1.
Jelaskan apa yang dimaksud
ijtihad dan macam-macamnya?
Jawaban:
·
Versi Bapak M Mustaqim F (pada buku Al-Islam 1 hal :100-103)
Kata ijtihad dan jihad
mempunyai akar kata yang sama, yaitu
jahada yang berarti mengerahkan kemampuan. Dalam pemikiran islam kedua
istilah tersebut telah memiliki arah yang berbeda. Jihad diartikan sebagai pengarah kemampuan secara maksimal yang
lebih cenderung pada segi fisik, sementara
ijtihad lebih cenderung pada segi ilmiah.
Secara terminologis
ijtihad berarti mengerahkan segala kemampuan secara maksimal dalam
mengungkapkan kejelasan hukum islam atau maksudnya untuk menjawab dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul.
Macam – macam ijtihad
Ditinjau dari segi materinya, macam atau bentuk-bentuk ijtihad dibedakan
menjadi tiga macam/bentuk:
§ Menjelaskan Hukum- hukum
§ Qiyas
§ Istinbath
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, ijtihad
dibagi menjadi 2 macam yaitu:
§ Ijtihad Fardi
§ Ijtihad Jama’i
§ Ijtihad Syar’i
Ijtihad (Arab: اجتهاد) adalah sebuah usaha
yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang
sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas
dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang.
Jenis-jenis ijtihad
·
Ijma'
·
Qiyâs
·
Istihsân
·
Maslahah murshalah
·
Sududz Dzaria
·
Istishab
·
Urf
·
Versi saya
Menurut saya ijtihad
adalah suatu keputusan yang dibuat oleh para mujtahid dalam menyelesaikan
masalah-masalah untuk mengungkap kejelasan hukum islam sesuai dengan Al Qur’an
dan As-Sunnah.
Macam-macam ijtihad:
·
Ijma’
·
qiyas
2.
Apakah yang menjadi penyebab perbedaan dan hasil ijtihad
padahal pedomannya sama yakni Al-Quran dan As-Sunnah?
·
Versi Bapak M Mustaqim F
(pada buku Al-Islam 1 hal :109-110)
A. Perbedaan dalam memahami
Al- Qur’an dan as Sunnah dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian lafal (kata)
2. Dalam Al- Qur’an ditemukan
ayat yang tampaknya bertentangan padahal setelah dikaji, tidak mungkin
3. Perbedaan pandangan apakah
nass itu bersifat ta’abbudi dan ta’aqquli. Seperti mencuci tempat yang
terjilat anjing. Cara pencucinya dengan tanah, cara pencucian lainnya tidak
sah.
4. Berbeda dalam menentukan
asumsi tentangt suatu nash, seperti “niat” apakah masuk syarat ibadah atau
rukun ibadah.
B. Perbedaan dalam status
hadits
C. Perbedaan dalam
prinsip-prinsip hukum yang digunakan
D. Perbedaan kemampuan
mujtahid, baik dalamkecerdasan, tujuan, motif atau karena keliruan (karena
mujatahid adalah manusia biasa)
·
Versi pendapat orang lain
(Dr. Yusuf Al-Qaradhawi )
a.
Perbedaan kekuatan akal dalam melakukan
istinbath 'deduksi hukum', dalam memahami dalil-dalil, menyelami kandungan2
makna, dan dalam menghubungkan antara hakikat yang satu dengan hakikat yang
lain. Agama merupakan gabungan dari ayat-ayat, hadist-hadist, dan nash-nash
yang ditafsirkan oleh akal pikiran melalui batasan2 bahasa dan kaidahnya.Dalam
hal ini, setiap orng pasti saling berbeda. Karena itu, perbedaan adalah suatu
keniscayaan yang tidak dapat dihindari.
b.
