KONSEP
PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN:
TUMOR
OTAK ( S O P )
A.
KONSEP PENYAKIT
1.
Pengertian
Tumor otak
adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh
di otak, meningen dan tengkorak.
2.
Etiologi
a.
Riwayat trauma kepala
b.
Faktor genetik
c.
Paparan bahan kimia yang bersifat
carsinogenik
d.
Virus tertentu
3.
Patofisiologi
Tumor otak
terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat
cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang
mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan
neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
Tumor
otak
Oedema otak Peningkatan massa Obstruksi cairan
otak
cerebrospinal
Perubahan suplai Hidrosefalus
Darah ke otak Kompensasi
1.
Vasokontriksi pemb.drh otak
2.
Mempercepat absorpsi
Cairan
serebrospinalis
Nekrosis jaringan
Kehilangan fungsi Gagal
secara akut
Kejang Peningkatan TIK Nyeri
Perubahan perfusi jaringan
otak
a.
Nyeri kepala
b.
Mual muntah
proyektil Defisit
knowledge
c.
Hipertensi
d.
Bradikardi
e.
Kesadaran menurun
4.
Klasifikasi
a.
Berdasarkan jenis tumor
1)
Jinak
·
Acoustic neuroma
·
Meningioma
·
Pituitary adenoma
·
Astrocytoma (grade I)
2)
Malignant
·
Astrocytoma (grade 2,3,4)
·
Oligodendroglioma
·
Apendymoma
b.
Berdasarkan lokasi
1)
Tumor intradural
a)
Ekstramedular
·
Cleurofibroma
·
Meningioma
a)
Intramedular
·
Apendymoma
·
Astrocytoma
·
Oligodendroglioma
·
Hemangioblastoma
2)
Tumor ekstradural
Merupakan
metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru –
paru, ginjal dan lambung.
5.
Manifestasi Klinis
a.
Nyeri kepala
Nyeri
bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat
sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas,
yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
b.
Nausea dan muntah
Akibat
rangsangan pada medula oblongata
c.
Papiledema
Stasis vena
menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identifikasi faktor resiko paparan
dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b.
Identifikasi tanda dan gejala yang
dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan
double.
c.
Identifikasi adanya perubahan
perilaku klien.
d.
Observasi adanya hemiparase atau
hemiplegi.
e.
Perubahan pada sensasi:
hyperesthesia, paresthesia.
f.
Observasi adanya perubahan sensori:
asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal
objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik),
agraphia (tidak mampu menulis).
g.
Observasi tingkat kesadran dan
tanda vital.
h.
Observasi keadaan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
i.
Psikososial: perubahan kepribadian
dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
j.
Laboratorium:
1)
Jika tidak ada kontraindikasi:
lumbal puncti.
2)
Fungsi endokrin
k.
Radiografi:
1) CT
scan.
2) Electroencephalogram
3) C
- ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan perfusi jaringan otak b/d
kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
b.
Nyeri b/d peningkatan tekanan
intrakranial.
c.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
3.
Rencana Intervensi
a.
Perubahan perfusi jaringan otak b/d
kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data
penunjang: peruabhan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon
sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria
hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda
peningaktan TIK.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Pantau status neurologis secara
teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
·
Pantau tanda vital tiap 4 jam.
·
Pertahankan posisi netral atau
posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
·
Pantau ketat pemasukan dan
pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
·
Bantu pasien untuk
menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang
dipaksakan/mengejan.
·
Perhatikan adanya gelisah yang
meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
·
|
· Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial
peningaktan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan
perkembangan kerusakan SSP.
· Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil.
Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral
lokal dan menyeluruh.
· Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan
menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
· Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan.
· Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen
yang dapat meningkatkan TIK.
· Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau
mennadakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya
secara verbal.
|
b.
Nyeri b/d peningkatan tekanan
intrakranial.
Data
penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak
terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria
hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku
untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Teliti keluhan nyeri: intensitas,
karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
·
Observasi adanya tanda-tanda
nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
·
Instruksikan pasien/keluarga
untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
·
Berikan kompres dingin pada
kepala.
|
·
Nyeri merupakan pengalaman
subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
·
Merupakan indikator/derajat nyeri
yang tidak langsung yang dialami.
·
Pengenalan segera meningkatkan
intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
·
Meningkatkan rasa nyaman dengan
menurunkan vasodilatasi.
|
c.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
Data
penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku yang tidak tepat.
