ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN
GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC
(DISSEMINATED
INTRAVASCULAR COAGULATION)
BY : HASRAT JAYA
ZILIWU, S.Kep
A. DEFENISI
Koagulasi Intravaskular Diseminata
(KID/DIC) adalah suatu
sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin
bersirkulasi dalam darah pada daerah tertentu. Dasarnya
adalah pembentukan bekuan darah dalam pembuluh-pembuluh darah
kapiler, diduga karena masuknya tromboplastin jaringan ke
dalam darah. Akibat pembekuan ini terjadi trombositopenia,
pemakaian faktor-faktor pembekuan darah dan fibrinolisis.
B. ETIOLOGI
Perdarahan terjadi karena :
1. Hipofibrinogemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya
antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil
perombakan fibrinogen)
4. Fibrinolisis
berlebihan
DIC dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
1. Infeksi
(DHF, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria
tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia)
2. Komplikasi
kehamilan (solusio plasenta, kematian janin
intrauterin, emboli cairan amnion)
3. Setelah
operasi (operasi baru, by pass cardiopulmonal,
lobektomi, gastrektomi, splenektomi)
4. Keganasan
(karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia
akut)
C. MANIFESTASI
KLINIS
Terdapat keadaan yang bertentangan yaitu trombosis dan
perdarahan bersama-sama. Perdarahan lebih umum terjadi
daripada trombosis, tetapi trombosis dapat mendominasi bila
koagulasi lebih teraktivasi daripada fibrinolisis. Perdarahan
dapat terjadi dimana saja. Perhatikan terutama bila terjadi
perdarahan spontan dan hematoma pada luka atau pengambilan
darah vena. Trombosis umumnya ditandai dengan iskemia jari-
jari tangan dan gangren, mungkin pula nekrosis korteks renal
dan infark adrenal hemoragik. Secara sekunder dapat
mengakibatkan anemia hemolitik mikroangiopati.
120
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hipofibrinogemia,
peningkatan produk hasil degradasi fibrin (D-dimer
yang
paling sensitif), trombositopenia dan waktu protrombin yang
memanjang (long prothrombin time)
E. KOMPLIKASI
1. Syok
2. Nekrosis
tubular akut
3. Edema
pulmoner
4. Gagal
ginjal kronis
5. Konvulsi
6. Koma
7. Gagal
sistem organ besar
F. PENATALAKSANAAN
1. Atasi
penyakit primer yang menimbulkan DIC
2. Pemberian
heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/KgBB iv
tiap 4-6 jam. Kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam
6-8 jam, setelah 24-48 jam sesudah mencapai harga normal.
3. Terapi
pengganti. Darah atau PRC diberikan untuk mengganti
darah yang keluar. Bila dalam pengobatan yang baik, jumlah
trombosit tetap rendah dalam waktu
sampai seminggu,
berarti tetap mungkin
terjadi perdarahan terus atau
ulangan, sehingga dalam keadaan ini perlu diberikan
platelet concentrate.
4. Obat
penghambat fibrinolitik. Pemakaian
Epsilon Amino
Caproic Acid (EACA) atau asam traneksamat untuk menghambat
fibrinolisis sama sekali tidak boleh dilakukan, karena
akan menyebabkan trombosis. Bila perlu sekali, baru boleh
diberikan sesudah heparin disuntikkan. Lama pengobatan
tergantung dari perjalanan penyakit primernya. Bila
penyakit primernya dapat diatasi cepat, misalnya
komplikasi kehamilan dan sepsis, pengobatan DIC hanya
perlu untuk
1-2 hari. Pada keganasan leukemia dan
penyakit-penyakit lain dimana pengobatan tidak efektif,
heparin perlu lebih lama diberikan. Pada keadaan ini
sebaiknya diberikan heparin subkutan secara berkala.
Antikoagulan lain jarang diberikan. Sodium warfarin
kadang-kadang memberikan hasil baik.
121
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data dasar dan data fokus yang dapat ditemukan meliputi
perdarahan abnormal pada semua sistem dan prosedur invasif,
antara lain :
1. Kulit
dan membran mukosa perembesan difusi darah atau
plasma, ptekiae, purpura yang teraba (pada awalnya di dada
dan abdomen), bula hemoragi, hemoragi subkutan, hematoma,
luka bakar karena plester, sianosis akral
2. Sistem GI mual, muntah, uji guaiak
positif pada
emesis/aspirasi nasogastrik dan feses, nyeri hebat pada
abdomen, peningkatan lingkar abdomen
3. Sistem
urinaria hematuria, oliguria
4. Sistem
pernafasan dispnea, takipnea, sputum mengadung
darah
5. Sistem
kardiovaskular hipotensi meningkat, hipotensi
postural, frekwensi jantung meningkat, nadi perifer tak
teraba
6. Sistem
syaraf perifer perubahan tingkat kesadaran,
gelisah, ketidastabilan vasomotor
7. Sistem
muskuloskeletal nyeri otot, sendi dan punggung
8. Perdarahan
sampai hemoragi insisi operasi, uterus
postpartum, fundus mata (perubahan visual)
9. Prosedur
invasif suntikan, iv, kateter arterial dan
selang nasogastrik atau dada, dan lain-lain
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Perubahan
perfusi
jaringan : ginjal, serebral,
kardiopulmoner, gastrointestinal atau perifer berhubungan
dengan terganggunya aliran/sirkulasi darah ditandai dengan
perdarahan
Tujuan : perfusi jaringan dapat
dipertahankan
atau
ditingkatkan secara adekuat dengan kriteria tanda
vital stabil, tidak ada tanda perdarahan lanjut
dan sisi bekas pungsi pulih
Rencana
tindakan :
• Pertahankan akses vena dengan menggunakan teknik aseptik
• Berikan heparin iv dan plasma segar beku, trombosit dan
produk darah lain sesuai pesanan ; kaji respon/reaksinya
• Observasi terhadap perdarahan pada sisi pungsi vena atau
bekuan pada ujung kateter ; pasang balutan ketat bila
diperlukan
• Pantau tekanan arterial dan tanda vital setiap 30-60
menit
• Kaji status neurologi setiap 30-60 menit, laporkan bila
ada perubahan
122
• Auskultasi dada dan jantung serta bunyi nafas setiap
jam, laporkan bila ada perubahan
• Pantau pemeriksaan laboratorium, laporkan
keadaan
asidosis segera
• Panta efek terapi oksigen bila diberikan
• Kaji peningkatan tekanan darah atau hemoragi
• Ukur masukan dan haluaran, perhatikan balutan
• Ukur lingkar abdomen bila dicurigai terjadi pedarahan GI
• Berikan dengan hati-hati perawatan sesuai
dengan
kebutuhan
• Lindung klien dari trauma
2. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol dengan kriteria
hasil klien mengatakan merasa nyaman, postur tubuh
dan wajah relaks
Rencana
tindakan :
• Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri (gunakan
skala tingkat nyeri)
• Baringkan klien pada posisi yang nyaman
• Bantu dengan memberikan perawatan ketika klien mengalami
perdarahan hebat atau mengalami rasa tidak nyaman
• Pertahankan lingkungan yang tenang
• Berikan waktu istirahat yang cukup
• Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman seperti
terapi musik, imajinasi
• Berikan analgesik sesuai pesanan, kaji keefektifannya
3. Ansietas
berhubungan dengan ancaman kematian
Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol dengan kriteria
hasil klien mengungkapkan pemahaman
tentang
kondisi, berpartisipasi dalam
perawatan,
menggunakan tindakan koping positif, gejala
ansietas tidak ada
Rencana
tindakan :
• Kaji tingkat ketakutan klien dan pemahamannya tentang
kondisi sekarang bila memungkinkan
• Pertahankan lingkungan yang tenang dan tidak menimbulkan
stress
• Siapkan keluarga atau orang terdekat untuk mendampingi
klien
• Berikan support kepada klien saat sedang ansietas
123
• Berikan informasi tentang kondisi, prosedur dan
pemeriksaan diagnosa dalam bahasa yang dimengerti oleh
klien
• Berikan dorongan untuk bertanya dan dan jawab dengan
jelas sesuai tingkat pendidikan klien
• Berikan lingkungan yang kondusif
• Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya, kekuatiran,
ketakutan dan kehilangan
• Bersikap sensitif terhadap kebutuhan dan perhatikan
isyarat non-verbal
• Pertahankan dan bantu dalam strategi koping
124
ConversionConversion EmoticonEmoticon