Adanya kenyataan perbedaan banyak dan
sedikitnya ilmu seseorang. Dalam artian,ada ilmu yang telah sampai kepada
seseorang, namun tidak sampai kepada orang lain, orang ini keilmuannya begini
dan orang itu keilmuannya begitu. Karena itu, Imam Malik pernah berkata kepada
Abu Ja'far al-Manshuri ketika ingin memaksa semua orang untuk menggunakan kitab
al-Muwaththa', "Adalah para sahabat Rasulullah tersebar di berbagai
penjuru negeri, dan pada setiap kaum mempunyai corak keilmuan sendiri. Jika kau
mambawa semua orang kepada satu pendapat, maka hal itu akan menimbulkan
fitnah."
c.
Perbedaan kondisi dan lingkungan. Karenanya,
kita melihat fikih penduduk Irak berbeda dengan fikih penduduk orang2 Hijaz.
Bahkan kita menyaksikan bahwa pendapat seorang ahli fikih yang sama pada
kondisi dan lingkungan tertentu, dapat berbeda pendapatnya pada kondisi dan
lingkungan yang lain. Kita bisa melihat bagaimana Imam Syafi'i berfatwa dengan
menggunakan qaul qadiim (hasil ijtihadnya sebelum masuk mesir di Irak) dan
berfatwa dengan menggunakan qaul jadiid (hasil ijtihad setelah masuk mesir).
Padahal, pada kedua pendapat tersebut sama-sama ia ambil dari konsep dan
pandangan yang jelas dan benar menurutnya. Hal ini tidak berarti ia
menyimpangkan kebenaran di dalam dua pendapatnya tersebut.
d.
Perbedaan kemantapan hati terhadap suatu
riwayat ketika menerimanya. Kita menemukan seorang perawi menurut seorang imam
adalah tsiqah (terpercaya). Karenanya, imam tersebut jiwanya merasa tenang, dan
dirinya merasa baik. Maka,ia merasa baik mengambil riwayat darinya. Dan menurut
imam yang lain perawi itu cacat, setelah diketahui dari keadaanya (yang membuat
cacat)
e.
Perbedaan dalam menentukan kualitas indikasi
dalil. Misalnya, imam ini berpendapat bahwa praktek yang dilakukan orang-orang
didahulukan atas hadist ahad, namun imam yang lain tidak setuju dengan hal
tersebut. Atau imam ini mengambil dan mengamalkan hadist mursal, tapi imam yang
lain tidak.
·
Versi saya
1. Perbedaan penafsiran arti
dan makna dari Al-Quran dan As-Sunnah.
2. Perbedaan pendapat dari
satu mujtahid dengan mujtahid lain.
3. Tingkat kecerdasan yang
berbeda antar mujtahid.
4. Perbedaan prinsip dalam
memutuskan suatu perkara.
3.
Jelaskan pengertian akidah dan ruang lingkup pembahasan
akidah islam versi Hasan Al- Banna?
·
Versi Bapak M Mustaqim F
(pada buku Al-Islam 1 hal :111-116)
Arti etimologi
(lughatan), aqidah adalah bentuk masdar dari kata “Aqadah, Ya’qidu,
aq’dan-aqidatan. Aq’dan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata aq’dan dan
aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis
(ishthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’arif) antara lain:
1. Menurut Ibnu Taimiyah
dalam bukunya “Aqidah al- Wasithiyah”
menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan hati,
dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa dipengaruhi oleh keraguan dan juga
tidak dipengaruhi oleh syakmasangka.
2. Menurut Hasan al- Banna
dalam bukunya “al-aqa’id” menyatakan
bahwa aqidah sebagai suatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi
ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan
keraguan.
3. Menurut Abu Bakar Jabir
al-Jazairy dalam kitabnya “Aqidah al-
mukmin”: Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam
hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran.
Ruang lingkup pembahasan
aqidah menurut Hasan al-Banna meliputi:
A. Illahiyat, yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah ( Tuhan ),
seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan
Allah, dan lain-lain
B. Nubuwat, yaitu pembahasan
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk
mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat dan sebagainya.
C. Ruhaniyat, yaitu tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin,
iblis, setan, dan ruh.
