ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KATUB JANTUNG :
STENOSIS
(MITRAL & AORTA) DAN INSUFISIENSI (MITRAL DAN AORTA)
By.
HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep
Penyakit katub
jantung adalah suatu penyakit kongenital atau didapat yang melibatkan katub-
katub jantung yang
dipertahankan dalam posisi terbuka atau tertutup. Jenis-jenis paling umum
dari penyakit katub
jantung ini adalah stenosis mitral dan aorta serta insufisiensi/regurgitasi
mitral dan aorta.
STENOSIS MITRALIS
Stenosis mitralis
adalah penyakit katub jantung yang mengakibatkan katub tidak dapat
membuka dengan
sempurna pada saat fase diastolik berlangsung sehingga terjadi sumbatan
aliran darah yang
menuju ke ventrikel kanan.
Secara etilogi,
stenosis mitral dibagi atas reumatik (> 90%) dan non-reumatik. Di negara
berkembang
manifesitasi stenosis mitral sebagian terjadi pada usia di bawah 20 tahun, yang
disebut Juvenile
mitral stenosis.
Patofisiologi
Stenosis mitralis
terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katub mitral pada waktu
fase penyembuhan
demam reumatik. Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa pengapuran
mengakibatkan lubang
katub mitral pada waktu diastolik lebih kecil dari normal.
Berkurangnya luas
efektif lubang mitral menyebabkan berkurangnya daya alir katub mitral.
Hal ini akan
meningkatkan tekanan di ruang atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan
antara atrium kiri
dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan ini tidak
berhasil
mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, akan
terjadi bendungan
pada atrium kiri dan selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan
kapiler paru.
Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstisial kemudian
mungkin terjadi
sembab alveolar. Pecahnya vena brokhialis akan menyebabkan hemoptisis.
Pada tahap
selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningkat, kemudian terjadi pelebaran
ventrikel kanan dan
insufisiensi pada katub trikuspid atau pulmonal. Akhirnya vena-vena
sistemik
akan mengalami bendungan pula. Bendungan hati yang berlangsung lama akan
menyebabkan gangguan
fungsi hati.
Kompensasi pertama
tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah takikardia. Tetapi
kompensasi ini tidak
selamanya menambah curah jantung karena pada tingkat tertentu akan
mengurangi masa
pengisian diastolik. Regangan pada otot-otot atrium dapat menyebabkan
gangguan elektris
sehingga terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan menganggu pengisian
ventrikel dari atrium
dan memudahkan pembentukan trombus di atrium kiri.
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
37
Manifestasi klinis
Sebagian besar klien
menyangkal riwayat demam reumatik sebelumnya. Keluhan berkaitan
dengan tingkat
aktifitas fisik dan tidak hanya ditentukan oleh luasnya lubang mitral, misalnya
wanita hamil, keluhan
dapat berupa takikardia, dispnea, takipnea, ortopnea dan denyut
jantung tidak
teratur. Tidak jarang terjadi gagal
jantung, batuk darah atau tromboemboli
serebral maupun
perifer.
Jika kontraktilitas
ventrikel kanan masih baik sehingga tekanan arteri pulmonal belum tinggi
sekali, keluhan lebih
mengarah pada akibat bendungan atrium kiri, vena pulmonal dan
interstisial paru.
Jika ventrikel kanan sudah tak mampu mengatasi tekanan tinggi pada arteri
pulmonalis, keluhan
beralih ke arah bendungan vena sistemik, terutama bila sudah terjadi
insufisiensi
trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi atrium.
Pada pemeriksaan
fisik didapatkan bising mid diastolik yang bersifat kasar, bising
menggerendang
(rumble), aksentuasi presistolik dan mengerasnya bunyi jantung satu. Jika
terdengar bunyi
tambahan opening snap berarti katub terbuka masih relatif lemas (pliable)
sehingga pada waktu
terbuka mendadak saat diastolik menimbulkan bunyi menyentak (seperti
tali putus). Jarak
bunyi jantung kedua dengan opening snap memberikan gambaran beratnya
stenosis. Makin
pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitan.
Komponen pulmonal
bunyi jantung kedua dapat mengeras disertai bising sistolik karena
adanya hipertensi
pulmonal. Jika sudah terjadi insufisiensi pulmonal, dapat terdengar bising
diastolik katub
pulmonal. Penyakit penyerta bisa terjadi pada katub-katub lain, misalnya
stenosis trikuspid
atau insufisiensi trikuspid. Bila perlu, untuk konfirmasi hasil auskultasi
dapat dilakukan
pemeriksaan foto kardiografi yang dapat merekam bising tambahan yang
sesuai. Pada fase
lanjutan, ketika sudah terjadi bendungan interstisial dan alveolar paru, akan
terdengar ronki basah
atau mengi pada fase ekspirasi.
Jika hal ini
berlanjut terus dan menyebabkan gagal jantung kanan, keluhan dan tanda-tanda
edema paru akan
berkurang atau menghilang dan sebaliknya tanda-tanda bendungan sistemik
akan menonjol
(peningkatan vena jugularis, hepatomegali, asites dan edema tungkai). Pada
fase ini biasanya
tanda-tanda gagal hati akan mencolok, seperti ikterus, menurunnya protein
plasma,
hiperpigmentasi kulit (fasies mitral) dan sebagainya.
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus ringan,
EKG mungkin hanya memperlihatkan gambaran gelombang P berupa
takik (notching)
dengan gambaran QRS yang masih normal. Pada tahap lebih lanjut, akan
terlihat perubahan
aksis frontal yang bergeser ke kanan dan kemudian akan terlihat gambaran
RS pada hantaran
prekoridal kanan.
Gambaran foto thoraks
dapat berupa pembesaran atrium kiri, pelebaran arteri pulmonal, aorta
yang relatif kecil
(pada klien dewasa dan fase lanjut) dan pembesaran ventrikel kanan.
Kadang-kadang
terlihat pengapuran di daerah katub mitral atau perikardium. Pada paru-paru
terlihat tanda-tanda
bendungan vena.
Pemeriksaan
ekokadiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat penting dalam menegakkan
diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang khas, ditujukan untuk penentuan adanya
reaktivasi reuma.
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
38
Penatalaksanaan
Prinsip dasar
penatalaksanaan adalah melebarkan lubang katub mitral yang menyempit.
Tetapi indikasi
intervensi ini hanya untuk klien kelas fungsional III (NYHA III) keatas.
Intervensi dapat
berupa bedah dan non-bedah. Pengobatan farmakologis hanya diberikan
apabila ada
tanda-tanda gagal jantung, aritmia ataupun reaktivasi reuma. Profilaksi reuma
harus diberikan
sampai umur 25 tahun, walaupun sudah dilakukan intervensi. Bila sesudah
umur 25 tahun masih
terdapat tanda-tanda reaktivasi, maka profilaksis dilanjutkan 5 tahun
lagi. Pencegahan
terhadap endokarditis infektif diberikan pada setiap tindakan operasi
misalnya pencabutan
gigi, luka dan sebagainya.
INSUFISIENSI MITRALIS
Insufisiensi mitral
adalah penyakit katub jantung akibat reuma, terjadi karena katub tidak bisa
menutup sempurna
waktu sistolik.
Etiologi dibagi atas
reumatik dan non-reumatik (degeneratif, endokarditis, penyakit jantung
koroner, penyakit
jantung bawaan, trauma dan lain-lain). Di Indonesia penyebab terbanyak
adalah demam
reumatik. Sekitar 30% tidak mempunyai riwayat demam reumatik yang jelas.
Patofisiolgi
Perubahan pada katub
meliputi kalsifikasi, penebalan dan distorsi daun katub. Hal ini
mengakibatkan
koartasi yang tidak sempurna pada waktu sistolik. Selain pemendekan korda
tendinea
mengakibatkan katub tertarik ke ventrikel, terutama bagian posterior, dapat
juga
terjadi dilatasi
anulus atau ruptur korda tendinea. Selama fase sistolik, terjadi aliran
regurgitasi ke atirum
kiri, mengakibatkan gelombang P yang tinggi di atrium kiri, sedangkan
aliran ke aorta
berkurang. Pada saat diastolik, darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel.
Darah tersebut,
selain yang berasal dari paru-paru melalui vena pulmonalis, juga terdapat
darah regurgitasi
dari ventrikel kiri waktu sistolik sebelumnya. Ventrikel kiri cepat distensi,
apeks bergerak ke
bawah secara mendadak, menarik katub, korda dan otot papilaris. Hal ini
menimbulkan vibrasi
membentuk bunyi jantung ketiga. Pada insufisiensi mitral kronik,
regurgitasi sistolik
ke atrium kiri dan vena-vena pulmonalis dapat ditoleransi tanpa
meningkatkan tekanan
arteri pulmonal.
Manifestasi Klinis
Regurgitasi mitralis
dapat ditoleransi dalam jangka waktu lama tanpa keluhan pada jantung,
baik saat istirahat
maupun saat beraktifitas. Sesak nafas dan lekas lelah merupakan keluhan
awal secara
berangsur-angsur menjadi ortopnoe, dispnea nokturnal paroksismal dan edema
perifer.
Pada pemeriksaan
fisik, insufisiensi mitralis lebih
jarang terjadi di dibandingkan dengan
stenosis mitralis.
Pada palpasi tergantung derajat regurgitasinya, mungkin dadapatkan
peningkatan aktifitas
jantung kiri. Pada auskultasi terdengar bising pansistolik yang bersifat
meniup (blowing) di
apeks, menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi. Bunyi jantung
pertama melemah,
katub tidak menutup sempurna pada akhir sistolik. Pada saat tersebut
tekanan atrium dan
ventrikel kiri sama. Terdengar bunyi jantung ketiga akibat pengisian cepat
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
39
ke ventrikel kiri
pada awal diastolik dan diikuti diastolic flow murmur karena volume
atrium
kiri yang besar
mengalir ke ventrikel kiri.
Pemeriksaan penunjang
Pada insufisiensi
mitralis yang ringan mungkin hanya terlihat gambaran P mitral dengan aksis
dan kompleks QRS yang
masih normal. Pada tahap lanjut terlihat aksis yang bergeser ke kiri
disertai hipertropi
ventrikel kiri. Blok berkas kanan yang tidak komplit (rsR di V1) didapatkan
pada 5% klien.
Semakin lama penyakit, kemungkinan timbulnya aritmia atrium semakin
besar. Kadang-kadang
timbul ekstrasistolik, takikardia dan flutter atrium, paling sering
fibrilasi, yang
awalnya paroksismal dan akhirnya menetap.
Pada pemeriksaan foto
thoraks, kasus ringan tanpa gangguan hemodinamik yang nyata, besar
jantung biasanya
normal. Pada keadaan lebih berat terlihat pembesaran atrium kiri dan
ventrikel kiri, serta
mungkin tanda-tanda bendungan paru. Kadang-kadang terlihat pengapuran
pada anulus mitral.
Fonokardiografi
dilakukan untuk mencatat konfirmasi bising dan mencatat adanya bunyi
jantung ketiga pada
insufisiensi mitralis sedang sampai berat. Ekokardiografi digunakan untuk
mengevaluasi gerakan
katub, ketebalan serta adanya perkapuran pada mitral. Ekokardiografi
doppler dapat menilai
derajat regurgitasi. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan ada
tidaknya reuma
aktif/reaktivasi.
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotika
untuk mencegah reaktivasi reuma dan timbulnya endokarditis infektif.
STENOSIS AORTA
Stenosis aota dapat
disebabkan kelainan kongenital seperti aorta bikuspid dengan lubang kecil
dan katub aorta
unikuspid, yang biasanya menimbulkan gejala dini. Pada orangtua penyakit
jantung reuma dan
perkapuran merupakan penyebab tersering.
Patofisiologi
Ukuran normal
orifisium aorta 2 – 3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan
tekanan selama
sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan beban
tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan
ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertropi ventrikel kiri). Pelebaran ruang
ventrikel kiri
terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel
kiri meningkat.
Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini
akan mengakibatkan
pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus-
menerus akan
menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.
Iskemia miokard
timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miocard yang hipertropi.
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
40
Manifestasi klinis
Gejala timbul setelah
penyakit berjalan lanjut. Angina pektoris merupakan gejala tersering.
Ateroskelerosis
koroner sering timbul pada klien dewasa dengan stenosis aorta. Iskemia
miokard timbul pada
klien dengan stenosis koroner dan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih
besar
pada peningkatan massa otot ventrikel kiri klien dewasa dengan stenosis koroner
dan
kebutuhan oksigen
ventrikel kiri lebih besar pada peningkatan massa otot ventrikel. Pasokan
oksigen menurun
sampai tingkat subendokardial ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan
tekanan dinding
sistolik di daerah tersebut. Klien yang mengalami gagal jantung akan
memperlihatkan gejala
dispnea yang menonjol dan daya tahan hidup hanya mungkin kira-kira
2 tahun.
Pemeriksaan fisik
pada stenosis aorta yang berat menunjukkan penyempitan tekanan nadi dan
perlambatan lonjakan
denyut arteri. Amplitudo yang berkurang dengan puncak nadi yang
terlambat ini disebut
pulsus tardus et tardus. Impuls apeks tidak berpindah ke lateral,
lamanya
impuls dapat
memanjang. Getaran sistolik dapat dirasakan pada ruang interkostal ke-2 dekat
sternum dan dekat
leher. Pada auskultasi didapati murmur sistolik diamond shaped, bunyi A2
melemah (intensitas
penutupan katub aorta menurun), regutgitasi aorta melemah dan
paradoxical splitting bunyi jantung kedua.
Pada klien muda bunyi ejeksi sistolik terdengar
paling jelas di
apeks. Bising sistolik terdengar lebih keras di apeks pada klien-klien lebih
tua,
biasanya menyebar ke
lateral. Sulit membedakan bising stenosis aorta dari bunyi bruit arteri
karotis yang sering
timbul pada orangtua. Bising bisa tidak terdengar atau disalahartikan
sebagai tidak penting
pada klien dengan emfisema paru yang berat atau stenosis mitral.
Pemeriksaan penunjang
Foto thoraks tahap
awal normal, sedangkan pada tahap lanjut jantung bisa membesar. Terlihat
pelebaran aorta pasca
stenosis, kalsifikasi katub aorta (paling jelas terlihat pada posisi lateral)
dan pembesaran ringan
atrium kiri.
Pada EKG terdapat
tanda-tanda hipertropi ventrikel kiri, peningkatan voltase QRS serta
vektor T terletak 180
dari QRS dan gambaran kelainan atrium kiri. Dari ekokardiografi dapat
dibedakan stenosis
aorta dari obstruksi aliran darah ventrikel kiri yang bukan akibat kelainan
katub. Pemeriksaan
lanjut adalah dengan kateterisasi jantung dan pemeriksaan radionuklir.
Prognosis
Kematian tiba-tiba
timbul pada 3 – 5% klien tanpa gejala. Mekanisme timbulnya sinkop juga
merupakan penyebab
kematian tiba-tiba dan biasanya berhubungan dengan aritmia. Rata-rata
angka kematian pada
orang dewasa sekitar 9% pertahun. Bila keluhan mulai timbul, maka
insidens kematian
akan meningkat sampai 15 – 20%. Jika disertai keluhan angina, hanya 5%
yang bertahan hidup
dalam 10 – 20 tahun. Setelah sinkop, kemampuan bertahan hidup hanya
3- 4 tahun, sedangkan
bila telah timbul gagal jantung kiri hanya dapat bertahan hidup sampai
2 tahun.
Penatalaksanaan
Profilaksis untuk
mencegah endokarditis bakterialis. Gagal jantung diterapi dengan digitalis
dan diuretika.
Pengobatan untuk menurunkan beban awal dan beban akhir harus dilakukan
secara berhati-hati.
Angina diterapi dengan nitrat. Klien dengan gejala membutuhkan tindakan
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
41
operatif dan yang
tanpa gejala membutuhkan penanganan dengan sangat hati-hati serta follow
up untuk menentukan
kapan bedah harus dilakukan.
INSUFISIENSI AORTA
Penyebab terbanyak
adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katub dan pangkal aorta
juga bisa menimbulkan
insufisiensi aorta. Pada insufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan
retraksi daun-daun
katub dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan sekuele
dari demam reumatik.
Patofisiologi
Insufisiensi kronik
mengakibatkan peningkatan secara bertahap dari volume akhir diastolik
ventrikel kiri.
Akibat beban volume ini, jantung melakukan
penyesuaian dengan mengadakan
pelebaran
dinding ventrikel kiri. Curah sekuncup
ventrikel kiri juga meningkat. Kompensasi
yang terjadi berupa
hipertropi ventrikel kiri yang bisa menormalkan tekanan dinding sistolik.
Pada tahap kronik,
faktor miokard primer atau lesi sekunder seperti penyakit koroner dapat
menurunkan
kontraktilitas miokard ventrikel kiri dan menimbulkan peningkatan volume
diastolik akhir serta
penurunan fraksi ejeksi. Selanjutnya dapat meningkatkan tekanan atrium
kiri dan hipertensi
vena pulmonal.
Perubahan hemodinamik
keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik. Kerusakan
akut timbul pada klien
tanpa riwayat insufisiensi aorta sebelumnya. Ventrikel kiri tidak
mempunyai cukup waktu
untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta. Peningkatan secara
tiba-tiba dari
tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi
ventrikel.
Manifestasi klinik
Kadang-kadang klien
datang dengan keluhan adanya pulsasi arteri karotis yang nyata serta
denyut pada apeks
saat klien berbaring kesisi kiri. Bisa juga timbul denyut jantung prematur,
oleh karena isi
sekuncup besar setelah diastolik yang panjang. Pada klien insufisiensi aorta
kronik bisa timbul
gejala-gejala gagal jantung, termasuk dispnea waktu beraktifitas, ortopnea,
dispnea nokturnal
paroksismal, edema paru dan kelelahan. Angina cenderung timbul waktu
istirahat saat
timbulnya bradikardi dan lebih lama menghilang daripada angina akibat penyakit
koroner saja.
Pada pemeriksaan
fisik ditemukan denyut arteri karotis yang cepat dan perbedaan tekanan
darah yang besar bisa
timbul pada keadaan hiperdinamik dengan pulsus bisferiens. Jika
insufisiensi berat,
timbul efek nyata pada pulsasi arteri perifer. Jika gagal jantung berat,
tekanan
diastolik bisa normal akibat peningkatan tekanan diastolik pada ventrikel kiri.
Jantung bisa
berukuran normal bila insufisiensi aorta kronik ringan atau jika
insufisiensinya
akut. Pada klien dengan insufisiensi sedang atau berat,
jantung tampak membesar, impuls
apeks bergeser ke
inferolateral dan bersifat hiperdinamik.
Bunyi jantung pertama
menurun intensitasnya terutama jika interval PR memanjang. Bunyi
ejeksi sistolik bisa
terdengar sepanjang perbatasan sternum kiri akibat distensi tiba-tiba dari
aorta. Sekunder dari
insufisiensi bisa timbul bising diatolik aorta di sela iga 2 kiri, bising
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
42
sistolik di apeks,
bising austin flint (diastolic rumble) di apeks dan bising sistolik trikuspid.
Karakteristik bising
diastoliknya adalah bunyi bernada tinggi, paling jelas terdengar
diperbatasan sternum
kiri, menggunakan diafragma stetoskop dengan penekanan yang cukup
dan klien condong ke
depan setelah ekspirasi. Jika terdapat penyakit pangkal aorta, bising
paling jelas
terdengar di sternum kanan. Bising diastolik nada tinggi bisa terdengar jika
daun
katubitu terbuka,
timbul lubang karena endokarditis. Bising tersebut sering terdengar pada
insufisiensi aorta
akut. Biasanya bunyi melemah oleh karena penutupan dini katub mitral.
Irama derap ventrikel
yang terdengar di apeks biasanya merupakan tanda disfungsi ventrikel
kiri. Bising austin
flint timbul akibat pergeseran aliran balik aorta terhadap daun katub
anterior dari katub
mitral, yang menimbulkan stenosis mitral fungsional.
Pemeriksaan penunjang
Pada foto thoraks
terlihat ventrikel kiri membesar, atrium kiri membesar dan dilatasi aorta.
Bentuk dan ukuran
jantung tidak berubah pada insufisiensi akut, tetapi terlihat edema paru.
Pada EKG terlihat
gambaran hipertropi ventrikel kiri, amplitudo QRS meningkat, ST – T
berbentuk tipe
diastolik – overload, artinya vektor rata-rata menunjukkan ST yang besar dan
gelombang T paralel
dengan vektor rata-rata kompleks QRS. Gambaran tegangan ventrikel
kiri juga ada jika
vektor ST – T rata-rata menunjuk ke arah yang berlawanan dengan vektor
QRS. Interval PR
memanjang.
Pemeriksaan dengan
ekokardiografi memberikan gambaran anatomi pangkal aorta dan katub
aorta, termasuk
vegetasi bila ada, serta fungsi ventrikel. Seperti penyakit katub lainnya,
dapat
pula dilakukan
kateterisasi jantung dan pemeriksaan radionuklir.
Penatalaksanaan
Harus diberikan
profilaksis untuk endokarditis bakterialis. Gagal jantung diterapi dengan
digitalis, diuretik
serta vasodilator. Klien insufisiensi berat dianjurkan untuk di operasi.
Pilihan untuk katub
buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk
koagulan serta
lamanya umur katub.
Prognosis
70% klien dengan
insufisiensi aorta kronik dapat bertahan 5 tahun, sedangkan 50% mampu
bertahan 10 tahun
setelah diagnosis ditegakkan. Klien mampu hidup secara normal, tetapi
mudah terkena
endokarditis infektif. Jika timbul gagal jantung, bisa bertahan 2 tahun dan
setelah timbul gejala
angina biasanya bertahan 5 tahun. Klien dengan insufisiensi aorta akut
dan edema paru
memiliki prognosis buruk, biasanya harus dioperasi.
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
43
Asuhan Keperawatan
Klien dengan Penyakit Katub Jantung
Pengkajian
Gangguan katub umum :
awitan dewasa
Stenosis aorta Stenosis
mitral Insufisiensi aorta
Insufisiensi mitral
OBSERVASI
Dispnea
Dispnea
Sesak nafas karena
Sesak nafas
Kesadaran
terhadap
Kelelahan
aktifitas
Kelelahan
pulsasi jantung kuat
Intoleransi latihan
Sinkope
Penurunan toleransi pada Keringat berlebihan
Ortopnea
Kelelahan
Angina
pektoris
Penurunan
tekanan nadi
latihan
Ortopnea
Dispnea nokturnal
Kulit hangat, kemerahan Palpitasi
dan lembab
Pusing
Gerakan nadi karotis ke paroksismal
(DNP)
atas
lama dan lambat Batuk
Nyeri leher
Pulsasi arteri terlihat di
dengan kualitas kecil
pada
nadi
Hemoptisis
leher
Impuls
apikal : kuat,
Impuls apikal : kualitas Impuls apikal : kuat,
Impuls apikal : besar,
memanjang
selama sistole
Getaran
sistolik
ketukan (taping)
memanjang, pindah ke agak
berubah tempat
arah bawah dan keluar
Bunyi
jantung sedang :
Bunyi jantung : BJ I
Bunyi jantung :
Bunyi jantung : murmur
kresendo-dekresendo,
keras, gaduh murmur
dekresendo, nada tinggi, jantung sistolik
pada
kasar, murmur jantung
diastolik nada
rendah tiupan jantung pada batas apeks,
penurunan BJ II
sistolik parau di atas area dengan
pembukaan bunyi sternal kiri
pertama, penekanan BJ II,
aorta
Penurunan
bunyi kedua
aorta
POTENSIAL
KOMPLIKASI
Endokarditis
Emboli
sistemik
keras pada apeks
Endokarditis
Emboli sistemik : otak,
ekstremitas, abdomen
Bunyi ejeksi sistolik
Murmur diastolik
Endokarditis
terdengar BJ III
Endokarditis
Ruptur korda tendinea
Emboli sistemik
Keluhan umum meliputi
:
Kelelahan, malaise,
sesak nafas (terutama bila beraktifitas), anoreksia, gangguan tidur
(berhubungan dengan
DNP, ortopnea, keringat malam), palpitasi, bunyi jantung III dan IV
Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung
yang berhubungan dengan faktor-faktor mekanis (preload,
afterload) sekunder
terhadap disfungsi katub.
Rencana tindakan :
• Pertahankan tirah
baring ; tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40o
• Pantau vital sign
minimal setiap 4 jam sekali
• Auskultasi bunyi nafas
setiap 4 – 6 jam sekali
• Auskultasi bunyi
jantung setiap 6 – 8 jam sekali, catat respon yang didapatkan
• Pantau adanya perubahan
irama jantung ; catat adanya aritmia
• Berikan obat-obatan
sesuai terapi
• Pantau masukan dan
haluaran
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
44
• Batasi dan pantau
masukan diet natrium
• Batasi dan atau
modifikasi aktifitas selama fase akut, seperti menghindari klien terlalu
lelah, pertahankan
periode istirahat yang telah direncanakan, lakukan latihan ROM
pasif atau aktif
untuk ekstremitas
Kriteria hasil :
Klien memperlihatkan
curah jantung stabil atau membaik ditandai dengan :
• Laporan klien tentang
perbaikan gejala-gejala
• Paru-paru bersih
• Tanda vital dan
haluaran urine dalam batas normal
• Klien dapat melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari
2. Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan dekompensasi jantung
Rencana tindakan :
• Kaji/pantau masukan dan
haluran urine, laporkan bila haluran urine < 30 ml/jam atau
masukan lebih besar
dari haluaran setiap hari
• Auskultasi bunyi
jantung dan bunyi nafas setiap 4 – 8 jam sekali
• Kaji adanya peningkatan
atau penurunan pada tekanan vena jugularis
• Timbang berat badan
klien setiap hari menggunakan pakaian yang sama dan pada
waktu yang sama
• Berikan terapi diuretik
dan vasodilator sesuai terapi
• Batasi natrium dan
cairan sesuai indikasi
• Pantau elektrolit, Hb
dan Ht
Kriteria hasil :
Keseimbangan cairan
klien dapat dipulihkan ditandai dengan :
• Bunyi paru-paru bersih
• S3 dan S4 tidak ada
• Berat badan ideal
tercapai
3. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan menurunnya cadangan jantung
Rencana tindakan :
• Pantau vital sign
minimal setiap 4 jam sekali dan catat gejala-gejala yang
menyertainya
• Pertahankan istirahat
di tempat tidur atau istirahat di kursi sesuai indikasi
• Identifikasi
faktor-faktor yang diketahui menyebabkan kelelahan
• Lakukan tindakan yang
akan memperbaiki aktifitas yang ditoleransi dengan
meminimalkan
kelelahan, misalnya toileting di pispot.
• Tingkatkan aktifitas
sesuai indikasi oleh kondisi ; kaji aktifitas yang ditoleransi dan
kemajuan aktifitas
Kriteria hasil :
Tingkat aktifitas klien
meningkat ditandai dengan :
• Klien melaporkan dapat
berpartisipasi dalam aktifitas kehidupan sehari-hari tanpa
disertai sesak nafas
• Tanda vital dalam batas
normal
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
45
4. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Rencana tindakan :
• Kaji tingkat
pengetahuan
• Jelaskan sifat dan
penyebab proses penyakit
• Diskusikan pentingnya
melaporkan tanda dan gejala gagal jantung, seperti
peningkatan
kelelahan, takipnea, ortopnea, batuk dan gejala lain yang berhubungan.
• Jelaskan pentingnya
mempertahankan higiene oral
• Jelaskan pentingnya
menghindari kelelahan
• Motivasi klien tentang
pentingnya terapi antibiotika
• Diskusikan tentang
obat-obatan klien
• Jelaskan pentingnya
rawat jalan yang terus-menerus
Kriteria hasil :
• Klien mengungkapkan
pengertian tentang penyakitnya, tindakan pencegahan yang
diambil
• Mengidentifikasi
keterbatasan fisik
• Melaporkan pemakaian
obat-obatan yang diresepkan
Created
by Hasrat : D:\PROFIL WEBSITE\ASKEP\Askep Kardiovaskuler\Askep stenosis &
insufisiensi.doc
46
ConversionConversion EmoticonEmoticon