ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN
SISTEM GASTROINTESTINAL
“KOLITIS
ULSERATIF DAN APENDISITIS”
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kolitis ulseratif masuk dalam kategori Inflammatory Bowel Disease
(IBD)/penyakit
inflamasi usus karena penyakit ini merupakan penyakit yang belum
diketahui
penyebabnya dengan prevalensi berkisar 10 - 20 x, terjadi pada usia muda
(umur
25 – 30 tahun) wanita dan pria sama tetapi ada perbedaan dalam geografis dan
sosial
ekonomi tinggi.
Dari
berbagai data kepustakaan didapatkan insiden Kolitis ulseratif di
Indonesia
belum jelas tetapi bertitik tolak pada data endoskopi di sub bagian
gastroentologi
RSU PN (M Jakarta diperoleh gambaran bahwa terdapat ± 20 kasus
Kolitis
ulseratif dari 700 pemeriksaan kolonoskopi atas berbagai indikasi (tahun 1991–
1995)
sedangkan tahun 1996 dari 72 kasus didapatkan kasus Kolitis ulseratif 18.
Data
di masyarakat mungkin lebih tinggi daripada data yang ada di RS,
mengingat
sarana endoskopi belum tersedia merata di pusat pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Dengan
mengetahui data di atas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun
prevalensi
Kolitis ulseratif meningkat.
Apendisitis
merupakan kasus GI terbanyak pada bedah emergensi insiden
tinggi
di negara maju (diet rendah serat) terutama umur 10 – 30 tahun dan laki-laki
lebih
banyak daripada wanita. Apendisitis adalah radang apendiks yang disebabkan
oleh
obstruksi atas pasase infeksi di mana jarang ditemukan pada:
Anak:
apendiks pendek, lumen lebar, bentuk kerucut (peroksimal
lebar, distal menyempit).
Orang tua: lumen
mengecil/fibrotik.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk
mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan derajat kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran
mengenai penyakit Kolitis ulseratif dan
Apendisitis
b. Mampu mengidentifikasi
kasus gangguan sistem pencernaan khususnya
Kolitis
ulseratif dan Apendisitis sehingga dapat mengatasi masalah
keperawatan
yang terjadi.
c. Mampu mengenali
pengkajian sampai evaluasi yang sering terjadi pada
klien
dengan Kolitis ulseratif dan Apendisitis.
C. KEGUNAAN PENULISAN
Dalam
penulisan makalah ini, penulis mengharapkan agar hasil makalah ini
dapat
dipergunakan sebagai:
1. Kegunaan Ilmiah
- Sebagai bahan
bacaan
- Sebagai salah satu
tugas akademik
2. Kegunaan Praktis
Manfaat
bagi tenaga perawat dalam penerapan asuhan keperawatan pada
klien
dengan Kolitis ulseratif dan Apendisitis.
1
I.
DEFINISI
BAB
II
TINJAUAN TEORI
1.
Kolitis ulseratif
Kolitis
ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya
berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksasorbasi yang berganti-ganti.
II. ETIOLOGI
Etiologi
belum diketahui faktor genetik tampaknya berperanan dalam etiologi.
Otoimunitas
berperanan dalam patogenesis.
III.
GAMBARAN KLINIS
Terdapat
tiga tipe klinis:
1. Kolitis ulseratif akut
fulminan ditandai oleh awitan mendadak disertai diare
berdarah,
nausea, muntah-muntah yang hebat, demam prognosis jelek dan
sering
terjadi komplikasi mengakolon toksik.
2. Kolitis ulseratif kronik
intermitten (rekuren)
Timbulnya
cenderung pelan-lean selama berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun.
Bentuk ringan penyakit ditandai oleh serangan singkat yang terjadi
dengan
interval berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan berlangsung 1 –
3
bulan. Mungkin hanya terdapat sedikit atau tidak ada demam diare
mungkin
ringan, perdarahan ringan dan intermiten biasanya hanya colon
bagian
distal yang terserang.
3. Kolitis ulseratif kronik
kontinyu.
Demam
dan gejala-gejala sistemik dapat timbul pada bentuk yang lebih
berat
dan serangan berlangsung 3 atau 4 bulan pada keadaan ini penderita
diare
terus-menerus colon yang terserang cenderung lebih luas.
Defekasi
lebih dari 6 x sehari disertai banyak darah dan mucus nyeri kolik
hebat.
2
IV.
PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Faktor
genetik saluran cerna
Reaksi
inflamasi di lapisan dan dinding usus
Pembengkakan
Ulserasi Infeksi kuman
Mengeluarkan
toksin
Lesi
pada
Meningkatnya Permeabilitas
mukosa
usus
Pembentukan
abses
eliminasi
BAB
Abses
pecah
motilitas
Gangguan Kesempatan
nutrisi kurang absorbsi
<<
dari kebutuhan
Diare
usus
meningkat
Sekresi
air dan
elektrolit
Gangguan
Gangguan
Metabolisme
air
dan elektrolit
Iritasi
pada
mukosa
Nyeri
Tukak
tersebar
Intoleransi
aktivitas
Potensial
Gangguan
integritas
kulit
Gangguan
istirahat tidur
kehilangan
cairan
dan
elektrolit
Dehidrasi
di
usus
Isi
rongga
usus
>>
Volume cairan kurang
dari
kebutuhan
Stadium
lanjut
Terjadi
Tahap kronik
Faktor
Informasi
kurang
Tidak
Konsentrasi
CES meningkat
Tekanan
perdarahan
yang psikologis
terus-menerus
menggunakan
sumber
osmotik
menurun
Resti
anemia
Keterangan:
Pengulangan
dalam periode
waktu
Kecemasan
Salah
persepsi
Kurang
Pengetahuan
CES menurun
Shock
Gangguan
perfusi
jaringan
Faktor
genetik berpengaruh pada saluran pencernaan terjadi reaksi inflamasi di
lapisan
dan di dinding usus sehingga terjadi pembengkakan dan ulsarasi
3
sehingga
menimbulkan kuman untuk berkembang biak dan mengeluarkan
toksin sehingga
motilitas usus dan permeabilitas meningkat menyebabkan
absorbsi kurang dan
terjadi diare sehingga dapat timbul masalah keperawatan
seperti
• Nutrisi kurang dari
kebutuhan karena terjadinya diare dan absorbsi yang
kurang.
• Gangguan eliminasi BAB:
diare
• Potensial terjadi
gangguan integritas kulit; perianal
• Gangguan istirahat
tidur
• Gangguan aktivitas
akibat diare dan rasa nyeri.
Diare
yang terus-menerus menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh
sehingga
masuk dalam tahap dehidrasi sehingga timbul masalah keperawatan
volume
cairan kurang dari kebutuhan.
Terjadinya
dehidrasi menyebabkan konsentrasi CES meningkat, tekanan
osmotik
menurun sehingga CES menurun yang dapat menimbulkan syok
sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan.
Dari
ulserasi menimbulkan lesi pada mukosa, terbentuk abses dan pecah.
Timbul
iritasi mukosa menyebabkan nyeri.
Dari
iritasi yang berkelanjutan menimbulkan tukak yang meluas sehingga
terjadi
perdarahan yang terus-menerus, timbul masalah keperawatan resiko
tinggi
anemia.
Tukak
yang meluas dan ada pengobatan masuk dalam tahap kronik
menimbulkan
gangguan psikologis sehingga timbul masalah keperawatan
kecemasan
dan dapat juga disebabkan oleh kurang pengetahuan.
V. PENGOBATAN
Tidak
ada pengobatan spesifik untuk Kolitis ulseratif, tujuan terapi adalah
mengatasi
peradangan, mempertahankan status gizi penderita, meringankan
gejala
dan mencegah infeksi.
4
Misalnya:
sulfonamide, diit rendah residu tinggi protein, tingtura opium dan
paregonik
Bila tindakan medis
tidak berhasil, maka dilakukan kolektomi total dan
pembuatan
ileotomi permanen.
VI.
KOMPLIKASI
Bersifat
lokal atau sistemik
- Fistula dan fisura
abses rectal
- Dilatasi toksik atau
megakolon
- Perforasi usus
- Karsinoma kolon
5
BAB
III
ASKEP
PADA KLIEN DENGAN KOLITIS ULSERATIF
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN
DATA
A. Data Biografi: Nama,
umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
B. Data Dasar Pengkajian
Klien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala:
• Kelemahan, kelelahan,
malaise, cepat lelah
• Insomnia, tidak tidur
semalaman karena diare
• Merasa gelisah dan
ansietas
• Pembatasan
aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit.
2. Sirkulasi
Tanda:
• Takikardia Crospons
terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi,
dan
nyeri
• Kemerahan area
akimonsis (kekurangan vitamin K)
• TD: hipotensi, termasuk
postural
• Kulit/membran mukosa,
turgor buruk, kering, lidah pecah
(dehidrasi/malnutrisi)
3. Integritas ego
Gejala:
• Ansietas, ketakutan,
emosi, kesal, misalnya perasaan tak
berdaya/tak
ada harapan
• Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan
keluarga/pekerjaan,
pengobatan yang mahal
• Faktor budaya
peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi
6
Tanda:
• Menolak, perhatian
menyempit, depresi.
4. Eliminasi
Gejala:
• Tekstur feses
bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
• Episode diare berdarah
tak dapat diperkirakan, hingga timbul,
sering
tak dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
• Perasaan dorongan/kram
(temosmus), defekasi berdarah/pus/
mukosa
dengan atau tanpa keluar feses.
• Perdarahan per rectal
• Riwayat batu ginjal
(dehidrasi)
Tanda:
• Menurunnya bising usus,
tak ada peristoltik atau adanya peristoltik
yang
dapat dilihat.
• Hemosoid, fisura anal
(25 %), fisura perianal
• Oliguria.
5. Makanan/cairan
Gejala:
• Anoreksia, mual/muntah
• Penurunan berat badan
• Tidak toleran terhadap
diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
• Produk susu makanan
berlemak.
