pengetahuan
dimana klien dapat membuat pilihan
berdasarkan
informasi)
o Diskusikan
masalah nutrisi dengan klien (metabolit
yang terakumulasi dalam darah menurunkan hampir
secara keseluruhan dari katabolisme protein)
o Kaji
ulang tindakan untuk mencegah perdarahan
(menurunkan resiko sehubungan dengan perubahan faktor
pembekuan/penurunan jumlah trombosit)
o Buat
program latihan rutin sesuai kemampuan klien
dengan menyelingi periode istirahat (membantu dalam
mempertahankan tonus otot dan kelenturan sendi)
o Identifikasi
gejala yang memerlukan evaluasi medik
segera (depresi sistem imum, anemia, malnutrisi,
semua meningkatkan resiko infeksi)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
N a m a
Jenis kelamin
U m u r
BAB
III
TINJAUAN KASUS
: Ny. D
: perempuan
: 32 tahun
19
Status perkawinan
A g a m a
: sudah kawin
: kristen
Pendidikan : SMU
Pekerjaan
A l a m a t
Tanggal masuk
No. register
Ruangan/kamar
Golongan darah
: Ibu rumah tangga
: Jl. Karet II No. 6 P. Simalingkar
: 29 Oktober 2001
: 19 14 28
: ICU RSU Dr. Pirngadi Medan
: -
2. Penanggung
jawab/keluarga terdekat
N a m a
Pekerjaan
A l a m a t
: Tn. P
: Tukang
: Jl. Karet II No. 6 P. Simalingkar
3. Keluhan utama/yang
paling sering : susah buang air kecil
4. Riwayat kesehatan
sekarang
Provocative/palliative :
20
a. Apa penyebab : gangguan proses filtrasi, sekresi dan
reabsorpsi urine akibat kerusakan kronis
pada ginjal
b. Hal yg memperbaiki keadaan : pemasangan
kateter
dan
Quantity/quality :
istirahat/bedrest
a. Bagaimana dirasakan : nyeri saat berkemih
b. Bagaimana terlihat :
klien terlihat merintih kesakitan
saat berkemih
Region :
a. Dimana lokasinya :
daerah abdomen bagian bawah
b. Apakah menyebar : tidak
menyebar
Apakah mengganggu aktifitas
: ya mengganggu aktifitas
terutama bila banyak
bergerak
Kapan mulai timbul
Bagaimana terjadinya
: kira-kira 5 bulan yang lalu
: bertahap
5. Riwayat kesehatan masa
lalu
Sakit yang pernah dialami : sakit maag dan sakit kepala
Tindakan yang dilakukan : berobat ke praktek dokter
Pernah dirawat
Allergi
: tidak pernah dirawat
:tidak allergi
terhadap
Immunisasi :
makanan/minuman atau suasana
tertentu
tidak dapat dijelaskan klien
6. Riwayat kesehatan
keluarga
21
Orangtua : tidak ada yang menderita penyakit
kronis seperti klien
Saudara kandung
Penyakit keturunan
: tidak ada yang menderita penyakit
kronis
: tidak ditemukan
Keluarga yang meninggal :
orangtua klien
Penyebab meninggal
Genogram :
Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= klien Ny. T
= tinggal serumah
: faktor ketuaan
7. Riwayat/keadaan
psikososial
Bahasa yang dipergunakan : Bahasa Indonesia
Persepsi ttg penyakitnya : percaya penyakitnya akan sembuh
Konsep diri
: klien dapat menerima keadaan
penyakitnya tanpa malu
Keadaan emosi
: klien
dapat
22
mengungkapkan
perasaan sesuai realita
Perhatian thd orang lain : baik,
klien mau berkomunikasi
dengan teman satu kamarnya
Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga menjaga dan
membantu memenuhi kebutuhan klien
selama dirawat
Hubungan dgn orang lain : baik, klien
sering dikunjungi
oleh saudara dan tetangganya
Kegemaran
: memasak
Daya sesuai (adaptasi) : klien mampu
beradaptasi dengan
lingkungan RS, perawat dan dokter
yang menangani
Mekanisme pertahanan diri : percaya
dan berserah kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa
8. Pemeriksaan fisik
Tanda vital
: dilaksanakan tanggal 29 Oktober
2001 jam
13.00 wib
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut jantung : 84 x/mnt teratur
Pernafasan :
Suhu tubuh
22 x/mnt teratur
: 37 oC
Keadaan umum : sedang
Penampilan :
