PROPOSAL
A. Judul
Skripsi
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division) terhadap Prestasi Belajar pada Pelajaran Matematika Sub Pokok Bahasan
Pemetaan atau Fungsi di Kelas II SLTP 2
Drajat Paciran Lamongan Tahun Ajaran 2004-2005”.
B. Latar Belakang Masalah
Dengan
semakin berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, maka peningkatan kualitas
pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius dan seksama, sebab
pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia
dan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan bangsa. Oleh karena itu berbagai
usaha harus terus menerus diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Proses
belajar mengajar pada intinya bertumpu pada suatu persoalan, yaitu bagaimana
guru memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif
atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang di kehendaki oleh guru
(Ainul, 2002:1). Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan disekolah umumnya
menggunakan metode ceramah, karena dengan menggunakan metode ini penggunaan
waktu untuk penyajian suatu materi bisa lebih efesien.
Namun
metode ceramah ini mempunyai kekurangan, antara lain yaitu siswa cenderung
positif, guru tidak mengetahui sampai dimana siswa mengerti atau memahami suatu
materi yang telah di bicarakan, umumnya siswa diam dan tenang, tapi diam dan
ketenangan mereka belum berarti bahwa mereka telah paham atau memehami materi
yang telah diberikan oleh guru atau pengajar
Upaya
untuk menanggulangi kekurangan dalam metode ceramah dapat dengan cara
menggunakan metode yang lain yaitu metode mengajar yang sesuai agar dapat
menciptakan suasana yang mendukung dalam proses belajar mengajar. Interaksi
yang demikian menurut peran guru untuk dapat membangkitkan minat dan perhatian
siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
Dalam
rangka menciptakan kondisi belajar mengajar matematika yang efektif perlu
diterapkan strategi yang sesuai dengan kondisi lokal Indonesia. Menurut Kline
Mores (1961:64) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari
kemajuan bidang matematika.
Matematika
adalah salah satu materi pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi. Selain itu para peserta didik diberikan bekal
agar dapat menerapkan matematika diberbagai keperluan dan pengetahuan (Ainy,
2000: ).
Berdasarkan
uraian diatas memecahkan masalah pendidikan diperlukan upaya penerapan strategi
pembelajaran menggunakan model kooperatif, karena model pembelajaran ini adalah
pembelajaran yang mulai banyak dikembangkan
beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya
unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu
siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis, dan mengembangkan sikap
sosial siswa. Ketrampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan
dalam satu kelompok (Ainy, 2000: ).
Keberhasilan
individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok yang akan tampil
mempresentasikan tugasnya didepan teman-temannya. Pembelajaran kooperatif
adalah strategi atau metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam
kelompok kecil yang terdiri sekurang-kurangnya 4-5 siswa dengan tingkat
kemampuan yang heterogen. Untuk menyelesaikan
tugas-tugas pembelajaran menurut Slavin Nur (1999:19) dalam
menyelesaikan tugasnya setiap anggota kelompok saling kerjasama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pelajaran. Dalam hal ini belajar dianggap belum
selesai apabila seorang dari kelompok belajar belum menguasai bahan pelajaran.
Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe salah satunya adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achvement Division) adalah suatu pendekatan pembelajara kooperatif
dimana siswa ditempatkan dalam suatu kelompok belajar yang beranggotakan 4-5
orang merupakan heterogen menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku.
Guru menyajikan meteri pelajaran dan membagi dalam kelompok-kelompok. Setelah
dua minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Pada waktu pelaksanaan kuis
siswa tidak dapat saling membantu dengan kelompoknya (Slavin, :5).
Berdasarkan
uraian diatas, menunjukkna bahwa diterapkan strategi pembelajaran yang menarik
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif, sehingga motivasi belajarnya
meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar. Untuk itu penulis bermaksud
untuk melaksanakan penelitian di SLTPN 2 Drajat Paciran kelas II dengan
mengambil materi Pemetaan atau Fungsi.
C. Identifikasi Masalah
Prestasi belajar siswa
pada hakikatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1.
Faktor
Internal
a)
Bakat
Bakat dan
ciri kepribadian yang dimiliki oleh seorang siswa, baik secara individual
maupun kolektif dapat menentukan kecepatan anak, sikap anak dan bahan pelajaran
pada umumnya. Dengan kata lain faktor bakat, minat dan ciri atau sifat
karakteristik anak dapat menentukan motivasi belajar mereka rendah, sedang atau
tinggi, dan usaha-usaha sekolah untuk menangani motivasi salah satunya adalah
mengadakan kelompok kemampuan atau kelas pararel.
b)
Itelegensi.
Intelegensi
yang dimiliki oleh seorang siswa berbeda-beda. Intelegensi adalah faktor total,
dimana berbagai macam daya jiwa erat didalamnya (ingatan, fantasi, perasaan,
minat, dan seterusnya), Turut mempengaruhi prestasi belajar seseorang.
2.
Faktor
Eksternal.
a)
Lingkungan
Keluarga
Keluarga
secara tidak langsung sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, karena
pendidikan di keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali diberikan kepada
anak, sepanjang hidupnya paling banyak waktu yang digunakan dalam keluarga bila
dibandingkan dengan lembaga lain.
b)
Lingkungan
sekolah
Lingkungan
sekolah, guru sangat berperan penting dalam meningkatkan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan secara terencana, tertib, dan teratur, sehingga
menghasilkan pelajar yang handal yang senantiasa diperlukan bagi perkembangan
bangsa dan negara.
c)
Lingkungan
masyarakat
Karakteristik
seorang individu sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan. Karena lingkungan
masyarakat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam diri anak, oleh
karena itu lingkungan yang tidak nyaman dapat mengganggu proses belajar
mengajar dan mengakibatkan anak tidak terfokus pada proses belajar, sebaliknya
untuk lingkungan yang baik akan membawa anak ke proses belajar yang bagus.
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini
penulis memberikan batasan masalah demi tercapainya tujuan penelitian. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
Peneliti hanya membahas tentang hasil
belajar, ketrampilan kooperatif dan perbedaan siswa terhadap pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran tradisional.
Karena pokok bahasan ini diberikan di kelas II
Semester Ganjil maka penelitian hanya dilakukan pada siswa-siswi kelas II SLTPN
2 Drajat Paciran Semester Ganjil tahun ajaran 2004-2005.
E. R umusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dimunculkan masalah:
1. Apakah
pencapaian ketuntasan
1. Apakah ada
perbedaan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan prestasi belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran tradisional?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar
belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Untuk
mengetahui ketrampilan kooperatif siswa selama pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan netode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran tradisional.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
Sebagai
pembelajaran yang berkualitas pada proses dan hasilnya secara langsung juga
bermanfaat bagi sekolah sebagai ajang promosi untuk meningkatkan citra sekolah
yang bersangkutan.
Sebagai wawasan
tentang metode mengajar yang efektif bagi guru.
Menarik minat
belajar matematika siswa.
Sebagai
bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan pengajaran matematika yang
berorientasi pada pendekatan kooperatif.
H. Definisi Operational
Untuk menghindari
salah penafsiran terhadap penelitian ini perlu adanya penjelasan istilah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif adalah: model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dan dalam kelompok tersebut memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda, yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan kelompok.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu jenis pendekatan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang siswa dengan tingkat kemampuan berfikir dan jenis kelamin berbeda. Dalam
pembelajaran ini juga diajarkan berbagai ketrampilan kooperatif yang berfungsi
untuk melancarkan hubungan kerja antara sesama anggota kelompok. Keberhasilan
suatu kelompok ditanggung oleh semua
anggota kelompoknya.
3. Penerapan dalam penelitian di artikan sebagai
pelaksanaan bentuk pembelajaran.
4. Mode
pembelajaran adalah suatu teknik atau cara yang digunakan oleh guru untuk
menggerakkan kegiatan siswa kearah tujuan yang akan dicapai.
5.
Pembelajaran tradisional
6.
Prestasi belajar
I. Kajian Teoritis
A. Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses belajar
mengajar ini adalah inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Ini berarti kegiatan belajar mengajar dapat disebut
efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Demikian pula dengan kegiatan belajar mengajar matematika dapat dikatakan
efektif apabila tujuan mengajar matematika seperti diutarakan dimuka dapat
dicapai dengan baik. Ini karena dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi
langsung antara guru dengan siswa yang mana interaksi ini memegang peranan
penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
a. Belajar
Belajar merupakan
suatu usaha agar anak dapat bertumbuh dan berkembang. Belajar juga dapat
dikatakan perubahan tingkah laku karena dikatakan belajar jika ia dapat
melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sebelum ia belajar atau bila
tingkah lakunya berubah sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi dari
pada sebelumnua. “Belajar merupakan proses aktif dalam memperoleh pengetahuan
baru, sehingga terjadi perubahan tingkah laku”.
Menurut Fontana
(1981:148) belajar sebagai proses terjadinya hubungan antara stimulus atau
rangsangan dengan respon atau jawaban atau antara respon dengan penguatan atau
reinforcement. Proses belajar tidak semata-mata hasil hubungan stimulus dan
respon tetapi lebih merupakan hasil dari kemampuan mental individu dalam
melakukan fungsi-fungsi psikologis seperti konsep dan ingatan atau dengan kata
lain pendekatan pertama menekankan pad unsur diluar diri individu (lingkungan
yang berfungsi memberi rangsangan).
Selanjutnya
menurut Herman Hudoyo (2001:92) “ Belajar merupakan suatu proses aktif dalam
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan
tingkahlaku”. Dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan
lingkungan, interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja, kesengajaan
itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:
1.
Kesiapan
2. Motivasi
3. Tujuan yang ingin
dicapai
Belajar
menurut teori asosiasi yang dipopulerkan oleh Edward Lee Thorndike berdasarkan
penelitian pada tahun 1913 menekankan pentingnya faktor kesiapan (readiness),
latihan (exercise) dan pada hasil yang menyenangkan (good efect) dalam belajar
(Ali, 1987:17).
Perubahan
tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti
dari bodoh menjadi pintar sedangkan dalam aspek ketrampilan ialah perubahan
tidak bisa dan dari diri yang tak trampil menjadi trampil dan sebagainya
(Hidayati, 2002:8).
Matematika
merupakan pengetahuan yang tersusun menurut struktur. Teori belajar matematika
adalah denagn melakuakanpenyusunan presentasinya karena langkah permulaan belajar
konsep menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam
matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara
intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang
lebuh tinggi (sesuai kemampuan siswa) siswa ini diajarkan dalam bentuk yang
abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika
(Simanjuntak dkk, 1992:71).
b. Mengajar.
Mengajar merupakan
suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari
guru kepada siswa, oleh karena itu pengertian mengajar tidaklah sederhana dalam
arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan
dalam perbuatan mengajar itu sendiri adalah “upaya menyampaikan bahan pelajaran
kepada siswa”.
Mengajarpun pada
hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan
yang ada di sekitar anak didik, sehihgga dapat menumbuhkan dan mendorong anak
didik melakukan proses belajar. Tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar (Nona Sujanah, 1991:29) maka hakekat mengajar adalah proses
“pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
Dengan demikian mengajar adalah
upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan
kepada siswa agar terjadi proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan (Chauhan, 1977:4). Oleh karena itu dengan strategi belajar tertentu
proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik dengan memberikan tugas atau
latihan (misalnya), siswa diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu, ini adalah
dorongan untuk terjadinya proses belajar lebih jauh lagi.
Matematika adalah ilmu tenytang
struktur yang terorganisasikan, karena itu pengajaran matematika haruslah
menekankan kepada pengertian konsep-konsep dan struktur matematika serta proses
belajar melalui pemecahan masalah (dalam
Hidayati, 2002:9).
Menurut Johnson dan Rising (1972) dalam
bukunya mengatakan matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.
Sedangkan James (1976) dalam kamus
matematikanya mengatakan matematika adalah tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya dengan jumlah yang banyak
yang terbagi kedalam 3 bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Mengajar matematika haruslah didasarkan
kepada siswa belajar secara aktif, mengajar dikatakan efektif bila menghasilkan
sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang
tercapai, sedangkan mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam
menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha,
biaya dan waktu dikeluarkan efisien. Dengan kata lain bahwa untuk menerapkan
pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi belajar mengajar terlebih
dahulu, mengajar matematika pada prinsipnya berorientasi dengan falsafah
pendidikan, berkaitan dengan tujuan pengajaran dan penggunaan cara belajar
peserta didik aktif serta pemecahan masalah (simanjuntak dkk, 1992:81).
Menurut Piaget (1970;1971) menunjukkan
perubahan konsep-konsep pengetahuan yang penting. Konstruktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu
tiruan dari kenyataan. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan
setiap kali mengadakan reorganisasi
karena adanya suatu pemahaman yang baru (Piaget, 1977).
Konstruktivis menyatakan bahwa semua
pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka
menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan
secara prinsipil (Von Glaserfeld dalam Beftencourt, 1989). Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat
ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke fikiran orang
yang belum mempunyai pengetahuan. Seorang guru bermaksud mentransfer konsep,
ide dan pengertiannya kepada murid lewat pengalamannya.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: konstruktuvisme dapat membantu proses
belajar dan juga membantu kesulitan yang dialami siswa ketika belajar.
Berdasarkan prinsip konstruktivisme siswa punya konsep alternatif bahwa dapat
membantu menemukan sarana untuk mengembangkan konsep siswa, konsep tersebut
juga dapat dilakukan untuk para guru, mahasiswa dan orang yang sedang belajar
(Suparno, 1997:78).
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
1. Pembelajaran kooperatif.
Pengertian
pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil, yang memiliki kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, siawa saling bekerja sama untuk memahami suatu materi pelajaran.
Belakjar belum selesai jika salah satu anggota kelompoknya belum menguasai
bahan pembelajaran. (dalam Fatmawati, 2003).
Kerja kelompok
menurut (Robert L Cilstrap dan William R Martin : 15) kerja kelompok
sebagai kegiatan sekelompok siswa yang
biasanya berjumlah kecil 5 - 7 siswa, yang diorganisir ntuk kepentingan belajar
keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa
individu.
Didalam kelas
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompk kecil yang terdiri dari
4 – 6 orang siswa. Setiap kelompok terdiri dari siswa berkemampuan tiggi,
sedang, rendah (heterogen) dan jenis kelamin yang berbeda. Tujuan pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan individu yang ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. (slavin, 1994:16 dalam musarofah,
2001:12).
Menurut Ibrahim,
dkk (2000) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
Kelompok dibentuk
dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Bilamana mungkin,
anggota kelompok berasal dari ra, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
Penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.
Pada beberapa
bidang studi yang melibatkan suatu materi pelajaran yang kompleks dan berupa
ketrampilan-ketrampilan dalam menyelesaikan permasalahan, kooperatif lebih
sesuai untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan kompetisi maupun perseorangan,
khususnya bagi mereka yang berkemampuan rendah (Fatmawati, 2003:10)
Unsur-unsur yang
harus dimiliki siswa agar pembelajaran kooperatif dapat bejalan lebih efektif
menurut Linda Lundgren (dalam Ibrahim dkk, 2000:6).
a. Para siswa
dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”
b. Para siswa
bertanggung atas segala sesuatu dialam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Para siswa haruslah beranggapan bahwa semua
anggota di dalam kelompoknya memililki tujuan yang sama.
d. Para siswa haruslah membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Para siswa akan dikenakan evaluasi atau di derikan
hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Para siswa
berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Berkenaan dengan
unsur-unsur di pembelajaran kooperatif, maka guru harus memerankan dirinya
sebagai “Guide on the side” atu pembimbing dari kejauhan dan tidak
berpartisipasi langsung dalam kegiatan kelompok (A sage on the stage). Peran
seorang guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Johnson,
1994:102 – 103 dalam Musarofah, 2001:15).
a. Mnentukan obyek pembelajaran.
b. Membuat keputusan menempatkan
siswa dalam kelompok belajar sebelum pelajaran dimulai.
c. Menrangkan tugas dan kerangka sasaran akhir
kepada para siswa.
d. Menguasai efektivitas kelompok belajar
bersama dan menyediakan keperluan tugas.
e. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu para siswa dengan cara
mendiskusikan bagaimana bekerjasama.
2.
Keuntungan Pembelajaran kooperatif.
Beberapa manfaat
dalam pembelajran kooperatif menurut Linda Lundgren(1994:Nur dkk,1997:18)
adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
b. Rasa harga
diri menjadi tinggi.
c. Memperbaiki sikap terhadap sekolah.
d. Memperbaiki kehadiran siswa.
e. Penerimaan
terhadap individu lebih besar.
f. Mengurangi
prilaku yang mengganggu.
g. Konflik
antar teman akan berkurang.
h. Sikap
apatis berkurang.
i. Pemahaman
lebih mendalam.
j.
Motivasi
lebih besar.
k. Hasil belajar lebih tinggi.
l. Retensi
atau penyimpanan lebih lama.
m.
Meningkatkan
kebaikan budi pekerti, kepekaan sosial dan toleransi.
n. Memiliki kewsuksesan akademik.
3. Kelebihan dan Kelemahan
Pembelajaran Kooperatif.
a. Kelebihan pembelajaran kooperatif.
Kelebihan
pembelajaran kooperatif antara lain:
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan
dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok.
Siswa aktif
membantu dan mendorong untuk sama-sama berhasil.
Siswa aktif
berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan kerberhasilan kelompok.
Frekuensi
interaktif antar siswa tinggi seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Bagi siswa yang
belum saling mengenal lebih dekat bisa mengenal satu sama lain(Slavin, 1995:16
dalam Fatmawati, 2003:12).
b.
Kelemahan
Pembelajaran Kooperatif.
Kelemahan pembelajaran kooperatif
antara lain:
1.
Memerlikan
waktu pembelajaran yang relatif lama.
2. Apabila kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran kooperatif tidak maksimal / sarana dan prasarana kurang memadai
maka pembelajaran kooperatif sulit untuk mencapai tujuan.
3.Apabila siswa tidak terbiasa bersikap aktif dalam
proses pembelajaran maka akan menghambat pembelajaran.
4.Tidak mudah menanakan ketrampilan kooperatif
kepadasiswa yangterbiasa pasif dikelas (slavin, 1995:17 dalam Fatmawati,
2003:13).
Menurut Ibrahim ada
2 teori dalam pembelajaran kooperatif yaitu teori motivasi dan teori kognitif.
4. Teori
Motivasi
Menurut teori
motivasi, motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada
bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan soal siswa melaksanakan
kegiatan pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai
jika dan hanya jika siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut.
Motivasi terhadap
pengorganisasian kelas secara tradisional adalah Bahwa pemberian rangking
prestasi bekajar yang kompetitif dan sistem penghargaan yang tidak formal
terhadap kelas, menciptakan norma kelas yang memperlemah upaya-upaya akademik,
karena keberhasilan seorang siswa mempengaruhi keberhasilan siswa yang lain
(Nur dkk, 1997:4).
Didalam kelas
kooperatif, siswa yang bekerja, rajin hadir dalam kelas serta selalu membantu
teman yang lain untuk belajar, ia akan dihargai dan didorong teman-teman
sekelompoknya hal ini sangat jauh berbeda jika dibanding dengan situasi dalam
kelas tradisional, jelasnya tujuan kooperatif menciptakan norma-norma pra
akademik pada siswa, dan norma-norma pra akademik itu mempunyai pengaruh pada
hasil belajar siswa. (slavin, 1995:17 dalam Ainy, 2000: ).
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi yang positif dapat memberikan dorongan kepada
siswa sehingga ia menunjukkan minat, mempunyai perhatian serta mempunyai
keingginan untuk bekerja keras dalam usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Didalam kelas kooperatif ini sangat menunjang sekali karena motivasi dapat
mendorong siswa lebih aktif jika dibandingkan dengan situasi kelas tradisional
(dalam Ainy, 2000: ).
5. Teori Kognitif.
Teori kognitif dapat dikelompokkan dalam dua kategori sebagai berikut (Nur
dkk, 1997: ):
a. Teori perkembangan.
Asumsi dasar dari
teori perkembangan bahwainteraksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang
sesuai, meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit,
tingkat perkembangan sesunguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat pertkembangan potensial yang
didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerja sama
dengan sejawat yang lebih mampu.
b.
Teori elaborasi kognitif
Teori ini memiliki pandangan yang berbeda, penelitian dalam psikologi
kognitif telah menemukan bahwa inforamasi dapat disimpan dalam memori dan
terkait dengan informasi yang sudah ada di dalam memori itu, maka siswa harus terlibat
dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu
materi . sebagai misal membuat ikhtisar untuk menhendaki siswa mengorganisasi
materi dan memiliki materi yang penting salah satu cara elaborasi kognitif yang
paling efektif ialah menjelaskan materi
itu pada orang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai oleh
tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai satu tujuan yang
positif dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
meningkatkan prestasi akademik, meningkatkan nilai yang diperoleh siswa dan
mengubah norma-norma yang sesuai dengan prestasi mereka, pembelajaran
kooperatif dapat memberikan peluang pada semua siswa dari berbagai latar
belakang, kondisi yang berbeda untuk saling bekerja sama satu sama yang lain
dalam tugas akademik dan belajar menghargai hasil karya orang lain. (dalam
Ainy, 2000: ).
Keterampilan Kooperatif.
Dalam pembelajaran
kooperatif diperlukan
keterampilan-keterampilan khusus yang di kenal dengan keterampilan
kooperatif. Keterampilan ini berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja
dan peranan tugas agar anggota kelompok dapat bekerja sama secara maksimal.
Peranan hubungan antar anggota kelompok.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut
(Linda L ,1995 : 22 – 26 dalam musarofah, 2001)
Keterampilan kooperatif tingkat awal.
1. Menggunakan kesepakatan.
Menggunakan kesepakatan merupakan
pernyataan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam
kelompok.
2. Menghargai konstibusi yang berarti memperhatikan
atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini bukan
berarti bahwa harus selalu setuju dengan pendapat anggota yang lain, dapat saja
berupa kritik namun kritik tersebut harus ditujukan terhadap ide tidak kepada
individu.
3. Menggunakan suara pelan
4. Mengambil giliran dan berbagi tugas.
5. Berada dalam kelompok.
6. Berada dalam tugas.
7. Mendorong partisipasi.
8. Mengundang orang lain untuk berpartisipasi.
9. Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
10. Menghormati perbedaan individu.
b.Keterampilan tingkat menengah.
1. Menunjukkan penghargaan dan simpati
2. Mengungkapkan ketidaksetujuan
dengan cara yang baik
3. Mendengarkan dengan aktif
4.
Bertanya
5.
Membuat
ringkasan
6.
Menafsirkan
7.
Mengatur dan
mengorganisir
8.
Memeriksa
kecepatan
9.
Menerima
tanggungjawab
10. Mengurangi ketegangan
c.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
1. Mengelaborasi
2. Memeriksa secara cermat
3. Menyatakan kebenaran
4. Menetapkan tujuan
5. Berkompromi
6. Menghadapi masalah-masalah khusus
Adapun keterampilan
kooperatif yang penulis terapkan dalam penilaian ini adalah beberapa
keterampilan kooperatif dengan pertimbangan-pertimbangan.
a.
Keterampilan
yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Siswa kelas eksperimen sebelumnya tidak pernah mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
TABEL 1
Perbandingan Berbagai Tipe Kooperatif
|
STAD
|
JIGSAW
|
KELOMPOK PENYELIDIKAN
|
PENDEKATAN STRUKTURAL
|
Tujuan kognitif
|
Materi Akademik sederhana
|
Materi akademik sederhana
|
Nateri akademik kopleks dan keahlian inkuri
|
Materi akademik sederhana
|
Tujuan Sosial
|
Kerja kelompok dan kooperatif
|
Kerja kelompok dan kooperatif
|
Kerjasama dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan kelompok dan keterampilansosial
|
Sruktur
Kelompok
|
Berangotakan 4-5 siswa yang heterogen
|
Beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen
|
Beranggotakan 5-6 siswa yang heterogen
|
Bervariasi dengan 4-6 siswa atau berpasangan
bertiga
|
Pemilihan Materi
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Tugas Umum
|
Siswa dapat mengguakan lembar kegiatan dan saling membantu hingga tuntas
materi
|
Siswa mendalami materi dalam kelompok ahli kemudian membantu anggota
kelompok asal mempelajari materi tersebut
|
Siswa melakukan secara utuh penelitian
|
Siswa mengerjakan tugas baik sosial maupun kognitif
|
Penilaian
|
Tes mingguan
|
Bervariasi, bisa tes mingguan
|
Menyelesaikan proyek, menulis laporan dapat menggunakan tes esay
|
bervariasi
|
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
menurut Ibrahim, dkk (2000:10), adalah sebagai berikut:
Fase 1: Menyampaikan
tujuan dan motivasi siswa
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2 : Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atu lewat bahan bacaan.
Fase 3: Mengorganisikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 : Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah di pelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 : Memberikan penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pengertian
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Team Achievemen Division)
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin,
dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru
yang mengunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4 – 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan berfikir dan jenis kelamin
berbeda. Guru memberikan mata pelajaran dan siswa bekerja dalam kelompok
tersebut untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah mengusai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai tes tentang materi itu pada
waktu tes ini mereka tidak dapat saling membantu (bekerja secara individu)
(slavin, 1994 dalam)
STAD terdiri dari
siklus kegiatan pengajaran biasa seperti berikut: Nur (2000:31)
a. Mengajar : menyajikan pelajaran.
b. Belajar dalam kelompok: siswa bekerja di dalam kelompok mereka dengan
dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.
c. Tes : siswa mengerjakan kuis atau tugas lain
secara individual (misalnya test essay atau kinerja).
d. Penghargaan kelompok: skor kelompok dihitung
berdasarkan skor peningkatan anggota kelompok, dan sertifikat, laporan berkala
kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada
kelompok yang berhasil mencetak skor tinggi.
Dalam memberikan penghargaan terhadap
kelompok, ada dua tahap yang dilakukan, yaitu:
1. Menghitung skor individu dan skor kelompok
Nilai perkembangan individu akan
dipergunakan sebagai sumbagan skor terhadap kelompok, yang ditentukan
berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu dengan skor tes yang baru.
Skor dasar dari nilai perkembangan
ditujukan untuk mendorong semua siswa agar memberkan nilai maksimal kepada
kelompok, apapun prestasi sebelumnya. Skor kelompok didasarkan pada peningkatan
skor anggota kelompok dibandingkan dengan skor yang lalu. Perhitungan skor perkembangan
kelompok seperti terlihat pada tabel berikut: (Slavin,1995:80)dalam(Etika
fatmawati,2003:18).
TABEL 1
PERHITUNGAN SKOR
PERKEMBANGAN KELOMPOK
PADA PERKEMBANGAN
KOOPERATIF
Skor Tes
|
Nilai Perkembangan
|
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
|
5
|
10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal
|
10
|
Skor awal sampai 10 poin diatasnya
|
20
|
Lebih dari 10 poin diatas skor awal
|
30
|
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
|
30
|
2. Menghargai prestasi kelompok
Skor kelompok
dihitung berdasarkan jumlah nilai perkembangan semua anggota kelompok dibagi
dengan banyaknya anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan
yang diperoleh, terdapat tiga tingkat penghargaan kelompok yang diberikan seperti terlihat pada tabel berikut:
(Slavin,1995:80) dalam (Etika fatmawati, 2003:19).
TABEL 2
PEMBERIAN PENGHARGAAN
KELOMPOK-KELOMPOK
PADA PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Nilai rata-rata kelompok
|
Penghargaan
|
15
|
Baik
|
20
|
Hebat
|
25
|
Super
|
Menurut Bangan (2000) dalam Hidayati
(2002:10) tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam
beberapa tahap sebagai berikut:
Persiapan.
1. Materi pembelajaran kooperatif
tipe STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok,
sebelum menyajikan materi pembelajaran, diberi lembar kegiatan dan lembar
pelajaran yang akan dipelajrai oleh siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.
2. Menetapkan siswa dalam
kelompok-kelompok kooperatif. Kelompok-kelompok dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD beranggotakan 4 – 5 orang, yang terdiri atas siswa pandai, sedang dan
kurang. Selain itu guru mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya,
misalnya jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan lainnya.
a. Merangkum siswa,
merangkum siswa berdasarkan prestasi akademiknya di dalam kelas.
b. Menentukan jumlah kelompok.
Setiap kelompok
beranggotakan 4 – 5 orang untuk menentukan berapa banyak kelompok yang akan
dibentuk, dengan cara membagi jumlah siswa 4 atau 5 orang sesuai dengan jumlah
anggota setiap kelompok
c.
Membagi siswa dalam kelompok.
Pembagian siswa-siswi dalam kelompok
perlu diseimbangkan, sehingga setipa kelompok terdiri darisiswa dengan tingkat
prestasi yang seimbang, untuk mengetahui tingkat prestasi siswa digunakan nilai
siswa pada materi sebelumnya, kemudian merangking siswa berdasarkan nilai
tersebut, kemudian menempatkan siswa ke-dalam kelompok.
3. Menentukan skor awal.
Skor awal merupakan skor rata-rata
siswa secara individual pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara
individual pada catur wulan sebelumnya
4. Menyiapkan siswa untuk bekerja
kooperatif.
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sebaiknya dimulai dengan latihan-latihan kerja sama
kelompok, hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada setiap kelompok
untuk lebih salaing mengenal masing-masing anggota kelompok.
Pengkajian materi atau prestasi kelas.
Kegiatn
pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan pengkajian materi pelajaran,
yang dikenakan pada ha-hal berikut:
1. Pendahuluan.
Pendahuluan menekankan pada apa yang
akan dipelajari siswa dalam kelompok dan meninformasikan mengapa hal itu
penting, informasi tersebut ditujukan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
2. Pengembangan.
a. mengembangkan
materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompoknya.
b. Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna
dan bukan hanya menghafal.
c. Sering
mengontrol pemahaman siswa dan mengaktifkan siswa dengan memberi
pertanyaan-pertanyaan secara acak.
Memberi jawaban mengapan jawabanitu
benar atau salah .
d. Memberi jawaban
mengapa jawaban itu benar atau salah.
e. Beralih pada konsep yang lain bila siswa memahami
pokok masalahnya.
f. Guru mendatangi kelompok bila ada pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok itu.
Kegiatan kelompok.
1. Pada hari
pertama kerja kelompok dengan mengunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD,
dijelaskan apa yang dimaksud dengan pekerjaan dalam kelompok, yaitu sebagai
berikut.
siswa mempunyai
tanggung jawab untuk mematikan bahwa teman kelompok telah mempelajari materi.
Tidak seorangpun
siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai materi
pelajaran.
Meminta bantuan teman dari satu
kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.
Dalam satu
kelompok harus saling berbicara sopan.
2. Untuk kerja
kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sehinga bahan yang akan
dipelajari siswa, disamping untuk mempelajari konsep-konsep materi pelajaran,
LKS juga untuk melatih ketrampilan kooperatif siswa.
3. Dalam kerja kelompok
siswa mengerjakan tugas-tugas secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokan
jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang siswa belum memahami
materi, maka teman sekelompoknya bertangung jawab untuk menjelaskannya.
4. Dalam kegiatan
kelompok guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor kegiatan
masing-masing.
Evaluasi
Evaluasi di
kerjakan secara mandiri, siswa harus menunjukkan apa yang telah ia pelajari
secara individu selama bekerja dalam kelompoknya. Hasilnya juga akan
disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
Penghargaan Kelompok
Dalam pemberian
penghargaan kelompok, dapat dilakukan dengan memcari nilai rata-rata dari skor
tes masing-masing anggota kelompok dan merangkumnya, sehingga ada kelompok
sebagai juara I.II.dan III. Penghargaan dapat berupa sertifikat atau
hadiah.
8.
Model Pembelajaran Tradisional
Pengajaran
tradisional menurut Ruseffendi (1988:350) dalam nuryati (2003:25) ialah
pengajaran pada umumnya yang bisa kita lakukan sehari-hari. Dalam penilaian ini
pembelajaran tradisional adalah suatu pembelajaran yang bisa dilakukan oleh
guru matematika di SLTP Negeri 2 Drajat paciran lamongan. Yaitu pembelajaran
secara klasikal dengan menggunakan metode cerama, metode tanya jawab dan metode
pemberian tugas.
a. Pembelajaran
Secara Klasikal
Adapun yang
dimaksud dengan pembelajaran secara klasikal adalah pembelajaran yang
disampaikan guru kepada sejumlah siswa tertentu secara bersamaan pada waktu dan
tempat yang sama. Hal ini berarti bahwa kemampuan, kecerdasan,minat dan
perhatian siswa dianggap sama. Dalam sistem pembelajaran klasikal, siswa
cenderung bersikap positif, kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
kratifitas dan inisiatif. Karena proses pembelajaran lebih banyak didominasi
oleh guru. Dalam pelaksanaannyam, pembelajaran secara klasikal lebih mudah dan
dari segi biaya relatif lebih murah. Oleh karena itu model pembelajaran
klasikal lebih banyak digunakan.
b. Metode Ceramah
Ceramah adalah
penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada siswa didalam kelas.
Ada tiga hal yang diperhatikan dalam
metode ceranah:
1.Komunikasi satu arah
2. Guru memegang peran utama
3.Siswa lebih bersikap pasif
c. Metode Tanya Jawab
Suatu pembelajaran
yang dalam penyampaian materi pelajarannya disajikan melalui tanya jawab, siswa
menjadi aktif karena mereka harus menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
guru. Sebaliknya, siswa bertanya jika belum mengerti dan gurg atau siswa yang
lain menjawab.
Dalam pelaksanaannya, sebelum
diberikan pertanyaan-pertanyaan, guru terlebih
dahulu memberikan pengarahan atau penjelasan. Inisiatif bertanya dimulai
dari gurg. Mmetode tanya jawab ini dapat dipakai untuk mengetahui atu mengukur
apakah pelajaran yang diberikan telah tersimpan dan dimengerti oleh siswa
dengan baik.
d.
Metode Pemberian Tugas.
Dalam metode pemberian tugas ada dua hal pokok
yaitu adanya pemberian tugas dan adanya pertangungjawaban dari siswa. Bentuk
tugas yang sering diberikan adalah pekerjaan rumah (PR).
a. Sebagai latihan menyelesaikan
soal-soal.
b. Sebagai suatu cara untuk memacu
siswa tetap belajar sendiri dirumah.
Pemberian PR tersebut diupayakan tidak
terlalu banyak sehingga tidak terlalu
banyak menyita waktu dan tidak terlalu sulit supaya tidak menimbulkan
putus asa.
Dari uraian tentang
metode-metode di atas, maka dapat dibuat suatu gabungan dari metode tersebut,
sehingga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam pembelajaran dengan urutan
atau langkah-lamgkah sebagai berikut:
1.
Pendahuluan,menggunakan metode ceramah untuk mengingatkan materipelajaran yang
yang telah lalu.
2.
Pengembangan, menggunakan metode tanya jawab dan demontrasi. Guru dan
siswa membahas soal-soal latihan dan aplikasinya dari materi yang sudah
dijelaskan serta rangkuman. Guru tetap membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Penerapan, pada tahap ini guru menyuruh siswa mengerjakan soal-soal
latihan.
Penutup, siswa disuruh membuat rangkuman dan siswa diberi pekerjaan
rumah.
9.
Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional.
Dari uraian diatas tampak bahwa
pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran konvensional atau
tradisional yang selama ini di terapkan. Untuk lebih jelasnya Jonson, (1984)
dalam Abruscato, (1992) menampilkan tabel perbedaan antara pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran tradisional (dalam musarofah,2001:16) lihat
tabel dibawah ini.
Tabel 2
Perbedaan Antara
Pembelajaran Kooperatif Dan Pembelajaran Konvensional Atau Tradisional
Kelompok Pembelajaran Kooperatif |
Kelompok Pembelajaran Tradisional |
1. Kepemimpinan bersama.
2. Saling
ketergantungan yang positif.
3. Keanggotaannya
heterogen.
4. Mempelajari
keterampilan-keterampilan kokoperatif.
Tanggung jawab terhadap hasil
belajar seluruh anggota.
6. Menekankan
pada tugas hubungan kooperatif.
7. Ditunjang oleh guru.
8. Satu hasil kelompok.
9. Evaluasi
kelompok
|
1. Satu pemimpin.
2. Tidak ada saling
ketergantungan.
3. Keanggotaan homogen.
4. Tidak mempelajari ketrampilan- ketrampilan
kooperatif.
5. Tangung jawab terhadap hasil belajar sendiri.
6. Hanya menekankan
pada satu tugas.
7. Diarahkan oleh guru.
8. Beberapa hasil
individu.
9. Evaluasi
individual.
|
Keberhasilan dan
kegagalan ditanggung bersama dalam pembelajaran kooperatif, siswa merasa
senasib sepenaggungan bersama dan mereka di tuntut untuk bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang terjadi dikelompoknya. Sehingga siswa yang berkemampuan
tinngi akan menjadi tutor sebaya bagi siswa yang berkemampuan rendah dalam
kelompoknya. Bagi siswa yang berkemampuan rendah tutor teman sebaya akan sangat
membantu mereka dalam menuntaskan materi pelajaran pada pembelajaran
kooperatif, pembelajaran dianggap tuntas jika semua anggota kelompok memahami
materi yang di pelajari.
Sedangkan
pembelajaran tradisional dalam proses pembelajaran bersifat individu dan
kompetitif, sehingga siswa yang berkemampuan tinngi akan merasa unggul diantara
siswa yang lain. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah akan merasa rendah
diri yang akan membuat dia malas untuk bekerja karena dia hanya bertanggung
jawab pada didinya sendiri.
Dari
hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif akan dapat
meningkatkan prestasi akademik siswa dengan lebih bak jika dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional yang bersifat individual.
10.
Materi pelajaran
Peneliti mengambil
materi pelajaran kelas II SLTP Negeri 2 Drajat paciran lamongan dengan sub
pokok bahasan pemetaan atau fungsi pada semester ganjil.
J. Pengajuan Hipotesis
Dari kajian teori
yang ada maka Hipotesis penilaian ini adalah sebagai berikut:
a. tersapat
perbedaaan prestasi belajar siswa yang di ajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
tradisional.
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk mengerjakan mata pelajaran matematika
pokok bahasan pemetaan atau fungsi di kelas II SLTP Negeri 2 Drajat Paciran
Lamongan Tahun ajaran 2004/2005.
K. Metode Penelitian
1. Populasi Dan Sample
Pengertian Populasi
menurut Sudjana (1992:161) ”Populasi adalah Totalitas semua nilai yang mungkin,
baik hasil menghitung maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas”.
Sedangkan sampel
menurut Sudjana (1992:161) “Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi
dengan mengunkan cara-cara tertentu”.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas II SLTP Negeri 2 Drajat Paciran Lamongan Tahun ajaran
2004/2005. sedangkan sampelnya diambil 2 kelas secara acak 5 kelas yang ada.
Langkah berikutnya adalah memilih secara acak 2 kelas yang sudah terpilih
tersebut sehingga diperoleh 1 kelas experimen dan 1 kelas kontrol.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Oleh karena itu
variabel merupakan unsur yang paling penting
dalam suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. variabel bebas
adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
tradisional.
b. Variabel
terikat adalah variabel yang merupakan akibat adanya variabel bebas dan
keadaannya tergantung pada variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan yang diajar menggunakan model pembelajaran
tradisional. Sedangkan prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai ulangan
harian siswa pada pokok bahasan Pemetaan atau fungsi.
Varibel
kontrol adalah variabel yang terdapat pada kedua kelas yang perlu dikontrol
agar tidak mempengaruhi pelaksanaan perlakuan. Variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah guru, materi pelajaran, metode mengajar, dan alat
penunjang proses belajar mengajar.
Variabel tak terkontrol adalah variabel yang terdapat pada kedua kelas yang
tidak perlu dikontrol dalam pelaksanaan perlakuan. Variabel tek terkontrol
dalam penelitian ini adalah kondisi fisik dan mental siswa serta kondisi
lingkungan hidupnya.
Variabel
kovarean yang termasuk dalam variabel ini adalah kemampuan awal siswa. Hal ini
dapat dilihat dalam hasil uji kemampuan awal siswa pada bahasan Pemetaan atau
fungsi.
Rancangan
Penelitian.
Rancangan penelitian
dalam penelitian ini tertera pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
RANCANGAN PENELITIAN
Kelas
|
Perlakuan
|
Tes
|
Experimen
|
X
|
T
|
Kontrol
|
Y
|
T
|
Keterangan
X = perlakuan, yaitu penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Y = perlakuan, yaitu penerapan model
pembelajaran tradisional.
T = tes, diberikan
setelah perlakuan X di kelas eksperimen dan perlakuan Y di kelas kontrol.
Adapun pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan perlakuan X pada kelas eksperimen
dan perlakuan Y pada kelas kontrol
b. Memberikan test
pada kelas eksperimen, dan kelas kontrol untuk memperolehdata prestasi belajar
siswa yang berupa skor tes.
c. Menganalisis data skor tes dengan uji statistik
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
4. Intrumen Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalm penelitian ini adalah:
a. Perangkat pembelajaran
1. Rencana
pembelajaran (RP)
Rencana pembelajaran disusun oleh
peneliti untuk setiap kali pengajaran. Rencana pembelajaran memuat tujuan
pembelajaran umum (TPU), tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan kegiatan
pembelajaran.
2. Buku siswa
3. Buku guru
Buku guru sama
dengan buku siswa.
4.
Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa disusun oleh
peneliti, memuat soal-soal yang sesuai dengan materi pembelajaran. Lembar kerja
siswa dikerjakan selama proses pembelajaran berlangsung.
5.
Lembar tes
Lembar tes diberikan pada siswa pada
setiap akhir pembelajaran untuk diberikan secara individu sebagai tolak ukur
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6. Latihan
Latihan soal-soal pada buku pegangan
digunakan sebagai tugas rumah..
b. Tes akhir pokok
pembahasan pemetaan atau fungsi
Tes akhir diberikan
pada akhir pembelajaran pokok bahasan pemetaan atau fungsi.
5. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan
data penelitian, peneliti menggunakan
metode tes. Tes diberikan pada akhir pembelajaran pokok bahasan pemetaan atau
fungsi dengan soal berbentuk essay sebanyak 10 soal. Test ini diberikan dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa dari kelas kontrol dan kelas
eksperimen setelah diberi materi pelajaran yang sama yaitu pemetaan atau fungsi
tetapi dengan perlakuan yang berbeda.
Adapun
langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan soal-soal tes.
2. Membagikan soal tes pada siswa.
3. Mengawasi pelaksanaan tes.
4. Mengumpulkan hasil tes.
5. Memeriksa hasil tes.
6. Memberi skor tes.
6.
Analisis Data
Analisa data dari
tes hasil belajar diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi
belajar siswa dan untuk menentukan pencapaian ketuntasan belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Analisa data
statistik
Untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan prestasi belajar
siswa antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tradisional
analisa data yang digunakan adalah analisa data statistik karena data yang diperoleh berupa data
kuantitatif yaitu skor tes siswa.
Langkah-langkah
yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas.
Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui suatu sampel dan populasi berdistribusi normal digunakan sebagai prasyarat uji t.
Adapun langkah-langkah uji normalitas
adalah sebagai berikut:
a. Membuat daftar distribusi frekuensi untuk
masing-masing kelas.
b. Menghitung skor
rata-rata () dan simpangan baku (s) dengan menggunakan rumus:
(Sudjana,
1992:71)
(Sudjana,
1992:97)
Keterangan:
x
= skor rata-rata
x0 = rata-rata data sementara
P
= panjang kelas interval
f1 = frekuensi data ke-I
cI = nilai sandi data ke-I
s2 = varians
n
= banyak data
c. Menghitung tabel frekuensi harapan dan
pengamatan.
Langkah-langkah yang digunakan
1. Menentukan batas bawah (x1) pada
tiap-tiap kelas interval.
2. Menentukan
besarnya bilangan baku (z) uhntuk tiap-tiap kelas interval dengan rumus:
untuk i = 1,2,3,….,n (Sudjana, 1992:99)
Keterangan:
zi = bilangan baku.
xi = batas bawah kelas
ke-i.
= skor rata-rata.
s
= simpangan baku.
3. Menghitung luas tiap kelas interval (L).
4. Menghitung frekuensi yang diharapkan (EI
= L x n) dengan n adalah banyak data.
d. Menentukan hipotesis.
H0 =
populasi berdistribusi normal.
H1 =
populasi tidak berdistribusi normal.
e. Menentukan taraf signifikan a (a = 0,05).
f.
Menentukan x2
dengan rumus:
(Sudjana,1992:273)
Keterangan
k
= banyaknya kelas interval.
OI = frekuensi pengamatan.
EI = frekuensi harapan.
g. Mencari nilai x2 (1-axk-3)
dari daftar chi-kuadrat.
h. Menentukan kriteria pengujian:
Ho
diterima jika x2 < x2(1-axk-3), sampel
berdistribusi normal.
Ho
ditolak jika x2 ³ x2(1-axk-3), sampel tidak berdistribusi normal.
i.
Menarik
kesimpulan
2. Uji Homogenitas varians.
Uji homogenitas
varians bertujuan untuk mengetahui apakah varians populasi penelitian homogen
atau tidak. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis.
Ho = s12 = s22
H1 = s12 ¹ s22
b. Menentukan taraf signifikan a (a = 0,10).
c. Menghitung F dengan rumus:
Varians terbesar
F = -------------------- (Sudjana, 1992:250)
Varians terkecil
d. Mencari nilai Fdari daftar distribusi F dimana:
V1 = derajat kebebasan
pembilang
V2 = derajat kebebasan
penyebut
e. Menentukan kriteria Ho diterima
atau ditolak.
Ho diterima bila F < F atau
Ho ditolak bila F ³ F .
f. Menarik kesimpulan.
3. Uji kesamaan dua rata-rata (uji satu pihak).
Uji kesamaan dua
rata-rata digunakan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa secara
signifikan.
Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Jika s1 s2
= s , s tidak diketahui, maka prosedur pengujian yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan hipotesis:
Ho : m1
= m2
H1 : m1 ³ m2
2. Menentukan taraf signifikan a (a = 0,05)
3. Menentukan kriteria Ho
Ho
diterimah jika t < t(1-) dengan dk = n1 + n2 – 2
Ho
ditolak jika t t(1-)
4.
Menghitung
statistik ujinya dengan rumus:
(Sudjana,1992:239)
dengan S2 =
5. Menarik kesimpulan
6. Jika dan keduanya tidak
diketahui, maka prosedur pengujian yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis:
Ho :
H1 : >
2. Menentukan taraf signifikan
3. Mencari w1 dan w2
dengan:
dan
Menentukan kriteria Ho
Ho diterima jika i <
Dalam keadaan lain Ho ditolak. Harga t1 dan t2
didapat dari daftar distribusi t dengan :
Menghitung statistik ujinya
dengan rumus:
(Sudjana,1992:241)
Menarik kesimpulan
b. Analisis data non statistik
Analisis
data non statistik digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa,
penguasaan siswa, dan ketecapaian tujuan pembelajaran baik pada kelas
eksperirimen maupun kelas kontrol.
1. Ketuntasan belajar
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa adalah berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum
1994, yaitu siswa dikatakan tuntas belajar siswa jika memiliki daya serap
paling sedikit 65% dan ketuntasan beljar secara klasikal terrcapai jika paling
sedikit 85% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar.
2. Penguasaan siswa
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
digunakan kriteria yang dikemukakan oleh Nur kancana dan Sunartana (dalam Ainy,
2000) bahwa tingkat penguasaan 90 % - 100% (sangat tinggi), 80% - 90% (sedang),
55% - 64% (rendah), dan 0% - 54% (sangat rendah).
3. Ketercapaian tujuan pembelajaran
Ketercapaian tujuan pembelajaran
ditentukan dengan mengacu pada ketuntasan belajar siswa. Suatu TPK
dinyatakan tercapai jika 65 % siswa
menjawab benar suatu butir tes dan kriteria efektivitas pencapaian TPK adalah
jika 85% TPK telah tercapai. Pada penelitian ini soal tes sebanyak 5 soal. Jadi
pecapaian TPK dapat terpenuhi jika 4 soal tercapai.
L.
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad, 1983. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bumi Siliwangi: Sinar Baru Algensindo
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Fatmawati, Etika, 2003. Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD Pokok Bahasan Pengajaran Hitung
Pecahan di kelas V semester satu SD.Skripsi S-1 Pendidikan Matematika UNESA
Hidayati, Ainul, 2002. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Ketuntasan Belajar Siswa pada
Pokok Bahasan Segitiga Kelas I SLTPN 3 Waru. Skripsi S-1 Pendidikan
Matematika UNESA
Hudoyo, Herman,2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang
Ibrahim, Muslimin dkk,2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Universitas Press Universitas Negeri Surabaya
Musarofah,2001.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pelajaran Matematika di
SMUN 1 Tanggul Jember. Skripsi S-1 Pendidikan Matematika UNESA
Nuryati,2003. Pembelajaran Kooperatif dengan Tradisional Tipe Jigsaw pada Pokok
Bahasan Pecahan Kelas I SLTPN 17 Surabaya Tahun Ajaran 2002-2003.Skripsi
S-1 Pendidikan Matematika UNESA
Simanjuntak, Lisnawaty dkk, 1992. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana, 1996.Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suherman, Erman dan Winataputra,S.
Udin,1993. Strategi Belajar Mengajar
Matematika Modul 1-9. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
ConversionConversion EmoticonEmoticon