ASUHAN
KEPERAWATAN LANSIA PADA TN. L DENGAN
GANGGUAN
SISTEM PENGATURAN SUHU TUBUH
(HIPOTERMIA)
TINJAUAN
TEORI
I. DEFINISI
Hipotermia
adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau beresiko
untuk menderita
penurunan suhu tubuh di bawah 35,5 ºC (90 ºF)/rectal
disebabkan
oleh peningkatan faktor-faktor eksternal.
II.
ETIOLOGI
- Penurunan fungsi
termoregulasi terhadap usia
- Penanganan dingin yang
terlalu lama
III.
PATOFISIOLOGI
Penuaan
(65 tahun)
Disfungsi
otonomi
Pada
hipotalamus
(region
post)
Penurunan
fungsi
termoregulasi
tubuh
Penurunan
suhu
tubuh
Kurang
pengetahuan
Informasi
yang tidak tepat
Kecemasan
kehilangan
massa otot
dan
cadangan lemak
penurunan metabolisme
tubuh
Penurunan
energi
kelemahan
intoleransi
aktivitas
IV.
BATASAN KARAKTERISTIK
Mayor
(80 % - 100 %)
- Penurunan suhu tubuh di
bawah 35,5 ºC (96 ºF) per rectal
- Kulit dingin
- Pucat (sedang)
- Menggigil (ringan)
Minor
(50 % - 79 %)
- Kebingungan
mental/mengantuk/gelisah
- Nadi dan pernafasan
menurun
- Kakeksia/malnutrisi
V.
KOMPLIKASI
- Disantria
- Efek kumulatif obat
- Nekrosis lemak
1
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOTERMIA
A.
PENGKAJIAN
I. 1. a. Identitas
Klien
Nomor
Register : 05.07.94
Nama Pasien : Tn. L
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Kristen
Alamat : Jl.
Kenanga No. 3
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
b.
Identitas penanggung
Nama
: Tn. M
Umur
: 35 tahun
Agama :
Kristen
No. RM: 04.02.04
Tgl. Pengkajian: 10 Februari 2004
Pekerjaan
: Karyawan Bank Swasta
Hubungan
dengan klien: anak kandung
Alamat
2.
Alasan masuk RS
; Jl. Kenanga No. 3
Klien
merasa menggigil, ekstremitas dingin dan tampak gelisah di rumah
tanggal
10 Februari 2004
3.
Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengatakan pada
tanggal 10 Februari 2004 sekitar pukul 10.00 pagi
klien
merasa kedinginan dan gelisah. Kemudian klien memakai jaket tetapi
tidak
ada perubahan. Lalu klien dan keluarga pergi ke dokter praktek dan
klien
dianjurkan untuk opname.
2
4.
Riwayat kesehatan masa lalu
Menurut
klien bahwa dia pernah dioperasi App pada umur 20 tahun dan
juga
pernah dirawat karena menderita ulkus peptikum.
5.
Riwayat Psikososial
- Pola koping:
Klien
dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar
terjadi
di usia tua.
- Harapan klien tentang
penyakitnya:
Klien
berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat kambuh lagi dan
jangan
sampai dirawat lagi di RS.
- Faktor stressor:
Merasa
bosan dan diam terus di rumah.
- Konsep diri:
Klien
tidak merasa rendah diri karena penyakitnya dianggap wajar
terjadi
pada usia tua.
- Hubungan dengan
masyarakat:
Klien
di lingkungan bergabung dengan masyarakat lainnya.
- Aktivitas sosial:
Klien
mau mengikuti kegiatan di sosial di masyarakat sesuai dengan
kemampuannya.
- Kegiatan keagamaan:
Klien
rajin ke gereja
- Keyakinan tentang
kesehatan
Klien
menyadari bahwa kesehatan itu merupakan hal yang paling
penting.
II.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : ditemukan
kulit tampak pucat, menggigil, gelisah, dan lemah
Palpasi
: pada permukaan ini ditemukan kulit teraba dingin, nadi cepat.
Auskultasi
: tekanan darah meningkat.
3
III.
Observasi
Observasi
TTV
S :
35 ºC
N :
100 x/menit
TD :
150/90 mmHg
P :
24 x/menit
III.
Pengelompokan Data
Data
Objektif
1. Suhu tubuh 35 ºC
2. Kulit teraba dingin
3. Tampak menggigil
4. Gelisah
5. Mengantuk
6. Tampak pucat dan
menggigil
7. Pemenuhan ADL dilakukan
oleh perawat dan keluarga
8. Tampak cemas dan
ketakutan
9. Klien dan keluarga
sering menanyakan kondisinya
10.
Observasi TTV:
S :
35 ºC
TD :
150/90 mmHg
Data
Subjektif
1. Pasien merasa menggigil
2. Merasa lemah
N : 100 x/menit
P : 24 x/menit
3. Pasien merasa mengantuk
terus
4. Pasien sering menanyakan
kondisinya
5. Klien merasa tidak
berdaya akan kondisinya
4
IV.
Analisa Data
No. Data
1. DO:
- Umur klien 60
tahun
- Suhu tubuh 35 ºC
- Kulit teraba dingin
- Tampak menggigil
DS:
- Merasa dingin dan
- Merasa menggigil
2. DO:
- Tampak lemah
- Pemenuhan ADL
dilakukan
oleh
perawat
dan
keluarga
DS:
- Merasa lemah
3. DO:
- Klien sering
menanyakan
kondisinya
- Gelisah
- Nampak cemas dan
ketakutan
DS:
- Klien merasa tidak
berdaya
akan
kondisinya
V.
Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan
Penyebab
Usia (65 tahun)
menyebabkan disfungsi
otonomi khususnya pada
hipotalamus pada region
post sehingga terjadi
penurunan fungsi
termoregulasi tubuh dan
juga karena kehilangan
massa otot dan cadangan
lemak
Penurunan suhu tubuh
menyebabkan penurunan
metabolisme tubuh
sehingga terjadi penurunan
energi yang menyebabkan
kelemahan.
Kurangnya pengetahuan
dan informasi sehingga
keadaannya merupakan
ancaman kehidupan
Diagnosa
Keperawatan
Penurunan suhu
tubuh
Intoleransi aktivitas
Kecemasan
1. Penurunan suhu tubuh
berhubungan dengan regulasi suhu tak efektif akibat
usia
ditandai dengan:
- Umur klien 60 tahun
- Suhu tubuh 35 ºC
- Kulit teraba dingin
5
- Tampak pucat dan
menggigil
Tujuan:
mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria
- Suhu 36 – 37 ºC
- Tidak menggigil
- Tidak pucat
Intervensi:
a. Pantau suhu klien setiap
2 jam
Rasional:
perubahan suhu yang signifikan membantu dalam pemberian
intervensi.
b. Berikan selimut tambahan
Rasional: pemberian
selimut tambahan dapat mengurangi evaporasi dan
radiasi
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan.
c. Berikan buli-buli panas
pada kaki
Rasional: memberikan
rangsangan panas dari luar untuk membantu
mempertahankan
suhu tubuh yang optimal
d. Pantau suhu lingkungan
Rasional: menjaga
suhu lingkungan tetap konstan sehingga tidak terjadi
pertukaran
antara suhu tubuh dan suhu ruangan.
e. Batasi aktivitas
Rasional: aktivitas
yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh
sehingga
meningkatkan pengeluaran panas dari tubuh.
2. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan suhu tubuh ditandai
dengan:
- Tampak lemah
- Pembatasan aktivitas
- Pemenuhan ADL dilakukan
oleh perawat dan keluarga
Tujuan:
aktivitas terpenuhi dengan kriteria
- Observasi TTV dalam
batas normal (S: 36 – 37 ºC, Nadi: 80 x/menit,
TD :
130/80 mmHg, P : 24 x/menit)
6
- Pemenuhan ADL oleh
klien
Intervensi:
a. Kaji toleransi pasien
terhadap aktivitas dengan parameter frekuensi nadi
20/menit
di atas frekuensi istirahat.
Rasional: parameter
menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap
stress
aktivitas.
b. Kaji kesiapan klien
untuk meningkatkan aktivitas karena kelemahan.
Rasional: stabilitas
fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat
aktivitas individual.
c. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan
Rasional: teknik
penghematan energi, menurunkan penggunaan energi
sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Dorong pasien untuk
berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Pengaturan
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas
dan mencegah kelemahan.
e. Berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulasi bila perlu
Rasional: membantu
meningkatkan harga diri klien bila melakukan
sendiri.
3. Kecemasan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keadaan kondisinya
(ancaman)
ditandai dengan:
- Nampak cemas dan
ketakutan
- Klien dan keluarga
sering menanyakan kondisinya
- Gelisah
Tujuan:
cemas teratasi dengan kriteria:
- Tidak cemas
- Muka tampak cerah
- Keluarga dan klien
kooperatif terhadap asuhan keperawatan
7
Intervensi:
a. Kaji rasa cemas untuk
validasi observasi klien misalnya: apakah merasa
takut.
Rasional: perasaan
adalah nyata dan membantu klien untuk terbuka
sehingga
dapat mendiskusikan dan menghadapinya.
b. Catat petunjuk perilaku
misalnya: gelisah
Rasional: indikator derajat/stress,
di mana dapat terjadi sebagai akibat
gejala
fisik kondisinya.
c. Tentukan persepsi klien
tentang proses penyakitnya.
Rasional: membuat
pengaturan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan
belajar individu.
d. Dorong klien menyatakan
perasaannya.
Rasional: membuat
hubungan terapeutik dan membantu klien untuk
mengidentifikasi
masalah yang menyebabkan kecemasan.
e. Berikan informasi yang
akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
Rasional:
keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan memberikan
rasa
kontrol dan membantu menurunkan kecemasan.
f. Catat pembatasan fokus
perhatian klien misalnya: konsentrasi pada suatu
hal
pada waktu tertentu.
Rasional: penyempitan
fokus umumnya merefleksikan rasa tak
kepanikan.
g. Berikan lingkungan
tenang dan istirahat
Rasional: memindahkan
klien dari stress luar, meningkatkan relaksasi dan
membantu
menurunkan ansietas.
h. Bantu klien menggunakan
mekanisme koping misalnya: teknik mengatasi
stress.
Rasional:
mekanisme koping mampu mengatasi masalah.
i. Dorong keluarga untuk
menyatakan perhatiannya.
Rasional:
tindakan dukungan dapat membantu mengurangi stress.
8
VI.
Implementasi
Implementasi
untuk diagnosa: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan
regulasi
suhu tak efektif akibat usia.
1. Tanggal 10 Februari 2004
jam 09.00
Memantau
suhu klien setiap 2 jam (suhu: 35,5 ºC)
2. Tanggal 10 Februari 2004
jam 09.05
Memberikan
selimut tambahan
3. Tanggal 10 Februari 2004
jam 09.10
Memberikan
buli-buli panas pada daerah kaki
4. Tanggal 10 Februari 2004
jam 09.20
Memantau
suhu lingkungan kamar klien
5. Tanggal 10 Februari 2004
jam 09.45
Membatasi aktivitas
klien dengan memenuhi segala kebutuhan klien di
tempat
tidur.
Catatan: untuk
diagnosa ke-2 dan ke-3 implementasinya disesuaikan dengan
intervensi.
VII.
Evaluasi
Evaluasi untuk
diagnosa: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi
suhu
tak efektif akibat usia.
S :
Klien mengatakan tidak merasa menggigil lagi
O :
- Suhu tubuh 37 ºC
- Kulit tidak teraba dingin
- Tidak pucat
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
9
ConversionConversion EmoticonEmoticon