A.
LATAR BELAKANG
BAB
I
PENDAHULUAN
Hepatitis
merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati yang
memberikan gejala
lemah badan, mual, kencing seperti air teh disusul dengan
mata
dan badan menjadi kuning.
Hepatitis virus yang
tidak dapat digolongkan sebagai hepatitis A atau B
melalui pemeriksaan
serologi disebut sebagai hepatitis non A dan non B
(NANBH) dan saat ini
disebut hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya
ditemukan
bahwa jenis hepatitis ini ada dua macam yang pertama dapat
ditularkan
secara parenteral dan disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat
ditularkan
secara anteral disebut ET-NANBH.
Tatanama
terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai hepatitis C dan ET-
NANBH
sebagai hepatitis C dan ET-NANBH sebagai hepatitis E (Bradley,
1990;
Purcell, 1990).
Virus
delta atau virus hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus
yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi hepatitis B.
HDV
dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV, atau sebagai
suprainfeksi
pada seorang pembawa HBV.
Hepatitis
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh
dunia.
Penyakit ini menduduki peringkat ketiga di antara semua penyakit
menular
dan merupakan penyakit epidemic di kebanyakan negara-negara dunia
ketiga.
Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Centers for Disease Control di
Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini
diduga
beberapa kali lebih banyak.
Walaupun
mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini
sering
dikaitkan dengan angka mortalitas dan kerugian ekonomi yang besar.
1
B.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar
mahasiswa dapat mengetahui prevalensi dan penanggulangan penyakit
hepatitis.
2. Tujuan Khusus
Untuk
menggali lebih jauh tentang penyakit hepatitis.
C.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan
hepatitis?
2. Apa penyebab/etiologi
dari hepatitis?
3. Bagaimana tanda dan
gejala hepatitis?
4. Bagaimana
penatalaksanaan dari hepatitis?
5. Penyakit apa sajakah
yang menjadi komplikasi dari hepatitis?
6. Bagaimana patofisiologi
dari hepatitis?
7. Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan hepatitis?
2
A.
DEFINISI
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
Hepatitis
merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati yang
memberikan gejala
lemah badan, mual, kencing seperti air teh disusul dengan
mata
dan badan menjadi kuning.
Hepatitis virus
merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas
dalam
tubuh, walaupun efek yang terjadi pada hati. Telah ditemukan lima
kategori
virus yang menjadi agen penyebab:
1. Virus Hepatitis A (HAV)
2. Virus Hepatitis B (HBV)
3. Virus Hepatitis C (HCV)
4. Virus Hepatitis D (HDV)
5. Virus Hepatitis E (HEV)
Bentuk
hepatitis yang paling dikenal adalah HAV (Hepatitis A) dan
HBV
(Hepatitis B). Kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama, yaitu
hepatitis
infeksiosa dan hepatitis serum, sebab penyakit ini dapat ditularkan
secara
parenteral dan nonparental.
B.
ETIOLOGI
1. Virus (penyebab
terbanyak)
2. Bakteri (Salmonella
typi)
3. Obat-obatan
4. Racun (hepatoksik)
5. Alkohol
C.
GEJALA DAN TANDA
1. Ikterus
2. Urine kecoklatan
3. Kehilangan selera makan
3
4. Mual dan muntah
5. Demam
6. Lelah
7. Sakit kepala
8. Nyeri pada kuadran kanan
atas
9. Mudah terangsang
10.
Feses (warna tanah liat)
D. PATOFISIOLOGI
HEPATITIS
Konsumsi Virus
alkohol hepatis
Bakteri
Obat-
obatan
Stress,
dll.
Kerusakan
hepatosite
Peradangan
hati
Perubahan
(aliran darah ke
aliran
darah hati menurun)
Nekrosis
hati
stimulus kemoreseption
hipotalamus
Set
point berubah
Resiko tinggi
terhadap
infeksi
Metabolisme
bilirubin
menurun
Hiperbilirubinemia
Ikterus
Intoleransi aktivitas
4
Rx.
peningkatan
panas
tubuh
Hipertermi
Mual
muntah
Anoreksia
Intake
menurun
Gangguan nutrisi kurang
dari
kebutuhan
Kelemahan
Narasi
Hepatitis
atau peradangan pada jaringan hati disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
• Konsumsi alkohol di
mana alkohol ini menyebabkan terjadinya penimbunan
lemak
dalam jumlah banyak sehingga hati membesar, rapuh dan mengalami
gangguan
fungsional dan terjadi kerusakan hepatosite.
• Virus beberapa virus A,
B, C, D, E di mana virus ini menyerang langsung
pada
sel hepar dan terjadi kerusakan hepatosite. Setelah itu virus terus
mengadakan
replikasi sampai menyebabkan nekrosis jaringan.
• Obat-obatan yang
bersifat toksik di mana penggunaannya dalam jangka
waktu
yang lama akan langsung menyerang ke hati dan menyebabkan
kerusakan
hepatosite.
• Stress. Kondisi ini
menyebabkan adrenalin meningkat dari peningkatan
adrenalin
ini menyebabkan sistem imun menurun.
Apabila sistem imun
sudah
menurun maka kemungkinan untuk masuknya virus penyakit sangat
besar
salah satunya penyakit hepatitis.
Dari
beberapa penyebab di atas sampai terjadi kerusakan hepatosite, keadaan
lanjut
akan terjadi peradangan hati di mana hati teraba membesar tepinya yang
lancip
menjadi tumpul. Setelah terjadi peradangan hati ada dua hal yang terjadi
yaitu:
perubahan aliran darah dan perangsangan kemoreseptor hipotalamus.
- Perubahan aliran darah:
terjadinya peradangan pada hati, menyebabkan hati
mengalami
pembengkakan, dan pembengkakan ini menyebabkan pembuluh
darah
yang menuju ke hati tertekan sehingga terjadi vasokontriksi sehingga
aliran
darah ke hati macet/menjadi lambat. Ini akan menimbulkan nekrosis
hati.
Dari keadaan ini muncul diagnosa keperawatan “resiko tinggi terhadap
infeksi”.
Nekrosis
hati juga menyebabkan metabolisme bilirubin menurun artinya
terjadi
peningkatan dekstruksi dan SDM, kadar bilirubin tak terkonyugasi
dalam
darah meningkat sehingga terjadi hiperbilirubinemia, pembentukan
5
bilirubin
yang berlebihan ini merupakan mekanisme umum penyebab
terjadinya
ikterus (salah satu dari 4 mekanisme umum penyebab).
- Terjadinya peradangan
hati akan merangsang kemoreseption hipotalamus
sehingga
set point berubah dan kompensasi tubuh akan meningkatkan panas
dan
reaksi ini timbullah diagnosa keperawatan “hipertermi”. Dari keadaan
hipertermi
ini timbul gejala mual muntah (prodromal) yang berlanjut
mengakibatkan
anoreksia sehingga intake menurun dan muncul diagnosa
keperawatan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan. Apabila nutrisi
terganggu
otomatis terjadi kelemahan dan muncul diagnosa sehubungan
dengan
intoleransi aktivitas.
E.
PENATALAKSANAAN
Tidak
ada pengobatan spesifik untuk penyakit hepatitis virus. Pengobatan
terutama
bersifat suportif dan termasuk:
- Beristirahat
Pasien
yang sangat keletihan membutuhkan sering istirahat dan membuat
interval
sering istirahat.
- Nutrisi yang adekuat
(prioritas utama)
Anjurkan
diit karbohidrat tinggi untuk mensuplai kalori yang cukup.
Pemberian
makanan melalui IV hanya diperlukan apabila pemasukan peroral
terbatas
karena mual dan muntah.
- Mencegah terjadinya
stress lebih lanjut pada hepar dengan menghindari
bahan-bahan
dan obat-obat hepatotoksik.
Hepatitis
toksik ditangani terutama dengan menghindari penyebabnya.
- Setelah terpajan
terhadap virus hepatitis A, imunisasi pasif dapat dicapai
melalui
penggunaan serum globulin imun yang mengandung anti HAV
dengan
jumlah yang adekuat.
- Pemajanan hepatitis B
seperti pada tertusuk jarum, imunoprofilaksis pasif
dapat
dicapai dengan menggunakan titer tinggi anti HBS globulin imun
6
hepatitis
B (HBIG). (Tindakan ini hanya dianjurkan pada pasien beresiko
tinggi
pasca pemajanan inokulasi.
F.
KOMPLIKASI
Tidak semua pasien
dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan
penyakit yang
lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1 %) memperlihatkan
kemunduran klinis
yang cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan
dan
nekrosis hati massif.
1. Hepatitis fulminan
Dicirikan oleh tanda
dan gejala gagal hati akut, penciukan hati, kadar
bilirubin serum meningkat
cepat, pemajangan waktu protrombin yang sangat
nyata
dan koma hepatic.
2. Hepatitis kronik
persisten
Komplikasi hepatitis
virus yang paling sering dijumpai di mana perjalanan
penyakit memanjang
hingga 4 – 8 bulan, namun pasien akan sembuh
kembali.
3. Hepatitis virus akut
Pasien mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang biasanya
dihubungkan
dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan.
4. Hepatitis agresif atau
kronik aktif
Di mana terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piecemeal) dan
perkembangan
sirosis.
5. Karsinoma hepatoseluler
Merupakan komplikasi
lanjut hepatitis yang cukup bermakna yang
disebabkan oleh dia
faktor yang berkaitan dengan patogenesisnya yaitu
infeksi
HBV kronik dan sinosis terkait.
7
A.
PENGKAJIAN
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Dasar Data Pengkajian
Data
tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
• Aktivitas/istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan, malaise umum
• Sirkulasi
Tanda
: Bradikardia (hiperbiliurinemia berat)
Ikteri pada sklera, kulit, membran mukosa.
• Eliminasi
Gejala
: Urine gelap
Diare/konstipasi: feses warna tanah liat
Adanya/berulangnya
hemodialisisa
• Makanan/cairan
Gejala
: Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau
meningkat
(edema)
Mual/muntah
Tanda
: Asites
• Neurosensori
Tanda
: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
• Nyeri/kenyamanan
Gejala
: kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Mialgia, artralgia, sakit kepala
Gatal
(pruritus)
Tanda
: Otot tegang, gelisah
• Pernafasan
Gejala
: Tidak minat/enggang merokok (perokok)
8
• Keamanan
Gejala
: Adanya transfusi darah/predok darah
Tanda
: Demam
Urtikaria,
lesimakula popular, eritema tak beraturan
Angioma jaring-jaring, eritema palmar,
ginekomastia (kadang-
kadang
ada pada hepatitis alkoholik)
Sptenomegali, pembesaran nodus servikal posterior
• Seksualitas
Gejala
: pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual
aktif/biseksual pada wanita)
• Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat
diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau
toksin
• Pertimbangan: DRG menunjukkan
rerata lama dirawat: 6 – 7 hari
• Pemeriksaan diagnostik
1. SGOT : > 20 x nilai
normal (6 – 30 u/l)
2. SGPT : 20 – 50 x nilai
normal (7 – 32 u/l)
3. GGT : meningkat dari
nilai normal
Normal laki-laki: 8 – 35 u/l
Normal perempuan: 6 – 25 u/l
4. Biliurin direk meningkat
dari nilai normal (≤ 0,25 mg/dl)
2.
Pengelompokan Data
Data
Subjektif:
- Kelemahan, kelelahan,
malaise
- Anoreksia, penurunan
berat badan, atau peningkatan berat badan (edema)
- Mual, muntah
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada
kuadran kanan atas
9
- Sakit kepala
- Gatal
- Tidak minat/enggan
merokok (perokok)
Data
Objektif:
- Bradikardia
- Ikterik pada sklera,
kulit, membran mukosa
- Urine gelap
- Diare/konstipasi, feses
warna tanah liat
- Asites
- Peka rangsang, letargi
- Gelisah
- Demam
- Urtikaria
- Eksaserbasi jerawat
- Angioma jaring-jaring
- Sptenomegali
3.
Prioritas Masalah
1. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
2. Hipertermi
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko tinggi terhadap
infeksi
10
4.
Analisa Data
No.
1. DS:
Data
Kemungkinan Penyebab
Peradangan
hati
Masalah
Gangguan
-
Tidak ada nafsu
nutrisi kurang
makan
-
Nyeri abdomen
DO:
-
Anoreksia
-
Gangguan sensasi
pengecap
2. DS:
-
Merasa lemah
DO:
-
Penurunan
kekuatan
otot
-
Menolak untuk
bergerak
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mual
muntah
Anoreksia
Intake
menurun
Peradangan hati
Mual
muntah
Anoreksia
Intake
menurun
dari kebutuhan
Intoleransi
aktivitas
1. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan:
- Kelemahan umum,
penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri
- Mengalami keterbatasan
aktivitas; depresi.
Ditandai
dengan:
- Laporan kelemahan;
ketidaknyamanan kerja
- Penurunan kekuatan otot
- Menolak untuk bergerak
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan:
- Kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia,
mual/muntah.
11
- Gangguan absorpsi dan
metabolisme pencernaan makanan; penurunan
peristaltic,
empedu tertahan.
- Peningkatan kebutuhan
kalori/status hiper metabolik
Ditandai
dengan:
- Enggan makan/kurang
minat terhadap makanan
- Gangguan sensasi
pengecap
- Nyeri abdomen/kram
- Penurunan berat badan;
tonus otot buruk
C.
PERENCANAAN
1.
Intoleransi aktivitas
Tujuan:
Klien
akan menunjukkan perbaikan toleransi aktivitas klien dengan kriteria:
- Menunjukkan
teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan
aktivitas.
- Melaporkan kemampuan
melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Tindakan/Intervensi:
Mandiri:
• Tingkatkan tirah
baring/duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi
pengunjung
sesuai kebutuhan
Rasional:
Meningkatkan
istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang
digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini
menurunkan aliran
darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal kasal
hati.
• Ubah posisi dengan
sering. Berikan perawatan kulit yang baik
Rasional:
Meningkatkan fungsi
pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
12
• Tingkatkan aktivitas
sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak
sendi pasif/aktif.
Rasional:
Tirah
baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan
aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
• Dorong penggunaan
teknik manajemen stress. Contoh relaksasi:
Rasional:
Meningkatkan
relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali
perhatian,
dan dapat meningkatkan koping.
• Awasi terulangnya
anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional:
Menunjukkan
kurangnya resolusi/eksasorbasi penyakit, memerlukan
istirahat
lanjut. Mengganti program terapi.
Kolaborasi:
• Berikan antidot atau
bantu dalam prosedur sesuai indikasi tergantung
pada
pemajangan
Rasional:
Membuang
agen penyebab pada hepatitis toksik dapat membatasi derajat
kerusakan
jaringan.
• Berikan obat sesuai
indikasi: sedative, agen antiansietas, contoh diazepam
(valium),
larozepam (artisan)
Rasional:
Membantu
dalam manajemen kebutuhan tidur
• Awasi kadar enzim hati
Rasional:
Membantu
menentukan kadar aktivitas tepat, sebagai peningkatan
prematur
pada potensial resiko berulang.
13
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan:
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
- Menunjukkan peningkatan
berat badan
- Bebas tanda malnutrisi
Tindakan/intervensi:
Mandiri:
• Awasi pemasukan
diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi
sering.
Rasional:
Makan
banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.
• Berikan perawatan mulut
sebelum makan
Menghilangkan
rasa tidak enak. Dapat meningkatkan nafsu makan.
• Anjurkan makan pada
posisi tegak
Rasional:
Menurunkan rasa penuh
pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
• Dorong pemasukan sari
jeruk. Minuman karbonat dan permen berat
sepanjang
hari.
Rasional;
Bahan
ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran
bila
makanan lain tidak.
Kolaborasi:
• Konsul pada ahli gizi.
Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai
kebutuhan pasien. Dengan masukan lemak dan protein sesuai
toleransi.
Rasional:
Berguna
dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan
individu.
14
• Awasi glukosa darah
Rasional:
Hiperglikemia/hipoglikemia
dapat terjadi, memerlukan perubahan
diet/pemberian
insulin.
• Berikan obat sesuai
indikasi: antiemetik, contoh: metalopramide (raglan)
Rasional:
Diberikan ½ jam
sebelum makan, dapat menurunkan mual dan
meningkatkan
toleransi pada makanan.
Antasid
Rasional:
Kerja
pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan.
Vitamin,
contoh B kompleks, dan C
Rasional:
Memperbaiki
kekurangan dan membantu proses penyembuhan
• Berikan makanan
tambahan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan
Rasional:
Mungkin perlu untuk
memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan
terjadi/gejala
memanjang.
D.
IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai
dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang
akan
dilakukan sesuai dengan pedoman prosedur teknis yang telah ditentukan.
E.
EVALUASI
Evaluasi hasil
menggunakan kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada tahap
perencanaan
keperawatan, dilakukan secara periodik, sistematis terencana.
15
A.
LATAR BELAKANG
BAB
I
PENDAHULUAN
Sirosis
hepatis adalah suatu penyakit hati di mana sirkulasi mikro,
anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami
perubahan,
menjadi tidak teratur dan terjadinya pertambahan jaringan ikat
(fibrosis)
di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Insiden
gangguan ini meningkat secara bermakna sejak perang dunia II,
menyebabkan
sirosis menjadi salah satu penyebab kematian yang cukup
menonjol.
Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh insiden hepatis virus yang
meningkat,
namun yang lebih bermakna agaknya karena peningkatan nyata dari
asupan
alkohol.
Janes
dan Minot pada tahun 1923 mengemukakan dugaan kuat bahwa
hepatitis
virus bisa berkembang menjadi sirosis. Krarup dan Roholm pada tahun
1941
telah memperlihatkan timbulnya sirosis hati pada hepatitis akut dengan
cara
melakukan biopsy hati serial. Penelitian seperti ini juga telah dikemukakan
oleh
Bigornoboe dan Sherlock.
Bukti-bukti
sekarang memperlihatkan bahwa yang diperkirakan akan
menjadi
sirosis ialah bentuk hepatitis yang berat. Bentuk hepatitis yang berat
dapat
berkembang menjadi sirosis ternyata dari bentuk virus B atau virus non A
dan
non B (NANB). Di Indonesia agaknya kedua bentuk ini juga merupakan
penyebab
sirosis hati.
Lebih
dari 80 % kasus dengan hepatitis alkoholik terjadi setelah minum
alkohol
selama 5 tahun lebih sebelum
16
Timbul
gejala dan keluhan. Kemungkinan timbulnya hepatitis alkoholik
kecil sekali pada
penderita yang minum kurang dari 60 gram etanol sehari (6 oz
whiskey
atau ¾ liter anggur) atau jika etanol kurang dari 20 % kalori per hari.
B.
TUJUAN
Tujuan
Umum
Agar mahasiswa dapat
mengetahui prevalensi dan penanggulangan pada sirosis
hati.
Tujuan
Khusus
Untuk
menggali lebih jauh tentang penyakit sirosis hati.
C.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan
sirosis hepatis?
2. Apa yang menjadi
penyebab/etiologi dari sirosis hepatis?
3. Bagaimana tanda dan
gejala sirosis hepatis?
4. Bagaimana
penatalaksanaan dari sirosis hepatis?
5. Penyakit apa sajakah
yang menjadi komplikasi dari sirosis hepatis?
6. Bagaimana patofisiologi
dari sirosis hepatis?
7. Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis?
17
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
DEFINISI SIROSIS HEPATIS
Sirosis
hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi
arsitektur hati yang
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula
regenerasi
sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal.
B.
ETIOLOGI
Penyebab sirosis
hepatis biasanya tidak dapat diketahui hanya
berdasarkan pada
klasifikasi morfologis hati yang mengalami sirosis. Dua
penyebab yang sampai
saat sekarang ini masih dianggap paling sering
menyebabkan
sirosis ialah hepatitis virus dan alkoholisme.
Etiologi
yang diketahui penyebabnya:
1. Hepatitis virus B dan C
2. Alkohol
3. Metabolik seperti:
tirosima, galaktisemia, intoleransi fruktosa. Mekanisme
kerusakan hati tidak
jelas, diduga karena akumulasi metabolik toksik dari
tirosin,
galaktosa dan fruktosa.
4. Sirosis biliar sekunder
intra dan ekstra hepatic
5. Obstruksi aliran vena
hepatic
6. Gangguan imunologis
seperti hepatitis kronik
7. Toksik dan obat seperti:
INH: hasil metabolik
toksik, di mana isoniazid mengalami asetilisasi menjadi
asetiniazid yang
kemudian dihidrolisasi menjadi asetil hydrazine bebas yang
akan
diubah oleh sitokron P450 menjadi zat hepatotoksik.
8. Operasi pintas usus
halus pada obesitas.
Kelainan hati diduga
berkaitan dengan penurunan BB yang terlalu cepat,
kekurangan nutrisi
protein, serta pertumbuhan bakteri dalam usus yang
buntu.
18
Etiologi
tanpa diketahui penyebabnya
- Sirosis kriptogenik
heterogenesis
C.
GEJALA DAN TANDA
Keluhan
pasien sirosis hati tergantung pada fase penyakitnya
1. Fase Kompensasi Sempurna
Pada
fase ini pasien tidak mengeluh atau juga keluhan samar-samar bugar/fit,
merasa kurang
kemampuan kerja, selera makan berkurang, perasaan perut
gembung, mual, kadang
mencret atau konstipasi, BB menurun, kelemahan
otot
dan perasaan cepat lelah akibat deplesi protein atau penimbunan air di
otot,
pengurangan massa otot terutama mengurangnya massa otot daerah
pektoralis
mayor.
2. Fase Dekompensasi
- Ikterus dengan air
kemih berwarna seperti teh pekat mungkin disebabkan
proses
penyakit yang berlanjut ke arah keganasan hati di mana tumor
akan
menekan saluran empedu atau terbentuknya thrombus saluran
empedu
intrahepatik.
- Gangguan pembekuan
darah seperti perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan
siklus haid atau haid berhenti.
- Flu akibat infeksi
sekunder atau keadaan aktivitas sirosis itu sendiri.
- Gejala hematemesis,
hematemesis dan melena, atau melena saja akibat
perdarahan
varises esophagus. Perdarahan bisa massif dan menyebabkan
renjatan.
- Gangguan kesadaran
berupa ensefalopi hepatic sampai koma hepatic.
19
D.
PATOFISIOLOGI HEPATITIS
Konsumsi Virus
alkohol hepatis
Bakteri
Obat-
obatan
Stress,
dll.
Metabolisme
bilirubin
↓
Hiperbiliru-
Binemia
Kerusakan
hepatosite
Peradangan
hati
Perubahan aliran darah
Nekrosis
hati
Gagal hati Metabolisme
protein
dan
Gangguan karbohidrat ↓
metabolisme
ammonia Protein
Kelemahan
Hipertensi
portal
-
Edema
-
Varises esophagus
-
Varises abdomen
-
Asites
-
Splenomegali
Ikterus menjadi urea plasma ↓
Ensefalopati Sintesis
Informasi hepatic albumin ↓
kurang
-
Intoleransi aktivitas
- Penurunan kemampuan
Salah
persepsi
Kurang
pengetahuan
Ammonia
serum
↑
Asidosis
respiratorik
Pola
nafas
inefektif
Penurunan
tekanan
onkotik dalam
darah
Asites
rawat diri
Edema
Kecemasan
Merasa
kenyang
Anoreksia
Gangguan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
-
Gangguan keseimbangan cairan lebih
dari kebutuhan
-
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
20
Narasi:
Sirosis
hati merupakan penyakit kronik hati.
Penyebab
dari sirosis ini diawali dari bagaimana penyebab dari hepatitis itu sendiri
karena
sirosis hati merupakan tahap lanjut dari hepatitis.
• Konsumsi alkohol di
mana terjadi penimbunan lemak dalam jumlah banyak
sehingga hati
membesar, rapuh dan mengalami gangguan fungsional dan terjadi
kerusakan
hepatosite.
• Virus beberapa virus A,
B, C, D, E di mana virus ini menyerang langsung pada
sel hepar dan terjadi
kerusakan hepatosite. Setelah itu virus terus menerus
mengadakan
replikasi sampai menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan.
• Obat-obatan yang
bersifat toksik di mana penggunaan yang lama akan langsung
menyerang
ke hati dan menyebabkan kerusakan hepatosite.
• Stress. Kondisi ini
menyebabkan adrenalin meningkat dari peningkatan adrenalin
ini menyebabkan sistem imun menurun, sehingga virus lebih
muda untuk masuk
termasuk
salah satunya adalah virus hepatis ini.
Dari terjadinya
kerusakan hepatosite menyebabkan peradangan pada hati. Terjadinya
radang menyebabkan
aliran darah bersih ke hati terhambat (terjadi perubahan aliran
darah). Jika hati
terus kekurangan darah bersih maka akan terjadi nekrosis hati. Dari
nekrosis
ini kemungkinan ada 4 yang terjadi:
- Metabolisme bilirubin
menurun artinya terjadi peningkatan dekstruksi dari SDM,
kadar bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah meningkat sehingga terjadi
hiperbilirubinemia.
Dari pembentukan bilirubin yang berlebihan akan
menyebabkan
ikterus.
- Terjadinya nekrosis
hati menyebabkan hati menciut dan mengeras akibat jaringan
hati diganti oleh
jaringan parut (jaringan ikat), fungsi hati akan sangat terganggu.
Aliran darah lewat
hati terhimpit jaringan ikat, himpitan aliran darah di hati
menimbulkan
peninggian tekanan darah di pembuluh portal yang disebut
hipertensi
portal akibat dari peningkatan resistensi aliran darah melalui hati,
peningkatan
aliran arteri splanknikus. Kedua faktor yang mengurangi aliran
21
keluar
melalui vena hepatica dan meningkatkan aliran masuk bersama-sama
menghasilkan
beban berlebihan pada sistem portal. Pembebanan ini merangsang
timbulnya
kolateral untuk menghindari obstruksi hepatic. Ini terjadi pada
esophagus
bagian bawah vena superficial dinding abdomen dan rectum.
• Varises esophagus
terjadi karena dilatasi pada vena akibat pembentukan
sirkulasi
kolateral pada esophagus bagian bawah.
• Varises abdomen terjadi
karena dilatasi pada vena-vena sekitar umbilicus
akibat
pembentukan sirkulasi kolateral pada vena superficial dinding
abdomen.
• Hemoroid terjadi karena
dilatasi anastomosis antara cabang-cabang vena
mesenterika
inferior dan vena-vena rectum.
• Asites terjadi karena
peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus dan
penurunan
tekanan osmotik koloid akibat hipoalbuminemia. Selain itu juga
karena
adanya retensi natrium dan air dan peningkatan sintesis dan aliran
limfa
hati.
• Splenomegali terjadi
karena adanya tekanan balik pada sistem portal.
• Edema terjadi
sehubungan dengan payah hepatoseluler. Edema yang terjadi
pada
umumnya adalah edema perifer akibat hipoalbuminen serta retensi
garam
dan air akibat kegagalan hati mengaktifkan aldosteron dan ADH.
- Terjadinya gagal hati
akibat dari nekrosis hati. Dari keadaan ini terjadi gangguan
metabolisme ammonia
menjadi urea yang berdampak penumpukan ammonia
dalam
darah yang merupakan zat toksik dan mengganggu metabolisme otak.
Inilah
disebut ensefalopati hepatic.
Gangguan
metabolisme ammonia menjadi urea menyebabkan peningkatan
ammonia
serum. Ammonia ini bersifat asam dan dapat menguap sehingga bisa
menyebar
ke saluran pernafasan menyebabkan kadar asam dalam sistem
pernafasan
meningkat dan terjadilah asidosis respiratorik sehingga muncullah
diagnosa
keperawatan “pola nafas inefektif”. Terjadinya gagal hati timbul salah
persepsi
pada penderita, karena kurangnya informasi sehingga timbul salah
22
persepsi
sehubungan dengan penyakitnya dan muncullah diagnosa keperawatan
“kurang
pengetahuan dan kecemasan”.
- Nekrosis hati juga
menyebabkan fungsi hati dalam metabolisme protein dan KH
terganggu yaitu
terjadi penurunan dari metabolisme tersebut sehingga protein
plasma juga mengalami
penurunan, menyebabkan sintesis albumin menurun.
Keadaan ini
menyebabkan penurunan tekanan onkotik darah di mana cairan
dalam vascular
tertarik ke interstitial sehingga terjadi asites dan edema dan
muncullah diagnosa
keperawatan gangguan keseimbangan cairan lebih dari
kebutuhan
dan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Dari
kondisi asites ini terjadi distensi abdomen sehingga penderita selalu merasa
kenyang
dan terjadi anoreksia. Dari gejala ini muncul diagnosa keperawatan
nutrisi
kurang dari kebutuhan.
Sementara
dari metabolisme protein dan karbohidrat yang menurun
menyebabkan
kelemahan dan muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas
dan
penurunan kemampuan rawat diri.
E.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan
ditujukan pada terapi suportif.
2. Pengobatan meliputi
- Menopang status
kardiopulmonar
- Memberi bantuan bila
diperlukan untuk mempertahankan fungsi spesifik
- Menopang fungsi
hematology dan nutrisional hepar
3. Asuhan keperawatan
ditegakkan melalui pengkajian yang cermat, termasuk
riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, hasil-hasil laboratorium dan
regimen
medis.
4. Rencana perawatan harus
mempertimbangkan kebutuhan cairan dan diit,
terapi
pengganti, pencegahan infeksi, tindak kewaspadaan penggunaan obat,
potensial
gangguan perdarahan dan perubahan neurologi, kemungkinan
kebutuhan
dan pembersihan usus, dan pencegahan komplikasi pernafasan,
sirkulasi
dan kulit.
23
5. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Perawat harus sering
mengkaji perubahan pada seluruh sistem
7. Mengevaluasi secara
kontinyu efektivitas dari intervensi keperawatan.
E.
KOMPLIKASI
Bila
penyakit sirosis hati berlanjut progresif maka gambaran klinis,
prognosis
dan pengobatan tergantung pada dua kelompok dasar komplikasi:
1. Kegagalan hati
(hepatoselular)
2. Hipertensi portal:
adanya tekanan portal lebih dari 20 cm air atau 125 mmHg
Bila komplikasi
berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul
komplikasi
lain berupa
3. Asites: penimbunan
cairan secara abnormal di rongga perut.
4. Ensefalopati.
5. Peritonitis bakterial
spontan
6. Sindrom hepatorenal:
terjadinya penyulit gagal ginjal akut yang umumnya
berjalan
progresif pada pasien penyakit hati kronik
7. Transformasi ke arah
kanker hati primer (hepatoma)
24
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN SIROSIS HATI
A.
PENGKAJIAN
1.
Mengumpulkan Data
• Aktivitas/istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda
: letargi, penurunan massa otot/tonus
• Sirkulasi
Gejala
: Riwayat GJK kronis, perikarditis, penyakit jantung reumatik,
kanker
(mal fungsi hati menimbulkan gagal hati).
Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4)
DVj: Vena abdomen distensi.
• Eliminasi
Gejala
: flatus
Tanda
: Distensi abdomen (hematomegali, splenomegali, asites)
Penurunan/tidak adanya bising usus
Feses berwarna tanah liat, melena
Urine gelap, pekat.
• Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat
mencerna
Mual/muntah
Tanda
: penurunan berat badan atau Pj (cairan)
Penggunaan
jaringan
Edema umum pada jaringan
Kulit kering, turgor buruk
Ikterik:
angioma spider
Nafas bau/tetor hepatikus, perdarahan gusi.
25
• Neurosensori
Gejala
: Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan
mental
Tanda
: Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma.
Bicara lambat/tidak jelas
Asterisk
(ensefalopati hepatic)
• Nyeri/kenyamanan
Gejala
: Nyeri tekanan abdomen/nyeri kuadran atas
Pruritus
Neoritis
perifer
Tanda
: Perilaku berhati-hati/distraksi
Fokus pada diri sendiri
• Pernafasan
Gejala
: Dispnea
Tanda
: Takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
Ekspansi paru terbatas (asites)
Hipoksia
• Keamanan
Gejala
: Pruritus
Tanda
: Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik)
Ikterik, ekimosis, petekie.
Angioma
spider/teleangiekstasis, eritema palmar
• Seksualitas
Gejala
: gangguan menstruasi, impotent.
Tanda : Atrofi
testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah,
lengan,
pubis)
• Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat
penggunaan alkohol jangka panjang/penyalahgunaan,
penyakit
hati alkoholik.
26
Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan
pada toksin,
trauma hati,
perdarahan GI atas, episode perdarahan varises
esophageal,
penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.
• Pemeriksaan diagnostik
- Skan/biopsy hati:
mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan
jaringan
hati.
- Portografi transhepatik
perkutaneus: memperlihatkan sirkulasi sistem
jaringan
hati.
- Bilirubin serum:
meningkat karena
gangguan seluler,
ketidakmampuan
hati untuk mengkonjugasi atau obstruksi bilier.
Normal:
5 – 12 μmol/L
- AST (SGOT)/ALT (SGPT),
LDH: meningkat karena kerusakan
seluler
dan mengeluarkan enzim.
AST
normal: < 40 UI/L
ALT
normal: < 40 UI/L
- Alkalin fosfolase:
meningkat karena penurunan eksresi
Normal:
< 100 UI/L
- Albumin serum: menurun
karena penekanan sintesis
Normal:
35 – 50 g/l
2.
Pengelompokan Data
Data
Subjektif:
- Klien mengeluh tidak
ada nafsu makanan
- Mengeluh lemah
- Pruritus
Data
Objektif:
- Anoreksia
- Mual muntah
- Edema umum pada
jaringan
- Asites
27
- Dispone
- Kulit kering, turgor
buruk
- Penurunan massa
otot/tonus
- Distensi abdomen
- Albumin serum: 25 g/l
Analisis
Data
Data Kemungkinan
Penyebab
Masalah
DS:
Klien
mengatakan makanan
yang
dihidangkan tidak habis
karena
nafsu makan tidak ada.
Diet
tidak enak karena kurang
garam.
Lemah.
DO:
Mual
dan muntah.
Makanan
yang dihidangkan
tidak
habis.
Tonus
otot buruk.
DS:
Klien
mengatakan jumlah
kencing
sedikit
DO:
Edema
Perubahan
status mental/gelisah
Asites
Kulit
kering
Distensi
abdomen
Albumin
serum: 2,5 g/l
Nekrosis
hati
Metabolisme protein dan
karbohidrat
menurun
Protein
plasma menurun
Sintesis
albumin
Asites
Merasa
kenyang
Anoreksia
28
Gangguan
keseimbangan
cairan lebih dari
kebutuhan tubuh
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Dx.
1: Gangguan keseimbangan cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan:
- Penurunan protein
plasma (albumin)
- Malnutrisi
Ditandai
dengan:
- Edema
- Asites
- Kulit kering
- Distensi abdomen
- Albumin: 25 g/l
Dengan
tujuan:
Cairan
tubuh seimbang dengan kriteria:
- Tidak ada edema
- Tidak ada asites
- Albumin serum normal:
35 g/l
- Tidak terjadi distensi
abdomen
- Kulit tidak kering
Dx. 2 Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang
kurang ditandai dengan:
- Klien mengatakan bahwa
makanan yang disediakan tidak habis karena
tidak
ada nafsu makan, diet tidak enak karena kurang garam
- Mual muntah
- Porsi makanan yang
disediakan tidak habis
- Lemah
- Tonus otot buruk
- Anoreksia
Dengan
tujuan:
Pemenuhan
nutrisi yang adekuat/dapat teratasi dengan kriteria:
29
- Makanan yang disediakan
habis
- Tidak ada mual muntah
- Tidak terjadi kelemahan
- Tonus otot baik
PRIORITAS
MASALAH
1. Pola nafas inefektif
2. Gangguan keseimbangan
cairan lebih dari kebutuhan
3. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
4. Intoleransi aktivitas
5. Penurunan kemampuan
rawat diri
6. Kurang pengetahuan
7. Kecemasan
8. Resiko tinggi terhadap
infeksi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan
cairan: lebih dari kebutuhan tubuh
Mandiri:
Intervensi
Rasional
Ukur
masukan dan haluaran,
catat
keseimbangan positif
(pemasukan
melebihi
pengeluaran),
timbang berat
badan
setiap hari, dan catat
peningkatan
lebih dari 0,5
kg/hari
Awasi
TD dan CVP, catat
JVP/distensi
vena jugularis
Menunjukkan status volume sirkulasi,
terjadinya/perbaikan perpindahan cairan dan
respon terhadap terapi keseimbangan
positif/peningkatan bebat badan seiring
menunjukkan retensi cairan lanjut. Catatan:
penurunan volume sirkulasi (perpindahan
cairan) dapat mempengaruhi secara langsung
fungsi/haluaran urine, mengakibatkan
sindrome hipatorenal.
Peningkatan TD biasanya berhubungan
dengan kelebihan volume cairan terapi
30
Auskultasi
paru, catat
penurunan/tidak
adanya bunyi
nafas
dan terjadinya bunyi
tambahan
Kaji
derajat perifer/edema
dependen
Kolaborasi:
Awasi
albumin serum dan
elektrolit
(khususnya kalium
dan
Na)
Batasi
natrium dan cairan
sesuai
indikasi
Berikan
albumin bebas
garam/plasma
ekspander
sesuai
indikasi
mungkin tidak terjadi karena perpindahan
cairan keluar area vascular. Distensi jugularis
eksternal dan vena abdominal sampai dengan
kongesti vascular.
Peningkatan kongesti pulmonal dapat
mengakibatkan konsolidasi, gangguan
pertukaran gas dan komplikasi misalnya:
edema paru.
Perpindahan cairan pada jaringan sebagai
akibat retensi Na dan air, penurunan albumin
dan penurunan ADH.
Penurunan albumin serum mempengaruhi
tekanan osmotik koloid plasma,
mengakibatkan pembentukan edema,
penurunan aliran darah ginjal menyertai
peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan
penggunaan diuretic (untuk menurunkan air
total tubuh), dapat menyebabkan berbagai
perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit.
Natrium mungkin dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan dalam area
ekstravaskuler. Pembatasan cairan perlu
untuk memperbaiki/mencegah pengenceran
hipotermia.
Albumin mungkin diperlukan untuk
meningkatkan tekanan osmotis koloid dalam
kompartemen vascular (pengumpulan darah
dalam area vascular), sehingga meningkatkan
31
Berikan
obat sesuai indikasi:
• Diuretik: spironolakton
(aldakton),
furosemid
(lasix)
• Kalium
• Obat inotropik positif
dan
vasodilatasi
atrial
volume sirkulasi efektif dan penurunan
terjadinya asites.
Digunakan untuk mengontrol edema dan
asites, menghambat efek aldosteron,
meningkatkan ekskresi air sambil menghemat
kalium, bila terapi konservatif dengan tirah
baring dan pembatasan natrium tidak teratasi.
Kalium serum dan seluler biasanya menurun
karena penyakit hati sesuai dengan
kehilangan urine
Untuk meningkatkan curah jantung/perbaikan
aliran darah ginjal dan fungsinya, sehingga
menurunkan kelebihan cairan.
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang
kurang
Mandiri:
Intervensi
Rasional
Ukur
diet harian dengan
jumlah
kalori
Timbang
sesuai indikasi,
bandingkan
perubahan status
cairan,
riwayat BB, ukuran
kulit
trisep.
Dorong
pasien untuk makan
semua
makanan/makanan
tambahan
Memberikan informasi tentang kebutuhan
pemasukan/defisiensi
Mungkin sulit untuk menggunakan BB
sehingga indikator langsung status nutrisi
karena ada gambaran edema/asites, lipatan
kulit trisep berguna mengkaji perubahan
massa otot dan simpanan lemak subkutan.
Pasien mungkin mencungkil atau hanya
makan sedikit gigitan karena kehilangan
minat pada makanan dan mengalami mual,
32
Bantu
dan dorong pasien
untuk
makan, jelaskan alasan
tipe
diet, beri pasien makan
bila
pasien mudah lelah, atau
biarkan
orang yang terdekat
membantu
pasien.
Pertimbangan
pilihan
makanan
yang disukai
Beri
makanan sedikit dan
sering
Berikan
tambahan garam bila
diizinkan,
hindari yang
mengandung
amonium
Beri
makanan halus, hindari
makanan
kasar sesuai indikasi
Berikan
perawatan mulut
sering
dan sebelum makan
Kolaborasi:
Awasi
pemeriksaan
laboratorium,
misalnya:
glukosa
serum, albumin, total
protein,
ammonia
kelemahan umum, malaise
Diet yang tepat dan penting untuk
penyembuhan pasien mungkin makan lebih
baik bila keluarga terlibat dan makanan yang
disukai sebanyak mungkin.
Buruknya toleransi terhadap makan banyak
mungkin berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraabdomen/asites
Tambahan garam meningkatkan rasa
makanan dam membantu meningkatkan
selera makan. Ammonia potensial resiko
pemasukan oral/pencernaan.
Perdarahan dari varises esophagus dapat
terjadi pada sirosis berat.
Pasien cenderung mengalami luka dan atau
perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada
mulut di mana menambah anoreksia
Glukosa serum karena gangguan
glikogenesis, penurunan simpanan glikogen
atau masukan tak adekuat, protein menurun
karena gangguan metabolisme, penurunan
sintesis hepatik atau kehilangan ke rongga
peritoneal (asites). Pembatasan masukan
protein untuk mencegah komplikasi serius.
33
Konsul
dengan ahli diet untuk
memberikan
diet tinggi dalam
kalori
dan karbohidrat
sederhana,
rendah lemak dan
tinggi
protein sedang; batasi
natrium
dan cairan bila perlu
berikan
tambahan cairan
sesuai
indikasi
Berikan
makanan dengan
selang,
hiperalimentasi, lipid
sesuai
indikasi
Berikan
obat sesuai indikasi
seperti:
• Tambahan vitamin,
tiamin,
besi,
asam folat
• Sink
• Antiemetik;
trimetobenzamid
(tigan)
Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada
kebanyakan pasien yang pemasukannya
dibatasi, karbohidrat memberikan energi yang
siap pakai. Lemak diserap dan buruk karena
disfungsi hati dan mungkin memperberat
ketidaknyamanan abdomen. Protein
diperlukan pada perbaikan kadar protein
serum untuk menurunkan edema untuk
meningkatkan regenerasi sel hati.
Mungkin diperlukan untuk diet tambahan
untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu
mual atau anoreksia untuk makan atau varises
esophagus mempengaruhi masukan oral.
Pasien biasanya kurang vitamin karena diet
buruk sebelumnya. Juga hati yang rusak tak
dapat menyimpan vitamin Am, B kompleks,
D dan vitamin K. juga dapat terjadi
kekurangan besi dan asam folat yang
menimbulkan anemia.
Meningkatkan rasa kecap, bau yang dapat
merangsang nafsu makan
Digunakan dengan hati-hati untuk
menurunkan mual/muntah dan meningkatkan
masukan oral.
34
IMPLEMENTASI
Melaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang
akan
dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknis yang telah ditentukan.
EVALUASI
Kriteria
keberhasilan
• Berhasil
Tuliskan
kriteria keberhasilannya dan hentikan tindakan
• Tidak berhasil
Tuliskan
mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
35
ConversionConversion EmoticonEmoticon