BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di sebagian besar negara tropis terdapat angka kematian anak tinggi.
Hal tersebut membuat para orang tua anak khususnya ibu mengalami suatu
ketegangan yang dapat menyebabkan kecemasan pada diri ibu tersebut, dan tentunya akan timbul suatu kekhawatiran dan
ketakutan yang sewajarnya terjadi, namun selain itu juga terdapat ketegangan
lahiriah, misalnya; memasak makanan khusus untuk menerbitkan selera makan si
anak, tambahan cucian dan masakan kalau anak kebetulan muntah atau mencret,
kurang tidur pada malam hari dan lain-lain. Oleh karena itu penting adanya
pengertian terhadap segala ketegangan yang akan kita hadapi kalau salah seorang
dari anggota keluarga menderita sakit, sehingga kita mampu menghadapinya
(Ebrahim, 1994).
Catatan Rumah Sakit dan klinik memperlihatkan bahwa mayoritas
perawatan anak kecil di rumah sakit di sebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan, malnutrisi, dan penyakit diare. Semua penyakit ini juga menjadi
penyebab utama kematian yang terjadi di daerah tropis (Ebrahim, 1994).
Di negara yang sedang berkembang diare masih merupakan penyakit
urutan keenam dari sepuluh besar pola penyakit yang ada, angka kejadian diare
tahun 1986 sampai 1991 berkisar 19,46-27,22 perseribu pasien, sedang angka
kematian berkisar 0,020-0,034 perseribu pasien. Dengan semakin meningkatnya
angka kematian karena penyakit diare, maka semakin meningkat pula kecemasan
yang dialami oleh para ibu, respon cemas dalam menghadapi suatu permasalahan
kesehatan akan memberikan dampak yang kurang baik pada anak maupun ibu sendiri,
karena dengan perilaku cemas mengakibatkan perhatian ibu dalam proses
keperawatan akan berkurang, ibu lebih cenderung untuk memikirkan keadaan
anaknya tanpa melihat keadaan yang ada disekitarnya, misal ibu tidak dapat memperbolehkan
anaknya dilakukan tindakan keperawatan karena anaknya menangis hebat dan ibu
merasa cemas, maka hal tersebut akan merugikan baik pihak petugas kesehatan,
anak maupun ibu sendiri.
Karena dalam ilmu keperawatan konsep keperawatan anak sakit tidak
dapat terlepas dari konsep keperawatan keluarga, maka keadaan sakit yang
dialami oleh salah satu anggota keluarga akan berpengaruh pada anggota keluarga
yang lain. Dari latar belakang diatas, maka penyuluhan dan support sangat
diperlukan oleh orang tua khususnya ibu yang mempunyai anak sakit, terutama
diare akut.
Dari uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian
dengan judul “Identifikasi tingkat
kecemasan ibu terhadap balita dengan
penyakit diare akut di R.S Siti Khotijah Sepanjang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan pada penelitian sebagai berikut: Bagaimana tingkat kecemasan ibu
terhadap balita dengan penyakit diare akut?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mempelajari tingkat kecemasan ibu terhadap balita
yang menderita penyakit diare akut.
1.3.2
Tujuan khusus
1)
Untuk mengidentifikasi tingkat
kecemasan ibu terhadap tanda- tanda dari diare akut pada balita.
2)
Untuk mengidentifikasi tingkat
kecemasan ibu terhadap dehidrasi sedang pada diare akut.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1.4.1
Bagi peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan
pengemban pribadi terutama dari segi ilmiah dalam menerapakan ilmu yang telah
diperoleh.
1.4.2 Bagi
klienSebagai bahan perhatian untuk para ibu bila mempunyai balita yang sakit
diare akut.
1.4.3 Bagi
Pendidikan
Sebagai bahan dokumentasi ilmiah dalam
pengembangan AKPER.
1.5 Relevansi
Kecemasan dari seorang ibu dapat memberikan
dampak yang kurang baik bagi ibu atau anaknya, dan tingkatan kecemasan seeorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: pendidikan, umur. Sehingga
tiap orang dalam menghadapi suatu permasalahan
tingkatan kecemasannya berbeda.
Dengan penelitian ini diharapkan perawat dapat memberikan penyuluhan
dan support bagi ibu dengan balita yang menderita sakit diare akut sehingga
tidak lagi mengalami kecemasan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan tentang; 1) pengertian kecemasan, 2)
terjadinya kecemasan, 3) tingkat kecemasan, 4) kecemasan keluarga dengan
penyakit, 5) pengertian diare, 6) faktor penyebab diare, 7) patogenesis, 8)
patofisiologi, 9) gambaran
klinik, 10) komplikasi, 11) penatalaksanaan, 12) kerangka koseptual.
2.1
Kecemasan
2.1.1
Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah respon psikologik
terhadap stress yang mengandung komponen physiologik dan psikologik. Kecemasan
terjadi ketika seseorang terancam baik secara phisik atau psikologik (seperti
harga diri, gambaran diri, atau identitas diri) (Long, 1996).
Kecemasan adalah energi yang tidak dapat diukur, namun
dapat dilihat secara tidak langsung melalui tindakan individu tersebut.
Kecemasan dimanifestasikan ke dalam perubahan perilaku yang terjadi dalam
hubungan antar personal (Barbara, 1997).
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan
penilaian intelekual pada stimulasi yang mengancam dan obyeknya jelas,
sedangkan ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, tidak tentram disertai berbgai keluhan
fisik (Netty, 1994).
2.1.2
Terjadinya kecemasan
Teori yang menjelaskan terjadinya kecemasan, yaitu :
1)
Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud strukur
kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu “id, ego, super ego”, id
melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati
nurani seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntunan
antara id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan
super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahasa yang
perlu diatasi.
2)
Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan
penolakan inerpersonal. Hal ini juga di hubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan, seperti kehilanngan, perpisahan yang memyebabkan seseorang dapat
menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya
sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
3)
Teori perilaku
Kecamasan merupakan hasil frustasi
dari segala yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan
1)
Jenis kelamin
Perempuan mempunyai kecmasan lebih tinggi dari laki-laki
(Fortinash K, 1996). Wanita mempunyai tingkat kecemasan lebih tinggi dari
laki-laki dengan perbandingan 2 : 1 (Dadang hawari, 2001).
2)
Umur
Pada umumnya kecemasan berkembang pada fase adolence dan
dewasa muda (Fortinash K, 1996).
3)
Variasi kultur
Perbedaan kultur akan mempengaruhi pada manifestasi
kecemasan oleh sebab itu keperawatan harus memperhatikan kultur dari seseorang,
sebab kultur berhubungan dengan kecemasan orang tersebut (Fortinash K, 1996).
4)
Pendidikan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi belum tentu
mengalami kecemasan yang tinggi pula, begitu sebaliknya (Fortinash K, 1996).
2.1.3
Tingkat kecemasan
Kecemasan dimanifestasikan dalam tingkatannya yang
berbeda dari mulai yang ringan sampai berat, kecemasan yang mengikat pada
kecemasan yang ringan akan meningkat sampai pada tahapan panik serta persepsi
terhadap lingkungan akan mengalami distorsi. Mereka akan berbeda diantara
tingkat kecemasan, manifestasi kecemasan yang terjadi tergantung pada
kematangan pribadi, pematangan dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan
mekanisme koping (Barbara, 1992).
Rentang respon sehat sakit dapat dipakai untuk
menggambarkan respon adaptif, maladaptif pada ansietas (Stuart dan sudden,
1995).
Adaptif
|
Antisipasi
ringan
|
sedang
|
Berat
|
panik
|
Mal adaptif
|
|
|
|
|
|
|
1)
Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan
ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang
akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
–
Respon fisiologis: sesekali
nafas pendek, nadi dan tekanan darah menurun, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar.
–
Respon kognitif: lapang persepsi
meluas, mampu menerima rangsangan yang komplek, konsentrasi pada masalah dan
menyelesaikan masalah secara efektif.
–
Respon perilaku dan emosi:
tidak duduk, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
2)
Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan pesepsi terhadap lingkungan menurun.individu
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
- Respon
fisiologik: sering nafas pendek, gelisah dan anorexia.
- Respon kognitif: rangsang luar
tidak mampu diterima dan berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya.
- Respon Perilaku dan Emosi:
perasaaan tidak aman, gerakan tersentak-sentak, bicara banyak dan lebih cepat.
3)
Kecemasan berat
Lahan persepsi menjadi sangat sempit.
Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan atau tuntunan.
a.
Respon fisiologik: sering nafas
pendek, berkeringat dan sakit kepala.
b.
Respon kognitif: tidak mampu
menyelesaikan masalah.
c.
Respon perilaku dan emosi:
perasaan ancaman meningkat.
4)
Panik
Lahan persepsi sudah terganggu
sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan atau tuntunan.
a.
Respon fisiologik: nafas pendek
dan pucat.
b.
Respon kognitif: tidak dapat
berfikir logis.
c.
Respon perilaku dan emosi:
agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak dan kehilangan kendali
(Stuart dan Sudden, 1995).
Adapun
kecemasan menurut Skala HARS (Hamilton Rating Scala For Anxiety) terdiri dari
14 kelompok gejala, antara lain:
1.
Perasaan cemas (ansietas)
Firasat buruk, takut akan pikiran sendiri
2.
Ketegangan
Merasa tegang, tidak bisa istirahat tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
3.
Ketakutan
4.
Gangguan tidur
5.
Gangguan kecerdasan
6.
Perasaan depresi (murung)
7.
Gejala somatik/ fisik (otot)
8.
Gejala somatik/ fisik
(sensorik)
9.
Gejala kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah)
10.
Gejala respirator (pernafasan)
11.
Gejala gastriintestinal
(pencernaan)
12.
Gejala urogenital (perkemihan
dan kelamin)
13.
Gejala autonom
14.
Sikap saat wawancara
3
Kecemasan Keluarga dengan
penyakit
Apabila kebutuhan-kebutuhan psikologis anggota keluarga
tidak dirasakan dan dapat dikomunikasikan secara adekuat, maka konsekwensi yang
biasa adalah munculnya gejala-gejala yang tidak jelas yaitu dalam bentuk
sinyal-sinyal distres dari satu anggota keluarga atau lebih gejala disfungsi
keluarga ini pada “ pembawa gejala” keluarga meliputi berbagai respon emosional
seperti marah, kecemasan, dan depresi (Marylin, 1998).
Sering di observasi bahwa pada keluarga dengan salah
satu anggota keluarga yang sakit akan menimbulkan ketegangan pada anggota
keluarga lainnya, pada anak yang sakit lebih banyak mendapatkan perhatian dan
perawatan dari orang tua, sedangkan kebutuhan anak yang lain tidak terpenuhi,
dan bila kondisi anak masih tetap sakit sampai berminggu-minggu dan bahkan
berbulan-bulan stress akan berlangsung terus dan keadaan menjadi mencemaskan.
Selama masa keluarga sakit maka kebutuahan psikologis yang berupa dukungan dari
anggota keluarga yang lain sangat diperlukan (Marylin, 1998).
Orang tua yang menderita fobia, harus tetap tenang dalam
menghadapi kecemasan atau kepanikan, jika orang tua menjadi kecewa, maka anak
menyimpulkan bahwa sebenarnya ada sesuatu yang ditakuti, dan hal tersebut akan
membuat beban psikologis bagi anak misalnya anak menajdi lebih rewel, takut
saat dilakukan tindakan keperawatan, anak menjadi tidak nyaman dengan
lingkungan rumah sakit. Selama stress berlangsung maka peran seorang perawat
sangat diperlukan untuk mengurangi kecemasan pada keluarga sakit adapun salah
satunya adalah dengan membina hubungan therapeutic saling percaya serta
memberikan penjelasan dan pemahaaman mengenai kondisi anak yang sebenarnya
terjadi adalah penting untuk membantu keluarga menjadi pendukung selama masa
stress (Nelson, 1999).
2.1.
Diare
2.2.1.
Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang
air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
penyakit pada sistem GIT atau penyakit lendir diluar saluran pencernaaan. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat. (Ngastiyah,
1997).
2.2.2.
Faktor penyebab
Penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor
1)
Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral: infeksi
saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama dari diare pada anak,
misalnya infeksi bakteri, virus, parasit.
b.
Infeksi parenteral: infeksi
diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis.
2)
Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi dari karbohidrat
(disakarida, monosakarida), lemak dan protein
3)
Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi tehadap makanan
4)
Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
2.2.3.
Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare, ada:
1)
Gangguan osmotik
Akibat terjadinya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menimbulkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2)
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misal toxin pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elekrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3)
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus meningkat mengakibakan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya
timbul diare akut (Ngastiyah, 1997).
2.2.4.
Patofisiologi
Ketidak seimbangan pengangkutan air dan elektrolik
berperan penting pada patogenesis diare, terjadi perubahan absorbsi dan sekresi
cairan elektrolik, yang dapat meningkatkan terjadinya dehidrasi.
Peningkatan pengeluaran cairan dapat terjadi oleh
karena:
–
Sekresi yang meningkat pada
diare infeksi
–
Osmotik oleh karena adanya
bahan dalam lumen usus
–
Motilitas usus yang meningkat
2.2.5.
Manifestasi klinik
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare tinja makin cair mungkin mengandung darah dan atau lendir warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu anus dan
sekitarnya lecet karena tinja bersifat asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum
dan atau sesudah diare bila telah banyak kehilangan air dan elekrolit
terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun besar
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mata dan bibir kering
(Mansyoer, Arif, 2000).
2.2.6.
Komplikasi
Akibat diare kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak dapat terjadi komplikasi sebagi berikut :
1.
Dehidrasi (ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
Kriteria penentuan derajat dehidrasi menurut Haroen
Noerasid (modifikasi).
a.
Dehidrasi ringan
Rasa haus, oliguria ringan
b.
Dehidrasi sedang
Rasa haus, oliguria, turgor kulit turun, ubun-ubun besar
cekung, mata cekung.
c.
Dehidrasi berat
Turgor kulit turun, ubun-ubun besar cekung, mata cekung,
pada susunan saraf pusat: somnolen, spoor, koma, pada pulmu kardiovaskuler:
kusmaul, renjatan syok.
2.
Renjatan hipovolemik.
3.
Hipoglikemia.
4.
Hipokalemia (dengan gejala
metorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi perubahan elektro kardiogram).
5.
Intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktasse.
6.
Kejang terjadi pada dehidrasi
hipertonik.
7.
Malnutrisi energi protein
(akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).
2.2.7.
Penatalaksanaan
Prinsip :
1. Diare
cair membutuhkan penggantian cairan dan elekrolit tanpa melihat etiologinya,
tujuan terapi rehidrasi untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti.
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah
cairan yang telah hilang melalui diare atau muntah (PWL), ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan (NWL) dan
ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang terus
berlangsung (CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat
badan anak atau umur.
–
Jumlah cairan (ml) yang hilang
pada anak umur kurang 2 th (BB 3-10 Kg) sesuai dengan derajat dehirasi
Dehidrasi PWL NWL CWL jumlah
------------ ------ ------ ------ --------
ringan 50 100 25 175
sedang 75 100 25 200
berat 125 100 25 250
–
Pada anak umur 2-5 th ( BB
10-15 Kg )
Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
------------ ------ ------- ------- ---------
ringan 30 80 25 135
sedang 50 80 25 155
berat 80 80 25 185
–
Pada umur lebih 15 th (BB 15-25
Kg)
Dehidrasi PWL NWL CWL jumlah
----------- ----- ------ ----- --------
ringan 25 65 25 115
sedang 50 65 25 140
berat 80 65 25 170
2. Makanan harus diteruskan bahkan
ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik
dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus temasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada:
disentry bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amebiasis, suspek kolera
dengan dehidrasi berat, diare persisten.
4.
Obat-obatan anti diare meliputi; anti motilitas, anti muntah
Tidak satupun obat-obatan init terbukti mempunyai efek
yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang
membahayakan . Obat ini tidak boleh diberikan pada anak kurang 5 tahun.
2.2.
Kerangka Konseptual
kerangka konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan model sistem yang terdiri dari
unsure-unsur input, proses, dan output
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Kecemansan
|
:
Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1
Kerangka konseptual identifikasi tingkat kecemasan ibu terhadap balita dengan
penyakit diare akut di RS. Siti Khotijah Sepanjang.
BAB 3
METODE
PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan metode
yang mendasari penelitian yaitu: Desain penelitian 1), populasi, sampel, dan
sampling 2), identifikasi variabel dan definisi operasional 3), pengumpulan
data 4), keterbatasan 5), masalah etika 6)
3.1.
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dan ingin mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan keadaan sesuatu (Arikunto, 1998). Dalam hal ini
peneliti ingin mengidentifikasi tingkat kecemasan pada ibu yang balitanya
menderita sakit diare akut, sedangkan rancangan penelitian Cross Sectional
merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
saat bersamaan atau sesekali waktu (A. Aziz Alimul H, 2002).
3.2.
Populasi, sampel, dan
sampling
3.2.1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang
menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang menderita sakit diare akut
diruang Anak R.S Siti Khotijah Sepanjang.
3.2.2.
Sampel
Sampel adalah keseluruhan dari obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2001).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita yang menderita sakit diare akut di ruang anak R.S Siti
khotijah Sepanjang.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1.
Ibu yang mempunyai balita yang
menderita sakit diare akut dehidrasi sedang
2.
Kooperatif.
3.
Bersedia diteliti.
4.
Usia 20 – 35 tahun.
5.
Pendidikan lulusan SD, SMP,
SLTA
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1.
Ibu yang balitanya tidak menderita sakit diare
akut.
2.
Tidak kooperatif.
3.
Tidak bersedia diteliti.
4.
Usia dibawah 20 tahun dan
diatas 35 th.
5.
Pendidikan lulusan PT
.
3.2.3.
Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
“Consecutive Sampling”, pada sampling ini setiap pasien yang memenuhi kriteria
dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah
responden terpenuhi ( Nursalam, 2001).
3.2.4.
Identifikasi variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki
oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
tersebut (Nursalam, 2001).
Pada penelitian ini variabel yang diteliti disini adalah
tingkat kecemasan pada ibu yang balitanya menderita sakita diare akut.
3.2.5.
Definisi operasional
1.
Kecemasan adalah suatu bentuk
ungkapan psikis yang dirasakan oleh seseorang. Keadaan dimana seseorang
mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktifitas saraf otonom dalam berespon
terhadap ancaman yang tidak spesifik.
2.
Ibu adalah sebutan untuk orang
perempuan yang telah melahirkan anak.
3.
Diare akut adalah keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
3.3.
Pengumpulan Data dan
Analisa Data
3.3.1.
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner modifikasi dari HARS yang diisi oleh responden. Sebelum diberi
kuesioner responden diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
sesuai dengan etika penelitian yang telah ditetapkan. Setelah mendapat
persetujuan dari responden, peneliti mengingatkan untuk menjawab semua
pertanyaan yang diberikan.
Untuk menilai tingkat kecemasan digunakan alat ukur kuesioner dengan
pertanyaan No. 1-15.
3.3.2.
Analisa data
Setelah data terkumpul kemudian masing-masing kriteria
diubah dalam bentuk kuantitatif dan dijumlahkan untuk memperoleh skor yang
didapat dari tiap responden.
Dalam penelitian ini pengukuran tingkat kecemasan ibu
yang mempuyai balita yang menderita sakit diare akut, peneliti menggunakan
kuesioner modifikasi dari HARS dengan ketentuan sebagai berikut:
Jawaban tidak pernah score :
0
Jawaban kadang-kadang score :
1
Jawaban sering :
2
Cara perhitungan:
Nilai akhir = X 100%
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar
penilaian dan dapat dikatagorikan dengan tidak ada kecemasan, kecemasan ringan,
sedang, berat, dan berat sekali atau panik
Penggolongan ini berdasarkan acuan:
0 – 20 % :
Tidak ada kecemasan
21- 40 % :
Kecemasan ringan
41- 60 % :
Kecemasan sedang
61- 80 % : Kecemasan berat
81-100 % :
Kecemasan berat sekali atau panik
3.4.
Keterbatasan
Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi adalah
:
3.4.1.
Instrumen dan alat ukur
Instrumen pengumpulan data di rancang
sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada tabel HARS dan pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner tidak dengan teknik wawancara
terstruktur dan observasi, oleh karena itu validitasnya perlu di uji coba.
3.4.2.
Sampling Desain
Sampling yang dipakai menggunakan
consecutive sampling yang terpilih harus memenuhi kriteria inklusi sehingga
kesulitan untuk mencari sampel dan populasi
3.4.3
Faktor Fleksibilitas
1.
Waktu
Singkatnya waktu yang ada untuk meneliti ini menyebabkan
peneliti jarang berada dilokasi sehingga tidak dapat menggambarkan respon lain
dari responden
2.
Kemampuan peneliti
Kemampuan dari peneliti sangat terbatas
3.5.
Masalah Etika
3.5.1.
Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan
diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika subyek
bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika subyek
menolak diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
hak-haknya.
3.5.2.
Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti
tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data atau
kuesioner yang diisi oleh subyek, lembar
tersebut hanya diberi nomor kode tertentu
3.5.3.
Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh
subjek dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. (1998). Prosedur
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi IV. Penerbit Rhineka cipta. Jakarta.
A. Alimul .H. (2001). Riset
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Barbara. C. Long. (!997). Perawatan
Medikal Bedah. Bandung Yayasan IAPK. Pajajaran.
Friedman. M.(1998). Keperawatan
Keluarga Teori dan Praktek. Penerbit buku kedokteran (EGC). Jakarta.
John Rendle S. (1994). Penyakit
Anak Edisi 6 Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta
Mansyoer. A. (2000). Kapita
Selekta Edisi 3 Jilid 2. Media
Aesculapius. Jakarta.
Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan
Anak Edisi 5 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Keperawatan
Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.
Stuart. S. (1995). Principles and
Practice of psychiatric Nursing Fourth Edition, Mosby year book.
Lampiran 3
LEMBAR PERMINTAAN
MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/Ibu calon responden
Di Desa Pangkatrejo
Sebagai
persyaratan tugas akhir mahasiswa keperawatan
D III, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Osteoporosis Di Desa Pangkatrejo”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkat pengetahuan warga
masyarakat tentang osteoporosis, untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan
ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya.
Jawaban saudara dijamin kerahasiaan
Demikian permohonan atas bantuan dan partisipasinya disampaikan
terima kasih
Surabaya, Juni 2004
Peneliti
Yuyun Hayati
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, tentang tujuan
penelitian untuk mempelajari tingkat pengetahuan warga masyarakat desa Pangkat
Rejo tentang Osteoporosis, maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden
untuk membantu dan berperan serta didalam kelancaran penelitian tersebut.
Surabaya, Juni 2004
Responden
(
)
KATA PENGANTAR
Al – Hamdulillah Segala Puji Bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Riset ini dapat terselesaikan. Riset
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir
program D III Keperawatan di Universitas
Muhammadiyah Surabaya , tahun 2004 dengan judul penelitian TINGKAT KECEMASAN
IBU TERHADAP BALITA DENGAN PENYAKIT DIARE AKUT
Dalam penyusunan Riset ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak untuk itu
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Sukodiono selaku direktur Akper
Muhammadiyah Surabaya
2. Bapak Mudzakir S kep
Semoga amal kebaikanya diterima disisi
Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Dalam penyusunan Riset
ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata semoga
Riset yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmumpengetahuan
khususnya ilmu keperawatan
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
judul……………………………………………….
Halaman
persetujuan………………………………………...
Halaman
pengesahan………………………………………..
Kata
penganta……………………………………………….
Daftar
isi…………………………………………………….
Daftar
lampiran……………………………………………..
Daftar
tabel………………………………………………….
Daftar
gambar……………………………………………….
Abstrak………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………….
1.1
Latar Belakang………………………………….
1.2
Rumusan masalah………………………………
1.3
Tujuan penelitian……………………………….
1.4
Manfaat penelitian………………………………
1.5
Relevansi………………………………………..
BAB 2 TINJAUAN
TEORI………………………………..
2.1
Kecemasan……………………………………..
2.2
Diare…………………………………………...
2.3 Kerangka
konseptual…………………………..
BAB 3 METODE
PENELITIAN………………………….
3.1 Desain
penelitian……………………………….
3.2 Populasi,
Sampel dan Sampling……………….
3.3 Identifikasi
variabel dan Definisi operasional…
3.4 Pengumpulan
data dan Analisa data……………
3.5 Keterbatasan……………………………………
3.6 Masalah
etika……………………………………
BAB 4 HASIL DAN
PEMBAHASAN…………………….
d.
Hasil penelitian…………………………………
e.
Pembahasan…………………………………….
BAB 5 KESIMPULAN
DAN SARAN…………………….
5.1
Kesimpulan……………………………………..
5.2
Saran……………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 5
LEMBAR KUESIONER
I.
Petunjuk pengisian
1.
Ibu diharapkan menjawab
pertanyaan yang tersedia di lembaran ini
2.
Silahkan membaca pertanyaan ini
dengan seksama dan jika ada yang kurang mengerti dapat dipertanyakan
3.
Isilah dengan memberi tanda ( Ö ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban ibu
4.
Mohon dijawab dengan sejujur -
jujurnya
II.
Identitas responden
No responden :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No
|
Pertanyaan
|
Tidak pernah
|
Kadang kadang
|
Sering
|
Score
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Saya mulai hati-hati atau waspada
jika anak saya berak/ buang air besar lebih 3 kali sehari
Ketika anak saya berak atau buang
aie besar encer warna kuning, nafas saya sesekali menjadi pendekdan perut
saya sakit
Ketika anak saya berak ampas warna
hijau, saya sudah tidak mau duduk dan tangan saya jadi gemetaran
Pada waktu balita saya berak
bercampur darah atau lendir jantung saya rasanya berdebar-debar.
Kalau balita saya sudah sering
berak disertai muntah, saya tidak bisa tidur nyenyak.
Saya menjadi tegang, kalau balita
saya sering berak cair dan warnanya hijau.
Saya menjadi pusing kalau balita
saya sering berak lendir.
Rasanya saya ingin menangis kalau
anak saya terserang diare.
|
|
|
|
|
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Perasaan saya menjadi tidak nyaman
karena anak saya kekurangan cairan.
Saya menjadi gemetaran kalau mata
balita saya sudah cowong.
Saya sulit mulai tidur kalau
ubun-ubun besar balita saya cekung.
Saya menjadi pucat dan nafas
pendek-pendek kalau melihat kulit anak saya lembek.
Saya sulit konsentrasi kalau anak
saya sering kencing.
Kalau anak saya diare, saya sering
kencing.
Kalau anak saya sudah nangis saya
malah menjadi bingung.
|
|
|
|
|
PERSETUJUAN
Diterima dan telah disetujui untuk
pengambilan data di RS Siti Khotijah Sepanjang
Surabaya, juni 2004
Menyetujui,
( Mudzakir, Skep )
PROPOSAL
PENELITIAN
IDENTIFIKASI TINGKAT KECEMASAN IBU
TERHADAP BALITA DENGAN PENYAKIT
DIARE AKUT
DI RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH
SEPANJANG
Oleh :
YUYUN HAYATI
200158
AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004
ConversionConversion EmoticonEmoticon