Kriteria
hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan,
memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Diskusikan etiologi individual
dari sakit kepala bila diketahui.
·
Bantu pasien dalam
mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.
·
Diskusikan mengenai pentingnya
posisi/letak tubuh yang normal.
·
Diskusikan tentang obat dan efek
sampingnya.
|
· Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah
proses penyembuhan.
· Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah
berulangnya serangan.
· Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat
menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
· Pasien mungkin menjadi sangat
ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.
|
Bahan bacaan:
1.
Arthur
C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2.
Carolyn
M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3.
Marylin
E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN ANAK ST. RML DENGAN TUMOR OTAK ( S O P ): TUMOR FOSSA POSTERIOR MEDULO
BLASTOMA
DI
RUANG SYARAF A, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL
21-23 JANUARI 2002
A.
PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :
Siti Romlah Tgl MRS : 5 Desember 2001
Umur :
5 tahun Register : 10110587
Jenis kelamin : Perempuan Diagnose :Tu.fossa post.meduloblastoma
Suku Bangsa : Madura
Agama :
Islam
Pekerjaan : --
Pendidikan : --
Alamat :
Desa Duko, Rubane, Sumenep
Identitas orang tua:
Nama Ibu : Marwati Nama
ayah : Abu Fadlal
Umur :
25 tahun Umur : 35 tahun
Pendidikan : tidak sekolah Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Tani Pekerjaan : Tani
Agama :
Islam Agama : Islam
Alamat :
i d e m Alamat : i d e m
Alasan di rawat : Pembesaran kepala sejak 2 bulan yll ( mulai bulan Oktober)
disertai dengan sakit pada kepala, anak sering jatuh dan jalannya sempoyongan.
Keluhan utama : Pembesaran pada kepala dan keluhan sakit kepala.
sebelumnya : Sejak 2 bulan yll, keluarga mulai merasakan kepala anak
St. Mebesar. Anak St.sering mengeluhkan
kepalanya sakit, mual (+), muntah – muntah (+), kejang (-), BAB dan BAK
dikeluhkan sulit. Anak St. mulai tidak bisa menoleh karena nyeri yang hebat,
jalan mulai terlihat goyang dan anak St.sering terjatuh. Keluarga memeriksakan
anak St.di puskesmas terdekat, dan dirujuk ke RSUD Sumenep. Oleh pihak RSUD,
anak St.disarankan untuk berobat ke RSUD Dr. Soetomo. Pada tanggal 5 Desember
2001, anak St.MRS di ruang Saraf A dengan diagnosa hydrocephalus dan susp.
SOP.Therapi yang diberikan: Dexamethason inj 3 x 1/2 amp, cimetidine 2x1/2 amp,
diet TKTP, obs GCS dan VS. Pada tanggal 8 Desember 2001, anak St. kejang-kejang
tonik sebanyak 3 kali dan diberi terapi Dilantin 3x1 kaps. Tgl 14 Desember 2001
dilakukan CT scan dengan hasil: ditemukan massa dengan ukuran 4,7 x 4,7 x 5 x 0,5
cm pada ventrikel IV yang menyebabkan communicating hydrocephalus dengan adanya
oedem cerebri yang luas. DD: meduloblastoma / apendimoma. Pada tgl 22 Desember
2001 dilakukan pemasangan VP shunt untuk mempercepat absorbsi liquor.Tgl 7
Januari 2002, anak St. dikonsulkan ke Cardiologi anak karena ditemukan aritmia
pada ECG. Tgl 14 Januari 2002 dilakukan excisi jaringan tumor melalui operasi
trepanasi serta sebagian kecil jaringan tumor diperiksakan ke PA untuk
memastikan jenis tumor (hasil sampai saat ini belum). Terapi setelah trepanasi
: IVFD D5 ½ NS 1000 cc, Ceftriaxon 1x1 gr iv, Valtrian 3x1/2 amp, Dexa 3x1/2
amp, Rantin 3x1/2 amp, Manitol 4x50 cc/kg BB. Tgl 16 Januari 2002 anak St.
dipasang tracheostomy karena keluhan distres nafas setelah dikonsulkan ke bagian
bedah. Pada saat pengkajian anak St. terpasang tracheostomy, ma/mi mau per
oral, mual (-), muntah (-), kejang (-), sesak (+), sekret (+), penglihatan
kabur (+), terpasang catheter dower, BAB (+) 1x per hari konsistensi padat,
kebutuhan ADL dibantu, nyeri luka post op (+), posisi tidur head up 300.
