BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diere adalah
penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya anoreksia pada
penderita diare, sehingga penderita makan lebih sedikit dari biasanya dan
kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari
makananya meningkat akibat adanya
infeksi. Setiap episod diare menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episode
diare berkepanjangan maka dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan akan
terlihat keterlambatan tubuh kembang pada anak dan bayi.
Diare merupakan
penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang,
dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada
balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 epoisode diare
pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini, seorang balita
dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 % kematian yang
berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama
kematian karena diare adalah dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab
kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti
pnemoni.
Menurut laporan Departemen Kesehatan, di
Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT
(survaey kesahatan rumah tangga) di Indonesia angka kematian diare anak balita
dan bayi permil pertahun berturut menunjukan angka sebagai berikut ; 6,6
(balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun1985.
2,1 (balita) 7,3 (bayi) pada tahun 1992. 1 balita dan 8 bayi pada tahun 1995.
Sementara itu morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi
morbiditas oleh DEPKES di 8 propinsi pada tahun 1989,1990,1995 berturut-turut morbiditas
diare menunjukan 78 %, 103 % dan 100 %. Apalagi dengan terjadinya krisis
ekonomi yang melanda negara Asia dimana Indonesia yang terparah, angka kejadian
diare menunjukan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun yang terkait dengan
diare seperti gangguan gizi dan ISPA
menunjukan hasil yang nyata (DEPKES RI, 1999).
Meskipun
pada orang dewasa penyakit diare
baiasanya lebih ringan dari pada pada anak tetapi angka kejadian yang semakin
menurun menujukan angka kemajuan penanganan diare. Pada saat ini sudah tersedia
pengobatan yang mudah dan efektif yang
dapat menurunkan jumlah kematian karena diare
pada sebagian besar kasus. Sekarang dengan dipakainya upaya pembentukan
KPD (kegiatan pendidikan Diare) antara lain dengan pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)
di banyak rumah sakit dan dilanjutkan dengan pendidikan medik penberantasan
diare kasus diare di bangsal semakin
berkurang secara nyata.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Mempelajari asuhan keperawatan pada anak
usia toddler dengan diare akut dehidrasi sedang.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mampu melakukan pengkajian pada
anak toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang.
2.
Mampu melakukan intervensi anak usia toddler dengan diare
akut dehidrasi sedang
3.
Mampu melakukan tindakan pada
anak usia toddler dengan diare akut dehidrasi sedang
4.
Mampu melakukan evaluasi pada
anak usia toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan jumlah yinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
2.2 ETIOLOGI
1.
Faktor infeksi : Bakteri (
Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing),
Kandida (Candida Albicans).
2.
Faktor parentral : Infeksi
dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3.
Faktor malabsorbsi :
Karbihidrat, lemak, protein.
4.
Faktor makanan : Makanan basi,
beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5.
Faktor Psikologis : Rasa takut,
cemas.
2.3 PATOFISIOLOGI
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein
Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
kembang dlm tik diserap
usus
Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik
dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap
makanan
D
I A R E
Frek. BAB
meningkat distensi abdomen
Kehilangan
cairan & elekt integritas
kulit
berlebihan perianal
gg. kes. cairan
& elekt As. Metabl mual, muntah
Resiko hipovolemi
syok sesak nafsu
makan
Gang. Oksigensi BB menurun
Gangg. Tumbang
2.4 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Identitas
Perlu
diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih
imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar
terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3
x
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning
kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih
dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami
diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia
toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu
keluarga yang mengalami diare.
7.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.
Riwayat Pertumbuhan dan
perkembangan
a.
Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata
8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b.
Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran
tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri
sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs
Shame and doundt
Perkembangn
ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu
over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu
dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan
sedikitpun 2 hitungan (GK)
2.
Meniru membuat garis lurus (GH)
3.
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.
Melepasa pakaian sendiri (BM)
9.
Pemeriksaan Fisik
a.
pengukuran panjang badan, berat
badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b.
keadaan umum : klien lemah,
gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.
Kepala : ubun-ubun tak teraba
cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.
Mata : cekung, kering, sangat
cekung
e.
Sistem pencernaan : mukosa
mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.
Sistem Pernafasan : dispnea,
pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
g.
Sistem kardiovaskuler : nadi
cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor
menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i.
Sistem perkemihan : urin produksi
oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
j.
Dampak hospitalisasi : semua
anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes,
putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1)
Laboratorium :
·
feses kultur : Bakteri, virus,
parasit, candida
·
Serum elektrolit : Hipo
natremi, Hipernatremi, hipokalemi
·
AGD : asidosis metabolic ( Ph
menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
·
Faal ginjal : UC meningkat
(GGA)
2)
Radiologi : mungkin ditemukan
bronchopemoni
2.5 PENATALAKSANAAN DIARE
2.5.1
Rehidrasi
1.
jenis cairan
1)
Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
orali, pedyalit setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2)
Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼
salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) +
KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½
2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.
Jalan pemberian
1)
Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran
baik)
2)
Intra gastric ( bila anak tak
mau minum,makan, kesadran menurun)
3.
Jumlah Cairan ; tergantung pada
:
1)
Defisit ( derajat dehidrasi)
2)
Kehilangan sesaat (concurrent
less)
3)
Rumatan (maintenance).
4.
Jadwal / kecepatan cairan
1)
Pada anak usia 1- 5 tahun
dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka
pemberianya adalah :
o
BB (kg) x 50 cc
o
BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260
cc setiap diare = 1 gls.
2)
Terapi standar pada anak dengan
diare sedang :
+ 50 cc/kg/3
jam atau 5 tetes/kg/mnt
2.5.2
Terapi
1.
obat anti sekresi : Asetosal,
25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine
0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2.
onat anti spasmotik :
Papaverin, opium, loperamide
3.
antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
2.5.3
Dietetik
a.
Umur > 1 tahun dengan
BB>7 kg, makanan padat / makanan cair
atau susu
b.
Dalam keadaan malbasorbsi berat
serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.
2.5.4
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
2.6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang
kurang
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.
Resiko gangguan integritas
kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.
Resiko tinggi gangguan tumbuh
kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.
Kecemasan anak berhubungan
dengan tindakan invasive
2.7
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
2)
Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
3)
Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi
kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)
Anjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)
Kolaborasi :
-
Pemeriksaan laboratorium serum
elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi
keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
-
Cairan parenteral ( IV line )
sesuai dengan umur
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-
Obat-obatan : (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi
untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas
untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan perawatan selama
dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu
makan meningkat
-
BB meningkat atau normal sesuai
umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau
dingin)
R/ Serat tinggi,
lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
2)
Ciptakan lingkungan yang
bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang
nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)
Berikan jam istirahat (tidur)
serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi
pemakaian energi yang berlebihan
4)
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui
jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)
Kolaborasi dengan tim kesehtaan
lain :
a.
terapi gizi : Diet TKTP rendah
serat, susu
b.
obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung
zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x
24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor,
kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini
terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)
Berikan kompres hangat
R/ merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)
Kolaborasi pemberian
antipirektik
R/ Merangsang
pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan
dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah
dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet,
kebersihan terjaga
-
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan
perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan
pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan
mencegah perkembang biakan kuman
2)
Demontrasikan serta libatkan
keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta
alasnya)
R/ Mencegah terjadinya
iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)
Atur posisi tidur atau duduk
dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan
vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan
dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau
menerima tindakan perawatan, klien
tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1)
Libatkan keluarga dalam
melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan
awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2)
Hindari persepsi yang salah
pada perawat dan RS
R/ mengurangi
rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)
Berikan pujian jika klien mau
diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa
percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)
Lakukan kontak sesering mungkin
dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying
serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5)
Berikan mainan sebagai rangsang
sensori anak
R/ merangsang
perkembangan sensori anak.
BAB
3
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama :
An. H Alamat : Panjang Jiwo I/6 Sby
Jenis kelamin : laki-laki Agama :
Islam
Umur :
2 tahun MRS :
27. 05. 2002 jam 07.40
Nama ayah :
Tn SS Diagnosa: diare akut
dehidrasi sedang
Pendidikan ayah : SMA Sumber : orang tua klien
Pendidikan ibu : SMP
Pekerjaan ayah : Dagang Pekj.
Ibu : ibu rumah tangga
Riwayat Keperawatan
- Riwayat Keperawatan Sekarang
1)
Keluhan Utama
Buang air besar
> 10 x dalam sehari (± 1 cangkir/
BAB)
2)
Riwayat Penyakit sekarang
3 hari sebelum
MRS, klien mengeluh perutnya sakit, kemudian mencret, konsistensi berak cair,
warna kuning, tak ada ampas, ada lendir
tak ada darah, bau amis. Klien muntah setiap kali mencret, yang
dimuntahkan air dan lendir kurang lebih 0,5 cangkir. Klien juga panas.
- Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1)
Riwayat Penyakit Dahulu
2 minggu sebelum
MRS klien juga mengalami diare/ mencret dan juga muntah, kemudian dibawa ke
dokter diberi obat dan sembuh
2)
Riwayat Nutrisi
Sampai umur 2
tahun ASI masih tetap diberikan, Diberi PASI Dancow pada umur 5 bulan sampai
sekarang, sejak umur 2 tahun klien mulai diberikan makanan seperti orang
dewasa, jenis makan di rumah adala nasi, sayur, lauk dan makanan tambahan
seperti bubur kacang ijo, ketam hitam. Di rumah sakit, klien diberikan pedyalit 50 cc/mencret, diet
TKTPRS, bubur kasar dan susu IT masuk ± 40 cc
3)
Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang
telah didapat adalah : BCG,campak, DPT I,II,III booster. Polio I,II,III dan
booster, Hepatitis I,II,III
4)
Riwayat Pertumbuhan dan
perkembangan
a.
Pertumbuhan
BB : 10 kg, LK: 56 cm, LD : 49 cm, PB : 64
cm, LILA : 20 cm
Fontanel
anterior : sudah menutup, tidak cekung.
Fontenel
posterior : menutup
b.
Perkembangan
Fase anal :
Klien meminta pada ibunya saat klien ingin BAB/ BAK klien mau BAK/ BAB hanya
dikamar mandi atau tidak ditempat tidur (ngompol).
Autonomy Vs
Shame and doundt : Klien sudah mau atau mampu
memegang sendok dan makan sendiri, klien dapat menyebutkan keinginannya pada
ibunya.
Klien mampu
berdiri dengan satu kaki tenpa berpegangan 2 hitungan (GK). Klien mampu meniru
membuat garis lurus (GH). Klien dapat menyatakan keinginannya dengan 2 kata ,
contoh : “ Bu.. makan “ atau “Bu..
pipis..” .
Klien belum
dapat memelpas pakaiannya sendiri (BM).
5)
Dampak hospitalisasi
Klien tampak
rewel, sering mengeluh sakit, ingin melepaskan infus di tangannya. Setiap
petugas yang ingin mendekati klien selalu menolak.
6)
Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak terdapat
anggota keluarga yang menderita diare.
o Perilaku yang mempengaruhi
kesehatan :
Pengelolaan
makanan menggunakan air PAM, menyimpan makanan dilemari makan, membuang sampah
dilahan kosong dibelakang rumah, kebiasaan BAB di WC pribadi (septic tank).
o Persepsi keluarga :
Keluarga mengira
bahwa kondisi klien disebabkan oleh
karena klien memakan makanan seperti orang dewasa, seperti goreng-gorengan,
ketam hitam.
7)
Riwayat kesehatan lingkungan
Klien dan orang
tua tinggal di rumah milik sendiri, sarana penyediaan air PAM dan air sumur.
Sertiap musim penghujan rumah selalu banjir, lantai terbuat dari tanah atau
plesteran. Air limbah pembuangan dari kamar mandi atau cuci piring tidak
diselokan melainkan dihalaman bebas.
3.
Pemeriksaan Fisik
1)
Sistem pernafasan
RR : 23 x/mnt, melalui nasal, PCH tak ada,
retraksi intercostalis tak ada, Rhonchi tak ada wheezing tak ada
2)
Sistem kardiovaskuler
Nadi ; 120 x/mnt, kuat dan teratur, S1 S2
tunggal.
3)
Sistem Pencernaan
Mukosa mulut tampak kering, klien mengeluh
pada ibunya bahwa leher (tenggorokan) nya sakit jika menelan makanan. Bising
usus meningkat 45 x/mnt, ada kembung saat diperkusi, klien malas dan menolak
jika ibu klien menawari makan, makanan dari RS masih utuh, klien juga nampak
malas minum, kelihatan tidak haus.
4)
Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tugor elastik,
suhu 36,40 c, akral hangat.
5)
Sistem muskuloskeletal
Klien nampak lemah, udema tak ada,
keterbatasan gerak tak ada.
6)
Sistem persyarafan
Kesadaran komposmentis, GCS 456, tak ada
kejang, parese, mata tampak cowong, skelra tak ikterik, konjungtiva tak anemis,
ubun ubun besar tak cekung.
7)
Sistem Perkemihan
BAK warna kuning, jernih, testis sudah
menurun, ruam ruam daerah perianal tidak ada.
4.
Terapie
o Infus HSD 1000 cc/24 jam
o Pedialyt PO 10
cc/kgBB/mencret
o Vitamin A 1 x 200.000 Iu/IM
o Diet TKTP RS ; bubur kasar 3 x/ hari + susu IT 60 cc ad libt
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||||||||||||||
S:
Ibu mengatakan anak saya mencret ± 10 kali perhari, konsistensi cair,
(± 1 cangkir/BAB), warna kuning tanpa ampas , muntah air dan bercampur lendir
(± ½ cangkir)
O:
BB : 10 kg, mukosa mulut kering, klien malas minum dan tampak tidak
haus, UUB tidak cekung, klien lemah, turgor elastik, mata cowong
S:
Ibu mengatakan klien sering
mengeluh bahwa tenggorokannya sakit jika makan.
O:
Keadaan umum lemah, LILA 20 cm, BB 10 kg, PB 64 cm, LD 49 cm, Lk 56 cm
bising usus 45 x/mnt, kembung saat diperkusi, klien malas dan menolak makan,
makanan dari RS masih utuh
|
Mal absorbsi
KH,lemak, Protein
Meningkatkan
tekanan osmotic
Pergeseran
air dan elektrolit kerongga usus
Meningkatnya isi
rongga usus
Diare
Kehilangan
cairan dan elektrolit melalui feses
Faktor
makanan
Toksin tak
dapat diserap
Hiperparistaltik
Menurunya
penyerapan makanan di usus
Diare
Mual muntah
Nafsu makan
menurun
Perubahan
nutriri
|
Keseimbangan
cairan dan elektrolit
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Diagnosa Keperawatan
- gannguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan dampak sekunder terhadap diare
- resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan output yang berlebihan
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
2)
Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
3)
Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi
kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak
pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)
Kolaborasi :
1.
Pemeriksaan laboratorium serum
elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi
keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
2.
Cairan parenteral ( IV line )
sesuai dengan umur
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3.
Obat-obatan : (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi
untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas
untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan perawatan selama
dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu
makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau
dingin)
R/ Serat tinggi,
lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
2)
Ciptakan lingkungan yang
bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang
nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)
Berikan jam istirahat (tidur)
serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi
pemakaian energi yang berlebihan
4)
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui
jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)
Kolaborasi dengan tim kesehtaan
lain :
a. terapi gizi :
Diet TKTP rendah serat, susu
R/ meringankan kerja lambung dan penambahan
nutrisi
b.
obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan untuk proses pertumbuhan,
c.
pemeriksaan lab Hb, PIT, Hct,
R/ mengetahui kekurangan nutrisi tubuh.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
No
DX
|
TGL
/ jam
|
TINDAKAN
|
EVALUASI
|
1
2
|
27.5.
2002
08.30
09.00
09.10
10.05
12.09
27.05.2002
10.03
10.10
09.07
10.30
09.00
12.02
12.05
|
o
Memantau tanda dan gejala
dehidrasi : mata cowong, UUB tidak cekung, turgor elastik, mukosa bibir
kering, suhu 36,4 0 c nadi 120 x/mnt
o
Memonitor intake dan output
;
Intake HSD sisa 500 cc, pedialyt masuk 50
cc, susu ± 40 cc
Output : BAB 1 cangkir ± 200 cc, muntah
±100 cc, BAK 6 kali ± 120 cc
o
Memonitor cairan oral dan
parentral pedialyt 50 cc masuk / mencret, HSD 1000 cc/12 jam (7 tetes/ menit)
menetes lancar
o
Memberikan pengertian pada ibu
tentang pentingnya cairan dan elektrolit bagi tubuh
o
Mengukur suhu 36,80 c, nadi 124 x/mnt
o
Menjelaskan pada keluarga tentang
pentingnya makanan bagi tubuh pada anak
o
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang diet yang harus dipatuhi dan dilaksanakan untuk klien yaitu diet
TKTPRS bubur kasar yaitu untuk memenuhi kebutuhan energi
o
Memonitor intake dan output
makanan, klien tidak mau makanan dari
RS, makanan masih utuh,klien hanya mau susu sedikit-sedikit, klien masih BAB cair tidak ada ampas
o
Menganjurkan klien untuk tidur
bila tak ada kegiatan yang perlu dikerjakan yaitu untuk memenuhi kebutuhan
klien dalam beristirahat
o
Melakukan kolaborasi pemberian
anti biotic ampicillin 3 x 300 mg, vitamin A oral, dan pemeriksaan laborat
HB, HCT, PLT.
o
Memberikan injeksi vit A 200.000
IV/ IM
|
Tanggal
28.05.2002
S: ibu klien mengatakan anaknya masih
mencret, mulai pagi sampai siang ini 7 x, bentuk cair dengan lendir, warna keruh,
sedikit, tanpa ampas
O: turgor kulit baik, keadan umum lemah,
BB 9,5 kg, RR 28 x/mnt, suhu 36,80 c, nadi 119 x/mnt.
Mukosa mulut kering, mata cowong, UUB tak cekung, klien malas minum,
tanpak tak haus, infue HSD 1000 cc/12 jam diberikan, pedialyt diberi setiap
kali mencret 0,5 gelas,
hasil laborat : Eritrocyt + 1-2 lq, lekosit + banyak, epitel + 1-2
lq., kristal (-) silinder (-)
A: Tujuan belum tercapai
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
S: Ibu klien mengatakan anaknya masih belum mau makanan dari RS tetapi
mau makan roti dari rumah (kabin) sebanyak 2 sdm
A: k/u lemah, LILA 20 cm, bising
usus 40 x/mnt, kien tidak kembung, klien tidak muntah, makanan dari RS masih
utuh, PASI susu IT 60 cc mau sedikit-dikit,
Pemeriksaaan laborat : Hgb
13,5 (N 4,3-10,3) eq/l, Hct 42,1 (N 40-47), PLT 751 . 10 (N 150-350x 10) eq/l
A: tujuan belum berhasil
P: lanjutkan intervensi 3,5,6
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
No Diagnosa
|
E
V A L U A S I
|
1
|
Tanggal
29. 05. 2002
S : Ibu klien mengatakan anaknya masih mencret 5 kali, bentuk cair
berlendir, warna keruh, jumlah sedikit.
O : k/u lemah, BB 9,5 kg,
suhu 370 c, nadi 118 x/mnt, RR 27 x/mnt.
Turgor baik
elastik, mukosa bibir kering, mata
cowong, klien mau minum sedikit-sedikit, pedialyt diberikan , klien mau minum
1,5 gelas, infus HSD diberikan 100 cc/12 jam
A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3
Tanggal 30.05. 2002
S: ibu mengatakan anaknya
masih mencret 3x sampai siang ini, ada ampas ketan hitam, bentuk cair, jumlah
banyak.
O: k/u lemah, turgor
kulit elastis, mukosa bibir basah, mata tidak cowong, klien mau minum banyak,
pedialyt diberikan setiap kali mencret, BB 10 kg, suhu 37 c, nadi 116 x/mnt,
RR 28 x/mnt, infus aff.
A : tujuan berhasil
sebagian
P : intervensi no 1,2,3
Tanggal 31 05 2002
S : Ibu mengatakan anaknya
tidak mencret lagi,
O : K/u baik, klien tidak
lemah, klien tanpak segar mau bermain di TT, mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, klien mau minum banyak, klien makan banyak satu porsi habis, pedialyt
di stop, BB 10 kg, suhu 37 c, N 110 x/mnt, RR 24 x/mnt.
A : Tujuan berhasil
P : Intervensi dihentikan
Tanggal 29.05.2002
S : ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan, sdikit-sedikit 3
x sehari
O : K/U lemah, Bising usus 38 x/mnt, pasi 60 cc diberikan,
porsi dari RS dimakan ¼ porsi, klien makan 4 sdm roti kabin yang sudah
dihaluskan,
A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan
Tanggal 30.05.2002
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan
O: bising usus 35 x/mnt,
tak ada kembung, tidak muntah, makanan dihabis ½ porsi habis dengan
roti kabin 5 sdm .
A: tujuan sebagian berhasil
P: Intervensi dilanjutkan 3,5,6
Tanggal 31.05.2002
S: Ibu klien mengatakan anak sudah makan banyak
O: bising usus 23 x/mnt, BB 10 kg, LILA 22 cm, makanan dihabiskan
1 porsi,
A: tujuan berhasil
P: intervensi dihentikan
|
BAB
4
PEMBAHASAN
1.
Pada pengkajian pada tinjauan
teori bahwa pengkajian penyakit diare sering dialami oleh anak usia 2 tahun pertama
kehidupan, hal ini sesuai dengan hasil yang didapat kan yaitu umur klien sekarang 2 tahun, pada
sistem pernafasan pada teori dijelaskan bahwa pernafasan dapat normal atau
terjadi peningkatan > 40 x/mnt bila terjadi asidosis hal ini ditemukan juga
pada anak diare, yaitu pernafasan 23 x/mnt. Pada sistem kardiovaskuler pada
teori dijelaskan bahwa terjadi peningkatan pada nadi > 124 x/mnt, nadi kecil
bila dehidrasi sedang. Sedangkan pada kasus nadi yang ditemukan adalah 120
x/mnt kuat dan teratur. Sistem pencernaan antara tinjauan teori dan kasus hampi
tak ada perbedaan.
Pada sistem
integumen pada teori dijhelaskan bahwa pada anak dengan dehidrasi sedang dapat
terjadi turgor menurun, kulit pucat, suhu meningkat >37 c , akral hangat,
kemerahaa pada perianal, hal ini tidak
didapatkan pada klien oleh karena sudah ditangani dengan cepat dengan
memberikan rehidrasi cepat sesuai dengan kebutuhan klien, suhu tubuh normal
kemungkinan diare disebabkan oleh karena bukan faktor infeksi, perianal tidak
ada hal ini dikarenakan keluyarga mampu melakukan perawatan perianal seperti
yang diajarkan perawat.
2.
Pada tinjauan teori diagnosa
yang muncul tidak semua didapatkan pada
kasus hanya ditemukan 2 masalah yaitu
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan resiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkab
karena keluarga belum mampu melakukan
rehidrasi secara benar dan penanganan anak
diare. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan diangkat karena anak pada awalnya kurang terbiasa
dengan menu yang disajikan oleh rumah sakit dan anak masih marasa mual dan kadang muntah , hal ini
terbukti dari makanan yang tak pernah di makan, tetapi makanan dari rumah yaitu
roti kabin klien mau memakannya.
3.
Pada intervensi anatra tinjauan
terori dan kasus tidak banyak ditemukan perbedaan , pada umumnya intervensi
mampu dilaksanakan.
4.
pada implementasi mampu
dilakukan oleh perawat hal ini karena sudah dintervensikan secara tepat dan
sesuai dengan diagnosa yang diangkat, klien kooperatif dan mampu melakukan
intervensi dan inplementasi yang di jadwalkan.
5.
Evaluasi didapatkan hasil yang
memuaskan sesuai dengan criteria hasil yang di tentukan .
BAB
5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
pengkajian pada klien diare
sering ditemukan pada anak usis 2 tahun, sistem yang terganggu pada anak sesuai dengan teori yang ada walapun ada
beberapa sistem tubuh yang tidak sesuai dengan toeri yang ada , faktor yang
menyebabkan diere pada kasus ini adalah bukan dari faktor infeksi
2.
Diagnosa yang muncul pada kasus
ditemukan 2 masalah, yaitu ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3.
Intervensi pada kasus
disesuaikan dengan intervensi pada teori dan mengacu pada diagnosa yang
ditemukan
4.
implementasi keperawatan dapat dilakukan
dangan baik karena sudah di intervensikan sebelumnya, sehinga dapat dilakukan dan dengan menggunakan pendekatan yang terapeutik,
5.
pada evaluasi didapatkan hasil yang memuaskan, kerana
sesuai dengan criteria hasil yang sudah ditentukan
Saran
1.
Dalam merawat anak dengan diare
hendaknya diperhatikan masalah yang muncul dan harus memperhatikan
prioritas penanganan yang sesuai/ tepat
2.
Hendaknya perawat selalu
melakukan pengkajian fisik yang lengkap, sehingga dapat dilakukan penanganan
yang tepat dan sesuai dengan keadaan klein pada saat itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC.
Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada
Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan
Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan
Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC.
Jakarta
ConversionConversion EmoticonEmoticon