D. Sam’iyat, yaitu pembahasan
tentang segala sesuatu yang hanya bias diketahui melalui dalil naqli berupa al
Qur’an dan as Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, siksa kubur, dan
sebagainya.
Disamping sistematika diatas,
pembahasan aqidah bias menggunakan sistematis Arkanul iman (rukun iman), yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada
malaikat, (termasuk pembahasan tentang makhluk lainnya), Iman kepada hari akhir
dan Iman kepada qada’ dan qadar Allah.
·
Versi pendapat orang lain (fikrinatuna.blogspot.com/2008/11/aqidah.htm )
Aqidah berasal dari kata “’aqada-ya’-qidu-aqdan
yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh. Secara terminologis
terdapat beberapa definsi aqidah antara lain:
- Menurut Hasan Al-Banna
‘Aqaid (bentuk jama’ dari aqidah) adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, medatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan.
- Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
’Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar),
dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan didalah hati. Dan ditolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran itu.
. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan Al-Banna ruang lingkup
pembahsan aqidah meliputi:
- Ilahi (berhubungan dengan ilah/Tuhan)
- Nubuwwah (berhubungan dengan nabi, rasul, kitab-kitab Allah dan mu’jizat)
- Ruhaniyah (berhubungan dengan alam metafisik)
- Sam’iyah (dapat diketahaui melalui sami’, yakni Al-Qur’an dan As-Sunah)
Sebagaian ulama berpendapat bahwa
pembahasan pokok aqidah Islam harus terumus dalam rukun iman yang enam. Yaitu
iman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada nabi dan rasul-Nya, kepada
kitab-kitab-Nya, kepada akhir dan iman kepada qada dan qadar
·
Versi saya
Akidah menurut bahasa adalah simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh sedangkan menurut
istilah adalah ikatan atau simpul yang ada didalam hati yang berdiri dengan
kokoh dan mengandung perjanjian.
Ruang lingkup Hasan Al-banna:
- Ilahi (berhubungan dengan ilah/Tuhan)
- Nubuwwah (berhubungan dengan nabi, rasul, kitab-kitab Allah dan mu’jizat)
- Ruhaniyah (berhubungan dengan alam metafisik)
- Sam’iyah (dapat diketahaui melalui sami’, yakni Al-Qur’an dan As-Sunah)
4.
Sumber akidah islam adalah Al- Qur’an dan as – Sunnah apa
maksudnya?
·
Versi Bapak M Mustaqim F
(pada buku Al-Islam 1 hal :117)
Sumber aqidah islam adalah al- Qur’an
dan as Sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an
dan oleh Rasulullah SAW dalam as Sunnahnya, wajib di imani (diyakini dan
diamalkan)
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa
saja yang disampaikan oleh Allah dalam al-Qur’an dan Rasulullah dalam
sunnah-nya wajib diimani, diyakini, dan diamalkan.
·
Versi saya
Sumber akidah islam adalah Al-quran dan as sunnah maksudnya segala
sesuatu yang berasal dari Allah dan disampaikan melalui nabi Muhammad wajib
untuk kita percayai,imani, dan diamalkan.
5.
Jelaskan pengertian akhlak secara etimologi dan terminologi?
·
Versi Bapak M Mustaqim F
(pada buku Al-Islam 1 hal :123-124)
Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata khuluk dan bentuk jama’nya
adalah akhlak yang berarti budi pengerti, perangai, tingkah laku. Kata akhlak
berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan kata khaliq
(pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khlaq (penciptaan).
Secara terminology akhlak atau
khuluk itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan
muncul secara spontan bilaman diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
·
Versi pendapat orang lain (http://elylucuimud.wordpress.com/makalah-bahasa-indonesia/pendidikan-agama )
Setiap manusia
tidak terlepas dari akhlak, karena ia merupakan sebagian dari padanya. Akhlak
ada yang baik dan ada yang buruk. Secara etimologis (lughatan)akhlak
(Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti
atau tingkah laku. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.
Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluk (yang diciptakan), dan khalq
(penciptaan).
Akhlak adalah
tingkah laku yang telah melekat pada diri seseorang Karena hal itu telah sering
dilakukannya secara berulang-ulang dan terus-menerus, sehingga ia berbuat
secara spontanitas kalau perbuatannya itu sesuai dengan ajaran Islam maka
dinamakan akhlak yang baik. Sebaliknya, bila bertentangan dengan ajaran Islam
dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak itu dapat dibentuk dan diusahakan sehingga
mengarah pada akhlak baik, begitu pula sebaliknya.
·
Versi saya
Secara etimologis (lughatan)akhlak
(Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti
atau tingkah laku. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.
Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluk (yang diciptakan), dan khalq
(penciptaan).secara terminonologis sesuatu yang melekat pada diri seseorang
yang dilakukan secara terus menerus dan secara spontan dan tindakannya sesuai
dengan ajaran islam.
6.
Mengapa dalam islam islam akhlak menempati kedudukan yang
istimewa?
·
Versi Bapak M Mustaqim F
(pada buku Al-Islam 1 hal :129)
Dalam keseluruhan ajaran islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa
dan sangat penting, seperti:
1. Rasulullah SAW menempatkan
penyempurnaan akhlak yang dimulai sebagai misi pokok Risalah Islam. Beliau
bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”.(HR.
Baihaqi)
2. Akhlak merupakan salah
satu ajaran pokok ajaran Islam,sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agama
itu dengan akhlak yang baik (husn al khuluq). Diriwayatkan bahwa laki-laki bertanya
pada Rasulullah.
“Ya Rasulullah, apakah agama itu?, Rassulullah menjawab (agama adalah)
akhlaq yang baik”.
3. Akhlak baik akan
memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW
bersabda:
“Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan)
seseorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain akhlak yang
baik”.(HR.Turmudzi)
4. Rasulullah SAW menjadikan
baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
“ Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah paling baik
akhlaknya”. (HR.Turmuzi)
5. Islam menjadikan akhlak
yang baik sebagai bukti dan buah ibadah Allah SWT misalnya : shalat, puasa,
zakat, dan haji.
6. Rasulullah SAW selalu
berdoa pada Allah SWT untuk membaikkan akhlaq beliau. Salah satu doa beliau
adalah:
“(
Ya Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) akhlak yang baik, karena sesungguhnya
tidak ada yang dapat member petunjuk yang lebih baik selain engkau.
Hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada yang
menghindarkan aku dari akhlak yang buruk kecuali Engkau”.
7. Di dalam al Qur’an banyak
terdapat ayat-ayat untuk berhubungan dengan akhlaq, baik berupa perintah untuk
berhubungan dengan akhlaq , baik berupa perintah untuk berakhlaq baik serta
pujian dan pahalayang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu,
maupun larangan berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang
yang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat al
Qur’an tentang akhlak ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlak di
dalam islam.
·
Versi pendapat orang lain (http://elylucuimud.wordpress.com/makalah-bahasa-indonesia/pendidikan-agama)
Dalam
keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan
sangat penting. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut ini:
1.
Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok
Risalah Islam. Beliau
bersabda:
“Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR.
Baihaqi)
2.
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam
Sehingga
Rasulullah saw pernah mendefisinikan agama itu dengan akhlak yang baik (husn
al-khuluk). Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah
SAW:
“Ya
Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab: (Agama adalah) akhlak yang
baik.”
Pendefisinian
agama (Islam) dengan akhlak yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah
haji dengan wukuf di ‘Arafah. Rasulullah saw menyebutkan, “Haji adalah Wukuf di
Arafah.” Artinya tidak syah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah.
3.
Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat.
Rasulullah
bersabda:
“Tidak
ada satupun yang akan lebih memberatkantimbangan (kebaikan) seorang hamba
mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik…” (HR. Tirmidzi)
Dan
orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan Rasulullah SAW nanti pada
hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya. Abdullah ‘Umar berkata:
“Aku
mendengar Rasululla saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan siapa diantara
kalian yang paling aku cintai dan yang paling dekat tempatnya denganku nanti
pada hari kiamat?” Beliau mengulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu
sahabat-sahabat menjawab: “Tentu ya Rasulullah.” Nabi bersabda:”Yaitu yang paling baik akhlaknya di
antara kalian.” (HR. Ahmad)
4.
Rasulullah saw menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran
kualitas imannya.
Hal
ini dapat kita perhatikan dalam beberapa hadist berikut ini:
a)
Rasulullah saw bersabda:
“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adlah yang baik akhlaknya.” (HR.Tirmidzi)
b)
Rasulullah saw bersabda:
“Rasa
malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah
satunya hilang pulalah yang lain.”
(HR.
Hakim dan Thabrani)
c)
Rasulullah saw bersabda:
“Demi
Allah , dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak
beriman!
Seorang
sahabat bertanya:”Siapa dia(yang tidak beriman itu) ya Rasulullah?
Beliau
menjawab: Orang yang tetanggganya tidak aman dari keburukannya.”
(HR.
Bukhari)
d)
Rasuullah saw bersabda:
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang
baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah, maka hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Demikianlah
nampak bagi kita dalam beberapa teks hadist di atas bahwa Rasulullah saw
mengaitkan antara rasa malu, adab berbicara dan sikap terhadap tamu dan
tetangga misalnya dengan eksistensi dan kualitas iman seseorang.
5.
Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada
Allah SWT.
Misalnya
shalat, puasa, zakat dan haji. Perhatikanlah beberapa nash berikut ini:
a)
Firman Allah SWT:
“…dan
dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar.”(QS.Al-‘Ankabut
29:45)
b)
Sabda Rasulullah saw:
“Bukanlah
puasa itu hanya menahan makan dan minum saja tapi puasa itu menahan diri dari
perkataan kotor dan keji. Jika seseorang mencaciatau menjahilimu maka
katakanlah: Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR.Ibnu Khuzaimah)
c)
Firman Allah SWT:
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka…”(QS.At-Taubah 9:103)
d)
Firman Allah SWT:
“(Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, mak tidak boleh rafats (mengeluarkan
perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh0 bebat
fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji…” (QS.Al-Baqarah 2:197)
Dari
beberapa ayat dan hadist di atas dapat melihat adanya kaitan langsung antara
shalat, puasa, zakat dan haji dengan akhlak. Seorang yang mendirdikan shalat
tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong kei dan mungkar.
Sebaba apalah arti shalatnya kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan
kemungkaran. Seorang yang benar-benar berpuasa demi mencari ridho Allah SWT, di
samping menahan keinginanya untuk makan dan minum, tentu juga akan
menahandirinya dari segal kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela.
Sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia tidak akan mendapatkan
apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga
dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan aspek
akhlak. Ringkasnya, akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang baik, atau
ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan akhlak yang
baik dan terpuji.
6.
Nabi Muhammad saw slalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlak beliau.
Salah
satu doa beliau adalah:
“(Ya
Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) akhlak yang baik, karena sesungguhnya
tidak ada yang dapat memberi petunjuk (menuju jalan) yang lebih baik selain
Engkau. Hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada
yang dapat menghindarkan aku dari akhlak yang buruk kecuali Engkau.” (HR.Muslim)
7.
Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak, baik berupa perintah untuk
berakhlak yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang
yang mematuhi perintah itu, maupun larangan berakhlak yang buruk serta celaan
dan doa bagi orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa
banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlak ini membuktikan betapa pentingnya
kedudukan akhlak di dalam Islam
·
Versi saya
Menurut saya
A. Baik buruknya akhlak
seseorang menjadi tolak ukur iman seseorang.
B. Dalam Al-Qur’an banyak hal
yang mengatur tentang akhlak yang baik.
C. Perbuatan yang baik akan
memberatkan amal kebaikan diakhirat nanti.
D. Rasulullah mencontohkan
akhlak yang baik setiap tindakannya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon