1.
KONSEP DASAR MEDIS
A.
DEFENISI
Asma
atau RAD ( Reactive Air-Way Disease ) adalah gangguan inflamasi kronik
jalan
nafas yang melibatkan berbagai sel infalamasi. Dasar penyakit ini adalah
hiperaktifitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan
(
mengi dan gerak ). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversibel, namun
dapat
menjadi
kurang reversibel bahkan relatif non reversible tergantung berat dan lamanya
penyakit.
Asma bronkhial adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respons
dari
trakhea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimulus yang ditandai dengan
penyempitan
bronchus atau bronhiolus dan sekresi yang berlebihan dari kelenjar –
kelenjar
dimukosa bronchus.
B.
ETIOLOGI
Sampai
saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti,
namun
berbagai penelitian telah menujukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi
dan
respon saluran nafas yang berlebihan.
Ada
2 factor yang mempengaruhi terjadinya asma, yaitu :
1.
Factor Ekstrisik
asma timbul karena reaksi hipersensivitas yang
disebabkan oleh adanya IgE yang
bereaksi
terhadap antigen yang terdapat diudara ( antigen – Inhalasi ) seperti debu
rumah,
serbuk-sebuk
dan bulu binatang.
2.
Faktor Intrinsik
Infeksi ( faktor
predisposisi)
- Virus yang menyebabkan adalah para influensa
virus, respiratori sinsitial virus
- Bakteri miasalnmya : pertusis dan
streptococus
- Jamur misalnya : aspengilus
Cuaca ( faktor
presipitasi )
Perubahan
tekanan udara, suhu, udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan
percepatan.
Iritan bahan (faktor
presipitasi ) : kimia, minyak, asap
rokok, polutan udarah.
Emosiomnal (faktor
presipitasi ) : takut, cemas, dan tegang
Aktivitas yang berlebihan
misalnya ( faktor presipitasi ): berlari
1
PENJELASAN
PATOFISIOLOGI
Asma
adalah obstruksi jalan nafas difusi reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu
atau lebih dari berikut ini :
- Kontraksi otot-otot
yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas
- Pembengkakan membran
yang melapisi bronki
- Pengisian bronki dengan
mukus yang kental.
Beberapa individu
dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka.
IgE yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
Antibody IgE
berikatan dengan alergen dan menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat
degranulasi tersebut,
histamine dilepaskan. Histamine menyebabkan konstraksi otot polos
bronkhiolus.apabila
respon histaminenya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamine juga
merangsang pembentukan mucus dan mengakibatkan
permeabilitas
kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang
interstisium
paru.
Selain itu,
pemajangan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibody
menyebabkan pelepasan produk mast ( mediator ) misalnya : histamine,
bradikinin,
prostaglandin serta anafilaksis dari subtansi yang bereaksi lambat ( SRS-A ).
Pelepasan
mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar. Jalan
nafas
menyebabkan broncospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan
mucus
yang sangat banyak.
Pada
asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen-antibody
menyebabkan
lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi.
Mediator
kimia tadi adalah :
1. Histamine adalah
kontraksi otot polos, Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi
pembuluh
vena,sehingga terjadi edema.Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa
broncus,
bronchiolus, mikosa hidung dan mata.
2.
Bradikinin adalah kontraksi otot polos broncus,meningkatnya premeabilitas
pembuluh
darah,vasodepressor ( penurunan tekanan darah ).
3
. Prostaglandin adalah Bronkonstriksi
(terutama prostaglandin F )
2
Pada
asma nonalergik, ketika lubang saraf pada jalan nafas dirangsang oleh
faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin
yang dilepaskan
meningkat. Pelepasan asitilkolin secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi
merangsang pembentukan mediator kimia. Individu dengan asma
mempunyai
toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
3
PATOFISIOLOGI
Factor Intrinsik
↓
Infeksi
oleh kuman
↓
Menginfeksi
saluran nafas
Respon imun yang buruk terhadap lingkungan
↓
Merangsang produksi antibody IgE
↓
Ikatan Ag-Ab
↓
Faktor
Ekstrinsik
↓
Alergen
Merangsang parasimpatis/otonom system
nafas: refleks axon neuropeptida
↓
Pengaktifan sel mast sebagai respon
imun ( makrofag,eosinofil,limfosit )
↓
Pengaktifan mediator kimiawi (
bradikinin,histamine.prostaglandin )
Edema broncus Sekresi mucus ↑ Broncospasme Inflamasi
↓
Hiperenponsive jalan nafas
↓
Hipersekresi
mucus dalam ← penyempitan jalan nafas →
Mukosa saluran nafas
Rongga jalan nafas ↓
menebal
↓ Kompensasi
tubuh untuk ↓
Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2
yang Penyempitan lumen
Batuk bersputum cukup ke jaringan menurun
↓
↓
↓
Pemasukan
O2 inadekuat kontraksi otot-otot
pernafasan Pe↑ produksi sputum
↓
↓
Metabolisme tubuh meningkat
Jalan nafas tidak efektif
↓
Pengeluaran energi berlebihan
↓
Serangan
proksisimal Cadangan
energi kurang
↓
↓
Merangsang
system Metabolisme ke
jaringan terhambat
Saraf simpatis ↓
↓
Kelemahan dan kelelahan otot
Mengaktifkan
RAS
dalam
mengaktifkan
kerja
organ tubuh
Dispnea,wheezing,batuk,sputum
Perubahan status
Merangsang vomiting center
Kesehatan klien
↓
↓
↓
Rapid
Eye Movement
Mual/muntah
Proses hospitalisasi
( REM ) menurun ↓
↓
↓
Anoreksia
kurangnya informasi
Susah tidur ↓ dan
pengetahuan klien
Asupan makanan berkurang
dan keluarga tentang
Penyakitnya
↓
Koping inefektif
↓
Stressor psikologis
↓
Bagi klien dan keluarga
4
PENYIMPANGAN
KDM ASMA BRONHKHIAL
Factor Intrinsik
↓
Infeksi
oleh kuman
↓
Menginfeksi
saluran nafas
↓
Respon imun yang buruk terhadap lingkungan
↓
Merangsang produksi antibody IgE
↓
Ikatan Ag-Ab
↓
Faktor
Ekstrinsik
↓
Alergen
Merangsang parasimpatis/otonom system
nafas: refleks axon neuropeptida
↓
Pengaktifan sel mast sebagai respon
imun ( makrofag,eosinofil,limfosit )
↓
Pengaktifan mediator kimiawi (
bradikinin,histamine.prostaglandin )
Edema broncus Sekresi mucus ↑ Broncospasme Inflamasi
↓
Hiperenponsive jalan nafas
↓
Hipersekresi
mucus dalam ← penyempitan jalan nafas →
Mukosa saluran nafas
Rongga jalan nafas ↓
menebal
↓ Kompensasi
tubuh untuk ↓
Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2
yang Penyempitan lumen
Batuk bersputum cukup ke jaringan menurun
↓
↓
↓
Pemasukan
O2 inadekuat kontraksi otot-otot
pernafasan Pe↑ produksi sputum
↓
↓
↓
Metabolisme tubuh meningkat
Jalan nafas tidak efektif
Pola
nafas tidak efektif ↓
↓
Pengeluaran energi berlebihan
Bersihkan jalan nafas
↓
inefektif
Serangan
proksisimal Cadangan
energi kurang
↓
↓
Merangsang
system Metabolisme ke
jaringan terhambat
Saraf simpatis ↓
↓
Kelemahan dan kelelahan otott
↓
Mengaktifkan
RAS
Intoleransi aktivitas
dalam
mengaktifkan
kerja
organ tubuh Dispnea,wheezing,batuk,sputum Perubahan status
Merangsang vomiting center
Kesehatan klien
↓
↓
↓
Rapid
Eye Movement Mual/muntah Proses hospitalisasi
( REM ) menurun ↓
↓
↓
Anoreksia
kurangnya informasi
Susah tidur ↓ dan
pengetahuan klien
Asupan
makanan berkurang dan
keluarga tentang
Perubahan pola istirahat ↓
Penyakitnya
tidur gangguan nutrisi kurang ↓
dari kebutuhan Koping inefektif
↓
Stressor
psikologis
↓
Bagi klien dan keluarga
5
D.
Manifestasi Klinik
Gejala-gejala
umum
1. batuk suatu refleks protektif yang timbul akibat
iritasi percabangan
trakeobronikal yang
disebabkan oleh rangsangan mekanik, kimia, peradangan,
misalnya:
inhalasi debu, asap, dan benda-benda asing kecil.
2. Dispnea penyempitan
saluran nafas akibat meningkatnya resistensi non elastis
bronkhial.
3. Wheezing / Mengi pernafasan yang sulit dengan suara khas,
yang menyertai
bronkhospasme pada
penyakit asma. Suara ini timbul karena penyempitan atau
penyumbatan
tenggorok, faring, trakea, atau bronkus, pada saat ekspirasi.
Serangan
Asma
1. Seringkali terjadi pada
malam hari
2. Mulai serangan mendadak
dengan batuk dan sensasi sesak dada
3. Kemudian pernafasan
lambat, lobarius, mengi
4. Ekspirasi lebih kuat dan
lama dari inspirasi
5. Obstruksi jalan nafas
membuat sensasi dispnea
6. Batuk sulit dan kering
pada awalnya; diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan
sputum
yang berbeda dari lendir encer
7. Total serangan dapat
berlangsung selama 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat
menghilangkan secara spontan.
Tanda-tanda
lanjut:
1. Sianosis sekunder akibat
hipoksia berat
2. Gejala-gejala retensi
karbon monoksida (misalnya berkeringat, takikardia, dan
desakan
nadi melebar)
6
Tanda
lain:
1. Diaphoresis (perspirasi
atau pengeluaran peluh, khususnya yang berlebihan)
2. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam
pernafasan
3. Kecemasan, labil dan
penurunan tingkat kesadaran
4. Tidak toleran terhadap aktivitas:
makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
Stadium
Asma Bronkhiale
1. Stadium I
Waktu
terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan
batuk kering. Sputum
yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang
merangsang
batuk.
2. Stadium II
Sekresi bronkus
bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan
berbusa.
Pada stadium ini anak-anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha
bernafas
lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak
otot
nafas tambahan turut bekerja. Terdapat retraksi supra sternal, epigastrium dan
mungkin
juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan membungkuk , tangan
menekan
pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat, sianosis
sekitar
mulut, toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak lambat
pada
pernafasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernafasan
abnominal,
retraksi supra sternal dan interkostal.
3. Stadium III
Obstruksi
atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit sehingga
suara
nafas hampir tidak terdengar.
Stadium
ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan juga batuk
seperti
ditekan. Pernafasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi nafas yang
mendadak
meninggi.
7
E.
Penatalaksanaan Medik
1. Pencegahan terhadap pemanjangan alergi
2. Serangan akut dengan oksigen nasal atau
masker
3. Terapi cairan potensial
4. Terapi pengobatan sesuai program
- Beta – agonist untuk mengurangi bronkospasme,
mendilatasi otot polos
bronchial
• Albuterol (Proventil,
ventolin) => 1-2 inhalasi, D:PO = 2-4 mg, t.i.d atau
q.i.d
; maks 8 mg, q.i.d
• Tarbulatin => 1-2
inhalasi. D:PO = 2,5-5 mg, t.i.d. D:SK:0,25-0,5 mg
• Epinefrin =>
D:SK:0,1-0,5 mg at/ml dr lar 1:1000. A:SK:0,01 mg at/ml dr
lar
1:1000. inhal:1-2 semprotan dari 1:1000
• Metaprotenol => 1-2
inhalasi D:PO:20 mg. t.i.d.q.i.d.
- Metilsantin, seperti
aminofilin dan teofilin mempunyai efek
bronkodilatasi.
- Antikolinergik, seperti
atropine metilnitrat atau atrovent mempunyai efek
bronchodilator
yang sangat baik.
- Kortikosteroid
diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison),
inhalasi
(deksametason)
F. Prognosa
Prognosis sesuai
dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang diberikan
kepada
klien.
8
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
Riwayat Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala
Tanda
: letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur,
dispnea.
: keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa obat.
b. Integritas Ego
Gejala
Tanda
: perubahan pola hidup
: ansietas, ketakutan, peka rangsang
c. Makanan / cairan
Gejala
d. Hygiene
Gejala
e. Pernafasan
Gejala
Tanda
f. Keamanan
Gejala
Tanda
: tidak selera makan, berat badan menurun
: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas
sehari-hari.
: sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk.
; ekspirasi yang memanjang, penggunaan obat otot aksesori
pernafasan,
bunyi nafas mengi, gelisah.
: riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor
lingkungan.
: kemerahan, berkeringat
g. Interaksi sosial
Gejala
Tanda
B. Diagnosa test
: ketergantungan hubungan \ kurang sistem pendukung.
: keterbatasan mobilitas
fisik.
a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan
sputum.
b. Uji prick tes/ tes tusuk
c. Sinar X dada
d. Uji fungsi paru
e. Tes tantangan metakolin atau histamine
9
f. Analisa gas darah : PaCO2
> 40 mmHg
PaO2 > 70 mmHg
C. Masalah / Diagnosa Keperawatan
a. Peta nafas tidak efektif berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas.
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : derajat spasme bronkus dengan jalan nafas dapat/tak
dimanifestasikan
adanya bunyi nafas adventisius, misal : tidak
ada
bunyi nafas mengi.
Kaji frekuensi nafas
Rasional :
takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada
penerimaan atau selama adanya stress/proses
infeksi
akut.
Berikan pada klien posisi yang nyaman
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan
menggunakan gravitasi.
Pertahanan posisi udara minimum. Misalnya :
debu, asap, dan bulu bantal
yang
berhubungan dengan kondisi individu
Rasional
: merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan dan dapat
memperberat
sesak.
Dorong atau bantu latihan nafas abnomen atau
bibir
Rasional
: memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Penatalaksanaan pemberian O2
Rasional : dapat memperbaiki/mencegah terjadinya
hipoksia.
Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
indikasi
• Bronchodilator
Rasional
: merileksikan otot pernafasan dan
menurunkan kongesti local,
menurunkan spasme
jalan nafas, mengi dan produksi
mukosa.
10
• Metilxantin
Rasional
: menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan
peningkatan langsung
siklus amp. Dapat juga menurunkan
kelemahan otot / kegagalan
pernafasan dengan meningkatkan
kontraktilitas
diafragma.
b. Bersihkan Jalan
Nafas Inefektif Berhubungan dengan Peningkatan
Produksi
Mukus
Intruksikan klien pada metode yang tepat
dalam mengontrol batuk :
• Nafas dalam dan
perlahan sebelum duduk setegak mungkin.
• Gunakan nafas
diafragmatik.
• Tahan nafas selama 3-5
detik kemudian dengan perlahan hembuskan
sebanyak mungkin
melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus
turun).
• Ambil nafas kedua,
tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut
atau
tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek.
• Demonstrasikan
pernafasan pushed-up.
Rasional : batuk yang
tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, dapat
menimbulkan
frustasi.
• Duduk tegak akan menggeser organ abdominal menjauhi paru,
memungkinkan
ekspansi lebih besar.
• Pernafasan diafragma
menurun, frekuensi pernafasan meningkatkan ventilasi
alveolar.
• Peningkatan volume
udara dalam paru meningkatkan pengeluaran sekret.
• Pernafasan pushed-up
memanjangkan ekshalasi untuk melakukan penurunan
udara
yang terperangkap.
Ajarkan klien tindakan
untuk menurunkan viksositas sekret
• Pertahanan hidrasi
adekuan; meningkatkan masukan cairan 24 liter/hari. Bila
tidak
dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac output viskositas sekresi.
• Pertahanan kelambapan
adekuat udara inspirasi.
• Hindari lingkungan yang
mengandung simulasi.
11
Rasional
: sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sembatan
mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
Auskultasi paru-paru
sebelum dan sesudah tindakan
Rasional
: pangkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
Dorong dan berikan
perawatan mulut
Rasional : hygiene
mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau
mulut.
Penatalaksanaan pemberian
obat sesuai indikasi
Rasional
: mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan
c.
Perubahan Pola Istirahat Tidur Berhubungan dengan Sesak nafas dan
Batuk
Tentukan kebiasaan tidur
biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional
: mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Instruksikan tindakan
relaksasi
Rasional
: membantu menginduksi tidur
Hindari mengganggu bila
mungkin, misal : membangunkan untuk obat atau terapi
Rasional
: tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien
mungkin
tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
Penatalaksanaan pemberian
sedatif sesuai indikasi
Rasional
: mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama
periode
transisi dari rumah ke lingkungan baru.
Hindari penggunaan
kebiasaan,
karena obat ini menurunkan waktu tidur REM.
d.
Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan
Anoreksia
Kaji kebiasaan diet,
masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan dan
evaluasi
berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional
: pasien distress akut sering anoreksia karena dispnea, produksi
sputum
dan obat. Selain itu, banyak pasien dengan asma mempunyai
12
kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat
status
hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori.
Auskultasi bunyi usus
Rasional
: penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan
aktivitas.
Berikan perawatan oral
sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai
dan tissue.
Rasional : rasa tak
enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
nafsu
makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan
kesulitan
nafas.
Dorong periode istirahat
selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi
kecil
tapi sering.
Rasional
: membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Timbang berat badan
sesuai indikasi jika memungkinkan
Rasional
: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan berat badan
dapat
berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasi edema.
Berikan oksigen tambahan
selama makan sesuai indikasi
Rasional
: menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan
meningkatkan
masukan.
e.
Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelamahan dan Kelelahan
Otot
Atur posisi yang nyaman
bagi klien
Rasional
: meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang
digunakan
untuk penyembuhan.
Evaluasi respon klien
terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan
dan perubahan tanda-tanda vital.
13
Rasional
: menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien
dan memudahkan pilihan
intervensi.
Berikan lingkungan
tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut sesuai
indikasi.
Dorong penggunaan manajement stress dan pengalihan yang berat.
Rasional
: menurunkan stress dan rangsang berlebihan, meningkatkan istirahat.
Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
Rasional
: pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien
terhadap
aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.
Bantu aktivitas perawatan
diri yang diperlukan
Rasional
: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan
oksigen.
f.
Ansietas Berhubungan dengan Kurang Informasi dan Pengetahuan
Klien
dan Keluarga Tentang Penyakitnya
Kaji perasaan klien dam
keluarga , beri sikap empati dan dengarkan keluhan
klien.
Rasional
: mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat bekerja
sama
dalam proses perawatan.
Berikan
informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenai kondisi, rencana
perawatan
dan diagnosis pasien secara akurat dan memperingatkan kondisi dan
situasi.
Rasional
: pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari kesalahan
persepsi.
Kaji tingkat kecemasan
pasien
Rasional
: memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa yang didasarkan adalah
kebutuhan
dari individu dan kelancaran proses perawatan.
Diskusikan tentang
tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan obat-obat
yang
diberi.
Rasional
: penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan terhadap
komplikasi.
14
I. DATA UMUM
LAPORAN
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN
ASMA BRONCHIAIE
No.
RM
Tanggal : 07 / 11 / 05
Tempat : IRD RSU Labuang
Baji
1. Identitas Klien
• Nama
: Tn. AR
• Tempat / Tanggal Lahir
: Makassar / 31 Desember 1945
• Agama
: Islam
• Pendidikan : tidak tamat SD
• Status perkawinan
: menikah
• Pekerjaan : wiraswasta
• Umur
• Jenis kelamin
• Alamat
• Sumber info
: 60 tahun
: laki-laki
: Jl. Tinumbu
: Istri klien
2. Identitas Penanggung Jawab
• Nama
: Ny. R
• Pendidikan : tidak tamat SD
• Hubungan dgn klien
• Alamat
• Umur
: istri
: Jl. Tinumbu
: 50 tahun
• Pekerjaan : IRT
15
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama : sesak
nafas
2. Riwayat penyakit klien
Klien
masuk rumah sakit pada hari senin, 07 November 2005 dengan keluhan
sesak nafas disertai
penurunan kesadaran. Sesak nafas dialami + 6 jam sebelum
masuk rumah sakit
(pukul 05.00). 2 hari yang lalu klien mengalami sesak nafas
dan berobat di PKM
Ujung Pandang Baru. Setelah diberi tindakan dan sesak
berkurang, atas
permintaan keluarga klien dibawa pulang. Keluhan sesak nafas
sudah dialami sejak 5
tahun yang lalu dan bila timbul keluhan klien selalu datang
berobat di dokter
praktek (Dr. Hardjono). Sesak nafas dirasakan bila usai bekerja
berat
atau pada cuaca dingin, dan akan berkurang bila klien minum obat yang
biasa
diberikan oleh dokter (obat 3 macam) dan berbaring dengan kepala
ditinggikan.
III.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah
dialami
• Keluarga klien/istri
tidak mengetahui, penyakit apa yang pernah dialami klien
sejak
kecil. Klien menderita/ ada riwayat rematik.
• Klien tidak pernah
dirawat di Rumah Sakit.
• Klien tidak pernah
dioperasi.
• Klien punya riwayat
asma bronchial dan setiap klien sesak nafas, klien
berobat
ke dokter praktek.
• Klien sering
mengkonsumsi obat 3 macam : Prednisone, Dexametason, CTM.
2. Kecelakaan
: tidak pernah
3. Imunisasi
: -
4. Alergi
: -
16
IV.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Orang
tuan klien sudah meninggal karena lansia, kakak 1, 2, 3, 4 meninggal karena
lansia, kakak kedua
meninggal saat masih kecil tanpa diketahui penyebabnya, tidak
ada riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga. Kedua anak klien pernah menderita
diare,
demam, penyakit pernafasan/flu saat kecil genogram.
Keterangan
= laki-laki
= perempuan
= meninggal
= klien Tn. AR
------ =
tinggal se-rumah
↑
Tn. AR
Ny. R
V. RIWAYAT PSIKO – SOSIO – SPIRITUAL
1. Pola kopling : keluarga
klien dapat menerima keadaan penyakit klien sebagai
suatu
yang biasa terjadi di hari tua.
2. Harapan keluarga klien :
penyakit klien dapat segera sembuh dan tidak kambuh
lagi.
3. Faktor stressor :
keluarga klien mengatakan klien sering marah-marah bila
anaknya
sering keluar malam tanpa izin dengan orang tua.
17
4. Konsep diri : keluarga
klien dan klien kadang merasa minder bila tetangga atau
keluarganya
menjaga jarak dengan klien bila berbicara.
5. Hubungan dengan anggota
keluarga : baik dan harmonis
6. Hubungan dengan
masyarakat : klien sering ikut kegiatan di masyarakat.
7. Kegiatan keagamaan :
klien rajin sholat dan puasa
8. Bahasa yang sering
digunakan : bahasa Makassar
VI.
KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Makan
Klien dan keluarga
makan 3 x sehari dengan komposisi; nasi, sayur, lauk. Pada
pagi hari klien sarapan
dengan teh/kopi dan kue, klien tidak memiliki makanan
pantangan,
nafsu makan sejak 1 minggu terakhir agak berkurang.
2. Minum
Klien minum + 8 gelas
sehari, klien suka minum kopi sejak mengalami sesak
nafas kebiasaan minum
kopi dikurangi dan sekarang klien lebih banyak minum
air
putih dan teh pada pagi hari.
3. Pola tidur
Klien tidak
pernah/jarang tidur siang karena harus bekerja. Klien tidur malam
sekitar pukul
22.00-05.00. klien dapat tidur dengan tenang, tapi bila timbul sesak
klien
susah tidur.
4. Eliminasi BAK
Klien BAK lancer
dengan frekuensi 5-6 x sehari (1000-1500 cc), tidak ada
kelainan miksi, 3
hari yang lalu klien susah BAK, hari Sabtu PKM Ujung
Pandang
Baru telah dipasangi kateter dan terpasang sampai sekarang.
5. Eliminasi BAB
Klien
BAB 1 kali dalam 2 hari. Konsentrasi lunak, tidak ada kelainan.
6. Aktivitas sehari-hari
- Klien bekerja sebagai
penjual barang campuran di depan rumahnya sampai
pukul
21.00.
- Klien jarang
berolahraga
.
18
7. Personal Hygiene
- Klien mandi 2 x sehari,
yaitu pagi dan sore hari, kuku klien pendek tapi kotor
8. Kebiasaan merokok
Klien
merokok sejak remaja, sejak 2 tahun yang lalu dibatasi hanya 2 batang
sehari.
VII.
PEMERIKSAAN FISIK
Hari
: Senin, 07 November 2005
1. Keadaan umum : kelemahan
diakibatkan oleh sesak nafas
• Vital sign : tensi tak
terdengar, nadi tak terasa, S = 39oC, P = 36 kali/menit.
• Tingkat kesadaran : GCS
5 E1
M3 V1
• Ciri-ciri tubuh :
kurus, warna kulit hitam
2. Head to toe
• Kulit/integument
Sudah mulai keriput,
tidak ada lesi, sianosis (+), edema tungkai (+), keringat
banyak.
• Kepala
Simetris
tegak lurus dengan garis tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih,
rambut
mulai beruban, bentuk ikal.
• Mata
Ikterus
(-), pupil isokor, refleks cahaya (+), konjungtiva pucat.
• Telinga
Bentuk
simetris kiri kanan, pendengaran tidak dapat diperiksa, tidak ada nyeri,
serumen
sedikit.
• Leher
Tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid, disertai vena jugularis (-), meringis
saat
kepala dimiringkan ke kanan, kiri.
• Dada
Bentuk
simetris, klavikula menonjol, tulang iga menonjol, terdapat pergerakan
dinding
dada saat bernafas.
19
• Abdomen
Bentuk
simetris, ikut gerak nafas, tidak ada pembesaran hepar, limpa.
• Genetalia
Terpasang
kateter tetap.
• Ekstremitas
Akral
dingin, pucat, basah/berkeringat banyak, kapillary refill + 4-5 detik
udema
(-).
3. Pengkajian data fokus
• Sistem Pernafasan
Sesak
nafas, frekuensi nafas 36 kali/menit, susah untuk bernafas, retraksi
supra
stema dan intertorial, bunyi nafas mengi.
• Sistem Kardiovaskuler
TD
tidak terdengar, nadi tidak teraba, kapillari refill + 4-5 detik, pucat,
berkeringat
banyak.
• Sistem Gastrointestinal
Klien
belum makan dan minum selama di Rumah Sakit, mual (-), muntah (-),
bibir
kering.
• Sistem Genitourinaria
Terpasang
kateter, warna urine kuning, tidak dijumpai partikel darah, volume
500
cc.
• Sistem Muskoloskeletal
Kelemahan,
tidak dapat melawan tahanan, edema (-).
• Sistem Neurologi
GCS 5
: E1 M3 V1 , kuku kuduk
4. Pemeriksaan
Diagnostik –
5. Penatalaksanaan –
20
III.
KASUS
KLASIFIKASI
DATA
Data
Subjektif
- Klg klien mengatakan
klien kesulitan
bernafas
sehingga kehilangan
kesadaran.
- Klg klien mengatakan
susah tidur
apabila
sesak nafasnya timbul.
- Klg klien mengatakan
kurang nafsu
makan.
- Klg klien mengatakan
klien jarang
berolahraga.
Data
Objektif
TD =
tak terdengar
N
= tak teraba
S
= 39oC
P
= 36 kali/menit
- Kelemahan diakibatkan oleh sesak nafas
- Kesadaran menurun GCS=5 E=1
M=3
V=1
- Klien nampak kurus, pucat, dingin dan
berkeringat
banyak.
- Klavikula dan iga menonjol pada saat
pernafasan
dada.
21
No
Data
1. Ds : - Klg. klien
mengatakan
klien
kesulitan ber-
nafas
sehingga kehi-
langan
kesadaran.
Do :
- Klavikula dan iga
klien
menonjol pada
saat
bernafas.
- Bibir klien nampak
kering
dan berwara
hitam.
- P
= 36 kali/menit
- N
= tidak teraba
- TD = tidak terukur
- S
= 39 °C
2. Ds : - Klg klien
mengatakan
klien
kurang nafsu
makan
Do :
- Klien nampak kurus
ANALISA
DATA
Etiologi
Faktor
ekstrinsik
Alergen
Respon
imun yang buruk terhadap
lingkungan
Bronkospasme
Hiperesponsive
jalan nafas
Penyempitan
jalan nafas
Pemasukan
O2 inadekuat
Pola
nafas tidak efektif
Penyempitan
jalan nafas
Serangan
proksimal
Dispnea
Anoreksia
Asupan
makan berkurang
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
22
Masalah
Pola nafas tidak efektif
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
No
Data
3. Ds : - Klg klien
mengatakan
klien
susah tidur
apabila
sesak nafasnya
timbul.
Do :
- Kelemahan yang
disebabkan
oleh sesak
nafas.
INTERPRETASI
DATA
1. Gangguan pola nafas
Etiologi
Penyempitan
jalan nafas
Serangan
proksimal
Merangsang
sistem saraf simpatis
Mengaktifkan
RAS
Rapid eye movement (REM) menurun
Susah
tidur
Perubahan
pola istirahat tidur
Masalah
Perubahan pola istirahat
tidur
2. Gangguan kebutuhan
nutrisi
3. Gangguan aktivitas istirahat tidur
PERUMUSAN
DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas s/d penyempitan jalan nafas d/d
DS : keluarga .klien mengatankan klien
kesulitan bernafas
DO : P = 36x/mnt
N : tidak teraba
TD : tidak teratur
S = 39 º C
Klavicula dan iga klien menonjol pada
saat bernafas
Bibir klien nampak kering dan hitam
23
2. Perubahan kebutuhan
nutrisi s/d kehilangan nafsu makan d/d
DS :
Keluarga klien mengatakan klien kurang nafsu makan
DO :
Klien nampak kurus
3. Gangguan aktivitas tidur
s/d sesak nafas d/d
DS : Keluarga klien mengatakan klien susah
tidur apabila sesak nafasnya timbul
DO : Kelemahan yang disebabkan oleh sesak
nafas.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatam
Rencana
Tujuan / KH
Tindakan
Intervensi
keperawatan
Rasional
1.
Gangguan pola
Kebutuhan pola
-Tgl
7-11-2005
Takipnea biasanya ada
nafas
s/d
nafas
terpenuhi
Pantau
frekuensi
pada beberapa derjat
penyempitan
jalan
dengan KH:
nafas klien setiap dan dapat ditemukan
nafas
d/d
-
Klien
hari.
pada penerimaan atau
memperlihatkan
kemampuan
DS:
- Klg. klien bernafas secara
mengatakan normal dalam
TTD
Ns.SAMBRI, S.Kep
selama adanya
stress/proses infeksi
akut
klien
kesulitan
waktu 3 hari
-Tgl
7-11-2005
Peninggian
kepala
bernafas
Berikan posisi yang
tempat
tidur
DO:
- P : 36x/mnt
-
Klien
nyaman pada klien
mempermudah fungsi
- klavicula
memperlihatkan
setiap hari.
pernafasan
dengan
dan iga klien
menonjol pada
saaat
bernafas
kembali normalnya TTD
tanda-tanda vital Ns.SAMBRI,S.Kep
dalam waktu 3
menggunakan gravitasi
- Bibir klien
hari.
Tgl
7-11-2005
-
Dapat
nampak kering
Penatalaksanaan
24
memperbaiki/mencegah
dan
hitam
- N : tidak
teraba
- TD : tidak
terukur
pemberian O2 pada
klien selama 3 hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
terjadinya hipoksia.
-
S : 39
-Tgl
7-11-2005 - Merilekskan otot
°C
Kolaborasi
pemberian
bronchodilator pada
klien selama 3 hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep.
pernafasan dan
menurunkan kongesti
lokal,menurunkan
spasme jalan
nafas,mengi, dan
produksi mukosa.
2.
Perubahan pola
Kebutuhan nutrisi
-Tgl
10-11-2005 - Pasien distrees akut
nutrisi
s/d
terpenuhi dengan
Pantau
kebiasaan
sering anoreksia karena
kehilangan
nafsu
KH :
Diet,
masukan
dispnea, produk sputum
makan
d/d
-Klien
makanan saat ini,
dan obat.
DS : - Klg. klien memperlihatkan
catat
derajad
mengatakan klien peningkatan
nafsu
kesulitan makan dan
kurang
nafsu
makan
dalam
evaluasi BB dan
makan.
DO: - klien
nampak
kurus.
waktu 5 hari.
-klien
memperlihatkan
peningkatan berat
badan sekitar ½ kg
dalam waktu 2
minggu
ukuran tubuh klien
setiap hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
-Tgl 7-11-2007 - untuk memenuhi
Pemasangan infus kebutuhan cairan dan
pada klien saat elektrolit.
masuk rumah sakit
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep.
25
3.
Gangguan
Kebutuhan pola
-Tgl
10-11-2005
-
Meningkatkan
aktivitas
tidur s/d aktivitas tidur
Atur posisi yang
istirahat
dan
sesak nafas d/d terpenuhi dengan
DS : - Kel. Klien KH :
nyaman bagi klien ketenangan,
setiap hari. menyediakan
energi
mengatakan
klien
-
Klien
TTD
yang digunakan untuk
susah
tidur
apabila
sesak
mengatakan dapat
tidur dengan
Ns.SAMBRI,S.Kep
penyembuhan.
nafas
timbul
teratur 6-8 jam/hari
-Tgl
7-11-2005
-
Menetapkan
DO :
- Kelemahan
dalam waktu 5
Evaluasi
respon
kemampuan/kebutuhan
yang
disebabkan
hari.
pasien
terhadap
pasien
dan
olerh
sesak nafas.
-
Klien
aktivitas, catat
memudahkan pilihan
mengatakan
sudah
tidak
lemah lagi
laporan
peningkatan
dispnea,
intervensi
dalam
waktu 3 hari
kelemahan,kelelehan
dan perubahan
tanda-tanda vital
klien setip hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
-Tgl 10-11-2005
Jelaskan pentingnya
- Pembatasan aktivitas
tentukan dengan respon
istirahat
dalam
individual
pasien
rencana
pengobatan
tehadap aktivitas dan
dan
perlunya
perbaikan kegagalan
keseimbangan
aktivitas
dan
istirahat
pada klien
dalam
waktu 1 hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
26
pernafasan.
Dx
Keperawatan
Implementasi Tindakan Kep’an
Evaluasi
- Gangguan pola nafas - Tgl. 7 November 2005 jam 05.00
Pemasangan
alat bantu pernafasan
Pemberian
posisi nyaman
Kaji
frekuensi nafas
- Tgl. 7 November 2005 jam 07.00
Kolaborasi
dengan pemberian
bronchodilator
Ds : Klg klien mengatakan
klien
kesulitas
bernafas.
Do : S = 39 º C
P = 36 kali/menit
N = tidak teraba
TD = tidak terukur
- klavikula dan iga klien
menonjol
pada saat
bernafas.
- Bibir klien nampak
kering
dan
berwara hitam.
A : Tujuan belum tercapai
Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Pantau frekuensi nafas klien
- Berikan posisi yang nyaman pada
klien
- Penatalaksanaan pemberian O2
pada klien
-
Kolaborasi
pemberian
- Perubahn pola nutrisi - Tgl 7 November 2005 jam 07.00
Pemasangan
infus
- Tgl. 9 November 2005 jam 08.00
Pemasangan
NGT
- Tgl. 10 November 2005 jam 07.00
Kaji
kebiasaan diet
27
broncodilator pada klien
Ds : Klg klien mengatakan
klien
kurang
nafsu makan
Do : Klien nampak kurus
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Pantau kebiasaan diet klien
- Pemberian infus pada klien
- Gangguan pola tidur - Tgl. 10 November 2005 jam 10.00
Atur
posisi yang nyaman klien setiap tidur
- Tgl. 10 November 2005 jam 10.00
Adakan
penyuluhan
28
Ds : Klg klien mengatakan
klien
susah
tidur.
Do : Kelemahan yang
disebabkan
oleh
sesak nafas.
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Atur posisi yang nyaman bagi
klien
- Evaluasi respon klien terhadap
aktivitas
- Penyuluhan kepada klien tentang
pentingnya
istirahat
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
& suddarth ” Keperawatan Medikal
Bedah ” vol 1 edisi 8, EGC: Jakarta.
Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2001 Jilid II FKUI : Jakarta.
Doenges.E.Marilyn
” Rencana Asuhan Keperawatan ”
edisi 3 EGC : Jakarta
Waller.f.
Barbara ” Kamus Saku Perawat ” edisi 22 , 2005 EGC : Jakarta.
Patofisiologi
edisi 4 jilid II 1995, EGC : Jakarta
29
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA “ Tn.AR “ DENGAN
GANGGUAN
SISTEM RESPIRATORIUS
ASMA
BRONCHIALE
D
I
S
U
S
U
N
oleh
: kelompok V
1. EMANUEL.B.GIUS
2. FERDINANDUS.N
3. RINI HARIYANI
4. PATRISIA B. LAHU
6. SITI HAJAR
7. SUTRIANI ASWA
8. SULFAYANTI
9. SUNARTIKA NAUS
5. S A M B R I
10.SKOLASTIKA.AGAS
PROGRAM
STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA
MAKASSAR
2007
30
ConversionConversion EmoticonEmoticon