KATA
PENGANTAR
Rencana
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan Muskulokeletal
Fraktur adalah yang
disusun oleh kelompok V sebagai bagian dari proses
pembelajaran
implementasi serta evaluasi dari pengetahuan akan metodologi riset
keperawatan.
Kelompok penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah
Metodologi Riset Keperawatan STIK FAMIKA Makassar Ns. Edison
Siringo-ringo,S.Kep.
Yang tetap memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah
ini. Penyusun juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu
dalam menyelesaikan makalah ini
Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna sehingga dengan
demikian masukan
serta saran-saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
menambah
wawasan serta pengetahuan kami kedepan. Terima kasih.
Penyusun
1
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………… 1
Daftar
isi……………………………………………………………………….2
PENDAHULUAN ………………………………………………………… 3
Konsep
Medis………………………………………………………………… 5
a. Definisi……………………………………………………………… 5
b. Etiologi……………………………………………………………… 5
c. Patofisiologi dan
Penyimpangan KDM………………………… …...7
d. Penatalaksanaan Medis………………………………………………..11
A. Konsep Dasar Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan…………………………………………………12
b. Pemeriksaan Fisik…………………………………………………… 12
c. Diagnosa Keperawatan………………………………………………..13
d. Intervensi dan Rasioanal………………………………………………13
B. Penatalaksanaan
a. Pengkajian
- Data umum…………………………………………..………… 16
- Data Fokus……………………………………………………… 23
- Analisa Data………………………………………………………25
b. Diagnosa Keperawatan…………………………………………… 29
c. Intervensi Keperawatan……………………….…..…………………
30
d. Implementasi……………………………………………………
… 30
e. Evaluasi…………………………………………………… … …
30
f. Catatan Perkembangan……………………………………………
g. Daftar Pustaka
2
PENDAHULUAN
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan fraktur akibat dari
trauma; beberapa
fraktur skunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang
menyebabkan
fraktur-fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990).
Perawatan
di rumah sakit dibutuhkan untuk
melakukan reduksi fraktur
karenanya
anestesi umum diperlukan, kecuali untuk fraktur yang sederhana
(“hairline”)
yang dapat ditangani dengan rawat jalan.
Waktu
penyembuhan fraktur bervariasi dari 6-24 minggu, tergantung dari
beratnya
fraktur. Komplikasi utama yang berhubungan dengan fraktur, khususnya
pada
tulang panjang adalah emboli lemak, sindrom kompratemen, dan
tromboembolisme
vena (slye,1991).
Sindrom
kompratemen adalah komplikasi neurovaskular yang seriusdan
sering
terjadi pada trauma berat atau fraktur tulang panjang. Ini merupakan konisi
dimana
tekanan pada area anatomis (atau kompratemen) meninggkat. Ini terjadi bila
jaringan
dalam kompratemantertekan kedalam fasia, mempengaruhi saraf dan saluran
darah.
Secara anatomis, tulang dikelilingi oleh otot, saraf, dan pembuluh darah,
dibungkus
oleh jaringan ikat yang tidak elastic (fasia). Gangguan gangguan
neurovaskuler
terjadi dibagian distal sumber-sumber yang menyebabkan tekanan,
yang
dapat juga di bagian eksternal (bila pemasangan gips atau balutan terlalu
kencang
dan traksi yang terlampau kuat penarikannya) atau secara internal
(pembengkakan
atau pendarahan). Jika kondisi ini tidak berkurang, dapat terjadi
paralisis
permanen (Slye, 1991).
Kehilangan
fungsi motorik permanent merupakan kondisi yang ditakuti oleh
sebagian
besar pasien. Setelah tulangnya sembuh, pasien dapat melakukan aktifitas
tanpa
keterbataan.
Rerata
lama waktu perawatan (RLP) barvariasi sesuai tipe fraktur (Lorenz,
1991).
Untuk fraktur ekstremitas bawah dan humerus RLP-nya 4,6 hari tanpa
komplikasi
(kecuali panggul,telapak kaki, femur), dan 7,2 dengan komplikasi. Pada
3
tulng
lutut rerata RLP tanpa komlikasi 3,9, dan 7,7 hari dengan komplikasi. Sedang
untuk tulang bahu,
siku, dan ekstremitas atas lainnya adalah 2,5 hari tanpa
komplikasi, dan 3,3
hari dengan komplikasi. Untuk telapak kaki, rerata LWP 3,3 hari.
Untuk
fraktur femur rerata 7,4 hari. Untuk mengangkat alat fiksasi internal re LWP
4,0
hari.
4
A. KONSEP DASAR MEDIS
a. Definisi
Fraktur
adalah patahnya tulang atau terputusnya kontinuitas dari struktur
tulang,
Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut daru tenaga
tersebut, keadaan tulang ini sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi ini lengkap atau
tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada
fraktr tidak lengkap melibatkan seluruh ketebalan tulang.
b. Etiologi
Fraktur dapat
disebabkan oleh pukulan langsung pada tulang. Kecelakaan
karena
berkendaraan dan jatuh merupakan mekanisme utama cedera. Penyakit
tulang
misalnya osteoporosis atau metastatis tulang karena kanker dapat
melemahkan
struktur tulang dan terjadi fraktur.
Fraktur
dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dan dipengaruhi
oleh
faktor biologis dan perilaku. Tekanan langsung menyebabkan gerakan
objek
bersentuhan dengan tulang, tidak langsung disebabkan oleh kontraksi
otot
yang kuat pada tulang.
Sudut
patah
Fraktur
transversal adlah fraktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap
sumbuh panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen
tulang
yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka
segmen-segmen
ini akan stabil dan biasanya muda dikontrol dengan bidai
gips.
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut
terhadap
tulang, fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. Fraktur spiral
timbul
akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur
rendah
energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan
cepat
sembuh dengan imobilisasi luar.
5
Fraktur multipel pada satu tulang
Fraktur
segmental adalah dua fraktur berdekatan satu tulang yang
menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dalam suplai darahnya. Fraktur
semacam
ini sulit ditangani, biasanya satu ujung yang tidak memiliki
pembuluh
darah menjadi silit untuk sembuh dan keadaan ini mungkin
memerlukan
pengobatan secara bedah.
Fraktur
Implikasi
Fraktur
kompresiterjadi ketika 2 tulang menumbuk tulangketiga yang
berada
diantaranya seperti satu vetebra dengan
dua vertebra lainya. Pada
orang
muda fraktur kompersi dapat disertai dengan perdarahan retroperitoneal
yang
cukup berat.
Fraktur
Patologik
Fraktur
patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah
oleh karena tumor atau proses patologik lainya. Penyebab paling sering
dari
fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor
metastasi.
Fraktur
beban lainnya
Fraktur
beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah
tingkat
aktivitas mereka baru diterima untuk berlatih dalam angkatan
bersenjata
atau orang yang baru mulai latihan lari. Pada saat awitan gejala
timbul,
radio gram tiak menunjukkan adanya fraktur.tetapi biasanya setelah 2
minggu,
timbul garis-garis radio-opak linear tagak lurus terhadap sumbuh
panjang
tulang.
Frakrur
Greenstick
Frakrur
Greenstick fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada
anak-anak,
korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian pula periosteum.
6
Fraktur
Avulasi
Fraktur
Avulasi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi
tendon
ataupun ligamen.
Fraktur
Sendi
Cedera
semacam ini akan menyebabkan osteoarthritis pasca trauma
yang
progesit pada sendi yang cedera tersebut.
7
c. Patofisiologi &
Penyimpangan KDM
Retensia kontraksi
Dorongan tidak
langsung Faktor lain-lain :
otot yang kuat (terpukul benda) Neuroblastoma
metastatik, sarcoma
ewing, sarcoma
oteogenetik,
rakhitis,
defisiensi tembaga,
osteomielitis,
cederaoveruse,
Imobilisasi.
Fraktur
Trauma jaringan tubuh
Krisis situasi
Adanya
luka
Kerusakan
Integritas Kulit
Ggn.
Psikologis Cemas Rangsangan mengeluarkan Kontaminasi
zat-zat
bradikinin, dengan
lingkungan
Kurang
Ansietas
Ansietas
histamin, prostaglandin,
luar.
serotin, menuju thalamus
Informasi
dan korteks serebri.
Resiko tinggi
Resiko tinggi infek
Kurang
pengetahuan
Nyeri
Pembatasan gerakan tubuh
Aktivitas
yang dilakukan
minimal
Gangguan mobilitas fisik
Kurang
perawatan diri
Gangguan
Personal hygene
8
d. Manifestasi Klinis
Banyak
faktor yang mempengaruhi manifestasi klinik fraktur mungkin
sebagai
akibat misalnya lokasinya, beratnya, jenis fraktur, jumlah kerusakan
dari
struktur yang ada. Tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan
fraktur
:
1. Nyeri yang hilang dengan
beristirahat
2. Nyeri tekan
3. Bengkak
4. Kerusakan fx, pincang
5. Gerakan terbatas
6. Ekimosis disekitar
lokasi
7. Krepitus disisi fraktur
8. Status neurovaskuler
pada daerah distal dari tempat fraktur mengalami
penurunan
9. Atrofi distal
10.
Deformitas
11.
Perdarahan/hematoma.
12.
Spasme otot
e. Penatalaksanaan Medik
1. Atasi syok dan
pendarahan, serta dijaga lapangnya jalan nafas
2. Sebelum penderita
diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri,
mencegah
(bertambahnya ) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya
kedudukan
fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi
dianggota
gerak bagian atas untuk sementara anggota yang sakit
dibebatkan
ke badan penderita; pada lesi dianggota gerak yang sakit
dibebatkan
ke anggota gerak yang sehat. Terhadap lesi di daerah vetebra,
penderita
dibaringkan dialas yang keras.
9
3. Fraktur Tertutup.
a. Reposisi
Pada
reposisi diperlukan anastesi. Tergantung pada persiapan penderita
dan fasilitas yang
tersedia, maka anastesi dapat dilakukan secara umum,
regional maupun
lokal. Kedudukan fragmen distal dikembalikan pada
alignment dengan
menggunakan traksi.Traksi dapat dikerjakan dengan
suatu
penarikan tangan yang dikerjakan secara perlahan, cermat dan hati-
hati.
Pada beberapa fraktur tertentu tidak cukup hanya dengan
menggunakan
tangan, diperlukan traksi kulit (misalnya pada anak-
anakdan
dewasa) atau traksi skeletal (misalnya pada dewasa).
b. Fiksasi atau imobilisasi
Sendi-sendi
diatas dan dibawah garis frakur biasanya diimobilisasi. Pada
fraktur
yang sudah direposisi dan stabil maka gips berbantal cukup untuk
imobilisasi.
Bila reposisi dan imobilisasi tidak mncukupi, maka dilakukan
traksi kulit atau traksiskeletal. Traksi dapat dipasang secara fixes atau
secara
balanced.
c. Restordasi (pengembalian
fungsi)
Sedapat
mungkin pembidaian dilakukan dalam posisi fungsinal sendi yang
bersangkutan.
Sesudah periode imobilisasi akan terjadi kelemahan otot
dan
kekuatan sendi; hal ini diatasi dengan fisioterapi atau aktifitas yang
sesuai
dengan fungsi sendi tersebut.
4. Fraktur Terbuka
a. Tindakan pada saat
pembinaan diikuti dengan menutupi daerah fraktur
dengan
kain streril (jangan dibalut).
b. Dalam anastesi,
dilakukan pembersihan luka dengan mnggunakan
akuadessteril
atau larutan garam fisiologi cara irigasi. Pemakaian
antiseptic
(terutama konsentrasi tinggi) tidak dianjurkan karena dapat
menimbulkan
kerusakan-kerusakan jaringan.
c. Eksisi jaringan mati (debridement)
10
Cabikan-cabikan
mulai dari kulit lemak subkutan, fasia, otot serpihan
tulang
dan benda asing lainnya dieksisi dan luka dicuci kembali sedalam-
dalamnya.
d. Reposisi
Dilakukan
alignment terhadap fragmen tulang.
e. Penutupan luka
Masa
kurang dari 6-7 jam pertama merupakan 'the Golden Period' dimana
kontaminasi
tidak luas dan dapat dilakukan penutup luka secara primer.
Masa
lebih dari 7 jam atau luka yang sangat kotor, penutup luka
memerlukan
jahitan situasi; beberapa hari kemudian (jangan lebih dari 10
hari)
dilakukan eksisi dan jahitan kembali (delayed primary closure).
Kulit
yang hilang luas diganti skin graft.
f. Fiksasi
g. Restordasi
5. Pengobatan
-
Antibiotika dosisi tinggi secara oral atau suntikkan.
-
Anti tetanus serum dan toksoid.
-
Anti-implamasi.
-
Analgetik.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan
masa lalu
Mis, pasien pernah dirawat di RS
sebelumnya, dan apa mungkin
berhubungan dengan penyakit sekarang.
Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat kecelakaan, derajat keparahannya,
jenis kekuatan yang berperan,
dan
deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri
menentukan
apakah ada kemungkinan fraktur, dan apakah perlu dilakukan
11
pemeriksaan
spesifik untuk mencari adanya fraktur nyari pada fraktur
tulang
panjang sangat khas. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan
terasa
nyeri sekali dan bengkak, tetapi bagian lainnya, seperti lutut dan
pergelanan
kaki, hampir dapat dikatakan normal.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian
neuromaskular dari fraktur
anggota gerak menyatakan :
Nyeri pada lokasi fraktur
terutama pada saat digerakkan
Pembengkakan
Pemendekkan ekstremitas
yang sakit
Paralisis(hilangnya daya
gerak
Angulasi ekstremitas yang sakit
Krepitasi (sensasi
keripik yang ditemukan bila mempalpasi patahan-
patahan
tulang)
Spasme otot
Parestesia (penurunan
sensasi).
Pucat dan tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada
lokasi fraktur
bila
aliran darah arteri terganggu oleh fraktur.
12
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN,
INTERVENSI
Dx : Resiko tinggi terhadap disfungsi
neurovaskuler perifer B/D penurunan/interupsi
aliran darah.
INTERVENSI
RASIONAL
- Lepaskan
perhiasan dari ekstremitas - Dapat
membendung sirkulasi bila
ya
ng sakit
terjadi edema
- Evaluasi
adanya/kualitas nadi perifer - Penurunan/tak
adanya nadi dapat
distal
terhadap cedera melalui palpasi/
mengevaluasi
medik
segera
dopler. Bandingkan dengan
ekstremitas
yang sakit
- Kaji aliran kapiler,
warna kulit, dan
ke hangatan distal pada fraktur
Dx : Kerusakan Integritas kulit/jaringan
B/D
: Cedera tusuk : fraktur terbuka
INTERVENSI
terhadap
status sir kulasi.
- Kembalinya warna harus cepat
(3-
5
detik)
Warna kulit menunjukkan gangguan
arterial. Sianosis
diduga ada gangguan
vena.
RASIONAL
- Kaji
kulit untuk luka terbuka, benda - Mamberikan
informasi
tentang
asing,
kemerahan, perdarahan, peru
bahan
warna, kelabu, memutih
sirkulasi kulit dan masalah yang
mungkin diseba kan oleh alat atau
- Masase
kulit dan penonjolan tulang.
Pertahankan tempat
tidur kering dan
pemasangan
pembentukan
gips/bebat
edema
yang
atau
bebas kerutan .
tempatkan bantalan air/
membutuhkan intervensi medik lanjut
bantalan lain dibawah
siku/tumit - Menurunkan
tekanan pada area yang
sesuai
indikasi.
- Ubah
posisi dengan sering.
- Dorong
penggunaan trapesia bila
peka
dan resiko abrasi atau kerusakan
kulit
- Mengurangi tekanan konstan
pada area
13
mungkin
INTERVENSI
yang sama dan meminimalkan resiko
kerusakan kulit.. penggunaan trapesia
dapat menurunkan abrasi pada siku
/tumit.
RASIONAL
- Pertahankan
tira baring/ekstremitas - Meningkatkan
stabilitas, menurunnya
sesuaiindikasi.Berikan sokongangan
sendi di atas dan
bawah fraktur bila
kemungkinan
posisi/penyembuhan.
gangguan
bergerak/membalik.
- Letakkan
papan di bawah tempat tidur
atau tempat pasien
pada tempat tidur
ortopedik.
- Tempat tidur lembut atau
dapat
membuat deformasi
yang masih basah,
mematahkan
gips yang sudah kering.
14
1.
Data umum
1.Identitas
klien
Nama
PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU
: Tuan " H "
Tempat
/ Tanggal lahir
Status
Perkawinan
Pendidikan
terakhir
Pekerjaan
Alamat
Tanggal
masuk RS
Umur
Jenis
kelamin
Agama
Suku
Lama
bekerja
Tanggal
pengkajian
: Wajo 15 november 1977
: M
: SD
: Swasta
: Jl. D. T
: 15 oktober 2005
: 29 Thn
: Laki-laki
Islam:
Bugis:
: 10 Thn
: 17 Oktober 2005
2.Penanggung
jawab/pengantar
Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
: Ny. " H "
; 18 Tahun
: IRT
: Jl. D. T
Hubungan Dengan klien :
Suami
II.
Riwayat kesehatan saat ini
a. Keluhan utama
b. Alasan masuk RS
c. Riwayat penyakit
: Luka di ujung tungkai
bawah, nyeri pada tungkai
bawah
: Ingin sembuh
15
-
Provocative/palliative
-
Quality
-
Region
: Berkurang dengan imobilisasi.
: nyeri berat
:
Pada
area jaringan/kerusakan tulang
III.
Riwayat Kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami
-
Riwayat perawatan : Pernah dirawat karena kecelakaan dengan
riwayat
penyakit yang sama.
-
Riwayat Pengobatan : Pernah
-
Riwayat kesehatan keluarga :
IV.
Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
:
45 Thn 335 Thn 45 Thn 35 Thn
29 Thn 28 Thn 20 Thn 10 Thn 18 Thn
Keterangan
:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
---- : Tinggal serumah
Kesimpulan :
1. Tidak ditemukan riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga
2. Tidak ada kecenderungan
munculnya penyakit dalam tiap generasi.
16
V.
Riwayat psiko-sosio-spiritual
a. Pola koping : Keputusan kadang-kadang sendiri atau
dibantu orang
lain/keluarganya.
b. Harapan klien tentang
penyakitnya
Klien
berharap penyakitnya tidak kambuh lagi dan kalaupun kambuh jangan
sampai
dirawat di RS
c. Faktor stressor
Merasa
cemas dengan penyakitnya karena kurang mengetahui prosedur yang
akan
dilakukan akibat trauma yang dideritanya.
d. Konsep diri
Klien
tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya.
e. Pengetahuan klien
tentang penyakitnya
Sedikit
mengetahui tentang penyakitnya
f. Hubungan dengan anggota
keluarga
Baik
g. Hubungan dengan
masyarakat
Baik
h. Aktivitas sosial
Tidak ada
i. Kegiatan keagamaan
VI.
Kebetuhan dasar/pola biasaan sehari-hari
1. Makan
Sebelum masuk RS : Klien makan 3x sehari dan komposisi sesuai
diet RS
tapi, tidak menghabiskan makanan 1 porsi,
karena
nafsu makan kurang.
klien tidak terganggu, makan pantang sesuai kaidah
agamanya.
.
Setelah
masuk RS : 3x sehari makan komposisi sesuai diet RS,
pola
makannya kurang karena tidak
menghabiskan
17
makanan1
porsi, nafsu makan kurang.
2. Minum
Sebelum masuk RS : Sering minum dengan volume 8 gelas/hari
Setelah masuk RS : Sering minum dengan volume 8 gelas/hari
3. Tidur
Sebelum masuk RS : Malam
: klien tidur tidak teratur malam
8 jam /hari.
Siang : Klien tidur 1 jam/hari
Sesudah masuk RS : Malam
: Klien tidur 8 jam /hari.
Siang : Klien tidur 1 jam/hari.
4. Eliminasi :
-
BAB
Sebelum masuk RS : Klien BAB 1x sehari, volume tergantung
makanan
yang dimakan, konsistensi, lunak/tidak keras, bau
tergantung
makanan yang dimakan.
Setelah masuk RS : Klien 1x sehari, volume tergantung makanan
klien,
Konsistensi (lunak tidak keras).
- BAK
Sebelum
masuk RS : Klien BAK 5 kali sehari volumenya
kadang-kadang
banyak.
Setelah masuk RS :
Klien BAK 5-8 kali/hari, volumenya tergantung
makanan klien, konsistensi lunak.
5. Aktivitas dan latihan
Sebelum masuk RS :
Klien tidak bisa beraktivitas karena kecelakaan
Setelah masuk RS :
Klien tidak bisa baraktivitas karena klien dalam
masa
percobaan.
6. Personal Hygene
Sebelum masuk RS :
Mandi 2x sehari, mencuci rambut 1x sehari, memotong
18
kuku setiap 1x2 minggu, penampilan baik.
Setelah masuk RS :
Mandi 1x seminggu, cuci rambut 1x seminggu,
memotong kuku tidak pernah, tidak rapi penampilan
kurang baik, hambatan dalam personal hygene karena
aktivitas fisik terbatas akibat trauma/fraktur.
.
VII.
Pemeriksaan fisik
Hari
senin tanggal 17 oktober 2005 jam 11.36
1. Keadaan Umum :
Kehilangan
BB
Kelemahan
: sulit dikaji
: Mobilitas fisik karena
fraktur
Perubahan lnood. :
-
Vital
sign
: TD : 120/60, S : 36,6, P : 24x/' N : 100x/'
Tingkat
kesadaran : Baik (compos mentis)
Ciri-ciri
tubuh
2. Head to toe
: Luka pada bagian tungkai
bawah
Kulit/integument
: Kulit kering, sianosis
pada bagian tungkai
dan ada edema (hematoma).
Kepala/rambut
: Kepala simetris tegak
lurus dengan garis
tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala
kotor, rambut lurus.
Mata
: Ikterus (-), pupil
icokhor kiri dan kanan,
refleks cahaya (+), tanda-tanda endemis tidak
dijumpai.
Telinga/Pendengaran :
Bentuk simetris kiri dan kanan pendengaran
tidak terganggu dan tidak ada nyeri, serumen
sedikit tidak mengganggu pendengaran dan
19
tidak ditemui cairan.
Hidung
: Bentuk simetris, fungsi
penciuman baik,
Polip(-), tidak ditemui darah/cairan
keluar
dari hidung, tidak ada tanda-tanda
peradangan.
Mulut dan Gigi
: Bibir baik, sianosis
(-), lidah bersih, refleks
menelan baik, tonsil tidak infeksi, gigi
lengkap.
Leher
: Tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid,
leher dapat digerakkan bebas.
Dada
Abdomen
Penciuman
: Bentuk dan gerakan dada
simetris.
: Baik
: Baik
Ekstremitas atas/bawah
: Ada kekakuan, gerakan terbatas.
3. Pengkajian data fokus
Sistem Respiratory
bronchi
: Tidak ada sesak,
frekuensi 24x/', tidak ada
Sistem Kardiovaskuler
: TD 120/60, frekuensi 24x/',
Sistem Gastrointestinal
: Tidak ada kelainan, mual (-), nafsu
makan
Konstipasi (-).
Sistem Urinaria
: Tidak ada kelainan,
miksi (-), urine lancar,
tidak
ada darah.
Sistem Reproduksi
: -
Sistem Muskuloskeletal
: Ada pembengkakan (edema)
Sistem neurologi
: Kompos mentis,
kehilangan memori (-)
komunikasi lancar.
Sistem Endokrin
: Riwayat DM (-), tidak
ada gangguan
metabolisme.
20
Sistem Penglihatan
Sistem baik
4. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal
Hasil pemeriksaan :
CDS : 105 mg/Ah
CT :
6 '
BT : 2
HB : 12/dl
: Tidak ada gangguan
penglihatan.
21
Nama Klien
: Tn. " H "
Ruang
Rawat : VIP A
DATA SUBJEKTIF
DATA FOKUS
DATA OBJEKTIF
-
Klien mengatakan nyeri pada ujung
tungkai bawah.
-
Klien mengatakan mengatasi bargerak
untuk mengurangi rasa nyeri.
-
Klien sering bertanya tentang
Penyakitnya
-
Klien berharap agar penyakitnya tidak
kambuh lagi setelah mendapat
perawatan.
-
Klien mengatakan susah tidur.
-
Laporan ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari
- Terdapat luka pada
tungkai
bawah.
- Terjadi kerusakan tulang
pada area
jaringan.
- Klien dibantu dalam
pemecahan
ADLnya.
- Ekspresi wajah nampak
cemas.
- Klien tampak gelisah
- Klien tidak dapat
menghabiskan
setiap porsi
makanan yang
diberikan.
- KLien tidak dapat tidur
secara
teratur.
- Kurang
terpajan/mengingat
- Klien tampak meringis.
- Vital sign :
TD :
120/60 mmHg
N :
100x/i
S :
36,6 c
P :
24x/i
- Kulit kering
22
-
Sianosis pada bagian tungkai
-
Terdapat edema
-
Laboratorium :
CDS :
105 mg/Al
CT
: 6'
BT
: 2
HB :
13g/dl
-
Mandi 1x seminggu
-
Cuci rambut 1x seminggu
-
Penampilan kurang baik
-
Kuku panjang dan kotor.
-
Badan berbau.
23
No.
Data
ANALISA DATA
Etiologi
Masalah
01 DS
-
Klien mengatakan nyeri pada
ujung tungkai bawah.
DO :
-
Terdapat luka pada tungkai
bawah.
-
Klien tampak meringis.
-
Tungkai bawah bengkak
-Terjadi
kerusakan tulang pada
area jaringan.
-
Sianosis pada tungkai bawah
02 DS :
Trauma jaringan
Adanya luka, perdarahan
Rangsangan pengeluaraan
zat-zat bradikinin,
serotonin, prostaglandin
menuji thalamus dan
korteks serebri
Nyeri
Fraktur
Nyeri
- Klien membatasi gerak
untuk mengurangi rasa
nyeri.
Nyeri
Imobilitas
Fisik
DO :
- Terjadi kerusakan tulang
pada
area jaringan.
- Klien menga dibantu
dalam
Pemenuhanya ADLnya.
- Pergerakan pasif.
- Klien tampak lemah
Pembatasan
gerakan tubuh
Aktifitas
yang dilakukan
minimal
Gangguan mobilitas fisik
24
03 DS :
- Klien sering bertanya
tentang
penyakitnya.
Fraktur
Ansietas
- Kien
berharap
agar
Krisis situasi
penyakitnya
kambuhlagi
tidak
setelah
mendapat
perawatan.
DO
:
- Ekspresi wajah nampak
Cemas.
- Klien nampak gelisah
Cemas
Ansietas
- Klien tidak dapat tidur
secara
teratur
04 DS :
- Klien sering bertanya
tentang
penyakitnya.
DO :
- kurang terpajan
menginat.
- Ekspresi wajah
nampak
cemas.
Fraktur
Krisis
situasi
Gangguan fisiologi
Kurang
pengeta-
huan
(kebutuh-
an).
Perubahan
status kesehatan
Koping
inefektif
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
25
05 DS :
- klien mengatakan nyeri
Pada
ujung tungkai bawah
DO :
- Terdapat luka pada
ujung
tungkai
bawah.
- Terjadi kerusakan
tulang
- Edema/bengkak pada
tungkai
bawah.
06 DS :
- Klien mengatakan
membatasi
bergerak.
DO :
- Terdapat luka pada
tungkai
bawah.
- Kulit kering.
- Terdapat edema.
- Sianosis pada bagian
tungkai
bawah.
07 DS :
- Klien mengatakan
membatasi gerak untuk
mengurangi
rasa nyeri.
Luka, perdarahan
Kerusakan
integritas kulit
Kontaminasi
lingkungan
luar
Resiko
tinggi infeksi
Fraktur
Trauma
jaringan
Luka,
perdarahan
Kerusakan integritas
kulit
Nyeri
Pembatasan
gerakan tubuh
Resiko
tinggi
infeksi.
Kerusakan
integritas
kulit
Gangguan
personal
hygene
-
Klien mengatakan tidak
mampu
melakukan ektivitas
sehari-hari.
Aktivitas yang
DO :
- Mandi 1x seminggu
- Cuci rambut 1x seminggu
- Penampilan kurang baik.
dilakukan terbatas/minimal
Kurang
perawatan diri
- Kuku panjang dan
kotor. Gangguan personal hygene
26
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nama
Klien : Tuan " H " Nama mahasiswa :
Kelompok v
Ruang
Rawat : VIP A Nim : 102490324
Urutan
masalah keperawatan sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Masalah
/ Diagnosa
Kerusakan Integritas Kulit B/D luka
pada jaringan.
Nyeri B/D trauma jaringan
Imobilitas Fisik B/D fraktur
Gangguan Personal Hygene B/D
Imobilitas fisik.
Ansietas B/D krisis situasi
Kurang pengetahuan (keburuhan
belajar) B/D kurangnya informasi
Resiko tinggi infeksi B/D
kontaminasi lingkungan luar
Tgl.
ditemukan
17 Oktober 2005
17 Oktober 2005
17 Oktober 2005
17 Oktober 2005
17 Oktober 2005
17 Oktober 2005
17 Oktober 2005
27
ConversionConversion EmoticonEmoticon