Terapi pada saat pengkajian tgl 21 Januari 2002 pukul. 11.30 WIB adalah: inj
Novalgin 3x1/2 amp, Ceftriaxon 1x1 gr, Dilantin 3x1 (30 mg) caps.
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya : panas, batuk, pilek, trauma (-).
2.2 Riwayat penyakit sekarang : --
2.3 Riwayat kesehatan keluarga : pernikahan ayah dan ibu anak St. adalah
pernikahan antar saudara (sepupu jauh dimana ibu dari ibu Marwati bersaudara
sepupu dengan ibu dari ayah Abu Fadlal) Penyakit keturunan dalam keluarga
(hipertensi, ginjal, kencing manis ) disangkal.
Genogram:
Keterangan: = laki-laki = anak I dgn
autisme
=
perempuan = anak St. =tinggal satu rumah.
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan:
menurut keluarga, keadaan lingkungan rumah cukup bersih.
2.5 Riwayat perkembangan anak St : anak St. lahir di dukun bayi,
spontan, menangis, BBL tidak diketahui, menyususi sampai umur 25 bulan, imm
lengkap di puskesmas, mulai belajar berjalan umur 1,5 tahun, setelah itu mulai
mulai belajar bicara. Menurut keluarga sejak kecil anak St. jarang sakit tidak
seperti kakaknya (umur 10 tahun) sejak kecil umur 4 bulan tidak bisa melihat
dan mendengar, hyperaktif, sering bermain menyendiri, bicara sendiri.
2.6 Alat bantu yang dipakai
Gigi palsu : --
Kaca mata :--
Pendengaran :--
Lain-lain :--
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : GCS: E4V5M6, komunikasi (-), bicara tidak jelas, karena klien
terpasang tracheostomy.
2. Tanda vital : S: 38,40C, N: 120 x/mnt, RR: 32
x/mnt.
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung : tersumbat.
Trachea : terpasang tracheostomy, sekret (+), sesak
(+)
Dada : pergerakan dinding thoraks (+), simetris.
- Bentuk : simetris
- Gerakan : simetris
Suara nafas dan lokasi : wheezing (-), suara redup (+)
Jenis nafas : spontan
Batuk : ++
Sputum : ++
Cyanosis : --
Frekwensi nafas : 32 x/mnt
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : --
Pusing : --
Kram kaki : --
Sakit kepala : ++
Palpitasi : --
Clubing finger : --
Suara jantung : sinus rythem.
Edema :
--
Kapilari refill : dbn, 2 dtk
Lainnya : --
3.3 Persarafan
Kesadaran : CM
GCS :
E4V5M6
Kepala dan wajah : bekas luka operasi pemasangan VP
shunt sudah kering, luka op trepanasi (+) belum kering.
Mata :
penglihatan kabur, visus 1/6
Sklera :
putih, hiperemis (-)
Konjunctiva : merah muda, anemis (-)
Pupil :
isokor.
Leher :
terpasang tracheostomy.
Reflek fisiologis : patela (+), biceps/triceps (+)
Reflek patologis : babinsky (+).
Pendengaran : dbn
Penciuman : dbn
Pengecapan : dbn
Penglihatan : kabur, visus 1/6
Perabaan : dbn
Lainnya :
--
3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine
Produksi urine : 500 cc- 700 cc
Warna urine : kuning jernih
Gangguan saat kencing : --
Lainnya :--
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut :
dbn
Tenggorokan : --
Abdomen : peristaltik (++), bentuk simetris, bekas luka op VP
shunt (kering).
Rectum : dbn.
Bab :
dbn, feses padat.
Obat pencahar : --
Lavement :--
Lain-lain :--
3.6 Tulang – Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: 5
5
4 4
Extremitas : taki terpasang penvlon.
- Atas : --
- Bawah :--
- Tulang belakang :--
Kulit:
- Warna kulit : sawo matang
- Akral : hangat
- Turgor : baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : --
Karakteristik seks sekunder:--
Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan
fisik: --
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang
lalu: --
Type darah: O
3.9 Reproduksi
Laki – laki: --
Perempuan: dbn
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
-
Tanggapan
tentang tubuh: --
-
Bagian
tubuh yang disukai:--
-
Bagian
tubuh yang tidak disukai:--
-
Persepsi
thd kehilangan bagian tubuh:--
-
Lainnya,
sebutkan:--
Identitas:
-
Status
klien dalam keluarga:anak kedua.
-
Kepuasan
klien thd status dan posisi dlm keluarga: --
-
Kepuasan
klie thd jenis kelamin:--
-
Lainnya,
sebutkan:--
Peran:
-
tanggapan
klien thd perannya:--
-
Kemampuan/kesanggupan
klien melaksanakan perannya:--
-
Kepuasan
klien melaksanakan perannya:--
Ideal diri/harapan:
-
harapan
klien thd:
= Tubuh:--
= Posisi (dlm pekerjaan):--
= Status dlm keluarga:--
= Tugas/pekerjaan:--
-
Harapan
klien thd lingkungan:--
-
Harapan
klien thd penyakit yg diderita:ingin cepat sembuh dan bisa pulang.
Harga diri:
-
Tanggapan
klien thd harga dirinya:--
-
Lainnya,
sebutkan:--
Sosial/interaksi:
-
Hubungan
dengan klien: orang tua
-
Dukungan
keluarga: baik
-
Dukungan
kelompok/teman/masyarakat:baik
-
Reaksi
saat interaksi: komunikasi kooperatif, jelas dan terarah.
-
Konflik
yang terjadi terhadap:--
3.11 Spiritual:
-
Konsep
tentang penguasa kehidupan: Tuhan SWT
-
Sumber
kekuatan/harapan saat sakit: Tuhan SWT
-
Ritual
agama yg berarti/diharapkan saat ini: sembahyang (sholat).
-
Sarana/peralatan/orang
yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: --
-
Upaya
keseatan yang bertentangan dgn keyakinan agama:--
-
Keyakinan/kepercayaan
bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: yakin Tuhan
akan membantu penyembuhan.
-
Keyakinan/kepercayaan
bahwa penyakit dapat disembuhkan: yakin.
-
Persepsi
thd penyebab penyakit: karena pernikahan antar saudara.
Pemeriksaan
penunjang:
1.
Tgl
22 Desember 2001:LP
Makroskopis: warna --, kekeruhan: jernih.
Mikoskopis: jml sel: 54/cm, jenis sel: mononuklear 80%,
polinuklear 20%.
Uji kimiawi: none (-), pandy (-), kadar gula : 68 mg/dl,
protein: 6 mg/dl.
2.
Tgl
9 Januari 2002: foto thoraks
Tidak ada keluhan, inspirasi kurang, cor: besar, bentuk
kesan normal, pulmo: tidak ada keluhan, kedua sinus phrenicocostesis tajam.
3.
Tgl
23 Januari 2002: DL
Hasil belum.
Terapi pada tanggal
21 Januari: Inj Ceftriaxon 1x1 gr iv, Novalgin 3x1/2 amp.
Analisa Data:
I. Data |
Etiologi
|
Patofosiologi
|
Masalah
|
S: --
O: klien
batuk-batuk, terpasang tracheostomy, sekret (+), sesak (+), RR:32x/mnt, N:
120 x/mnt.
|
Ketidakmampuan
batuk (batuk tidak efektif).
|
Batuk tidak efektif
à ketidakmampuan mengeluarkan benda asing
pada saluran nafas à inspirasi < ekspirasi hiperventilasi à bersihan jalan nafas tidak efektif.
|
Bersihan jalan
nafas tidak efektif.
|
S: --
O: klien terpasang
tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret
(+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
|
Prosedur invasif.
|
Prosedur invasif à post de entry masuknya kuman penyebab
infeksi nosokomial à daya tahan tubuh melemah à infeksi skunder.
|
Resiko infeksi
skunder.
|
S: --
O: terdapat tu.
Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+),
terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
|
Desak ruang pada
otak.
|
Desak ruang pada
otak à peningkatan volume otak à penurunan kemampuan jaringan otak dlm
absorbsi liqour yg diproduksi secara berlebihan à peningkatan TIK.
|
Resiko peningkatan TIK.
|
S: --
O:S: 38,40C,
N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
|
Intake cairan
kurang adekuat.
|
Intake cairan tidak
adekuat à sel-sel menarik cairan ekstrasel masuk ke
dalam sel à volume cairan ekstrasel menurun à defisit cairan tubuh.
|
Resiko defisit
cairan
|
S: --
O: terdapat tu.
Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasang
dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada
ekstremitas bawah (+).
|
Kelemahan.
|
Kelemahan à ketidakmampuan beraktifitas secara
normal à pemenuhan ADL terganggu.
|
Gangguan pemenuhan
ADL.
|
S: Orangtua banyak
bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya, kleuarga
mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien
menangis, orang tua banyak diam.
|
Ketidakmampuan mengenal
informasi tentang pengobatan dan perawatan.
|
Ketidakmampuan
mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan à ketidakmampuan mengatasi keadaan
psikologis yang negatif à cemas.
|
Cemas.
|
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan prioritas:
1. Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada
otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op
trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan
kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+),
sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
3. Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang
dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C,
N: 120 x/mnt.
4. Resiko defisit cairan b/d Intake cairan
kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/
per sendok.
5. Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op
trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasanag dower catheter (+), terpasang
VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
6. Cemas pada orang tua b/d Ketidakmampuan
mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses
penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,
kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Rencana Tindakan
Keperawatan:
1. Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada
otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op
trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan
kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala
peningkatan TIK tidak terjadi.
Tujuan jangka
panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 minggu, TIK tidak
terjadi.
Kriteria hasil: penurunan kesadaran (-),
mual (-), muntah (-), kejang (-), bradikardi (-).
Intervensi
|
Rasional
|
·
Pantau status kesadaran dan
status neurologis.
·
Observasi vital sign tiap 4
jam.
·
Pertahankan posisi head up 300.
·
Bantu klien mengurangi
tekanan pada intra abdominal seperti: batuk, mengejan.
·
Pantau adanya gelisah,
peningkatan keluhan.
·
Delegatif pemberian:
-
Ceftriaxon 1x1 gr.
-
Dilantin 3x 30 mg.
|
· Mengkaji adanya perubahan pada kesadaran dan potensial peningkatan
TIK.
· Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak tetap
stabil.
· Mencegah tertekannya vena jugularis sehingga menghambat aliran
adrah ke otak dan meningkatkan TIK.
· Aktifitas ini akan meningkatkan tekanan intra abdominal dan
merangsang peningkatan TIK.
· Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya peningaktan TIK.
· Mengurangi terjadinya proses infeksi akibat intervensi bedah yang
dilakukan dan mencegah terjadinya kejang.
|
2.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+),
sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
Tujuan jangka pendek: klien dapat batuk.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 3 hari, jalan nafas efektif.
Kriteria hasil: batuk (+), sekret (-), sesak
(-), pergerakan otot bantu pernafasan (-).
Intervensi
|
Rasional
|
· Observasi bunyi nafas, catat adanya kelainan suara nafas.
· Pantau VS tiap 4 jam.
· Observasi karakteristik batuk.
· Tingkatkan intake cairan hangat.
· Lakukan nebulizer dan penghisapan lendir tiap 6 jam atau saat
produksi sekret banyak.
· Lakukan clapping saat melakukan zlym zuiger secara perlahan.
|
·
Peningakatn sekret dalam
saluran nafas dapat diobservasi dengan cepat.
·
Peningaktan frekuensi nafas
mengindikasikan adanya kesulitan inspirasi dan ekspirasi.
·
Batuk tidak efektif karena
kesulitan klien mengeluarkan sekret.
·
Hidrasi membantu mengencerkan
sekret dan mempermudah pengeluaran.
·
Nebulizer membantu
mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret dengan slym zuiger.
·
Clapping membnatu merontokkan
sekret kental yang menempel pada saluran nafas.
|
3. Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang
dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C,
N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala
infeksi tidak terjadi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi skunder tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi skunder tidak
ada, luka post op kering, phlebitis (-).
Intervensi
|
Rasional
|
· Observasi VS tiap 4 jam dan adanya tanda infeksi.
· Beri kompres hangat
· Beri penjelasan keluarga tentang:
-
Pentingnya minum banyak pada
klien.
-
Mengawasi batuk dan produksi
sekret klien.
· Beri minum hangat semau klien.
· Rawat tracheostomy, catheter tiap hari. Rawat penvlon dan luka
operasi tiap 2 hari.
· Observasi produksi sekret: warna, kekentalan, jumlah.
· Observasi keadaan luka operasi: kekeringan, tanda infeksi.
· Kolaborasi : pemberian kombinasi antibiotika (Ciproxin 2x250 mg).
· Kolaborasi px. DL untuk memantau leukosit dan LED.
|
· Membantu mengindikasikan adanya proses infeksi skunder karena
pemakaian alat bantu perawatan.
· Membantu meningkatkan vasodilatasi dan meningkatkan sirkulasi
darah ke hypothalamus.
· Keluarga selalu berada di sisi klien dan dapat melaporkan adanya
perubahan pada kondisi umum klien.
· Hidrasi hangat membantu vasodilatasi dan mengencerkan sekret.
· Perawatan alat bantu perawatan penting untuk mencegah infeksi
skunder sebagai akibat adanya port de entry sebagai akibat proses keperawatan
dan pengobatan.
· Perubahan pada sekret mengindikasikan adanya proses infeksi
skunder pada saluran nafas.
· Perubahan pada keadaan luka operasi mengindikasikna adanya proses
infeksi pada penyembuhan luka operasi.
· Pemberian antibiotika kombinasi untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah infeksi skunder.
· Pemeriksaan darah putih dan laju endap darah menginformasikan
adanya proses infeksi dalam tubuh.
|
4. Resiko defisit cairan b/d Intake cairan
kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/
per sendok.
Tujuan jangka pendek:kebutuhan cairan terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 3 hari defisit cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil: CM: 2-3 liter atau sesuai
jumlah CK, turgor baik, mata tidak cowong, VS dalam batas normal.
Intervensi
|
Rasional
|
1) Awasi masukan dan keluaran, bandingkan
dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
3) Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na
albumin.
4) Berikan cairan sebanyak mungkin semau
klien (2-3 liter per 24 jam).
|
Memberikan
informasi tentang kebutuhan cairan/elektrolit yang hilang.
Indikator volume
sirkulasi/perfusi.
Menunjukkan hidrasi
Memberikan cairan.
|
5. Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op
trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasang dower catheter (+), terpasang
VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tujuan jangka pendek:ADL terpenuhi.
Tujuan jangka
panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, kebutuhan
perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil: personal hygiene baik,
nekrosis jaringan (-), mobilisasi dini (+).
Intervensi
|
Rasional
|
1) Bantu pemenuhan kebutuhan ADL klien
seperti makan, mandi, berpakaian, eliminasi.
2) Libatkan kleuarga dalam peraatan
klien.
3) Berikan perawatan kulit yang baik.
4) Lakukan tugas
dengan cepat dan sesuai toleransi.
5) Latih klien
beraktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
|
Membantu memenuhi
kebutuhan ADL klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya
terpenuhi.
Keluarga merupakan
orang terdekat klien sehingga memudahkan dalam berinteraksi dengan klien.
Meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Memungkinkan perode
tambahan istirahat tanpa gangguan.
Tirah baring lama
dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas
yang mengganggu periode istirahat.
|
6.
Cemas
pada orangtua b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan
perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses
penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,
kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Tujuan jangka pendek: cemas berkurang.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan penjelasan
selama 2x10 menit, keluarga mampu mengenal pengobatan dan perawatan yang
diberikan.
Kriteria hasil: keluarga tenang, gelisah (-), kooperatif
(+).
Intervensi
|
Rasional
|
·
Diskusikan dengan kleuarga
etiologi penyakit klien.
·
Diskusikan tentang:
-
pentingnya mempertahankan
posisi tubuh klien.
-
Keteraturan minum obat.
-
Pentingnya minum banyak.
·
Beri kesempatan keluarga
untuk melaksanakan ibadah.
|
·
Memberikan informasi kepada
kleuarga perihal penyebab penyakit klien sehingga menimbulkan respon
psikologis yang positif.
·
Keluarga dapat memehami
proses perawatan yang diberikan kepada klien bermanfaat untuk menurunkan
regangan otot daerah leher.
·
Ketenangan psikologis orang
tua berpengaruh terhadap keadaan psikologis anak.
|
Implementasi
keperawatan:
Implementasi
keperawatan mulai dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2002 pukul 11.30 WIB.
s/d 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.
II. Tgl/hari |
No Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
21-1-2002
11.30 WIB
|
--
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3
3,6
6
1,2,3,4
3
5
2,3,5
1,5
4,5
5
|
Memperkenalkan diri
kepada klien dan kleuarga.
Membantu perawatan
tracheostomy.
Membantu
pelaksanaan nebulizer.
Membantu
pelaksanaan slym zuiger.
Melakukan clapping.
Merawat anak
canule.
Memberikan penjelasan
kepada keluarga agar memberi minum hangat pada klien.
Menjelaskan kepada
kleuarga mengenai perawatan dan rencana pengobatan yang akan dilakukan
terhadap klien.
Mengukur vital
sign.
Memberi kompres
hangat di ketiak dan kompres dingin di kepala.
Membantu memberi
makan bubur.
Memberi minum per
oral.
Memberi obat
Dilantin 1 caps.
Membuang urine.
Melakukan masage
pada punggung klien.
|
Keluarga
kooperatif.
Luka bersih,
infeksi (-).
Sekret (+), klien
sesak (-).
Produksi sekret
sedikit, encer, warna putih bening.
Klien batuk-batuk.
Anak canule bersih
dan telah dipasang.
Kleuraga mengatakan
mengerti.
Keluarga mengatakan
mengerti.
S: 38,40C,
N: 120 x/mnt, RR: 32 x/mnt.
Klien kooperatif,
kompres terpasang baik.
Bubur habis ½
porsi, mual (-), muntah (-).
Minum lk. 10 sdm.
Obat sudah diminum,
muntah (-).
CK: 400 cc.
Klien tenang.
|
22-1-2002
|
5
2,3,5
1,5
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3
5
1,2,3,4
3,5
1,3,5
5
2,3,5
1,2,3,4
5
2,3,5
1,5
2,3
2,3
2,3
2,3
1,5
5
|
Membantu klien
makan pagi (bubur).
Memberi minum per
sendok.
Memberi obat
Dilantin 1 caps.
Membantu melakukan
nebulizer.
Melakukan clapping
pada dada dan punggung.
Membantu melakukan
slym zuiger.
Merawat anak
canule.
Membnatu merawat
tracheostomy.
Membersihkan tempat
tidur penderita.
Mengukur vital sign.
Merawat catheter.
Memberi obat per
iv:
-
Ceftriaxon
1 gr.
-
Novalgin
inj ½ amp.
Memberi makan
pisang.
Memberi minum bubur
kacang hijau.
Mengukur vital
sign.
Memberi makan bbur.
Memberi minum per
sendok.
Memberi obat oral:
Dilantin 1 caps.
Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym
zuiger.
Merawat anak
canule.
Memberi posisi head
up 300.
Mengganti stik
laken penderita.
|
Bubur habis ¾
porsi.
Minum lk. 100 cc.
Obat sudah diminum,
muntah (-).
Klien gelisah,
batuk (+).
Klien batuk-batuk,
cyanosis (-).
Produksi sekret
banyak, warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih
dan telah dipasang kembali.
Luka tracheostomy
bersih, kering (+), tanda infeksi (-).
Tempat tidur klien
bersih dan rapi.
S: 36,80C,
N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Vulva bersih, infeksi
(-).
Reaksi alergi (-).
Pisang habis 1
buah, muntah (-).
Minum 200 cc.
S: 370C,
N: 116 x/mnt, rr: 28 x/mnt.
Bubur habis ½
porsi, muntah (-).
Minum 50 cc.
Obat sudah diminum,
muntah (-).
Klien tenang, batuk
(+).
Klien batuk-batuk,
gelisah (-).
Sekret sedikit,
warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih
dan telah dipasang.
Klien tenang.
Tempat tidur klien
bersih.
|
23-1-2002
|
5
2,3,5
1,3
1,2,3,4
3,5
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3
3
3
3
5
5
2,3,5
5
3,6
1,2,3,4
2,3
2,3
2,3
2,3
5
3
5
2,3,5
1,5
5
5
1,2,3,4
|
Membantu memberi
makan bubur.
Memberi minum per
sendok.
Memberi obat:
Dilantin 1 caps, Nootropil syr 1cth, ciproxin 250 mg.
Mengukur vital
sign.
Melakukan toilet
trainning.
Melakukan
nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym
zuiger.
Merawat anak
canule.
Merawat
tracheostomy.
Melepas penvlon.
Melakukan aff
catheter.
Mengambil bahan px
DL.
Menggnati alat
tenun klien.
Memberi pisang 1
buah.
Memberi minum air
bubur kacang hijau.
Merawat punggung
klien dengan bedak.
Menjelaskan kepada
kleuarga pentingnya minum banyak pada klien.
Mengukur vital
sign.
Melakukan
nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym
zuiger.
Merawat anak
canule.
Memberi posisi
tidur miki.
Memberi kompres
hangat di axilla.
Memberi makan
bubur.
Memberi minum per
sendok.
Memberi obat oral :
Dilantin 1 caps.
Membantu klien BAK.
Mengganti stik
laken klien.
Observasi
penderita.
|
Bubur habis ½
porsi. Muntah (-).
Minum lk 50 cc.
Obat sudah dimun,
muntah (-).
S: 36,80C,
N: 88 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Rangsanagn BAK (+).
Klien tenang.
Klien batuk (+).
Sekret sedikit,
warna putih bening, bau (-).
Anak canule telah
dipasang kemabali.
Luka tracheostomy
bersih, infeksi (-).
Phlebiits (+),
penvlon aff (+).
Catheter aff (+),
BAK (+) 50 cc.
Bahan sssudah
diambil, tunggu hasil.
Tempat tidur klien
bersih dna rapi.
Pisang habis 1
buah, muntah (-).
Minum habis 200 cc.
Klien tenang, tanda
nekrosis (-).
Keluarga mengatakan
mengerti dan mengiyakan.
S: 37,50C,
N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Klien batuk.
Klien batuk, sekret
keluar lewat anak canule.
Sekret sedikit,
warna putih bneing, bau (-).
Anak canule bersih.
Klien tenang.
Kompre terapsang
baik, klien tenang.
Bubur habis ½
porsi.
Minum habis 100 cc.
Obat sudah dimun,
muntah (-).
BAK: 50 cc.
TT rapi dan bersih.
Klien tidur, sesak
(-), gelisah (-).
|
Evaluasi keperawatan:
Evaluasi keperawatan
dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.
III. Diagnosa Keperawatan |
Evaluasi
|
1. Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang
pada otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada
ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+),
terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
|
Tanggal 23 Jnauari
2002, pukul 14.00 WIB.
S: Keluarga mengatakan pengliahtan
klien masih kabur, lemas pada kaki (+), sakit pada kepala sudah berkurang.
O: klien tenang, muntah (-), kejang
(-), bradikardia (-), N; 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi, karena
klien belum CT scan ulang, hasil PA belum ada.
P: lanjutkan rencana secara
keseluruhan.
|
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C,
N: 120 x/mnt.
|
Tanggal 23 Jnauari
2002, pukul 14.00 WIB.
S: --
O: batuk (+) sudah agak berkurang,
sekret sedikit, warna putih bening, bau (-), sesak (-), S: 37,50C,
N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
A: masalah belum teratasi, selama
klien masih terpasang tracheostomy.
P: lanjutkan rencana secara
keseluruhan.
|
3. Resiko infeksi skunder b/d Prosedur
invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang
penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
|
Tanggal 23 Januari
2002, pukul 14.00 WIB.
S: --
O: catheter aff, penvlon aff, luka
tracheostomy bersih, kering (+), infeksi (-), sekret sedikit, warna putih
bening, bau (-), batuk (+) sudah agak berkurang, S: 37,50C, N: 120
x/mnt, RR: 28 x/mnt
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana, cek hasil PA dan
DL.
|
4. Resiko defisit cairan b/d Intake
cairan kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/
per sendok.
|
Tanggal 23 Januari
2002, pukul 14.00 WIB.
S: kleuarga mengatakan klien sudah mau
minum banyak.
O: S: 37,50C, N: 120 x/mnt,
RR: 28 x/mnt, CM: 350 cc, CK: 100 cc., turgor baik, mata cowong (-).
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana.
|
5. Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang
tracheostomy (+), terpasanag dower catheter (+), terpasang VP shunt,
penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
|
Tanggal 23 Januari
2002, pukul 14.00 WIB.
S: keluarga mengatakan klien sudah
tidak rewel lagi saat dilap.
O: Klien sudah mau belajar duduk,
pusing (-), dower cath aff, penvlon aff, penglihatan kabur, visus 1/6, parese
pada ekstremitas (+) nilai 4.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana.
|
6. Cemas b/d Ketidakmampuan mengenal
informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak
bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya, kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan
keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
|
Tanggal 22 Januari
2002, pukul 14.00 WIB.
S; keluarga mengatakan mengerti denagn
penjelsana petugas, kleuarga mengiyakan penjelasan petugas.
O: kleuarga tenang, ibu sudah tidak
menangis lagi, keluarga mengikuti petunjuk petugas seperti: cara mengompres,
memberi klien minum setiap saat, membantu klien mengerakkan kaki dan
tangannya.
A: masalah teratasi.
P: pertahankan keadaan psikologis
kleuarga secara maksimal.
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon