ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN
HERNIA INGUINALIS DAN
KARSINOMA
KOLOREKTAL
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hernia
adalah protrusi abnormal organ, jaringan atau bagian organ melalui
struktur yang secara
normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada
rongga abdomen
sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen kongenital atau
didapat. Hernia dapat
terjadi pada segala usia dan jenis kelamin. Hernia inguinalis
indirek adalah tipe
paling umum dan secara khas terjadi pada pria. Hernia direk
ditemukan lebih umum
pada lansia. Hernia inguinalis pada bayi dan anak sekitar 1 –
2 %. Sisi kanan
biasanya lebih sering (60 %) dibanding sisi kiri (20 %) dan bilateral
sebanyak 10 – 15 %.
Hernia inguinalis medialis hampir selalu disebabkan oleh
peninggian tekanan
intra abdominal dan kelemahan otot dinding perut. Umumnya
terjadi
bilateral, khususnya pria tua.
Karsinoma kolorektal
sering ditemukan, umumnya didapatkan pada pasien
datang
berobat sudah dalam fase lanjut dan hampir tidak pernah ditemukan pad fase
dini.
Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker paru
di
Amerika Serikat. Umumnya resiko yang terkena Karsinoma kolorektal pada pria
dan
wanita, dan pria lebih banyak terkena daripada kaum wanita.
Faktor-faktor yang
mencetuskan seseorang terhadap kanker kolorektal adalah
hereditas,
masukan lemak, penyakit inflamasi usus, homo seksualitas, dan polip
colon.
Penyelidikan terhadap penyebab kolorektal telah mendorong penelitian
tentang
lemak hewan dalam diet, bakteri anaerob dari usus besar, dan kandungan
serat
dalam otot. Masing-masing faktor ini sebagian dapat menjelaskan distribusi
geografis
penyakit. Aspek serat menarik perhatian, karena dengan meningkatkan
bulk
dalam diet akan menurunkan waktu transit dan juga waktu kontak antara
makanan
dan usus.
1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk
memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah Keperawatan
Medikal
Bedah.
2. Tujuan Khusus
- Memperoleh gambaran
mengenai Hernia inguinalis dan Karsinoma
kolorektal.
- Dapat memahami tentang
konsep asuhan keperawatan pasien dengan
Hernia
inguinalis dan Karsinoma kolorektal.
C. KEGUNAAN PENULISAN
1. Kegunaan Ilmiah
- Sebagai bahan bacaan
bagi mahasiswa
- Sebagai salah satu
tugas akademik
2. Kegunaan Praktis
Bermanfaat bagi
tenaga perawat dalam penerapan asuhan keperawatan
pada
klien dengan Hernia inguinalis dan Karsinoma kolorektal.
2
I.
HERNIA INGUINALIS
BAB
II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hernia
inguinalis adalah terjadinya penonjolan isi rongga abdomen melalui
annulus
inguinalis interna mengikuti apermatid cordi di kanale inguinalis
kemudian
keluar melalui annulus inguinalis eksterna sehingga terdapat
benjolan
di daerah inguinalis.
Klasifikasi
Hernia inguinalis:
1. Hernia inguinalis
lateralis
Disebut
juga Hernia inguinalis indirek, karena menonjol melalui annulus
dan
kanalis inguinalis.
Kantong
hernia berada di dalam muskulus kremaster dan letaknya
anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus
spermatikus.
2. Hernia inguinalis
medialis
Disebut juga sebagai Hernia inguinalis direk, karena
menonjol langsung
melalui
trigonum Hesselbach, tanpa melalui kanalis inguinalis.
B. ETIOLOGI
1. Kongenital
Terjadi
akibat prosesus vaginalis peritenium persisten disertai dengan
annulus
inguinalis yang cukup lebar.
1. Didapat
Di
temukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk
timbulnya
hernia:
3
- Prosesus vaginalis yang
tetap terbuka
- Peninggian tekanan
intra abdomen:
• Pekerjaan mengangkat
barang-barang berat
• Batuk kronik:
bronchitis kronik ,TBC
• Hipertrofi prostate,
striktur uretra, konstipasi, asites
- Kelemahan otot dinding
perut:
• Usia tua, sering
melahirkan
C. PATOFISIOLOGI
PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kongenital
dan akuisita
Peningkatan
tekanan
intra
abdomen
Distorsi
abdomen
Mual
dan muntah
Invaginasi kanalis inguinalis
Penyumbatan
usus
Strangulasi/usus
terjepit
Passage
usus tidak ada
Vaskularasi
terganggu
Gangren
Kelemahan
Otot
Spasme
otot
Strangulasi
usus
Nyeri
Aktivitas
menurun
Intoleransi aktivitas
Potensial gangguan nutrisi
kurang
dari kebutuhan
Keterangan:
1. Nyeri
2.
Intoleransi aktivitas
3.
Gangren
4.
Potensial gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
4
D. GAMBARAN KLINIS
- Benjolan di lipat paha
yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri,
batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang
saat
penderita berbaring.
- Nyeri disertai muntah
timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi
E. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Laboratorium:
pemeriksaan leukosit
F. PENATALAKSANAAN
- Konservatif
• Pemakaian bantalan
penyangga hanya dilakukan pada Hernia
reponibilis.
• Pemberian sedative,
kompres es, posisi tidur trendevenburg hanya
ditunjukkan
pada hernia anak yang sudah mengalami inkarserasi.
- Pembedahan
• Anak: herniotomi yaitu
tentang hernia yang dibuka dan isi didorong ke
dalam rongga abdomen.
Kantong proksimal dijahit kuat setinggi
mungkin
lalu dipotong. Kantong distal dibiarkan.
• Dewasa: Herniorafi dan
hernioplastik
- Herniorafi terdiri dari
herniotomi dan hernioplastik
- Hernioplastik: setelah
herniotomi dilakukan tindakan memperkecil
annulus internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
G. KOMPLIKASI
- Hernia akreta: ada
perlakuan isi dengan kantong hernia, tidak ada gangguan
pasase.
- Hernia inkarserasi: ada
perlekatan yang disertai dengan gangguan pasase.
- Hernia strangulasi:
nekrosis, gangren, abses lokal, fistel, peritonitis.
5
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA
I. PENGKAJIAN
A. DATA DASAR
Aktivitas/Istirahat
Gejala:
riwayat pekerjaan yang perlu: mengangkat benda berat, tidak mampu
melakukan
aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda: benjolan di
lipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita
berdiri, batuk,
bersin, mengedan atau mengangkat barang berat dan
menghilang
saat penderita berbaring.
Eliminasi
Gejala:
mengalami kesulitan dalam defekasi
Adanya
inkontinensia/retensi urine
Integritas
Ego
Gejala:
ketakutan/ansietas masalah pekerjaan
Tanda:
tampak cemas, depresi, menghindari dari keluarga/orang terdekat
Neurosensori
Tanda:
spasme otot sekitar daerah inguinale
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: nyeri seperti
tertusuk, yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk,
bersin, membengkokkan badan, mengangkat, defekasi.
Tanda:
perubahan jalan berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang.
Nyeri
pada palpasi
Makanan/Cairan
Gejala:
mual, muntah, anoreksia
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium:
pemeriksaan leukosit: > 10.000 mm3
6
C. PENGELOMPOKAN DATA
Data
Subjektif:
- Nyeri seperti tertusuk,
yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk,
bersin, membengkokkan badan, mengangkat, defekasi.
- Adanya riwayat pasien:
mengangkat benda berat.
- Keluhan tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Data
Objektif:
- Perubahan jalan
berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang.
- Nyeri pada palpasi
- Wajah tampak meringis
- Adanya benjolan di
lipat paha yang timbul hilang muncul saat berdiri,
batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang
saat
berbaring.
D. ANALISA DATA
No
1. DO:
Data
Penyebab
Kongenital
dan akuisita
Masalah
nyeri
-
Nyeri pada palpasi
-
Wajah tampak
meringis
DS:
-
Nyeri seperti
tertusuk,
yang akan
semakin
memburuk
dengan
adanya
batuk,
bersin,
membengkokkan
badan,
mengangkat,
defekasi.
Peningkatan tekanan Kelemahan
intra abdomen Otot
Invaginasi
kanalis
Inguinalis
Spasme
otot
Strangulasi
usus
Nyeri
7
2. Data Objektif:
-
Perubahan jalan
berjalan,
berjalan
dengan
terpincang-
pincang.
-
Adanya benjolan di
lipat
paha yang
timbul
hilang
muncul
saat berdiri,
batuk,
bersin,
mengedan
atau
mengangkat
barang
berat
Data
Subjektif:
-
Keluhan tidak
mampu
melakukan
aktivitas
yang
biasanya dilakukan.
E. MASALAH
1. Nyeri
2. Intoleransi aktivitas
Kongenital
dan
akuisita
Peningkatan tekanan Kelemahan
intra abdomen Otot
Invaginasi
kanalis
Inguinalis
Spasme
otot
Strangulasi
usus
Nyeri
Aktivitas
menurun
Intoleransi
aktivitas
8
Intoleransi
aktivitas
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan
spasme otot ditandai dengan
Data
Objektif:
- Nyeri pada palpasi
- Wajah tampak meringis
Data
Subjektif:
- Nyeri seperti tertusuk,
yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk,
bersin, membengkokkan badan, mengangkat, defekasi.
Tujuan:
Nyeri
hilang/terkontrol dalam 1 x 24 jam setelah diberi tindakan
keperawatan
dengan kriteria:
- Wajah tampak ceria
- Mendemonstrasikan
penggunaan intervensi terapeutik (misalnya:
keterampilan
relaksasi, modifikasi perilaku) untuk menghilangkan nyeri.
Intervensi:
1. Kaji adanya keluhan
nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor
pencetus/yang
memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala
0-10
Rasional:
membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan
dasar
untuk membandingkan dan evaluasi terhadap terapi.
2. Letakkan semua
kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang
mudah
dijangkau/diraih oleh pasien.
Rasional:
menurunkan resiko peregangan saat meraih
3. Instruksikan pasien
untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional:
memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan
tegangan
otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
4. Instruksikan untuk
melakukan mekanika tubuh/gerakan yang tepat.
Rasional:
menghilangkan/mengurangi stress pada otot dan mencegah
trauma
lebih lanjut.
9
5. Berikan kesempatan untuk
berbicara/mendengarkan masalah pasien
Rasional:
membantu untuk menurunkan faktor-faktor stress selama
dalam
keadaan sakit dan dirawat. Kesempatan untuk memberikan
informasi/membetulkan
informasi yang kurang tepat.
Kolaborasi
6. Berikan obat sesuai
kebutuhan
a. Relaksan otot
Rasional:
merelaksasikan otot dan menurunkan nyeri
b. Analgesik
Rasional:
untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat.
2) Intoleransi berhubungan
dengan nyeri ditandai dengan:
Data
Objektif:
- Perubahan jalan
berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang.
- Adanya benjolan di
lipat paha yang timbul hilang muncul saat berdiri,
batuk,
bersin, mengedan atau mengangkat barang berat
Data
Subjektif:
- Keluhan tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tujuan:
Klien
dapat melakukan aktivitas dengan kriteria:
Dalam
1 x 24 jam setelah diberi tindakan klien mampu melakukan aktivitas
seperti
biasa.
Intervensi:
1. Catat respon-respon
emosi/perilaku pada mobilisasi. Berikan aktivitas
yang
disesuaikan dengan pasien.
Rasional:
immobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan.
Aktivitas
pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian
pasien
dan meningkatkan koping dengan keterbatasan tersebut.
10
2. Anjurkan pasien untuk
tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-
hari
dam keterbatasan individu.
Rasional: partisipasi
pasien akan meningkatkan kemandirian pasien dan
perasaan
kontrol terhadap diri.
3. Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional:
keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus
tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
III.
IMPLEMENTASI
Tindakan
dilaksanakan berdasarkan intervensi.
IV.
EVALUASI
- Nyeri hilang dalam
waktu 1 x 24 jam setelah diberi tindakan keperawatan.
- Klien dapat melakukan
kembali dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberi
tindakan.
11
I. TINJAUAN TEORI KARSINOMA KOLOREKTAL
A.
Pengertian Karsinoma kolorektal
Adalah
kasus nomor dua yang mematikan setelah kanker paru, lebih banyak
ditemukan
pada pria daripada wanita (Luekmann’s, 1993).
Karsinoma kolorektal
adalah perubahan sel abnormal atau keganasan atau
maligna
pada daerah rectum.
Tanda
dan gejala (Biock, 1997):
1. Konstipasi: terjadi
peningkatan konstipasi yang tidak biasa dan terdapat
juga
diare
2. Perdarahan: darah yang
keluar berwarna merah segar, nyeri pada rectum
adalah
tanda pada kasus ini.
3. Tenemus: pasien
merasakan perut penuh dan sensasi ingin BAB, namun
tidak
teratasi dengan BAB.
4. Mucus dan Pus: sering
terlihat pada pertumbuhan Ca rectum.
5. Obstruksi intestinal:
dapat berkembang jika lumen pencernaan
menyempit
karena pertumbuhan Ca.
6. Rasa nyeri: terjadi
karena infiltrasi dari flexus sakral oleh kanker.
B. Etiologi
A. Diet
1. Faktor diet akan
mempengaruhi pembukaan saluran cerna untuk
terjadinya
karsinogenesis lemak meningkatkan terdapatnya agent
promoter,
serat dalam kalsium mereduksi pembukaannya.
2. Diet tinggi lemak tidak
tersaturasi dapat menimbulkan karsinogenesis
dengan
peningkatan level asam fecalbile yang terimplikasi pada
timbulnya
kanker.
3. Makanan berserat akan
membatasi gerakan kanker dengan
mempercepat
waktu transit intestinal.
12
B. Kondisi Presdisposisi
atau beresiko:
1. Multiple adenoma
2. Ulcerative coivitis
chronic
3. Chron’s disease
4. Riwayat
keluarga/hereditas
5. radiasi yang mempengaruhi
practogelitis
C. Patofisiologi
Genetik
pertumbuhan
sel abnormal
pada
rectum
Karsinoma
kolorektal
Distress
emosional
Anoreksia,
mual muntah
Gangguan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
Diet rendah serat
dan
tinggi lemak
Dekstruksi jaringan syaraf
Ancaman kematian
Gangguan
nyeri
Penurunan
peristaltic
Resiko tinggi terhadap diare
Ansietas
Keterangan:
1. Gangguan nyeri
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.
Ansietas
4.
Resiko tinggi terhadap diare
13
D. Gambaran Klinis
Pasien
Karsinoma kolorektal umumnya memberikan keluhan gangguan
proses defekasi.
Keluhannya bermacam-macam antara klien yang satu
dengan klien yang
lain bergantung pada lokasinya. Keluhan utama yang
diajukan adalah:
perdarahan segar perianal 58,8 %, buang air besar
bercampur
darah lendir 31,6 % dan 9,6 % obstruksi saluran makan.
1. Perdarahan segar
perianal (hematokesia)
Sebagian besar pasien
Karsinoma kolorektal pada bagian distal sering
mempunyai
keluhan BAB berdarah segar. Yang sering mengalami
perdarahan
segar pada perianal. Sumber perdarahan segar yang terbanyak
dari
kanker yang terletak di bagian distal colon terutama di rectum.
2. Buang air besar darah
lendir
Seseorang
yang mempunyai keluhan Bab darah lendir perlu dipikirkan
adanya
infeksi, misalnya dysentri baciller atau amuba, calistis ulseratifa,
dapat
menyebabkan keganasan pada daerah colon. Dari hasil penelitian
ternyata
bahwa letak Karsinoma kolorektal di bagian proksimal lebih
sering
menimbulkan BAB berdarah lendir. Hal ini disebabkan karena
darah
yang dikeluarkan oleh kanker bercampur dengan tinja.
3. Obstruksi saluran cerna
Gejala
klinisnya sering menimbulkan gangguan BAB dan dapat
menimbulkan
tanda obstruksi baik sebagian maupun secara keseluruhan
sehingga
timbul tanda-tanda ileus, BAB bercampur darah dan lendir dan
sering
pula klien mengeluh obstipasi sampai beberapa hari. Dari
penelitian
menimbulkan tanda-tanda obstruksi, seperti perut yang makin
kembung
makin lama dan makin tegang, tidak dapat BAB dan tidak
dapat
flatus.
Tanda-tanda
yang obstruksi diperoleh dari hasil foto roentgen polos
abdomen
terlentang dan berdiri yang menunjukkan adanya pelebaran
usus
halus dan colon. Yang menimbulkan tanda-tanda obstruksi
14
umumnya
adalah kanker berbentuk sirkular dan anular yang
menyebabkan
terjadinya penyempitan lumen usus. Bentuk striktura
merupakan tumor yang
sering menonjol dan mengisi seluruh lumen usus,
sehingga
menyebabkan terjadinya sumbatan total.
4. Lain-lain
Selain keluhan di
atas, dapat ditemukan keluhan-keluhan lain yang
anoreksia, berat
badan menurun, nyeri abdomen di tempat kanker, BAB
tidak teratur.
Walaupun sudah BAB berupa tinja dengan darah lendir
tetapi masih merasa
banyak kotoran di dalam perut yang sukar keluar
karena adanya sumbatan.
Di samping itu timbul rasa nyeri pada waktu
BAB
atau timbul tenesmus.
E. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti
ditemukan Karsinoma kolorektal, maka kemungkinan
pengobatan
adalah:
1. Pembedahan
Satu-satunya ialah
pembedahan. Tindakan pembedahan biasanya diambil
sebanyak mungkin dari
colon. Batas minimal 5 cm di sebelah distal dan
proksimal dari tempat
kanker. Untuk kanker disekum dan colon asendens
biasanya dilakukan
hemikolektomy kanan dibuat anostamosis colostomy
ileotransversal.
Untuk kanker di colon transversal dan di flexura renalis,
dilakukan
colektomy
subtotal dan
dibuat
anastomosis
ileosigmoidostomy.
Kanker di colon desendens dan sigmoid dilakukan
hemikolektomy
kiri dan dibuat anastomosis colorectal transversal.
Untuk kanker directosigmoid dan rectum atas dilakukan
rectosigmoidectomy
dan dibuat anastomosis desendens kolorektal. Pada
kanker di rectum
bawah dilakukan protokolektomi dan dibuat
anastomosis
kosanal.
15
2. Radiasi
Setelah
dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi
dengan dosis adekuat. Selanjutnya diberikan
kometherapi.
3. Kemotherapi
Kemotherapi yang
biasa diberikan ialah 5 fluorourasil (5 Fu).
Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leucovorin yang dapat
meningkatkan
efektivitas terapi. Bahkan ada yang memberikan tiga
macam
kombinasi, 5 FU, levamicole dan leucovorin. Dari hasil
penelitian,
setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi
dan
kemotherapi.
F. Komplikasi
Komplikasi
pembedahan adalah spesifik untuk setiap prosedur yang
dilakukan.
Hemoragis, kebocoran anastamosa, striktur, abses, infeksi, luka
dan
defekasi tidak teratur adalah masalah-masalah potensial.
Disfungsi
seksual mungkin merupakan dampak yang dapat diperkirakan,
yang
bergantung pada operasi, dan colostomy harus dibicarakan dengan
klien
atau pasien sebelum tindakan pembedahan dilakukan. Efek-efek yang
tidak
menguntungkan dari kemotherapi tersebut dikaitkan dengan obat-obat
yang
diberikan.
5-FU
mungkin dapat menyebabkan diare, mual dan supresi sumsum tulang.
Terapi
radiasi dapat memberikan kontribusi pada terjadinya striktur dan
ketidakteraturan
fungsi defekasi.
16
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN
KARSINOMA KOLOREKTAL
I. PENGKAJIAN
A.
Data Dasar
Aktivitas/Istirahat
Gejala:
Kelemahan dan/latihan
Keterbatasan
latihan
Integritas
Ego
Gejala:
Faktor stress (perubahan peran)
Masalah
tentang perubahan dalam penampilan misalnya adanya
kanker.
Perasaan tidak
berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa
bersalah
Tanda:
menarik diri
Eliminasi
Gejala:
Perubahan pada pola defekasi misalnya adanya darah campur
lendir
pada faeses, nyeri pada defekasi.
Tanda:
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
Makanan/Cairan
Gejala:
Kebiasaan diet buruk (misalnya diet rendah serat, tinggi lemak)
Anoreksia,
mual, muntah
Intoleransi
makanan
Tanda:
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan
Perubahan
pada kelembaban/integritas kulit
Nyeri/Kenyamanan
Gejala:
Adanya nyeri dihubungkan dengan proses penyakit.
17
B.
Pengelompokan Data
Data
Subjektif:
- Nyeri pada saat buang
air besar
- Anoreksia
- Mual/muntah
- Kelemahan/keletihan
- Ansietas
- Putus asa
- Perasaan tidak berdaya
Data
Objektif:
- Distraksi
- Gelisah
- Wajah nampak meringis
kesakitan
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- BB menurun
- Kelemahan
- Tampak takut
- Menarik diri
- Distensi abdomen
- Perubahan pada berat
badan
18
C.
Analisa Data
No Data
Kemungkinan Penyebab
Masalah
1. DS:
- Nyeri
DO:
Genetik
Diet
↓ serat
dan ↑ lemak
Nyeri
- Distraksi
- Gelisah
- Wajah nampak
meringis
kesakitan
- Keringat dingin
2. DS:
- Tidak ada nafsu makan
- Mual, muntah
- Keletihan
DO:
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- BB menurun
- Tampak lemah
- Perubahan pada berat
badan
pertumbuhan
sel abnormal
pada
rectum
Karsinoma
kolorektal
Dekstruksi
jaringan syaraf
Genetik Diet ↓ serat
dan ↑
lemak
pertumbuhan
sel abnormal
pada
rectum
Karsinoma
kolorektal
Distress
emosional
Anoreksia,
mual muntah
Gangguan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
3. DS:
- Putus asa
- Perasaan tidak berdaya
Genetik
Diet
↓ serat
dan ↑ lemak
Ansietas
DO:
- Kelemahan
- Tampak takut
- Gelisah
pertumbuhan
sel abnormal
pada
rectum
Karsinoma
kolorektal
Ancaman
kematian
19
D.
Masalah
1. Nyeri
2. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
3. Ansietas
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri sehubungan dengan
dekstruksi jaringan syaraf, ditandai dengan:
DS:
- Nyeri
DO:
- Distraksi
- Gelisah
- Wajah nampak meringis
kesakitan
- Keringat dingin
Tujuan:
nyeri teratasi dengan kriteria:
- Tenang
- Tidak mengeluh nyeri
lagi setelah pemberian analgesik
- Wajah tampak ceria
Intervensi
Keperawatan
Mandiri
• Tentukan riwayat nyeri,
misalnya
lokasi
nyeri, frekuensi, durasi
dan
intensitas (skala 0 – 10) dan
tindakan
penghilang yang
digunakan
• Berikan tindakan
kenyamanan
dasar
(misalnya reposisi,
gosokkan
punggung) dan
aktivitas
hiburan misalnya musik
20
Rasional
Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi. Catatan:
pengalaman nyeri adalah individual
yang digabungkan dengan baik
respons fisik dan emosional.
Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan kembali
perhatian
• Dorong penggunaan
keterampilan
manajemen nyeri
(misalnya
teknik relaksasi) dan
sentuhan
terapeutik
Kolaborasi
• Berikan analgesik sesuai
indikasi:
morfin, metadon atau
campuran
narkotik IV khusus
Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol
Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respons
individual berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan
diperlukan. Catatan: adiksi atau
ketergantungan pada obat bukan
masalah
2. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan sehubungan dengan anoreksia,
mual,
muntah ditandai dengan:
DS:
- Tidak ada nafsu makan
- Keletihan
DO:
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- BB menurun
- Tampak lemah
Tujuan:
berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu
makan
atau peningkatan masukan diet, dengan kriteria:
- Klien mengatakan nafsu
makan meningkat
- Porsi makanan yang
diberikan dihabiskan setiap pemberian
- Berat badan secara
bertahap meningkat.
21
Intervensi
Keperawatan
Mandiri
• Pantau masukan makanan
setiap
hari
• Ukur berat badan setiap
hari
• Identifikasi pasien yang
mengalami
mual/muntah yang
diantisipasi
Kolaborasi
• Antasid
Rasional
Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi
Membantu dalam identifikasi
malnutrisi
Mual/muntah psikogenik terjadi
sebelum kemotherapi mulai secara
umum tidak berespons terhadap
obat antiemetik.
Meminimalkan iritasi lambung
3. Ansietas sehubungan
dengan ancaman kematian ditandai dengan:
DS:
- Putus asa
- Perasaan tidak berdaya
DO:
- Kelemahan
- Tampak takut
- Gelisah
Tujuan:
mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi
masalah
secara efektif dengan kriteria:
- Tidak cemas lagi
- Tidak putus asa
- Merasa hidup lebih
berarti
22
Intervensi
Keperawatan
Mandiri
• Diskusikan dengan
pasien/orang
terdekat
bagaimana diagnosis
dan
pengobatan
• Dorong diskusi
tentang/pecahkan
masalah
tentang efek kanker
• Berikan dukungan emosi
untuk
pasien/orang
terdekat selama tes
diagnostik
dan fase pengobatan
Kolaborasi
• Rujuk pasien/orang
terdekat pada
program
kelompok pendukung
III.
IMPLEMENTASI
Rasional
Membantu dalam memastikan
masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah.
Dapat membantu menurunkan
masalah yang mempengaruhi
penerimaan pengobatan atau
merangsang kemajuan penyakit
Meskipun beberapa pasien
beradaptasi/menyesuaikan diri
dengan efek kanker.
Kelompok pendukung biasanya
sangat menguntungkan baik untuk
pasien/orang terdekat, memberikan
kontak dengan pasien lain dengan
kanker.
Tindakan
dilaksanakan berdasarkan intervensi
IV.
EVALUASI
- Nyeri teratasi setelah
pemberian analgesik
- Nutrisi sudah mulai
terpenuhi dengan kriteria klien sudah ada nafsu makan
dan setiap
makan porsi dihabiskan dalam waktu 1 x 24 jam.
- Ansietas belum
teratasi.
23
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes Moorhouse Geisser, Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta,
2002.
Danielle
Gale, dkk., Rencana Asuhan Keperawatan Ontologi, EGC, Jakarta, 2000.
Underwood,
Patologi Volume 2, EGC, Jakarta, 2000.
Silvia,
A. Price, dkk., Patofisiologi, EGC, Jakarta, 1995.
24
ConversionConversion EmoticonEmoticon