BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Eliminasi produk pencernaan yang
teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan sistem tubuh
lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola
dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah terbukti bahwa
pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal
biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolesterol (Robinson
dan Weigley ,1989).
Untuk menangani masalah eliminasi
perawat harus memahami eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan
atau menghambat eliminasi. Asuhan kaperawatan yang mendukung akan menghormati
privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang untuk
meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidak nyamanan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara melakukan perawatan pada pasien saat eleminasi urine
?
1.3 TUJUAN PENULISAN
·
Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang perawatan
pada saat eleminasi urine sesuai dengan
tujuan dan tata prosedur pelaksanaan
·
Tujuan khusus
1.
Mengetahui faktor
yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
2.
Mengetahui sifat
urin normal
3.
Mengetahui
masalah dalam eliminasi urin
4.
Mengetahui cara
mengatasi masalah dalam eliminasi urin
5.
Mampu melaksanakan tindakan perawatan eliminasi urine sesuai dengan prosedur
pelaksanaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ELIMINASI
URINE
A. Pengertian
Eliminasi
adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi
terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
B. Faktor yang
mempengaruhi kebiasaan berkemih
1. Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk
berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya
urine banyak tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kandung kemih yang
lebih daripada normal
3.Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan.
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan.
5. Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.
7. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter) dan Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine dan Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter) dan Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine dan Analgetik dapat terjadi retensi urine.
C. Sifat Urine
Warna :
1. Normal urine berwarna kekuning-kuningan
2. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap
3. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
1. Normal urine berwarna kekuning-kuningan
2. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap
3. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
Bau :
1. Normal urine berbau aromatik yang memusingkan
2. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
1. Normal urine berbau aromatik yang memusingkan
2. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
Berat jenis :
1. Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar.
2. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml
3. Normal berat jenis : 1010 – 1025
Kejernihan :
1. Normal urine terang dan transparan
2. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
1. Normal urine terang dan transparan
2. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
PH :
1. Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
2. Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri
3. Vegetarian urinennya sedikit alkali.
1. Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
2. Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri
3. Vegetarian urinennya sedikit alkali.
Protein :
1. Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal ke urine
2. Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring ke dalam urine
3. Adanya protein didalam urine - proteinuria, adanya albumin dalam urine albuminuria.
1. Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal ke urine
2. Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring ke dalam urine
3. Adanya protein didalam urine - proteinuria, adanya albumin dalam urine albuminuria.
D. Masalah-masalah dalam Eliminasi
Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine,
enuresis, perubahan pola urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan
urine suppression).
Penyebab umum masalah ini adalah :
* Obstruksi
* Pertumbuhan jaringan abnormal
* Batu
* Infeksi
* Masalah-masalah lain.
Penyebab umum masalah ini adalah :
* Obstruksi
* Pertumbuhan jaringan abnormal
* Batu
* Infeksi
* Masalah-masalah lain.
1.
Retensi
a) Adanya penumpukan urine didalam
kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b) Menyebabkan distensi kandung kemih
c) Normal urine berada di kandung
kemih 250 – 450 ml
d) Urine ini merangsang refleks untuk
berkemih.
e) Dalam keadaan distensi, kandung
kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine
§
Tanda-tanda
klinis retensi
a) Ketidaknyamanan daerah pubis.
b) Distensi kandung kemih
c) Ketidak sanggupan untuk berkemih.
d) Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)
e) Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
f) Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
a) Ketidaknyamanan daerah pubis.
b) Distensi kandung kemih
c) Ketidak sanggupan untuk berkemih.
d) Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)
e) Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
f) Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
2.
Inkontinensi urine
a) Ketidaksanggupan sementara atau
permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung
kemih
b) Jika kandung kemih dikosongkan
secara total selama inkontinensia sampai inkontinensi komplit
c) Jika kandung kemih tidak secara
total dikosongkan selama inkontinensia sampai inkontinensi sebagian
v
Penyebab
Inkontinensi
a) Proses ketuaan
b) Pembesaran kelenjar prostat
c) Spasme kandung kemih
d) Menurunnya kesadaran
e) Menggunakan obat narkotik sedative
a) Proses ketuaan
b) Pembesaran kelenjar prostat
c) Spasme kandung kemih
d) Menurunnya kesadaran
e) Menggunakan obat narkotik sedative
3. Perubahan
pola berkemih
1. Frekuensi
a) Normal, meningkatnya frekuensi
berkemih, karena meningkatnya cairan.
b) Frekuensi tinggi tanpa suatu
tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis
c) Frekuensi tinggi pada orang stress
dan orang hamil
d) Canture / nokturia – meningkatnya
frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini tidak akibat meningkatnya intake
cairan.
2. Urgency
a) Adalah perasaan seseorang untuk
berkemih
b) Sering seseorang tergesa-gesa ke
toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih
c) Pada umumnya anak kecil masih
buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.
3. Dysuria
a) Adanya rasa sakit atau kesulitan
dalam berkemih
b) Dapat terjadi karena : striktura
urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.
4. Polyuria
a) Produksi urine abnormal dalam
jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan
intake cairan
b) Dapat terjadi karena : DM, defisiensi
ADH, penyakit ginjal kronik
c) Tanda-tanda lain adalah :
polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
5. Urinari suppresi
a) Adalah berhenti mendadak produksi
urine
b) Secara normnal urine diproduksi
oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa
c) Keadaan dimana ginjal tidak
memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria
d) Produksi urine abnormal dalam
jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya 100 – 500 ml/hari
e) Penyebab anuria dan oliguria :
penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan shock.
E. Cara Mengatasi Masalah Urin
1. KATETERISASI
a.
Pengertian
Kateterisasi adalah
pemasangan selang kateter melalui uretra kedalam kandung kemih. Seperti juga
mengalirkan urin, kateterisasi dapat digunakan selama pembedahan untuk
mempertahankan kandung kemih kosong. Ada dua jenis kateter.
b. Persiapan
1.
Persiapan
alat: Bak intrumen berisi (pinset anatomi, duk, kassa, kateter sesuai ukuran,
sarung tangan steril dua pasang), Desinfektan dalam tempatnya, Spuit 20
cc, Pelumas, Urin bag, Plester dan
gunting, Selimut mandi, Perlak dan pengalas, Bak berisi air hangat, sabun,
handuk, Bengkok, Pispot
2.
Persiapan
pasien
3.
Persiapan Lingkungan
4.
Persiapan Perawat
c. Prosedur
1. Pintu ditutup/pasang sampiran
2. Mencuci tangan
3. Perawat berdiri di sebelah kanan
klien dan pasang sarung tangan
4. Pasang perlak dan pengalas
5. Pasang selimut mandi sambil
pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
6. Atur posisi klien sim kiri
7. Sambung selang karet dan klem
(tertutup) dengan irigator
8. Isi irigator dengan cairan yang
sudah disediakan
9. Gantung irigator dengan ketinggian
40-50 cm dari bokong klien
10. Keluarkan udara dari selang
dengan mengalirkan cairan ke dalam bengkok
11. Pasang kanule rekti dan olesi
dengan jelly
12. Masukkan kanule ke anus, klem
dibuka, masukkan cairan secara perlahan
13. Jika cairan habis, klem selang
dan cabut kanul dan masukkan kedalam bengkok
14. Atur kembali posisi klien dan
minta klien menahan sebentar
15. Bantu klien ke WC jika mampu,
jika tidak tetap dalam posisi miring lalu pasang pispot dibokong klien.
16. Klien dirapihkan
17. Alat dirapikan kembali
18. Mencuci tangan
19. Melaksanakan dokumentasi.
2. HUKNAH RENDAH
a. Pengertian
Adalah tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan cairan hangat ke dalam kolon dessendens melalui anus dengan
menggunakan kanula rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke dalam rektal dengan
ketinggian irigator 50 cm dengan posisi sisi kiri.
b. Persiapan
1. Persiapan alat: Sarung tangan
bersih, Selimut mandi atau kain penutup, Perlak dan pengalas bokong, Irigator
lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya, Cairan hangat sesuai kebutuhan
(misalnya cairan Nacl, air sabun, air biasa), Bengkok, Pelicin
(vaselin, sylokain, Jelly 2% /pelumas larut dalam air, Tiang penggantung irigator, Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan
kapas cebok/tissue toilet
2. Persiapan pasien
3. Persiapan Perawat
c. Prosedur
1. Pintu ditutup/pasang sampiran
2. Mencuci tangan
3. Perawat berdiri disebelah kanan klien
dan pasang sarung tangan
4. Pasang perlak dan pengalas
5. Pasang selimut mandi sambil
pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
6. Atur posisi klien sim kiri
7. Sambung selang karet dan klem
(tertutup) dengan irigator
8. Isi irigator dengan cairan yang
sudah disediakan
9. Gantung irigator dengan ketinggian
40-50 cm dari bokong klien
10. Keluarkan udara dari selang
dengan mengalirkan cairan ke dalam bengkok
11. Pasang kanule rekti dan olesi
dengan jelly
12. Masukkan kanule ke anus, klem
dibuka, masukkan cairan secara perlahan
13. Jika cairan habis, klem selang
dan cabut kanul dan masukkan kedalam bengkok
14. Atur kembali posisi klien dan
minta klien menahan sebentar
15. Bantu klien ke WC jika mampu,
jika tidak tetap dalam posisi miring lalu pasang pispot dibokong klien.
16. Klien dirapikan.
3.
HUKNAH TINGGI
a. Pengertian
Adalah tindakan
keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon assendens
melalui anus dengan menggunakan kanula rekti. Kanul masuk 15-20 cm ke dalam rektal dengan ketinggian
irigator 30 cm dengan posisi sims kanan
b.
Persiapan
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
3. Persiapan Lingkungan
4. Persiapan Perawat
c.
Prosedur
1. Pintu ditutup/pasang sampiran
2. Mencuci tangan
3. Perawat berdiri disebelah kanan
klien dan pasang sarung tangan
4. Pasang perlak dan pengalas
5. Pasang selimut mandi sambil
pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
6. Atur posisi klien sim kiri
7. Sambung selang karet dan klem
(tertutup) dengan irigator
8. Isi irigator dengan cairan yang
sudah disediakan
9. Gantung irigator dengan ketinggian
40-50 cm dari bokong klien
10. Keluarkan udara dari selang
dengan mengalirkan cairan ke dalam bengkok
11. Pasang kanule rekti dan olesi
dengan jelly
12. Masukkan kanule ke anus, klem
dibuka, masukkan cairan secara perlahan
13. Jika cairan habis, klem selang
dan cabut kanul dan masukkan kedalam bengkok
14. Atur kembali posisi klien dan
minta klien menahan sebentar
15. Bantu klien ke WC jika mampu,
jika tidak tetap dalam posisi miring lalu pasang pispot dibokong klien.
16. Klien dirapihkan
17. alat dirapihkan kembali
18. Mencuci tangan
19. Melaksanakan dokumentasi
1. Pemeriksaan Urine meliputi Volime, warna, Berat Jenis, Ph, Protein,
Bikokarbonat, warna tambahan, dan osmolalitas.
2. Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, Natrium, pencitraan
radionuklida, dan Klorida, fosfat, dan magnesium meningkat.
3.
pemeriksaan ultrasound ginjal
4.
arteriogram ginjal
5.
EKG
6.
CT Scan
7.
Endourologi
8.
Urografi ekskretorius
9.
sistouretrogram berkemih
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Untuk meningkatkan defekasi dengan
menstimulasi peristaltik. Penyakit tertentu menyebabkan kondisi – kondisi yang
mencegah pengeluaran fases secara normal dari rectum, sehingga menyebabkan
membuat suatu lubang dibagian usus, tepatnya didaerah kolon,seperti kolon
asenden, traversum, desenden.
Dalam melakukan perawatan pada
masalah diatas diperlukan pemahaman dalam melakukan tindakan sesuai dengan
prosedur yang telah ada dan perawatan yang rutin.
3.2. SARAN
Tak lengkap jika pembuatan makalah ini terselesaikan tanpa
adanya saran dari kawan-kawan sekalian. Kami berharap para pembaca juga akan
terus memberikan saran untuk perbaikan selanjutnya sehingga tidak hanya dapat
dipelajari namun juga dinikmati karena adanya interaksi yang baik antara
penulis/penyusun makalah dengan para pembaca sekalian. Seperti halnya kritik
kami juga menantikan berbagai saran dari anda para pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
ConversionConversion EmoticonEmoticon