Tanda:
• Penurunan lemak
subkutan/massa otot
• Kelemahan tonus otot
dan turgor kulit buruk
• Membran mukosa pucat,
luka, inflamasi rongga mulut
7
6. Higiene
Tanda:
• Ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri
• Stomatitis menunjukkan
kekurangan vitamin
• Bau badan
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
• Nyeri/nyeri tekan pada
kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan
defekasi)
• Titik nyeri berpindah,
nyeri tekan (arthritis)
• Nyeri mata, fotofobia
(iritis)
Tanda:
• Nyeri tekan
abdomen/distensi
8. Keamanan
Gejala:
• Riwayat lupus eritoma
tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
• Arthritis (memperburuk
gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
• Peningkatan suhu 39,6 –
40 ºC (eksoserbasi akut)
• Penglihatan kabur
• Alergi terhadap
makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke
dalam
usus dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
• Lesi kulit mungkin ada
misalnya: eritoma nodusum (meningkat),
nyeri,
kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima
gangrionosa
(lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan)
• Ankilosa spondilitis
• Uveitis,
kongjutivitis/iritis.
8
9. Seksualitas
Gejala:
frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10.
Interaksi sosial
Gejala:
• Masalah hubungan/peran
sehubungan dengan kondisi
• Ketidakmampuan aktif
dalam sosial
Pemeriksaan
Diagnostik
- Contoh feses
(pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama
kemajuan penyakit):
terutama mengandung mukosa, darah, pus dan
organisme
usus khususnya entomoeba histolytica.
- Protosigmoi doskopi:
memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan
inflamasi (akibat
infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang
menurun fungsinya dan
perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada
35 %
bagian ini.
- Sitologi dan biopsy
rectal membedakan antara pasien
infeksi dan
karsinoma.
Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat
inflamasi
yang disebut abses lapisan bawah.
- Enema bartum, dapat
dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan,
meskipun
jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat
membuat
kondisi eksasorbasi.
- Kolonoskopi: mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding,
menunjukkan
obstruksi usus.
- Kadar besi serum:
rendah karena kehilangan darah.
- Masa protromlain:
memanjang pada kasus berat karena gangguan faktor
VII
dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
- ESR: meningkat karena
beratnya penyakit
- Trombosis: dapat
terjadi karena proses penyakit inflamasi.
- Elektrolit: penurunan
kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
9
- Kadar albumin:
penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan
fungsi
hati.
- Alkalin fosfolase:
meningkat, juga dengan kolesterol serum dan
hipoproteinemia,
menunjukkan fungsi hati.
- Sumsum tulang: menurun
secara umum pada tipe berat/inflamasi panjang.
- Darah lengkap: dapat
menunjukkan anemia hipokronik (penyakit aktif
umum
terjadi secara kehilangan dan kekurangan besi), leukositosis dapat
terjadi,
khususnya pada kasus berat atau komplikasi dan pada klien dengan
terapi
steroid.
II. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
A. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
- Keluhan nyeri perut,
merasa lemah dan lelah
- Nafsu makan kurang,
mual dan muntah
- Keluhan cemas dan takut
- Sering BAB encer ada
darah (6 – 7 x/hari)
- Keluhan BAB biasa tidak
dirasa
2. Data Objektif
- Ekspresi wajah meringis
dan sering memegangi perutnya
- Membran mukosa dan
kulit kering, turgor kulit menurun, bibir
pecah-pecah
- Penurunan berat badan
- Takikardi > 100
x/menit
- Demam 38 ºC
- Peristaltik 30 x/menit
- Tampak pucat
10
B. Analisa Data
No
1. DS:
Data
Kemungkinan
Penyebab
Motilitas usus meningkat
Masalah
Volume
-
Sering BAB encer,
cairan
kadang
bercampur darah
dan
nyeri perut
-
Mual muntah
DO:
-
Membran mukosa dan
kulit
kering
-
Turgor kulit jelek
- Bibir
pecah-pecah
-
Keluaran urine sedikit 1
ml/jam
-
Observasi tanda-tanda
vital:
S:
38 ºC
N:
100 x/menit
TD:
100/60 mmHg
P:
20 x/menit
2. DS:
-
Pernyataan tidak ada
nafsu
makan
-
Klien mengeluh mual
muntah
DO:
-
Berat badan menurun
-
Penurunan lemak
subkutan
Kesempatan
absorpsi
berkurang
Diare
berlangsung lama
Kehilangan
cairan dan
elektrolit
Dehidrasi
Meningkatnya
motilitas
usus
Kesempatan
absorpsi <<
Diare
11
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
-
Tonus otot buruk
-
Bunyi usus hiperaktif
-
Konjungtiva dan
membran
mukosa pucat
-
Pasien muntah
3. DS:
- Defekasi
sering dan
berair
-
Usus berwarna merah
-
Nyeri perut tiba-tiba
DO:
-
Peningkatan bunyi
usus/peristaltic
-
Veses tampak bercampur
darah
-
Wajah tampak meringis
C. Prioritas Masalah
Faktor
genetik
Reaksi
inflamasi di
lapisan dan dinding usus
Infeksi
Ulserasi
Permeabilitas
usus
meningkat
Sekresi air dan elektrolit
Gangguan
metabolisme
air
dan elektrolit di usus
Isi
rongga usus >>
Gangguan
eliminasi
BAB
1. Volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
2. Resiko tinggi terjadinya
gangguan perfusi jaringan
3. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
12
4. Resiko tinggi terjadi
anemia
5. Nyeri
6. Potensial gangguan
integritas kulit: perianal
7. Intoleransi aktivitas
8. Gangguan istirahat tidur
9. Kecemasan
10.
Kurang pengetahuan: mengenai keadaan prognosis dan pengobatan
D. Perumusan Diagnosa
Keperawatan
1. Volume cairan kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan pemasukan
terbatas.
2. Resiko tinggi terjadinya
gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
terjadinya
syok
3. Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi
usus
4. Resiko tinggi terjadi
anemia berhubungan dengan perdarahan yang
terus-menerus.
5. Nyeri berhubungan dengan
iritasi pada mukosa
6. Potensial gangguan
integritas kulit: perianal berhubungan dengan diare
yang
terus-menerus.
7. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan diare
8. Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan diare
9. Kecemasan berhubungan
dengan kurang pengetahuan
10.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
III.
PERENCANAAN
1.
Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
-
Pemasukan terbatas.
-
Pengeluaran berlebihan
13
Ditandai
dengan:
-
Sering BAB encer, kadang bercampur darah dan nyeri perut
-
Mual muntah
-
Membran mukosa dan kulit kering
-
Turgor kulit jelek
-
Bibir pecah-pecah
-
Keluaran urine sedikit 1 ml/jam
-
Observasi tanda-tanda vital:
S: 38 ºC
N: 100 x/menit
TD: 100/60 mmHg
P: 20 x/menit
Tujuan:
Volume
cairan adekuat setelah pemberian terapi dalam waktu 1 x 24 jam
dengan
kriteria:
-
Membran mukosa lembab
- Turgor
kulit baik
-
Pengisian kapiler baik
-
Keseimbangan intake dan output dengan urine rata-rata 1 ml/menit
-
Tanda-tanda vital
S: 37 ºC
N: 80 x/menit
TD: 120/80 mmHg
P: 20 x/menit
Intervensi:
a. Awasi masukan dan
haluaran, karakter dan jumlah feses; perkirakan
kehilangan yang tak
terlihat, misalnya berkeringat, ukur berat jenis urine,
observasi
oliguria.
14
Rasional:
memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal, dan kontrol
penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian
cairan.
b.
Observasi TTV (TD, nadi, suhu)
Rasional: hipotensi,
takikardi, demam dapat menunjukkan respon
terhadap
dan atau efek kehilangan cairan
c. Observasi kulit
kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan
turgor
kulit, pengisian kapiler lambat
Rasional:
menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi
d.
Ukur BB tiap hari
Rasional:
indikator cairan dan status nutrisi
e. Observasi
perdarahan dan tes feses tiap hari untuk melihat adanya darah
samar.
Rasional: diet tak
adekuat dan penurunan absorpsi dapat menimbulkan
defisiensi
vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
f.
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari kerja.
Rasional: kolon
diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan
kehilangan cairan usus.
g.
Catat kelemahan otot atas disritmia jantung.
Rasional: kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan
ketidakseimbangan
elektrolit, misalnya kalium yang perlu untuk fungsi
tulang
dan jantung.
h.
Kolaborasi cairan parenteral, transfusi darah bila perlu
Rasional:
mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan
untuk memperbaiki kehilangan.
i.
Awasi hasil laboratorium: elektrolit (kalium, magnesium), GDA
Rasional:
menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
15
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
-
Gangguan absorbsi usus
Ditandai
dengan:
-
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus
otot
buruk
-
Bunyi usus hiperaktif
-
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
-
Nafsu makan kurang, mual, muntah
Tujuan:
Kebutuhan
nutrisi dapat dipertahankan dalam 3 x 24 jam dengan kriteria:
- BB
meningkat secara bertahap
- Tidak
ada tanda malnutrisi seperti kulit kering
Intervensi:
a.
Berikan fungsi parenteral (NPT) sesuai pesanan dan intervensi berikut
-
Ajarkan perawatan kateter akses vena jangka panjang
Rasional: NPT adalah
tindakan pilihan bila terjadi penurunan BB.
Klien memerlukan 45 –
50 kkal, 2 g protein/kg/BB/hari. Ini
memungkinkan
peningkatan berat badan kira-kira 8 oz/hari
-
Pertahankan status puasa dan tirah baring
Rasional: menurunkan
kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori.
Status puasa menurunkan aktivitas mekanis, fisik
dan
kimia usus.
- Berikan dukungan
psikososial dan keyakinan selama pengistirahatan
usus
dan NPT
Rasional: status
puasa yang lama mengganggu baik secara sosial
maupun
psikologis
16
b.
Sapih klien dari NPP saat diinstruksikan:
-
Gunakan pendekatan yang konsisten, meyakinkan, rileks dan
perawatan kateter
NPT. Berikan dukungan emosional selama proses
penyapihan.
Rasional: klien yang
menerima NPT biasanya memandang NPT
sebagai
penopang hidupnya. Dengan pendekatan ia akan merasa
melindungi
alat tersebut.
- Yakinkan klien
bahwa penurunan berat badan selama minggu I
penghentian
NPT adalah karena kehilangan cairan.
Rasional:
klien umumnya kehilangan 4 – 5 lb cairan
-
Bantu klien membuat harapan realistik untuk peningkatan berat badan
setelah
penghentian NPT.
Rasional:
klien dapat memperkirakan peningkatan BB pada pola
makan
per oral.
-
Dorong penggunaan minuman tinggi protein dengan makanan
Rasional:
mungkin diperlukan suplemen diet untuk memenuhi
kebutuhan
nutrisi
c.
Bantu klien dalam melakukan masukan makanan per oral.
-
berikan dorongan masukan cairan yang mengandung kalori daripada
masukan
cairan seperti soda. Hindari makanan yang menyebabkan
kram
abdomen.
Rasional: minuman yang banyak mengandung kalori dapat
membantu
mencegah malnutrisi, mencegah serangan akut.
-
Kaji penerimaan klien dan respons terhadap masukan cairan per oral.
Rasional:
kemampuan untuk mengabsorpsi nutrien harus dievaluasi
setiap
hari
-
Mulai makanan formula dalam bentuk yang diencerkan dan
tingkatkan
sampai bentuk terkental yang dapat ditoleransi
17
Rasional:
bila klien tak dapat mentoleransi diet reguler dapat
diberikan elemen
makanan karena eleman makanan dapat ditoleransi
karena
batas zat sisa, nutrisi seimbang.
- Berikan berbagai
rasa elemen makanan dan pertahankan agar tetap
dingin
Rasional: diet elemen
mempunyai bau dan rasa tak sedap karena
adanya
asam amino.
- Bantu klien dengan
beralih pada makanan lunak, saring dan makanan
padat rendah sisa dan
berikan dorongan untuk resing makan tinggi
kalori.
Rasional: diperlukan
pengenalan makanan padat secara bertahap
untuk
mengungkap nyeri dan peningkatan toleransi .
- Ajarkan klien untuk
menghindari buah mentah, rempah, alkohol,
makanan
gorengan.
Rasional:
makanan dan cairan jenis ini dapat mengiritasi saluran GI,
-
berikan kebersihan oral
Rasional:
mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
-
Timbang berat badan tiap hari
Rasional: memberikan
informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
terapi.
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
a.
Donnatal, natrium barbital.
Rasional:
antikolinorgik diberikan 15 – 30 menit sebelum makan
memberikan
penghilangan kram dan diare.
b.
Beri imeron injeksi.
Rasional:
mencegah/mengobati anemia, oral tidak diberikan
karena
gangguan usus.
3.
Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan:
-
meningkatnya motilitas usus
18
Ditandai
dengan:
-
Peningkatan bunyi usus/peristaltic
-
Defekasi sering dan berair
-
Veses berwarna merah
-
Nyeri perut tiba-tiba
-
Wajah tampak meringis
Tujuan:
Diare
tidak terjadi setelah dilakukan tindakan dalam jangka waktu 2 x 24
jam
-
Penurunan frekuensi defekasi konsistensi kembali normal
-
Peristaltik normal
-
Nyeri dan kram abdomen tidak ada
Intervensi:
a. Observasi dan
catat frekuensi defekasi konsistensi karakteristik, jumlah
dan
faktor pencetus
Rasional: membantu membedakan penyakit individu dan
mengkaji berat
dan
episode
b.
Mulai lagi memasukkan cairan peroral secara bertahap
Rasional: memberikan
istirahat colon dan menghilangkan atau
menurunkan rangsang
makanan / cairan, maka kembali secara bertahap
mencegah
kram dan diare berulang.
c. Identifikasi
makanan dan cairan yang mencetuskan diare misalnya:
bumbu-bumbu,
produk susu.
Rasional:
menghindari iritan, meningkatnya istirahat usus.
d. Observasi demam,
takikardi, letargi, leukositosis, penurunan protan
serum.
Rasional: tanda bahwa
toksik megakolon oleh perforasi dan peritonitis
akan
terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
19
e.
Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sampai dengan proses
penyakit.
Rasional: adanya
penyakit dengan penyebab tidak diketahui sulit untuk
sembuh dan yang
memerlukan intervensi bedah dapat menimbulkan
stress.
f.
Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.
Rasional: istirahat
menurunkan motilitas usus juga memerlukan laju
metabolisme
bila infeksi dan perdarahan sebagai komplikasi. Defekasi
tiba-tiba
dapat terjadi tanpa terasa dan gejala peningkatan resiko
inkotinensia/jatuh
bila alat-alat dalam jangkauan tangan.
g.
Kolaborasi untuk pemberian obat seperti:
- Antikolinergik,
atropine, belladonna
Rasional:
menurunkan motilitas GI yang menurunkan sekresi
digestik.
-
Sulfasalazin (azulfidine)
Rasional:
pengobatan eksasorbasi ringan dan sedang.
-
Psillium (Metamucil)
Rasional:
mengabsorbsi air meningkatkan bulk feses
-
Steroid misalnya: ACTH prodrisolom
Rasional:
untuk menurunkan proses inflamasi
-
Antibiotik
Rasional:
mengobati infeksi supuratik lokal.
IV.
IMPLEMENTASI
Implementasi
dilakukan sesuai dengan jumlah intervensi yang ada.
V. EVALUASI
1. Setelah 1 x 24 jam
tujuan dan kriteria diagnosa tercapai
2. Setelah 3 x 24 jam
tujuan belum tercapai dengan kriteria:
- Berat badan masih
rendah (BB normal belum tercapai)
20
- Tonus otot sedang
- Konjungtiva dan membran
mukosa masih pucat
- Klien hanya
menghabiskan ½ porsi makanan yang disiapkan
- Mual muntah masih ada
tapi sudah berkurang
Rencana
tindakan dilanjutkan
3. Dalam 2 x 24 jam tujuan
dan kriteria tercapai tetap observasi dilanjutkan
21
I. ANATOMI
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.
Apendisitis
Apendiks
vermoformis merupakan sisa apeks sekum yang pada manusia
penyebabnya
belum diketahui.
Pada posisi yang
normal, apendiks terletak pada dinding abdomen di bawah
titik MC Burney.
Titik MC Burney dicari dengan menarik garis dari spina
iliana superior kanan
ke umbilicus titik tengah dari garis merupakan tempat
pangkal
apendiks.
II. DEFINISI
Apendisitis
merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai semua
lapisan
dinding organ tersebut
III.
ETIOLOGI
Penyebab
pasti belum diketahui:
Faktor
pencetus:
1. obstruksi lumen biasanya
oleh:
- hyperplasia
- fekolit, benda asing,
cacing
- tumor, striktur,
kinking apendiks
2. Infeksi:
- E. coli
- E. histolitika
22
IV.
GAMBARAN KLINIS
Pada
kasus yang akut, gejala permulaan adalah nyeri atau perasaan tidak enak
di
sekitar umbilicus diikuti anoreksia, nausea, muntah.
Gejala-gejala ini
berlangsung 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser
ke kuadran kanan
bawah dan mungkin terdapat nyeri di sekitar titik MC
Burney. Kemudian
dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas biasanya
ditemukan
demam ringan, leukositosis.
V. PATOFISIOLOGI
BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM
Benda
asing
Obstruksi
lumen
Penekanan
lumen
Tekanan
intralumen meningkat
Distensi
Jaringan
usus
Penekanan saraf
Rangsangan pada
serabut saraf myelin
Talamus
Mengalisa lebih cepat
losasi dan intensitas
nyeri
Nyeri
Kelemahan
Hidrasi vena menurun
Edema
mukosa
Rangsangan
untuk
mual
dan
muntah
Intake
kurang
Potensial
gangguan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
Potensial
terjadi:
Intoleransi
aktivitas/
Pengaruh
virus
Proses inflamasi
Inflamasi/inf
Perforasi
Peritonitis
Potensial
terjadi
kekurangan
volume
cairan
Info
yang kurang
Salah
persepsi
Kurang Pengetahuan
Infeksi
Gangguan psikologis penurunan kemampuan
rawat
diri
Kecemasan
23
Keterangan:
Masuknya
benda asing ke dalam lumen usus buntu menyebabkan obstruksi
lumen sehingga
terjadi penekanan pada lumen. Tekanan intralumen meningkat
menyebabkan
aliran balik vena menurun.
Pada keadaan tersebut
disertai pengaruh virus mengakibatkan edema mukosa
terjadi proses
inflamasi kemudian terjadi infeksi. Infeksi yang berlangsung
tanpa pengobatan
menyebabkan perporasi kemudian peritonitis sehingga
timbul
masalah keperawatan: infeksi.
Terjadinya penurunan
hidrasi pada vena mengakibatkan distensi jaringan usus
terjadi penekanan
saraf dan rangsangan pada serabut saraf myelin diteruskan ke
talamus sehingga
timbul rasa nyeri. Rangsangan talamus juga akan
mempengaruhi pusat
refleks mual dan muntah sehingga intake kurang yang
dapat menimbulkan
masalah: potensial terjadi kekurangan volume cairan dan
potensial
terjadi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Terjadinya masalah
nyeri menimbulkan kelemahan dan gangguan psikologis
sehingga
bisa timbul masalah keperawatan:
• Kecemasan
• Potensial terjadi
intoleransi aktivitas atau penurunan kemampuan rawat
diri.
VI.
KOMPLIKASI
1. Ruptus apendiks
2. Perforasi
3. Peritonitis
VII.
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya bila
diagnosis Apendisitis akut ditegakkan segera lakukan
apendoktomi
24
Konservatif
Dilakukan
pada:
• Infiltrat apendikular
• Abses apendikular
Tindakan
berupa:
• Bedrest total, kepala
ditinggikan
• Diet cair, lunak,
rendah serat
• Antibiotik yang sesuai
(sprektrum luas)
• Observasi dilakukan 2 –
4 x/hari
- Nyeri, massa,
konsistensi
- Nadi, suhu
- Lab: leukosit
- Tanda peritonitis
• Bila pada observasi
gejala menetap atau bertambah: lakukan segera
apendoktomi
emergensi
• Bila ada perbaikan
lakukan apendoktomi elektif.
Pembedahan
• Sebaiknya dilakukan 2 x
24 jam
• Makan insisi
Insisi
grid iron, insisi Lonz
25
I. PENGKAJIAN
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Biografi: Nama,
umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
B. Data Dasar Pengkajian
Klien (Pra operasi)
1. Aktivitas/istirahat
Gejala:
malaise
2. Sirkulasi
Tanda:
takikardia
3. Eliminasi
Gejala:
• Konstipasi pada awitan
awal
• Diare (kadang-kadang)
Tanda:
• Distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan
• Penurunan atau tidak
ada bising usus
4. Makanan/cairan
Gejala:
• Anoreksia
• Mual/muntah
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat
beat dan terlokalisasi pada titik MC Burney
(setengah
jarak antara umbilicus di tulang ileum kanan)
meningkat
karena berjalan, bersin, batuk atau nafas dalam
(nyeri
berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada
apendiks).
26
Keluhan
berbagi rasa nyeri/gejala tidak jelas (sehuhubungan
dengan
lokasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter.
Tanda: Perilaku
hati-hati, berbaring ke samping atau telentang dengan
lutut ditekuk,
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Nyeri
lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
6. Keamanan
Tanda:
demam (biasanya rendah)
7. Pernafasan
Tanda:
takipnea, pernafasan dangkal.
C. Data Fokus
Anamnesis
a. Sakit sekitar pusat dan
epigastrium
- Nyeri samar/tumpul
- Kadang kolik
obstruksi
- Beberapa jam kemudian
(4 – 6 jam) berpindah jam kemudian
b. Sakit perut kanan bawah,
menetap:
- Nyeri tajam,
jelas/nyeri somatic
- Terutama di titik MC
Burney
- Sakit bila berjalan,
nafas dalam, mengedan atau batuk akibat
perangsangan
peritoneum.
c. Nafsu makan hilang
d. Mual dan muntah
e. Konstipasi, diare (bila
letak pelvinal mengiritasi rectum)
f. Sakit seluruh perut
bila ada sudah peritonitis.
Pemeriksaan
fisik:
a. Demam ringan 37,5 – 38,5
ºC
b. Demam meningkat abses,
peritonitis
c. Nadi cepat abses,
peritonitis
27
d. Kurang bergerak, paha
difleksikan
Inspeksi:
• Tidak tampak kelainan
• Penonjolan perut kanan
bawah bila sudah ada infiltrat atau abses
• Kembung
Palpasi:
• Nyeri tekan perut kanan
bawah (titik MC Burney)
• Teraba massa di perut
kanan bawah bila sudah terbentuk abses.
• Bloomberg sign: tekan
perlahan, lalu lepas tiba-tiba sakit
• Rousing sign: tekan
perut kiri bawah lalu didorong ke kanan sakit
• Obturator sign: fleksi
dan endorotasi sendi panggul sakit.
Perkusi:
• Pekak hepar hilang bila
sudah ada perforasi
Auskultasi:
• Peristaltik normal
kecuali bila ada peritonitis
D. Pemeriksaan Diagnostik
• SDP: leukositosis di
atas 12.000/mm3, neutrofil meningkat sampai 75
%
• Urinalisis: normal,
tetapi eritrosit leukosit mungkin ada
• Foto abdomen: dapat
menyatakan adanya pengerasan material pada
apendiks
(fekalit), ileus terlokalisir
• USG: massa infiltrat atau abses
Penuntun
drainase abses perkutan
• Laporaskopi: untuk
kasus yang meragukan
28
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
• Keluhan nyeri perut
bagian kanan bawah dan nyeri bertambah bila
bersin,
batuk dan jalan.
• Klien berbaring dengan
lutut ditekuk
• Nafsu makan hilang
• Mual dan muntah
• Kadang susah BAB atau
diare
2. Data Objektif
• Wajah tampak meringis
• Klien berbaring dengan
lutut ditekuk
• Nyeri tekan pada MC
Burney
• Nyeri tekan bila
dilakukan Bloomberg Sign, Rousing Sign,
Obturator
sign, psoas sign.
• Peristaltik normal atau
menurun
• Observasi pernafasan:
24 x menit
Nadi:
100 x/menit
• Distensi abdomen
• Demam berkisar 37,5 –
38,5 ºC
B.
Analisa Data
No
1.
Data
Kemungkinan
Penyebab
Obstruksi
Tekanan
intralumen
meningkat
Mucus
tertimbun
Edema
mukosa
29
Masalah
Potensial
terjadi
infeksi
2. DS:
-
Pasien mengeluh nyeri
perut
kanan bawah dan
bertambah
bila bersin,
batuk
dan jalan.
-
Berbaring ke samping
dengan
lutut ditekuk
-
Wajah tampak meringis
-
Observasi tanda-tanda
vital
- 24
x menit
- N:
100 x/menit
C.
Prioritas Masalah
1. Infeksi:
aktual/potensial
2. Nyeri
3. Potensial gangguan
nutrisi
4. Intoleransi aktivitas
Luserasi
Diagnosis
lambat
Terjadi
masa infiltrat
Distensi
jaringan usus
Penekanan
saraf
Perangsangan
pada
serabut
saraf myelin
Talamus
Menganalisa cepat lokasi
nyeri
dan intensitasnya
Nyeri akut.
5. Penurunan kemampuan
rawat diri
6. Kecemasan
7. Kurang pengetahuan
D.
Perumusan Diagnosa Keperawatan
1. Potensial terjadi
infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan
utama.
2. Nyeri akut berhubungan
dengan jaringan usus oleh inflamasi
3. Potensial gangguan
nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
30
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan nyeri akut
5. Penurunan kemampuan
rawat diri berhubungan dengan nyeri akut
6. Kecemasan berhubungan
dengan kurang pengetahuan
7. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi.
III.
PERENCANAAN
1.
Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan:
- Tidak adekuatnya
pertahanan utama; perforasi
- Prosedur
invasive/insisi bedah
Ditandai
dengan:
- Keluhan nyeri
Tujuan:
infeksi tidak terjadi dalam waktu 3 – 4 hari dengan kriteria:
- Meningkatnya
penyembuhan luka dengan benar
- Bebas dari tanda
infeksi seperti: demam, bengkak, nyeri, kemerahan
Intervensi:
a.
Awasi TTV, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental,
meningkatnya nyeri abdomen.
Rasional:
dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
b.
Lihat insisi dan balutan. catat karakteristik drainase luka/drain (bila ada)
adanya
eritema.
Rasional: memberikan
deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan atau
pengawasan
penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.
c. Lakukan pencucian
tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.
Berikan
perawatan paripurna.
Rasional:
Menurunkan resiko penyebaran infeksi
d.
Berikan informasi yang tepat, jujur pada klien/orang terdekat.
Rasional: pengetahuan
tentang kemajuan situasi memberikan dukungan
emosi,
membantu menurunkan ansietas.
31
e.
Ambil contoh drainase bila diindikasikan
Rasional:
kultur pewarnaan gram dan sensitivitas berguna untuk
mengidentifikasi
organisme penyebab dan pilihan terapi.
f. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional: mungkin
diberikan secara profilaktik atau menurunkan
jumlah organisme
(pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk
menurunkan
pengobatan dan pertumbuhannya pada rongga abdomen.
g.
Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan
Rasional:
dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir
2.
Nyeri akut berhubungan dengan:
- Distensi jaringan usus
oleh inflamasi
- Adanya insisi bedah
Ditandai
dengan:
- Nyeri pada perut kanan
bawah dan bertambah bila bersin, batuk dan
jalan.
- Berbaring ke samping
dengan lutut ditekuk
- Wajah tampak meringis
- Observasi pernafasan:
16 – 20 x/menit, Nadi: 60 - 100 x/menit
Intervensi:
a.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, bertanya (skala 0 – 10). Selidiki
dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional: berguna
dalam pengawasan, keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya
abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan
intervensi.
b.
Observasi TTV
Rasional: deteksi
dini terhadap potensial masalah dengan intervensi
segera
dapat mencegah akibat serius.
c.
Pertahankan istirahat dengan posisi semi Fowler
32
Rasional:
gravitasi melokalisasi eksudat, inflamasi dalam abdomen
bawah
atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan
posisi telentang.
d.
Pertahankan tirah baring
Rasional:
Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan membantu
mengontrol
nyeri dengan mengurangi kebutuhan untuk kontraksi otot.
e.
Dorong ambulasi dini
Rasional:
meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang
peristaltik
dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
f.
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi misalnya: tarik nafas dalam
Rasional:
fokus perhatikan kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan
kemampuan koping
g.
Berikan kirbat es pada abdomen
Rasional:
menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan
rasa
ujung saraf.
h.
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional:
menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan
intervensi
terapi lain misalnya: ambulasi
i.
Kolaborasi untuk pertahankan puasa/penghisapan nasogastrik pada awal
Rasional:
menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan
iritasi
gaster/muntah.
IV.
IMPLEMENTASI
Implementasi
dilakukan sesuai dengan jumlah intervensi yang ada.
V. EVALUASI
1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 4 hari tujuan dan kriteria
berhasil
rencana tindakan dihentikan
2. Setelah pemberian
injeksi nofalgin nyeri teratasi dan rencana tindakan
dihentikan
33
DAFTAR
PUSTAKA
• Carpenitu, Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC,
Jakarta,
1999.
• Doengoes, dkk., Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.
• Price Sylvia &
Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4
Buku
I, EGC, Jakarta, 1995.
• Suyono Slamet, dkk.,
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, FKUI, Jakarta, 2001.
34
ConversionConversion EmoticonEmoticon