Kesadaran
kurang rapi
:kompos mentis
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan
Kepala :
Bentuknya
Rambut :
: 46 kg
:oval
tidak mudah rontok
Bentuk rambut : lurus
Warna
:hitam bercampur uban putih
Kulit kepala : kotor, ada ketombe
Penglihatan/mata :
23
Ketajaman
Sklera :
Pupil
:dapat membaca dalam jarak 25 – 30 cm
tanpa menggunakan kacamata
tidak ikterus
:isokhor kiri dan kanan, refleks
pupil
terhadap cahaya (+)
Conjungtiva
:tidak ditemukan tanda-tanda
seperti pucat atau peradangan
anemis
Penciuman/hidung :
Polip
Perdarahan :
Peradangan :
: tidak ada kelainan
tidak ditemukan perdarahan
tidak ditemukan peradangan
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan
aroma, seperti
aroma buah apel dengan jeruk
Pendengaran/telinga :
Serumen
Cairan :
:ada sedikit dan tidak mengganggu
pendengaran
tidak ditemukan
Tanda peradangan : tidak ditemukan
Alat bantu
: tidak memakai alat bantu dengar
Fungsi pendengaran : baik, masih dapat mendengarkan suara
gesekan rambutnya sendiri
Mulut :
Rongga mulut : bersih
Bau
Perdarahan :
Peradangan :
Gigi
Lidah
Tonsil :
:agak bau
tidak ditemukan perdarahan
tidak ditemukan peradangan
: tidak lengkap
:kurang bersih
tidak membesar dan tidak meradang
24
Fungsi pengecapan : masih baik, klien dapat membedakan
rasa manis, pahit, asam dan asin
Leher :
Kelenjar tiroid : tidak
ditemukan pembesaran
TVJ
Thorak :
Bentuk :
Pernafasan :
Frekwensi
Bunyi nafas
Batuk
Sputum :
Jantung :
Nyeri dada
:tidak ditemukan peningkatan
simetris
vesikuler
:22 x/mnt teratur
: tidak terdengar ronkhi
:tidak ada
tidak ditemukan
: tidak ada
Denyut jantung : 84 x/mnt teratur
Bunyi jantung : tidak ditemukan kelainan
Abdomen :
Turgor kulit : supel, dapat
kembali cepat
Hepar
Lien
: tidak teraba & tidak ditemukan
nyeri tekan
: tidak teraba & tidak ditemukan
nyeri tekan
Massa or cair : tidak ditemukan
Ginjal : tidak teraba, tetapi ditemukan nyeri ketok
pada pinggang
Reproduksi :
Siklus menstruasi : 28
hari, teratur
Organ seksual
Perdarahan :
Kebersihan :
Infeksi
: tidak ada kelainan
tidak ditemukan
bersih
:tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
Ekstremitas :
Atas :
Bawah
Integumen :
Turgor :
Tekstur
Lain-lain
Pola nutrisi :
25
agak terganggu karena terpasang iv line
kateter dan ditemukan odema ringan
:dapat digerakkan
dengan bebas dan
ditemukan odema ringan
kurang, tidak dapat kembali dengan cepat
:kurang supel atau elastis karena
odema
:tidak ditemukan kelainan kulit
Sebelum masuk RS : makan 3 x sehari, makanan yang disukai
makanan
yang pedas-pedas, makanan
pantangan tidak ada
Setelah masuk RS : makan 3 x sehari sesuai dengan jadwal
diet RS, dengan jenis diet Ginjal, selera
makan klien berkurang
Pola minum :
Sebelum masuk RS
: > 5 gelas perhari (1500 cc) dengan
minuman kesukaan air jeruk dan air kelapa
Setelah masuk RS
: minum 4 –
5 gelas perhari (1500 cc)
ditambah minuman ektra dari RS
Pola elimimasi :
Eliminasi Bab :
Sebelum masuk RS : frekwensi 1 kali sehari, konsistensi
padat, berwarna kuning dan tidak
ditemukan kelainan
Setelah masuk RS : frekwensi 1 kali sehari, konsistensi
lembek/kadang encer, berwarna kuning dan
tidak ditemukan kelainan
Eliminasi Bak :
26
Sebelum masuk RS : lancar dengan frekwensi 4 kali sehari
(1500 – 1750 cc), berwarna kuning keruh
dan tidak ditemukan kelainan lainnya
Setelah masuk RS : klien memakai kateter, jumlah urine dalam
24 jam ± 1000 cc, berwarna kuning keruh
dan tidak ditemukan kelainan lainnya
Pola istirahat :
Sebelum masuk RS : kebiasaan tidur siang 1-2 jam saja dalam
sehari, kebiasaan tidur malam 7 jam dan
sering mengalami kesukaran dalam tidur.
Tidak ada upaya untuk mengatasinya
Setelah masuk RS : kebiasaan tidur siang paling lama 1 jam
dan tidur malam 5 jam, sering sukar tidur
karena suasana rumah sakit yang tidak
tenang.
Tidak
ada
upaya
untuk
mengatasinya
Pola aktifitas : klien
hanya berada di rumah sepanjang
hari sebagai ibu rumah tangga dan
mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan
saja
Kebersihan perorangan :
Sebelum masuk RS : mandi 2 kali sehari, gosok gigi tiap kali
mandi dan mencuci rambut 2 kali seminggu
Setelah masuk RS : mandi 1 kali sehari, gosok gigi jarang
dilakukan, cuci rambut belum pernah
Hambatan :
terpasangnya iv line cateter pada
lengan
kanan klien dan anjuran untuk bedrest
total
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab : Hb 9,1 gr%, Ureum 85, Creatinin 20
Foto thoraks : tidak ada kelainan pada paru dan
sekitarnya
27
Analisa Data
28
No
Data
1 Data subjektif :
Kemungkinan
penyebab
Kurang banyak
Masalah
Gangguan rasa
Klien mengatakan sakit di
minum
daerah pinggang
Data objektif :
Klien tampak
kesakitan
dan gelisah
nyaman dan
nyeri
2 Data subjektif :
Menurunnya
Gangguan
Klien mengatakan
sakit
buang air kecil
Data objektif :
Klien tampak
merintih
kesakitan
faal ginjal
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
3 Data subjektif :
Kelemahan
Intoleransi
Klien mengatakan
susah
melakukan aktifitas
Data objektif :
Odema ringan
pada
ekstremitas atas dan
bawah, semua aktifitas
dibantu oleh perawat
fisik
aktifitas
4 Data subjektif :
Klien mengeluh tidak
selera makan, mual
Data objektif :
Porsi yang
disajikan
tidak habis
Anoreksia
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
:
5 Data subjektif :
Suasana rumah
Gangguan pola
Klien mengatakan
sudah
sakit yang
tidur
untuk tidur
Data objektif :
Klien sering bangun
tengah malam
kurang
kondusif
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. D
29
Tgl
29
/1
0/
01
30
/1
0/
Diagnosa
keperawatan
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri b/d
kurang
banyak
minum d/d
klien
tampak
kesakitan
dan
gelisah
Gangguan
keseimbang
an cairan
Tujuan
Intervensi
Rasa Kaji tingkat nyeri
nyaman dengan melihat
terpenuh respon klien
i dan
rasa Beri posisi yang
nyeri nyaman
terkontr
ol Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian
analgesik
Keseimba Beri cairan NaCl
ngan 0,9% per infus
cairan
Rasional
Dengan memberi
posisi yang nyaman
dan kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian analgesik
diharapkan rasa
nyaman terpenuhi dan
rasa nyeri berkurang
Dengan memberikan
cairan infus
diharapkan cairan
Implementasi Evaluasi
Mengkaji skala
nyeri
Memberikan posisi
yang nyaman
Memberikan injeksi
novalgin 1 ampul
Memberikan cairan
infus NaCl 0,9%
Rasa nyeri
sudah mulai
berkurang
Odema
ekstremitas
sudah mulai
01
dan
elektrolit
b/d
penurunan
faal
ginjal d/d
urine
klien
sedikit-
sedikit,
odema pada
ekstremita
s
dan
elektrol
it
tercapai
dan faal
ginjal
normal
kembali
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemeriksaan
laboratorium
Kolaborasi
pemberian lasix
yang belebihan dalam
tubuh dikeluarkan
dan jumlah intake
seimbang dengan
output cairan
Dengan memasang
kateter diharapkan
urine tidak tertahan
di dalam vesika
urinaria
Memasang kateter
berkurang
Urine dapat
dikeluarkan
dengan lancar
31
/1
0/
01
01
/1
1/
01
Intolerans
i
aktifitas
b/d
kelemahan
fisik d/d
semua
aktifitas
dibantu
oleh
perawat,
infus pada
ekstremita
s dan
odema pada
ekstremita
s
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
b/d
anoreksia
d/d porsi
yang
disajikan
tidak
habis
dimakan,
mual dan
muntah
Bantu
klien
dalam
melakuka
n
pergerak
an
Rasa
mual dan
muntah
teratasi
dan
selera
makan
mulai
ada
Memberikan latihan
untuk menggerakkan
kedua tangan dan
kaki
Anjurkan agar
klien diberi diet
dengan porsi yang
sedikit tapi
sering
Usahakan makanan
klien tetap hangat
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
yang dapat
mengatasi mual dan
muntah
Dengan memberi
latihan aktifitas
serta membantu klien
dalam melakukan
pergerakan
diharapkan
intoleransi
aktifitas dapat
diatasi
Dengan mengajurkan
agar klien diberikan
makanan dengan porsi
yang sedikit tapi
sering, mengusahakan
makanan tetap dalam
keadaan hangat
diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Dengan kolaborasi
dengan pemberian
obat diharapkan rasa
mual dan muntah
dapat diatasi
Membantu klien
dalam melaksanakan
pergerakan
Mengembangkan
aktifitas individu
Mengajurkan agar
klien diberikan
makanan dengan
porsi sedikit tapi
sering
Mengusahakan
makanan dalam
keadaan hangat
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat yang
dapat mengatasi
mual dan muntah
Klien sudah
dapat
melakukan
aktifitas
sebahagian
Mual dan
muntah tidak
ada lagi
30
Setelah
penulis
BAB
IV
PEMBAHASAN
mempelajari tinjauan teroritis
31
dan
membandingkannya dengan tinjauan kasus, maka penulis mendapat
beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada Ny. D dengan penyakit Gagal Ginjal
Kronis (GGK) yang antara lain :
A.PENGKAJIAN
Selama dalam tahap pengkajian terhadap klien Ny. D baik dalam
wawancara dan obserbvasi tidak menemui hambatan yang berarti.
Hal ini terjadi karena respon yang positif klien terhadap
perawat dan dukungan dari keluarga yang menginginkan agar
klien cepat sembuh, walaupun penyakit yang dialami klien
merupakan penyakit yang sulit ditangani dan mempunyai
prognosis yang buruk. Pengkajian yang dilakukan penulis
meliputi pengumpulan data yang dibantu oleh informasi dari
klien sendiri dan informasi dari keluarga klien serta dari
status klien dengan berkolaborasi dengan dokter yang
menangani klien selama dirawat di RSU Dr. Pringadi Medan.
Informasi yang didapatkan sesuai dengan keadaan klien yang
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dokter dan pemeriksaan
penunjang yang menunjukkan bahwa
klien benar mengalami
penyakit GGK.
Setelah data-data tersebut di dapat, kemudian dikelompokkan
sesuai dengan masalah yang dialami
klien dan kemudian
32
dirumuskan diagnosa keperawatan klien melalui analisa data
dan di dapatkan diagnosa keperawatan klien antara lain :
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kurang
banyak minum ditandai dengan klien tampak kesakitan dan
gelisah
2. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan penurunan faal ginjal ditandai dengan urine klien
sedikit-sedikit, odema pada ekstremitas
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
ditandai dengan semua aktifitas dibantu
oleh perawat,
infus pada ekstremitas dan odema pada ekstremitas
4. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan porsi yang disajikan tidak habis
dimakan, mual dan muntah
Keempat diagnosa keperawatan di atas tidak didapatkan pada
landasan teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan klien
masih dalam tahap ringan dari GGK. Semua respon dan masalah
yang dialami Ny. D masih dalam batas dapat ditoleransi dan
dapat disembuhkan apabila partisipasi aktif klien dan
keluarga optimal. Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa
keperawatan ini perlu dilakukan hubungan interaksi yang baik
dan komunikasi terapeutik dengan
klien dan keluarga
disebabkan apabila penyakit GGK ini tidak ditangani secara
benar dan serius akan menimbulkan akibat fatal bagi klien dan
memerlukan biaya yang sangat besar bagi keluarga.
B. TAHAP
PERENCANAAN
Dalam tahap perencanaan, penulis merencakan tindakan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang didapatkan dengan
membandingkan antara masalah yang didapatkan dari hasil
pengkajian dengan respons klien terhadap masalah yang
tersebut. Sehingga rencana yang dibuat lebih spesifik ke
33
pemenuhan kebutuhan klien saat itu tanpa mengabaikan
kebutuhan klien jangka panjang. Dan ditetapkanlah tujuan yang
hendak dicapai dan mudah untuk dikerjakan serta ditentukan
kriteria hasil yang mudah diobservasi sehingga dalam evaluasi
lebih mudah untuk menilainya.
C. TAHAP
PELAKSANAAN
Dalam tahap pelaksanaan ini penulis tidak mengalami hambatan
yang berarti sebab klien dan keluarga
sangat kooperatif
dengan rencana tindakan yang penulis telah utarakan dan
percaya bahwa tindakan yang telah direncanakan tersebut
sangat membantu untuk penyembuhan klien. Dalam pelaksanaan
partisipasi aktif dari klien sangat baik dan mau mengikuti
anjuran yang diberikan penulis sehingga dalam waktu yang
singkat masalah yang dialami klien dapat teratasi dengan
baik. Dalam tahap pelaksanaan ini, penulis juga melibatkan
klien Ny. D dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan melibatkan partisipasi klien dalam proses
penyembuhan.
D. TAHAP
EVALUASI
Dalam tahap evaluasi penulis melibatkan klien dan keluarga
untuk melihat kemajuan
yang dialami klien yang meliputi
gangguan rasa nyaman nyeri yang dialami klien sudah berkurang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, odema ringan pada
kedua ektremitas atas dan bawah telah dapat diatasi yang
dibuktikan dengan urine klien lancar dan tidak mengalami
hambatan. Sedangkan dalam beraktifitas sehari-hari klien
masih mendapatkan bantuan dari keluarga dan perawat, untuk
selanjutnya ditingkatkan aktifitas secara teratur diselingi
34
dengan waktu isitirahat yang cukup sampai
klien secara
mandiri dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan.
Untuk masalah gangguan nutrisi telah dapat diatasi dengan
baik dimana klien sudah tidak mengalami mual dan muntah serta
terjadi peningkatan selera makan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
A.KESIMPULAN
BAB
V
PENUTUP
35
1. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien yang
mengalami gangguan sistem perkemihan : GGK diperlukan
proses keperawatan yang jelas dan sistematis
dengan
melibatkan peran serta klien dan keluarga, sehingga
terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat-klien-
keluarga. Hal ini akan sangat membantu
perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang
direncanakan berdasarkan masalah yang
dialami klien,
karena masalah yang dialami klien kompleks berhubungan
dengan faktor interaksi sosial di masyarakat dan
penerimaan masyarakat terhadap klien bila sudah dinyatakan
sembuh dari rumah sakit.
2. Penyakit
GGK merupakan penyakit yang sering ditemukan di
rumah sakit dan merupakan penyakit yang sering menyebabkan
kematian apabila tidak ditangani dengan segera, karena
dapat melibatkan organ-organ tubuh lainnya.
3. Gagal
ginjal koronis masih merupakan problem kesehatan
masyarakat terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Kematian biasanya disebabkan karena penyakit
penyebab, bukan gagal ginjal itu sendiri. Prognosis buruk
pada klien lanjut usia dan bila terdapat gagal organ lain.
Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30 – 50%),
perdarahan terutama saluran cerna (10 – 20%), penyakit
jantung (10 - 20%), gagal nafas (10%) dan gagal multiorgan
dengan kombinasi
sebagainya.
hiper/hipotensi, septikemia dan
36
4. Sebab itu
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien
dengan penyakit GGK, harus dilaksanakan secepatnya dan
dideteksi secara dini penyebab dan
penyebaran fokus
kerusakan akibat kegagalan ginjal dengan melibatkan
pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan radiologi.
B.SARAN
1. Hendaknya
klien yang mengalami penyakit penyakit GGK tidak
merasa takut atau cemas berhubungan dengan penyakit yang
dialaminya, sebab pada dasarnya manusia tidak menginginkan
sakit, namun situasi dan kondisi tubuh yang melemah
seiring dengan proses degenerasi maka tubuh tidak dapat
mentoleransi setiap kerusakan pada organ tubuh sehingga
menimbulkan kegagalan pada ginjal. Penyakit
GGK tidak
perlu ditakuti sebab bila dikenali secara dini akan dapat
dicegah ke prognosis yang buruk.
2. Bila
klien mengalami tanda dan gejala seperti gangguan
dalam berkemih, disuria, hematuria,
nyeri ketok pada
pinggang, oliguria, dianjurkan untuk segera berobat ke
rumah sakit dan mendapatkan perawatan paripurna sehingga
dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dan
mengurangi beban keluarga dalam perawatan anggota keluarga
yang sakit
37
3. Perawatan sesuai dengan prosedur perawatan sangat
mendukung dalam penyembuhan klien dengan gangguan sistem
perkemihan, sebab itu tenaga perawat perlu dibekali ilmu
dan pengetahuan yang baik tentang prosedur perawatan yang
lazim dilaksanakan kepada klien dengan gangguan sistem
pernafasan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon