Asuhan keperawatan Pada Klien “S”
Dengan gangguAN PERSEPSI SENSORIk
PADA Skizofrenia Hebefrenik
Di Ruang Jiwa C. RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Disusun Oleh
SUBHAN
nim 010030170 b
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
LAporan pendahuluan
A.
Konsep Dasar Skizofrenia
1.
Pengertian
Skizofrenia
adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)
dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik,
fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).
2.
Penyebab
a.
Keturunan
Telah dibuktikan
dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan
salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 %
dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b.
Endokrin
Teori ini
dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas,
waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak
dapat dibuktikan.
c.
Metabolisme
Teori ini
didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta
pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini
masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
d.
Susunan saraf pusat
Penyebab
Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek
otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh
perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
e.
Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia
tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat
ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi
Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit
badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia
merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari
kenyataan (otisme).
f.
Teori Sigmund Freud
Skizofrenia
terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik
ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan
Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3)
kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
g.
Eugen Bleuler
Penggunaan
istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau
gangguan psikomotorik yang lain).
h.
Teori lain
Skizofrenia
sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara
lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit
badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum
diketahui.
i.
Ringkasan
Sampai sekarang
belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor
keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest
atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau
stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun
pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat
disangkal.( Maramis, 1998;218 ).
3.
Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan
gejala utama antara lain :
a.
Skizofrenia Simplek
Sering timbul
pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan
halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
b.
Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya
perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa
15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan
psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
c.
Skizofrenia Katatonia
Timbulnya
pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh
stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor
katatonik.
d.
Skizofrenia Paranoid
Gejala yang
menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan
halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses
berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
e.
Episode Skizofrenia akut
Gejala
Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan
dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu
arti yang khusus baginya.
f.
Skizofrenia Residual
Keadaan
Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya
gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
Skizofrenia.
g.
Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala
Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi
(skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk
menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik
1.
Batasan : Salah satu tipe
skizofrenia yang mempunyai ciri ;
1.
Inkoherensi yang jelas dan
bentuk pikiran yang kacau (disorganized).
2.
Tidak terdapat wamam yang
sistemik
3.
Efek yang datar dan tak serasi
/ ketolol – tololan.
2.
Gejala Klinik
Gambaran utama
skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
-
Inkoherensi yang jelas
-
Afek datar tak serasi atau
ketolol – tololan.
-
Sering disertai tertawa kecil
(gigling) atau senyum tak wajar.
-
Waham / halusinasi yang
terpecah – pecah isi temanya tidak terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak
ada waham sistemik yang jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai.
-
Menyertai pelangaran
(mennerism) berkelakar.
-
Kecenderungan untuk menarik
diri secara ekstrem dari hubungan sosial.
-
Berbagai perilaku tanpa tujuan.
Gambaran klinik
ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan – pelan menahan tanpa
remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi paling hebat di
banding tipe yang lain.
Konsep Dasar Halusinasi
1.
Pengertian
Halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal pikiran
dan rangsang eksternal (dunia luar) klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata, misalnya : klien
menyatakan mendengar suara. Padahal tidak ada orang yang bicara.
2.
Proses terjadinya halusinasi
Fase pertama
Klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak dan tidak dapat di selesaikan,
klien mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang menyenangkan cara ini hanya
menolong sementara.
Fase kedua
Kecemasan meningkatkan, menurun dan
berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas,
klien tidak ingin orang lain tahu ia tetap dapat mengontrol.
Fase ketiga.
Bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengotrol klien, Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Fase keempat
Halusinasi berubah menjadi mengancam
memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya hilang
kontrol dan tidak berdaya, hilang dan tidak dapat berhubungan secara nyata
dengan orang lain di lingkungan
3. Tanda – tanda halusinasi
Menurut diri,
tersenyum sendiri duduk terpaku, bicara sendiri memandang satu arah, menyerang
tiba – tiba, arah gelisah.
4. Jenis halusinasi
a.
Halusinasi dengar
Dengar suatu membicarakan,
mengejek, menertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumbernya disekitarnya.
b.
Halusinasi terlihat
Melihat
pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapi klien yakin
ada.
c.
Halusinasi penciuman
Menyatakan
mencium bau bunga kemenyan yang tidak dirasa orang lain dan ada sumber.
d.
Halusinasi kecap
Merasa mengecap
sesuatu rasa di mulut tetapi tidak ada.
e.
Halusinasi raba
Merasa ada
binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.
Pengkajian
Pengkajian
merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri
atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang
dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan kemampuan koping yang dimiliki klien (stuart dan Sunden, 1998). Cara
pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1.
Identitas klien
2.
Keluhan utama/alasan masuk
3.
Faktor predisposisi
4.
Dimensi fisik / biologis
5.
Dimensi psikososial
6.
Status mental
7.
Kebutuhan persiapan pulang
8.
Mekanisme koping
9.
Masalah psikososial dan
lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data obyektif, sedangkan
data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara
perawatan disebut data subyektif.
Dari data yang dikumpulkan,
perawatan langsung merumuskan masalah keperawatan pada setiap kelompok data
yang terkumpul. Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat
digambarkan sebagai pohon masalah (Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan
pohon masalah dapat di pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang
terdapat pada pohon masalah : Penyebab (kausa), masalah utama (core problem)
dan effect (akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa
masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan
masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah
klien yang menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa
masalah klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama. Pohon masalah
ini diharapkan dapat memudahkan perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan
|
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
|
1
2
3
4
|
Resiko mencederai diri
sendiri dan atau orang lain/lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori/halusinasi
Kerusakan komunikasi
verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir (waham).
Difisit perawatan diri
berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Isolasi sosial : menarik
diri berhubungan dengan harga diri rendah.
|
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederi diri
sendiri dan atau orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1.
Klien dapat hubungan saling percaya :
a.
Bina hubungan saling percaya
-
Salam terapeutik
-
Perkenalan diri
-
Jelaskan tujuan interaksi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan
(topik, waktu dan tempat berbicara).
b.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
c.
Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
2.
Klien dapat mengenal halusinasinya
a.
Lakukan kontak sering dan singkat
rasional :
untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya.
b.
Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya;
bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kesekitarnya seolah – olah ada
teman bicara.
c.
Bantu klien untuk mengenal halusinasinya;
-
Bila klien menjawab ada, lanjutkan; apa yang
dikatakan ?
-
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengarnya.
-
Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti
klien.
-
Katakan bahwa perawatan akan membantu klien.
d.
Diskusikan dengan klien tentang ;
-
Situasi yang dapat menimbulkan / tidak menimbulkan
halusinasi.
-
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang sore, malam atau bila sendiri atau bila jengkel / sedih).
e.
Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan
bila terjadi halusinasi (marah / takut / sedih / senang) dan berkesempatan
mengungkapkan perasaan.
3.
Klien dapat mengontrol halusinasinya
a.
Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang
dilakukan bila terjadi halusinasi (tidur/marah/menyibukkan diri)
b.
Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, bila
bermanfaat beri pujian.
c.
Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol
timbulnya halusinasi :
-
Katakan “saya tidak mau dengan kamu” (pada
halusinasi).
-
Menemui orang lain (perawat / teman / anggota
keluarga untuk bercakap – cakap . mengatakan halusinaasinya.
-
Membuat jadwal kegiatan sehari – hari agar
halusinasi tidak sempat muncul.
-
Meminta orang lain (perawat / teman anggota
keluarga) menyapa bila tampak bicara sendiri.
d.
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus /
mengontrol halusinasi secara bertahap.
e.
Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih, evaluasi hasilnya dan pujian bila berhasil.
f.
Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas
kelompok (orientasi realisasi dan stimulasi persepsi).
4.
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol
halusinasinya :
a.
Anjurkan klien memberitahu keluarga bila mengalami
halusinasi.
b.
Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung /
pada saat kunjungan rumah)
-
Gejala halusinasinya yang dialami klien
-
Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-luarga
untuk memutus halusinasi
-
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di
rumah : Beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian
bersama
-
Berikan informasi waktu follow up atau kapan perlu
mandapat bantuan; halusinasi tak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.
5.
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik :
a.
Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
b.
Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat
merasakan manfaatnya.
c.
Anjurkan klien bicara dengan dokter / perawat
tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan.
d.
Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-sultasi.
e.
Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5
(lima) benar (benar dosis, benar cara, benar waktu)
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan
komunikasi verbal
Tujuan Khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
a.
Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b.
Jangan membantah dan mendukung waham klien.
-
Katakan perawat menerima : saya menerima keyakinan
anda, disertai ekspresi menerima.
-
Katakan perawat tidak mendukung : sadar bagi saya
untuk mempercayainya disertai ekspresi ragu dan empati.
-
Tidak membicarakan isi waham klien.
c.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindung.
-
Gunakan keterbukaan dan kejujuran
-
Jangan tinggalkan klien sendirian
-
Klien diyakinkan berada di tempat aman, tidak
sendirian.
2.
Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang
dimilki
a.
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien
yang realitas.
b.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki
pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
c.
Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas
sehari – hari)
d.
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya,
dengarkan sampai waham tidak ada.
3.
Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi :
a.
Observasi kebutuhan klien sehari – hari.
b.
Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama di rumah / di RS.
c.
Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
d.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
klien (buat jadwal aktivitas klien).
4.
Klien dapat berhubungan dengan realitas :
a.
Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri
orang lain, tempat, waktu)
b.
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok:
orientasi realitas
c.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien.
5.
Klien dapat dukungan keluarga :
a.
Gejala waham.
b.
Cara merawatnya.
c.
Lingkungan keluarga.
6.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
-
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat,
dosis, frekuensi, efek samping obat, akibat penghentian.
-
Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
-
Berikan obat dengan prinsip 5 tepat
Tujuan Umum :
Klien mampuan merawat diri
sehingga penampilan diri menjadi adekuat
Tujuan Khusus :
1.
klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
a.
Dorong klien mengungkakan perasaan tentang keadaan
dan kebersihan dirinya.
b.
Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan
empati.
c.
Beri pujian atas kemapuan klien mengungkapkan
perasaan tentang kebersihan dirinya.
d.
Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan diri
e.
Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri.
2.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam
meningkatkan kebersihan dirinya.
a.
Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang
kebutuhan perawatan diri klien
b.
Diskusikan dengan keluarga
c.
Motivasi keluarga dalam berperan aktif memenuhi
kebutuhan perawatan diri klien.
d.
Beri pujian atas tindakan positif yang telah
dilakukan keluaga
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
a.
Bina hubungan saling percaya
-
Salam terapeutik
-
Perkenalan diri
-
Jelaskan tujuan interaksi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Bina kontrak yang jelas (topik, waktu, tempak).
b.
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
tentang penyakit yang diderita
c.
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d.
Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab Serta mampu menolong dirinya sendiri.
2.
Klien dapat mengindetifikasi kemampuan dan aspek
positf yang memiliki
a.
Diskusikan kemampuan dan aspek yang di miliki
klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik,
kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga, lingkungan)
yang dimiliki klien. Bila klien tidak mampu mengindetifikasi maka dimulai
oleh perawat memberi pujian terhadap aspek positif klien.
b.
Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian
negatif. Utamakan memberikan pujian yang realistis.
3.
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
a.
Diskusikan selama sakit
Misal :
penampilan klien dalam “self care”, latihan fisik dan ambulasi serta aspek
asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien.
b.
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaanya setelah plan sesuai dengan kondisi sakit klien.
4.
Klien dapat menetapkan / merencakan kegiatan
sesuai kemampuan yang dimiliki :
a.
Rencanakan bersama klien aktivitas bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan
mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan
total.
b.
Tingkatkan kegiatan sesuai degan tolerasi kondisi
klien
c.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh
klien lakukan (kadang klien takut me laksanakannya).
5.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuan.
a.
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
b.
Beri pujian atas keberhasilan klien
c.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6.
Klien dapat menfaatkan sistem pendukung yang ada
a.
Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien harga diri rendah
b.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat
c.
Bantuan keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
|
laporanAN KASUS
A.
PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian ini dilakukan
wawancara langsung dengan klien dan ibu klien, serta menganalisa catatan medik
dan catatan keperawatan untuk mendapatkan data, disamping mengobservasi lagsung
tehadap klien.
Identitas Klien
1.
Nama : Tn. SP
2.
Umur : 21 th
3.
Jenis Kelamin : Laki – laki
4.
Suku bangsa : Jawa
5.
Agama : Islam
6.
Pekerjaan : -
7.
Tgl Masuk : 1 Oktober 2002
8.
Diagnosa Medis : Skizofrenia hebefrenik
9.
Tgl pengkajian : 1 Oktober 2002
Alasan masuk
Sejak 6 minggu sebelum di bawa ke RS pasien
tidak bisa tidur, gelisah, mondar-mandir, saat ditanya marah-marah, nyapu-nyapu
jalan di kampung dan saat ditanya klien menjawab karena Amin Rais mau datang
sehingga harus dibersihkan, klien juga menyetop mobil-mobil, klien bicara
ngelantur tentang artis-artis, tokoh politik yang akan menjemput dia. Saat
ibunya datang klien marah-marah sambil menyatakan bahwa ibunya tidak
mengantarkan dia. Klien mau kuliah di UNAIR dan di UBAYA. Sewaktu disuruh
kuliah di Universitas Tarumanegara Klien menolak dengan alasan tempat kuliahnya
miskin nanti ikut jadi miskin dan tolol.
Kemudian ibu klien membawa klien RSUD Dr.
Soetomo.
Faktor Predisposisi
Dimensi Fisik
a.
Aktivitas fisik sehari – hari
1.
Nutrisi
Klien saat di
rumah makan tiga kali sehari secra teratur, di RS klien klien makan teratur
sesuai dengan jadwal yang telah berlaku, klien makan di dalam kamar dan porsi
makan yang diberikan selalu dibagikan bahwa klien merasa kurang . Klien tidak
mendapatkan program diet khusus masalah keperawatan ?
2.
Istirahat tidur
Kebiasaan tidur
klien dirumah tidak teratur (klien begadang sampai larut malam). Di rumah sakti
klien tidur mulai pukul 22.00 – 04.00 klien sering terbangun suara – suara yang
mengajak ia bicara klie juga sering bangun terlalu pagi. Masalah keperawatan ?
3.
Aktivitas Fisik
Sebelum MRS
klien ……………………………………………………di RS klien mau mengikuti kegiatan yang sudah terprogram
di ruang jiwa C. Jika diajak melakukan aktivitas, klien tidak menolak.
Dalam
berpenampilan, klien kelihatan rapi, rambut rapi, ganti pakaian bila merasa
kurang pantas. masalah keperawatan ?
Pemeriksaan fisik
Tingkat
kesadaran klien berubah dengan tanda – tanda vital Tekanan Darah 120/80 mmHg,
suhu 370C pernafasan 20 x / menit nadi 84 x/mnt. Pada klien tidak
ditemukan adanya kelainan maupun keluhan fisik yang dirasakan.
Dimensi Psikososial
1. Genogram
Keterangan
|
= Perempuan
|
|
|
|
= Meninggal
|
|
= Meninggal
|
|
= Orang yang tinggal serumah
|
|
= Klien
|
Klien merupakan anak tunggal, klien tinggal hanya bersama ibunya
2. Konsep kasus
a.
Identitas diri : Klien dapat menyebutkan identitas
dirinya yaitu nama,umur, jenis kelamin, pekerjaan dengan bebas.
b.
Harga diri : Klien sebelum mereka menilai
dirinya sebagai orang yang mengalami gangguan jika oleh karena itu klien tidak
malu kontrol karena malu
c.
Ideal diri : Klien berkeinginan kalau sembuh
klien ingin merawat dan membahagiakan kedua orang tuanya yang sakit.
d.
Gambaran diri : Klien memandang dirinya tidak ada
kalainan fisik
e.
Peran : Klien
berperan sebagai anak.
3. Hubungan sosial
Menurut klien
orang yang berarti adalah ibunya, dirumah klien kadang – kadang merasa tidak ada
hambatan dalam berhubungan/berinteraksi dengan orang lain.
4. Dimensi spiritual
Klien beragama
islam klien melakukan kewajiban sholat secara rutin 5 waktu dalam sehari, klien
berpandangan bahwa sakit adalah suatu cobaan / ujian dari tuhan.
Status
mental
1.
Penampilan S terkesan rapi
rambut klien rapi pakaian sering ganti bila merasa tidak pantas.
2.
Pembicaraan klien cepat, klien
bicara sendiri pembicaraan terarah tapi non realistik.
3.
Aktivitas motorik
Klien tampak
tenang tanpa menunjukan aktivitas motorik yang berlebihan yang berarti.
4.
Alam perasaan
.
5.
Afek datar
6.
Iteraksi selama wawancara
Kontak mata
klien kurang, klien meneriama kahadiran orang lain artinya klien tidak memusuhi
/ marah pada orang lain yang mendekati klien tidak berespon terhadap kehairan
orang.
7.
Persepsi
Terdapat
halusinasi penglihatan, klien seolah – olah sedang melihat artis atau tokoh
politik.
8.
Proses pikir
S mengalami
perubahan proses pikir sirkumtansial pembicaraan klien berbelit belit tapi
tidak mencapai tujuan.
9.
Isi pikir
Klien mengalami
gangguan isi pikir (obsesi) pikiran yang selalu muncul, walaupun klien berusaha
untuk menghilangkannya adanya halusinasi penglihatan. Ide pikir tidak jelas.
10. Tingkat kesadaran
.
11. Tingkat konsentrasi
Klien mudah
beralih berbicara dengan topik yang tidak menetap (berganti – ganti).
12. Kemampuan penilaian
Klien mengalami
gangguan ringan artinya klien masih mampu pengambilan suatu keputusan.
13. Memori
Klien tidak
mengalami gangguan daya ingat saat ini jangka panjang, pendek.
Kebutuhan
Persiapan Pulang
1.
Kemampuan klien memenuhi /
menyediakan kebutuhan klien hanya mampu memenuhi kebutuhan makanan dan keamanan
dalam pemenuhan kebutuhan yang lain klien masih membutuhkan bantuan orang lain.
2.
Kegiatan hidup sehari – hari
a.
Perawatan diri
Klien tidak
membutuhkan bantuan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
b.
Nutrisi
Klien tidak
mengalami perubahan pola mutrisi baik dirumah / di RS klien makan 3 x sehari
sesuai jadwal pemberian nafsu makan baik klien selalu menghabiskan porsi
makanan dari RS bahkan klien sering merasa kenyang .Klien tidak ada program
diit khusus di. RS.
c.
Tidur
Menurut ibu
klien. Klien ada masalah dalam tidur klien sulit tidur. Klien bangun terlalu
pagi yang menolong untuk tidur yaitu setelah klien minum obat.
3.
Klien masih mempuyai kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
4.
Klien memiliki sistim pendukung
Sistem pendukung klien yaitu ibunya.
Mekanismen
Koping
Pertahanan diri
(koping) yang digunakan dalam mengatasi masalah yaitu klien berusaha
………………………………………………………………..
Masalah
Psikososial dan Lingkungan
Tidak ada masalah
dengan dukungan kelompok, perumahan maupun perekonomian.
Aspek
Medik
Diagnosa medic : Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medik : Obat – obat :
|
-
Chlopromazine 2 x 100 mg
Terapi gerak : Klien mau ke ruang olah raga
dan mau melakukan aktivitas olah raga
Terapi aktivitas kerja : Klien mau ke ruang terapi kerja dan mau
melakukan aktivitas
X.
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
ANALISA DATA
DATA
|
MASALAH
KEPERAWATAN
|
S : Klien mengatakan hanya lulus SMA.
Klien mengatakan merasa dirinya dijauhi oleh teman-temannya. Mengatakan
merasa malu berhubungan dengan orang lain.
O : Menunduk dan kontak mata kurang
S: Mengatakan merasa malu berhubungan
berhubungan dengan orang lain.
O : Sering duduk menyendiri, ekspresi
wajah datar, menunduk dan kontak mata kurang, kepribadian skisoid.
S : -
O : Penampilan tidak rapi, memakai celana
pendek dan kotor, rambut tidak disisir, tidak mandi, tidak sikat gigi dan
lesu.
S : -
O : Bicara tidak sesuai topik, bicara
lambat, sulit memulai pembicaraan, menjawab pertanyaan dengan singkat.
S : Klien mengatakan dirinya sakit karena
dibuat oleh orang lain.
O : Proses pikir: bentuk non realistik,
arus asosiasi longgar, isi pikiran tidak memadai.
S : -
O : Minum obat perlu bantuan minimal,
Pemeliharaan kesehatan, Perawatan lanjutan, Sistem pendukung, Aktivitas di
dalam rumah, Mempersiapkan makanan, Menjaga kerapihan rumah, Mencuci pakaian,
Pengaturan keuangan : memerlukan bantuan minimal
S : Klien mengatakan mendengar bisikan di
telinganya
O : Diam dan menyendiri, menunduk dan
kontak mata singkat, kadang bicara sendiri
S : Mengatakan malu berhubungan dengan
orang lain
O
: Menyendiri dan berdiam diri
|
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Isolasi sosial : menarik diri
Sindroma defisit perawatan diri
Kerusakan komunikasi verbal
Perubahan proses pikir
Perubahan pemeliharaan kesehatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
dengar
Koping individu tidak efektif
|
POHON MASALAH
Kerusakan komunikasi verbal
Resiko
mencederai diri,orang lain dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori :
Halusinasi dengar
Core problem Perubahan proses
pikir
Isolasi Sosial : Menarik
diri
Harga Diri Rendah Koping individu tidak efektif
Stressor
Koping
keluarga Sindrom
defisit perawatan diri
Tidak efektif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar.
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
berhubungan dengan Isolasi sosial : menarik diri
3. Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan harga diri rendah.
4. Sindroma
defisit perawatan diri berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
C.
RENCANA Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
|
1
2
3
|
Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi
dengar.
Perubahan
persepsi sensori : Halusinasi dengar yang berhubungan dengan isolasi sosial :
menarik diri
Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
|
Tujuan
umum : Klien dapat melakukan komunikasi verbal dengan tepat dan benar serta
dimengerti oleh orang lain.
Tujuan
khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam
terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang, buat kontrak yang jelas dan tepati janji dan waktu.
2. Klien dapat mengenal
halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat
2.2
Observasi perilaku ( verbal dan non verbal ) yang berhubungan dengan
halusinasi.
2.3 Terima halusinasi sebagai hal yang
nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat.
2.4
Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi
halusinasi, dan frekwensi timbulnya halusinasi.
2.5 Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya ketika halusinasi muncul.
2.6
Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi.
3. Klien dapat
mengendalikan halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
3.1Identifikasi bersama klien tindakan
yang biasa dilakukan bila suara-suara tersebut ada.
3.2Beri penguatan dan pujian terhadap
tindakan klien yang positip.
3.3 Bersama klien merencanakan kegiatan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.
3.4
Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengendalikan
halusinasi. Contoh bicara dengan orang lain, melakukan kegiatan, mengatakan
pada suara saya tidak mau dengar.
3.5 Dorong klien untuk memilih cara yang
akan digunakannya dalam menghadapi halusinasi
3.6 Beri penguatan dan pujian terhadap
pilihan klien yang benar.
3.7
Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah
dipilih dalam menghadapi halusinasi
3.8 Diskusikan dengan klien hasil upaya
yang telah dilakukan.
3.9 Beri penguatan atas upaya yang
berhasil dan beri jalan keluar atas upaya yang belum berhasil.
4. Klien mendapat
dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
4.1 Bina hubungan saling percaya dengan
keluarga.
4.2 Kaji pengetahuan keluarga tentang
halusinasi dan tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.
4.3 Beri penguatan dan pujian terhadap
tindakan yang positif.
4.4
Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara merawat
klien di rumah.
4.5 Anjurkan keluarga mendemonstrasikan
cara merawat klien di rumah
4.6 Beri penguatan dan pujian terhadap
tindakan yang tepat.
5. Klien dapat menggunakan obat untuk
mengendalikan halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga
tentang obat untuk mengendalikan halusinasi.
5.2 Bantu klien untuk pastikan bahwa
klien minum obat sesuai dengan program dokter.
5.3 Observasi tanda dan gejala terkait
efek dan efek samping obat.
5.4 Diskusikan dengan dokter tentang
efek dan efek samping obat.
Tujuan
umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang
lain dalam lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah.
Tujuan kusus :
1.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan
keperawatan :
1.1
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik
2.
Klien dapat mengenal
perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial
Tindakan
keperawatan :
2.1
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.2 Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri
2.3
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang mungkin
2.4
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
3.
Klien dapat berhubungan
sosial dengan orang lain secara bertahap.
Tindakan
keperawatan :
3.1
Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku
menarik diri
3.2
Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain : klien – perawat,
klien kelompok kecil, klien – keluarga.
3.3
Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
3.4
Bantu klien mengevaluasi manfaat dari berhubungan
3.5
Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan di ruangan
3.6
Beri pujian atas keikutsertaan klien dalam kegiatan di ruangan..
4.
Klien mendapat dukungan
keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan dengan orang
lain
Tindakan
keperawatan :
4.1
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
4.2
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :perilaku menarik diri, penyebab
perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri
tidak ditangani, cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri
4.3
Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
4.4
Beri reinforcement positip atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga..
Tujuan
Umum :
Klien
dapat berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri secara bertahap
Tujuan
Khusus :
7.
Klien dapat memperluas kesadaran diri
1.1
Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali
pertemuan.
Tindakan
perawatan :
1.Diskusikan
dengan klien kelebihan yang dimilikinya.
8.
Diskusikan dengan klien kelemahan yang dimilikinya.
9.
Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua
memiliki kelebihan dan kekurangan.
10. Beritahu klien bahwa
kekurangan bisa ditutup dengan kelebihan yang dimilikinya.
11. Anjurkan klien untuk
lebih meningkatkan kelebihan yang dimilikinya.
12. Beritahu klien bahwa ada
hikmah dibalik kekurangan yang dimilikinya.
2.
Klien dapat menyelidiki dirinya
2.1
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya
setelah satu kali pertemuan.
Tindakan
perawatan :
1.Diskusikan
dengan klien ideal dirinya: Apa harapan selama di RS, rencana klien setelah
pulang, dan apa cita-cita yang ingin dicapai.
2.
Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya.
3.
Beri kesempatan klien untuk berhasil
4.
Beri reinfocement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
3.
Klien dapat mengevaluasi dirinya.
3.1
Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah satu kali
pertemuan.
Tindakan
perawatan :Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau keinginan yang berhasil
dicapainya dan kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut.
3.2
Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 1 kali
pertemuan.
Tindakan
perawatan : Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab-sebab
kegagalan, kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara
mengatasi, Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi
pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa yang akan
datang.
4.
Klien dapat membuat rencana yang realistis
4.1
Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah satu kali pertemuan.
Tindakan
perawatan : Bantu klien memutuskan tujuan yang ingin dicapai, Diskusikan
dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien, Bantu klien
memilih perioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya.
4.2
Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan.
Tindakan
perawatan : Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah
dipilih, Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien,
Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok, Beri reinforcement
positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok.
5.
Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya.
5.1
Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah : Mengatakan diri
tidak berharga, Tidak berguna dan tidak mampu, Pesimis dan Menarik diri dari
realita.
Tindakan
keperawatan : Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah,
Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan tiap
anggota keluarga, Diskusikan dengan keluarga cara berespons terhadap klien
dengan harga diri rendah seperti menghargai klien, tidak mengejek dan tidak
menjauhi, Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada
klien, Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa adanya, Anjurkan keluarga
untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga.
|
4
|
Difisit
perawatan diri berhubungan dengan koping individu tidak efektif
|
Tujuan
Umum :
Klien
mampu merawat diri sehingga penampilan diri menjadi adekuat
Tujuan
Khusus :
1.
Klien dapat mengindentifikasi koping individu yang adaptif
dan maladaptif.
a.
Dorong klien mengungkapkan perasaannya jika menghadapi
masalah.
b.
Dengar ungkapan klien dengan penuh perhatian dan empati.
c.
Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang
positif.
d.
Diskusikan bersama klien untuk memilih jenis koping yang
adaptif. Contoh : Bicara dengan orang lain, olah raga, atau aktivitas yang
yang konstruktif.
2. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
dalam menghadapi masalah.
a. Dorong klien untuk
melakukan koping yang adaptif pada saat menghadai masalah. Kaji tentang
tingkat pengetahuan keluarga tentang kebutuhan perawatan diri klien.
b.
Beri penguatan dan pujian atas upaya yang berhasil dan beri jalan
keluar atas upaya yang belum berhasil.
|
D. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Tanggal
1-10-02
09.00-09.15
12.00-12.15
2-10-2002
09.00-09.15
8-10-2002
09-09.15
9-10-2002
09.00-09.15
10-10-2002
09.00-09.15
|
No. Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
DX.I
TUK.1
TUK.2
|
Salam terapeutik “ selamat pagi
dik,… ( ekspresi datar, tidak menjawab )
- Memperkenalkan diri
- Berjabat tangan
- duduk berhadapan
- mengingatkan kontrak
- menunjukkan sikap empati
“Nama saya Subhan, saya mahasiswa
PSIK, praktek disini selama satu bulan dari hari senin – jumat, nama saudara
siapa… dan suka dipanggil apa…? Bersama perawat disini saya akan merawat
pasien lain juga saudara, apakah saudara mempunyai masalah, ada yang
difikirkan? Saya akan membantu saudara”
- Salam terapeutik “Selamat siang
…S “
- Mengingatkan kontrak, topik,waktu
dan tempat
“ Apakah S masih ingat pertemuan kita tadi pagi,
pertemuan sekarang akan membicarakan
apa?”
- Mengevaluasi kemampuan klien
TUK 1, “Apakah ..S ..masih
ingat nama saya ?
- Membantu klien mengidentifikasi situasi yang menyebabkan halusinasi.
“ Apakah S
mendengar suara-suara.”
“ Pada saat S sedang apa
suara-suara itu terdengar, apa isi suara itu.”
- Mendorong klien mengungkapkan perasaannya pada saat halusinasi. “
Bagaimana perasaan S pada saat mendengar suara-suara itu.”
- Memberikan pujian kepada klien atas ungkapannya selama interaksi.
“Bagus S tadi sudah
mengungkapkan apa yang S rasakan selama ini”
- Menyimpulkan kemampuan klien selama interaksi.
“ S tadi mengatakan sering
mendengar suara-suara bisikan yang berkata-kata akan menyiksa anakku, tetapi
suara itu hanya S yang mendengar, saya, perawat dan pasien lain tidak
mendengarnya, itu yang namanya halusinasi.”
- Mengakhiri pertemuan, “Baiklah S…pertemuan kita cukup disini.”Tanggal
2- 10 – 2002 jam 09.00-09.15 dengan topik cara mengontrol halusinasi, apakah
ibu setuju?
|
S : Nama saya S, saya suka
dipanggil S
O : Bicara lambat, kontak mata
kurang, suara pelan, sering menunduk dan terkesan pendiam, ekspresi datar.
A : Hubungan saling percaya perlu
ditingkatkan
P : Pertemuan berikut pukul 12.00
topik mengenal halusinasi.
S
Saya mendengar suara-suara yang berkata-kata akan menyiksa anakku.
O ; Bicara lambat, kontak mata
kurang, klien sering menunduk, kadang bicara sendiri, tidak sesuai stimulus.
A : Klien mengenal halusinasi perlu
ditingkatkan.
P
: Pertemuan berikut tanggal 2-10-2002 jam 09.00-09.15 dan kita akan
bicarakan tentang cara mengontrol halusinasi.
|
|
|
TUK.3
TUK.4
12.00-12.30
DX.2
TUK.1.
|
- Salam terapeutik “ selamat pagi
S….?”
- Mengingatkan kontrak, topik,
waktu dan tempat.
“Apakah S masih ingat pertemuan kita tanggal
1-10-2002, pertemuan sekarang akan
membicarakan apa?
- Mengevaluasi kemampuan klien pada TUK sebelumnya, “ Apakah S masih
ingat apa itu halusinasi?”
- Mengkaji tindakan apa yang biasanya dilakukan klien untuk mengontrol
halusinasi, “ Selama ini apa apa yang dilakukan oleh S untuk mengontrol
halusinasi.”
- Mendiskusikan dengan klien cara untuk memutus ( mengontrol halusinasi
)
“Untuk mengontrol halusinasi
itu ada empat cara, pertama harus berani melawan halusinasi dengan mengatakan
“tidak” mau mendengar suara itu lagi, kedua, dengan melakukan banyak
aktifitas ( menyapu, aktivitas olaraga, aktivitas kelompok ) ketiga, meminta
tolong perawat/keluarga bila sedang halusinasi, keempat, minum obat teratur.”
- Meminta klien mengulangi apa yang sudah dijelaskan : “Coba ulangi
S….apa yang sudah saya jelaskan tadi.”
- Memberikan pujian atas kemampuan klien selama pertemuan, “S tadi
sudah bisa menyebutkan cara untuk memutuskan halusinasi, itu sudah bagus
sekali, nanti S bisa coba.”
- Mengakhiri kontrak, “Baiklah bu…pertemuan kita cukup sekian.”
- Mengadakan kontrak untuk pertemuan berikutnya topik, tempat dan
waktu, “S bagaimana jika pertemuan kita lanjutkan nanti siang pukul
12.00-12.15 wib kita akan bicarakan tentang gunanya obat untuk mengontrol
halusinasi apakah S setuju?
-Salam terapeutik, “Selamat siang S ..?”nampaknya S sedang menunggu
saya?
-Mengingatkan kontrak, topik dan waktu. “Apakah S masih ingat, kita
akan membicarakan apa siang ini?
- Mengevaluasi kemampuan klien tentang TUK sebelumnya, “Apakah S masih
ingat cara mengontrol halusinasi?
- Mengobservasi respon verbal dan
non verbal saat ini.- Mendiskusikan dengan klien macam obat yang dimakan
:“Saat ini S makan obat 3 macam , namanya
CPZ (warnanya kuning orange) dan
minumnya 2 kali 100 mg/ hari,
Trifluperazine (warnanya putih) 2 x
5 mg/hari dan
Tryhexypheridin 2 x 2 mg/hari (
warna …………)
dan guna obat adalah untuk menekan
suara-suara dan mengendalikan emosi.- Meminta klien untuk mengulangi seperti
apa yang telah didiskusikan.”Coba sekarang
S ulangi apa yang sudah kita diskusikan tadi.”Memberikan pujian atas
kemampuan klien mengungkapkan kembali hasil diskusi,”Bagus S..sudah dapat
menjelaskan dengan baik, berarti S sudah mengetahui guna obat.”
|
S : Klien mengatakan untuk
mengontrol halusinasi ada empat cara. Pertama, harus berani mengatakan
“tidak” mau mendengar suara-suara, kedua harus aktifitas misalnya mengikuti
kegiatan terapi olraga, musik dan kelompok di ruangan, ketiga, minta tolong
sama suster/perawat/keluarga kalau mendengar suara-suara, keempat, minum obat
teratur.
O : Ada kontak mata tapi kurang,
mulai bicara tapi masih sulit dan lambat, orientasi klien dalam pembicaraan
mulai sesuai topik, ekspresi tenang.
A
: TUK 3 tercapai klien dapat menyebutkan cara memutus (mengontrol
halusinasi ).
P
: Pertemuan berikut nanti siang pukul 12.00-12.15 dengan topik guna
obat untuk mengontrol halusinasi.
S : Klien dapat mengenali macam dan
jumlah obat yang dimakan, klien menyebutkan guna obat, klien mengatakan akan
makan obat sesuai dengan peraturan dokter.
O
: Klien memperlihatkan obat yang akan diminum, klien makan obat siang
setelah makan siang.
A
: TUK 4 tercapai klien dapat menyebutkan jenis,nama obat dan guna obat
untuk mengontrol halusinasi.
P : Pertemuan berikutnya tanggal 3
– 10 -2002 pukul 09.00-09.15 yaitu menjelaskan pada keluarga agar klien
mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi.
|
|
|
TUK.5
3-10-2002
09.00-09.30
|
- Menyampaikan salam “ Selamat pagi
bu…?”
memperkenalkan diri,menyampaikan
tujuan keluarga mendukung klien dalam hal mengontrol halusinasi dan
mendengarkan ungkapan keluarga dengan empati.
- Mengenalkan kepada keluarga
tentang masalah halusinasi :
pengertian halusinasi, sebab
tibulnya halusinasi, tanda dan gejala, saat timbulnya, frekwensi dan isi
- Membantu keluarga dalam
memutuskan tindakan terhadap masalah halusinasi, dengan menjelaskan akibat
dari halusinasi yang tidak terkontrol.
- Mengajarkan pada keluarga cara
merawat klien halusinasi
- Menjelaskan tentang cara
memutuskan halusinasi yaitu :
-
Keluarga harus membantu klien saat klien meminta bantuan
-
Memberikan kegiatan di rumah
-
Menjamin diminumnya obat oleh klien di rumah
- Menganjurkan kepada keluarga
menciptkan lingkungan yang mendukung tidak munculnya halusinasi.
- Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya kontrol ke rumah sakit untuk mengetahui perkembangan penyakitnya
- Mengevaluasi kemampuan keluarga
tentang cara merawat klien dengan halusinasi
- Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga mengungkapkan kembali apa yang dijelaskan selama pertemuan
- Meminta keluarga terlibat aktif
dalam proses keperawatan selama di rumah sakit.
-Mengakhir pertemuan, “Baiklah bu…pertemuan kita cukup
disini.”Mengadakan kontrak untuk pertemuan berikutnya, topik,waktu dan
tempat. “Besok jam 09.00-09.15 tanggal 4-10-2002 kita akan bicarakan tentang
mengenal perasaan yang menyebabkan S menarik diri.
|
S : - Halusinasi : persepsi yang
salah tanpa rangsangan dari luar
- Tanda-tandanya : bicara
sendiri, tertawa sendiri, marah tiba-tiba.
- Timbul saat
menyendiri/melamun, tidak timbul saat ada kegiatan
- Memutuskan untuk mengatasi
segera halusinasi untuk mencegah bahaya kekerasan atau bicara yang melantur.
- Memberikan kegiatan rumah sehari-hari atau
jika di rumah sakit mengajak klien untuk mengikuti kegiatan di ruangan
misalnya terapi olah raga, musik, kelompok dan tidak memberi peluang klien
untuk menyendiri.
- Membantu suasana rumah
yang menyenangkan klien.
- Mengikutsertakan klien
dalam aktifitas keluarga, akan bersama, ngobrol bersama.
- Membawa klien klien untuk
kontrol teratur ke rumah sakit jika sudah pulang dan memastikan tidak pernah
putus obat.
O : Keluarga dapat dengan
lancara menjelaskan kembali kemampuannya selama diskusi.Keluarga nampak
antusias mendengarkan dan dan bertanya tentang hal yang belum diketahui.
A : TUK 5 tercapai keluarga dapat menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
oleh perawat setelah diskusi.
P : Mengakhiri pertemuan,
“Baiklah bu…pertemuan kita cukup disini.”Mengadakan kontrak untuk pertemuan
berikutnya, topik,waktu dan tempat. “Besok jam 09.00-09.15 tanggal 4-10-2002
kita akan bicarakan tentang mengenal perasaan yang menyebabkan S menarik
diri.
|
|
|
TUK.2 dari DX.2
4-10-2002
09.00-09.15
TUK.3
12.00-12.20.
|
Salam terapeutik “ selamat pagi
S.”Nampaknya anda sedang menunggu saya?
- Mengingatkan kontrak, topik,
waktu dan tempat.
“Apakah S masih ingat pertemuan
kita tanggal 3-10-2002, pertemuan pagi ini apa yang akan kita
diskusikan?waktunya 15 menit.
- Mengevaluasi kemampuan klien
untuk TUK-TUK sebelumnya.
- Memberikan pujian atas kemampuan
klien mengungkapkan kemampuannya.
- Mengobservasi respon klien verbal
tentang perilaku menarik diri : “Apa yang menyebabkan S menarik diri, sering
duduk sendiri.”
- Menjelaskan pada klien
tanda-tanda perilaku menarik diri : memisahkan diri dari orang lain saat
makan, tidak aktif dan tidak mau bekerja, tidak mau bicara dengan orang lain,
sering menunduk dan kontak mata kurang.
-Memberi pujian terhadap kemampuan
klien yang telah diungkapkan. “Bagus …S tadi sudah mengungkapkan perasaannya
tentang alasan S menarik diri dari
pergaulan.”
-Menyimpulkan hasil pertemuan hari
ini.
- “Sekarng S telah mengetahui
tanda-tanda orang menarik diri, penyebabnya saya harapkan S bisa mencoba
menghindari hal tersebut diatas.
- Mengakhiri pertemuan :”S..kita
akhiri pertemuan kita pagi ini saya harap ketemu lagi besok pagi dengan topik
manfaat bergaul, S setuju?”
-Mengakhiri pertemuan perawat
permisi.
- Salam terapeutik “ Selamat siang
S. Apakah anda masih ingat pertemuan kita jam 09.00-09.15 tadi pagi ? Apakah
S ingat topik yang sudah kita setujui untuk didiskusikan jam 12.00 – 12.20 ?
- Mengevaluasi kemampuan klien
tentang TUK 2 yaitu alasan klien suka
menyendiri.
-Memberi pujian atas kemampuan
klien mengungkapkan pendapatnya.
-Mengobservasi respon verbal dan
non verbal saat ini
-Mendiskusikan manfaat berhubungan
dengan orang lain: dengan bergaul dapat berbagi cerita, perasaan, pengalaman,
tidak merasa sepi, dapat membantu memecahkan masalah.
-Membantu klien menyebutkan kembali
manfaat bergaul
-Memberikan pujian karena klien
dapat mengungkapkan pendapatnya dengan benar.
-Menyimpulkan kemampuan klien
selama pertemuan.
-Mengakhiri pertemuan: “S..kita
akhiri pertemuan kita siang ini,
kira-kira kapan kita bisa ketemu lagi membahas bagaimana cara bergaul.”
-Mengakhiri pertemuan perawat
permisi
|
S : Selamat pagi pak.., saya malu
bergaul pak dengan orang lain.
O : Ekspresi datar, kontak mata
kurang,bicara pelan, klien kalau diajak dan ditemani perawat untuk mengikuti
kegiatan diruangan selalu ikut dan aktif terlibat dalam kegiatan.
A
: TIK 2 tercapai dimana klien dapat mengungkapkan perasaan menarik
diri dengan tidak dibantu perwat.
P
:Pertemuan berikutnya jam 12.00-12.20 dengan topik manfaat
bergaul/berhubungan dengan orang lain.
S :Selamat siang pak Subhan..kita
sekarang bicara apa pak..saya lupa.Dengan bergaul jadi banyak teman, saya sudah kenal sama
teman teman Somi.Saya dulu sekolah punya banyak teman sekarang tidak.Saya
kalau bergaul malu.
O : Klien bicara lancar dan sesuai
dengan topik diskusi, ekspresi masih datar,terlibat aktif dalam kegiatan
terapi kelompok, musik dan olahraga di ruangan.
A
: TUK 3 tercapai dimana klien dapat mengungkapkan manfaat bergaul
dengan bantuan perawat.
P
: Pertemuan berikutnya tanggal 5-10-2002 jam 09.00-09.20 dengan topik
kemampuan yang ada pada diri klien yaitu kekurangan dan kelebihan.
|
|
TUK.1 dari DX.3
5-10-2002
09.00-09.20
TUK.2
Dari
DX.3
5-10-2002
12.00-12.20
|
Salam terapeutik :
“Selamat pagi S ..
- Mengingatkan kontrak, topik, dan
waktu “Apakah S masih ingat, kita sekarang ingin bicarakan apa? Waktunya 20
menit.
- Mengobservasi respon klien verbal
dan non verbal.
- Mendiskusikan kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki klien” Selama di rumah sakit ini, kegiatan apa yang
bisa S kerjakan?”Saya percaya S mengetahui bahwa manusia tidak sempurna,
pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. “Sebenarnya kekurangan yang dimiliki
oleh S dapat ditutupi dengan kelebihan yang S miliki.Saya menganjurkan kepada
S bila nanti di rumah ( pulang ) agar S dapat meningkatkan kelebihan yang S
miliki, seperti yang telah S katakan tadi.
- Menyimpulkan hasil pertemuan “S
tadi telah mengungkapkan kelebihan yang dimiliki S dan juga kekurangannya
dengan demikian S telah mampu menilai diri sendiri, kelebihan yang S miliki
dapat menutup kekurangan.
- Mengakhiri pertemuan dan
menyepakati kontrak berikutnya, “S..jam 12.00-12.20 tanggal 5-10-2002 kita
bicarakan tentang menyelidiki diri dan apakah S setuju?
-Mengucapkan salam terapeutik :
“Selamat siang S…? Apakah masih ingat perjanjian tadi pagi bahwa siang ini
kita akan bicarakan apa?
-Mengevaluasi kemampuan TUK sebelumnya
terutama tentang kemampuan yang dimiliki klien.
- Mengobservasi respons klien
verbal dan non verbal saat ini.
-Menanyakan pada klien apa
harapannya selama dirawat, dan apa rencananya setelah pulang.
-Membantu klien mengembangkan
keinginan dan kemampuan yang dimiliki klien.”Saya percaya S masih memiliki
kesempatan latihan asalkan mau latihan lebih banyak lagi di rumah sehingga
main bulutangkis atau tenis mejanya lebih baik lagi.”
- Mengakhiri pertemuan dengan klien
karena jam 13.00 klien akan pulang dengan persetujuan medik. Mengucapkan
terima kasih dan memberikan pujian yang realistis pada klien karena selama di
RS klien dapat bekerjasama dengan perawat dan terlibat dalam kegiatan di
ruangan. Mengigatkan pada klien dan keluarga agar sampai di rumah obat yang
telah diberikan dokter dapat diminum dengan teratur dan sesuai dosis, yaitu
CPZ 2x100 mg, Trifluperazine 2x5 mg, Tryhexypheridin 2x2 mg. Mengukur tanda
vital sebelum pulang tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 100x/menit, suhu :
37oC, dan RR : 22 x/menit.
|
S : Selamat pagi pak…Klien
mengatakan saya bisa main bulu tangkis dan tenis meja, tapi tidak bisa main
catur..
O : Klien menjawab singkat
menunduk,bicara pelan, kontak mata singkat.
A : Klien mampu mengungkapkan
kelebihan dan kelemahan dirinya.
P
: Pertemuan jam 12.00-12.20 tanggal 5-10-2002 tentang menyelidiki
diri.
S : Klien mengatakan saya sudah
ingin cepat pulang, nanti kalau pulang saya mau bermain bulu tangkis atau
tenis meja.
O : Bicara lancar, ekspresi tenang,
kontak mat cukup.
A : Klien mampu mengungkapkan
tentang dirinya dengan bantuan perawat, namun perlu ditingkatkan.
P
: Rencana berikut tidak dilanjutkan karena pasien di pulangkan. Ada
beberapa topik diskusi/ TUK yang belum tercapai yaitu membuar rencana yang
realistik,mengidentifikasi koping yang adaptif dan maladaptif, menggunakan
koping yang adaptif.
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon