Laporan pendahuluan
Asuhan
keperawatan
Pada
klien dengan GangguanSistem Penglihatan (Retinoblastoma)
Di
Ruang Mata RS Dr. Soetomo Surabaya
LANDASAN
TEORI
RETINOBLASTOMA
A. Pengertian
Retinoblastoma
adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut atau batang)
atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981)
B. Insiden
1.
Kelainan ini umumnya bersifat
kongenital walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih lanjut (40 tahun)
2.
Diturunkan secara dominan
autosom (bila menegani kedua mata), dan bersifat mutasi somatik (bila mengenai satu mata)
3.
Ditemukan 1 diantara 30.000
kelahiran
4.
Perbandingan laki-laki dan
perempuan insidennya sama
5.
Tidak terdapat predileksi ras
C. Patofisiologi
Secara
histopatologik retinoblastoma terdiri atas sel-sel kecil berbentuk bulat dengan
nukleus besar yang hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit. Gambaran mitosis
mungkin lebih banyak ataupun sedikit. Kadang-kadang ditemukan daerah nekrosis
dan deposit kalsium. Gambaran khas mata retinoblastoma adalah adanya rosette
yaitu gambaran yang terdiri atas susunan sel kuboid yang mengelilingi suatu
lumen dan nukleus yang terletak di
daerah basal (Ilyas S. dkk, 1981).
Diagram patofisiologi
retinoblastoma.
Neuroretina
Mitosis pada daerah nekrosis dan deposit kalsium
|
Retinoblastoma
(Sel kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus yang terletak
didaerah basal)
Dampak psikologis :
|
Dampak fisik
|
Penatalaksanaan :
1.
Penyinaran supervoltage
(membunnuh sisa-sisa tumor)
2.
Penyinaran yang dikombinasikan
dengan kemoterapi
3.
Koagulasi ringan
4.
Kemoterapi (metastase ke
jaringan tubuh lainnya)
5.
Pembedahan (enukleasi
ialah bedah pengangkatan bola mata). Setalh bola mata dikeluarkan, otot
mata dijahit pada bola plastik yang dimasukkan dalam rongga mata, dan alat
penyesuai sementara dimasukkan untuk mempertahankan bentuk alami rongga mata.
Antara 2 dan 6 minggu setelah operasi, prostesisi mata daapt dibuat untuk klien
untuk dipasang. Eksentrasi orbita (
eksistensi ke jaringan orbita) dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periost).
Preoperasi ::
|
Postoperasi :
|
7.
Gambaran klinis (Ilyas S. dkk, 1981)
a.
Gejala subyektif
Biasanya sukar
ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini dapat disurigai bila
ditemukan adanya leukokoria (Refleks putih pada pupil dan dapat disebabkan karena
kelainan pada retina, badan kaca, dan lensa), strabismus, glaukoma
(suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh peninggian
tekanan intraokluler, pengguangan dan degenerasi papil saraf optik serta defek
lapang pandangan yang khas), mata sering merah atau penglihatan yang menurun
pada anak-anak
b.
Gejala obyektif
1.
Tampak adanya suatu massa yang
menonjol di dalam badan kaca
2.
Massa tumor dapat menonjol di
atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma tipe endofitik atau
terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti pada tipe
eksofitik.
3.
Masa tumor tampak sebagai lesi
yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau
banyak pada satu mata atau kedua mata.
4.
Sering terdapat
neovaskularisasi di permukaan tumor.
5.
Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau
teleangiektasi.
6.
Pada pemeriksaan funduskopi
pada lesi ini tidak ditemukan tanda peradangan seperti edema retina, kekeruhan
badan kaca dan lain-lain.
8.
Pengobatan
a.
Penyinaran supervoltage
b.
Penyinaran yang dikombinasikan
dengan kemoterapi
c.
Koagulasi ringan
d.
Kemoterapi
e.
Pembedahan.
9.
Komplikasi
Adanya metaatase
ke :
a.
Lamina kribosa, saraf optik
yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke subarachnoid dan intrakranial
menjadi tumor otak.
b.
Jaringan koroid (metastase
melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c.
Pembuluh emisari/tumor menjalar
ke posterior orbita.
10.
Prognosa
a.
Tumor ditemukan dalam keadaan
dini, unilateral dan diaobati secepat mungkin, 90% hidup.
b.
Buruk, jika menjlar ke saraf optik dan sistemik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN (RETINOBLASTOMA)
I.
PENGKAJIAN
- Identitas
Kelainan ini
umumnya bersifat kongenital walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih
lanjut (40 tahun). Diturunkan secara dominan autosom (bila menegani kedua
mata), dan bersifat mutasi somatik
(bila mengenai satu mata)
- Keluhan Utama
Massa/tumor pada mata
- Riwayat Penyakit :
- Riwayat penyakit sekarang
P : Adanya massa pada mata
kanan/kiri
Q : Massa bertambah besar
R : Pada kedua mata/ satu sisi
S : kondisi tersebut berdampak
mata merah, cekot-cekot, mata juling dan penglihatan menurun
T : dirasakan sejak anak/kelainan
sejak lahir
- Riwayat penyakit masa lalu
-
- Riwayat keluarga
adanya penyakit keturunan (Autosal
Dominan)
- Dampak psikososial
Klien kuatir dengan keadaan
penyakitnya, sehingga mengganggu penampilan dirnya yang berdampak pada
perubahan interaksi karena merasa rendah diri (konsep diri).
- Pemeriksaan fisik
Status lokalis
1.
Glukoma, strabismus dan
leukokorea
2.
Tampak adanya suatu massa yang
menonjol di dalam badan kaca
3.
Massa tumor dapat menonjol di
atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma tipe endofitik atau
terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti pada tipe
eksofitik.
4.
Masa tumor tampak sebagai lesi
yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau
banyak pada satu mata atau kedua mata.
5.
Sering terdapat
neovaskularisasi di permukaan tumor.
6.
Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau
teleangiektasi.
7.
Pada pemeriksaan funduskopi
pada lesi ini tidak ditemukan tanda peradangan seperti edema retina, kekeruhan
badan kaca dan lain-lain.
- Diagnosa keperawatan
a. Preoperasi
1.
Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan
dengan efek dari neoplasma yang berasal dari
neuroretina.
2.
Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
3.
Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
4.
Resiko terhadap ketidak
efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubungan dengan ketidak
cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi,
obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
5.
Takut berhubungan
dengan pemcedahan yang akan dijalani
b.
Post operasi
1.
Perubahan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan dampak pembedahan
2.
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat
pembedahan mata.
3.
Risiko tinggi cedera
berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
4.
Berduka berhubungan dengan
kehilangan mata
5.
Gangguan konsep diri
berhubungan dengan perubahan penampilan
6.
Perubahan interaksi
sosial berhubungan dengan perubahan citra tubuh danb perubahan penglihatan.
II.
PERENCANAAN
Perubahan
persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma yang berasal
dari neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti
tentang penyakitnya dan dapat menggunakan kekuatan panca indera keenam.
Kriteria :
- Klien mengerti dan mau menerima
keberadaan penyakitnya.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang
diperlukan sehari-hari baik aktif maupun pasif
- Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan
kondisi penyakitnya baik medis dan perawatan
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Orientasikan klien pada lingkungannya
|
Orientasi
dapat memberikan ingatan atau memori pad aotak sehingga bisa membawa
perasaanbpada tempatnya.
|
Berikan penjelasan tentang penyakitnya
|
Pengetahuan
dan pengalaman akan menambah wawasan dan fungsi kerja sama dalam tindakan.
|
Hindari
pergerakan yang mendadak, meng-
hentakkan
kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah
|
Mencegah
bertamabh parahnya lapisan saraf retina yang
terlepas .
|
Ajarkan klien
dan stimulasi klien dalam menggunakan panca indera ke enam
|
Panca indera
ke enam merupakan kepekaan dalam menggunakan feeling dalam berbuat dan
bertindak.
|
Jelaskan beberapa alternatif tindkan untuk mengatasi masalah yang
berhubungan dengan penyakitnya
seperti pembedahan. Kemoterapi dan lainnya.
|
Pem,bedahan,
kemoterapi, merupakan salah satu dari beberapa tindakan
|
Ansietas yang berhubungan dengan
ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan
berkurang
Kriteria
:
- Klien
mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien
mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,
prognosisnya (bila dilakukan operasi).
Rencana
Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik
|
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien
sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
|
Berikan kenyaman dan ketentraman hati
|
Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
|
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit
& progno-sisnya.
|
Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu
dirawat.
|
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
|
Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
|
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
|
Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
menurunkan/mengurangi ansietas.
|
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan.
|
Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai
dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.
|
Ganguan
konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
Tujuan
:
Konsep
diri klien mengarah ke positif (adaftif)
Kriteria
:
1. Konsep diri yang diekspresikan
klien nonverbal dan verbal yang konstruktif
2. Reaksi terhadap perubahan gaya
hidup ke arah positif
3. Klien mau menerima keadaannya dan
pasrah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
|
Interaksi yang mencobat meningkatkan konsep diri dimulai dengan
mengkaji tentang apa yang dirasakan klien tentang penyakit dan pembedahan.
|
Bantu klien untuk mengidentifikasi tingkat
mekanisme koping yang dimiliki
|
Hal ini membantu klien untuk mengubah fokus dari perubahan
penampila ke semua aspek yang positif yang menunjang konsep diri.
|
Berikan support sistem (keluarga, teman dekat
dan lainlain)
|
Mempertahankan kotrak sosial kekuatan moral klien dalam mengahdapi
masalahnya.
|
Ajarkan klien untuk beradaptasi terhadap
perubahan penampilannya.
|
Meminimalkan perubahan yang ada ke arah konstruktif.
|
Resiko
terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubungan
dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan
yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program
terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit
dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena
ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada
gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
-
Mengungkapkan maksud/tujuan
untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih
dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Identifikasi
faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata laksanaan program terapeutik
yg efektif.
|
Agar diketahui
penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.
|
Bangun rasa
percaya diri.
|
Agar klien
mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu
program perawatan.
|
Tingkatkan
rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif.
|
Agar klien
mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa
mengurangi peran ser-tanya dalam pengobatan/ perawatan diri-nya.
|
Jelaskan dan
bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan/perawatan,efek sam-ping
prognosis penyakitnya.
|
Klien mengerti
dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan & perlakuan
yang tidak menyenangkan.
|
Takut berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani
Tujuan :
Klien tidak takut dalam menjalani
operasinya
Kriteria :
-
Klien akan mengekspesikan
kekawatirannya mengenai operasi yang akan dijalani selama dialog (banyak
informasi yang dicari klien)
-
Klien mau dan bekerja sama
dalam tindakan operasi setelah mengerti ntentang prosedur pembedahan , risiko
serta manfaatnya.
-
Klien tenang dan tidak gelisah
-
Tensi 130/80 mmHg, nadi normal
(60-80 menit/detik)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ciptakan
suasana lingkungan yang kondusif dan saling percaya
|
Mengungkapkan
perasaan dan kekawatiran meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu
klien dalam mengidentifikasi masalah.
|
Dengarkan dengan aktif dan validasi ketakutan klien
|
Validasi
memberi keyakinan meningkatkanharga diri dan membantu mengurangi ansietas.
|
Sajikan informasi dengan menggunakan metode model anatami atau contoh
protesis
|
Stimulasi
simultan berbagai indera meningkatkan proses belajar mengajar.
|
Diskusikan
tentang perawatan preoperatif (premedikasi, sedasi, infus cairan )
|
Infromasi
tentang apa yang akan dihadapi dapat mengurangi kecemasan, sehingga
memungkinkan klien mau berpartisipasi
|
jelaskan
aktivitas yang diperbolehkan setelah operasi (berbaring, ambulasi, latihan
nafas dalam)
|
Informasi
dapat meningkatkan kepatuhan dan memfasilitasi proses perencanaan pulang.
|
c. Post operasi
Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
dampak pembedahan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
-
lokasi nyeri minimal
-
keparahan nyeri berskala 0
-
Indikator nyeri verbal dan
noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Identifikasi
klien dlam membantu menghilangkan rasa nyerinya
|
Pengetahuan
yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri.
|
Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
|
Informasi
mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.
|
Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi,
balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
|
Tindakan ini
memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
|
Terapi analgetik
|
Terapi
farmakologi diperlukan untuk memberikan
peredam nyeri.
|
Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder
terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
Tujuan
:
Infeksi tak terjadi
Kriteria
:
Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan :
-
kemirahan periorbital
-
drainase baik
-
suhu dalam batas normal
-
nila laboratorium Sel Darah
Putih normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tingkatkan
Penyembuhan luka :
-
diit seimbang
-
menjaga kebersihan luka
|
Nutrisi dan
hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum. Mempercepat kesemubuhan
luka.
|
Tindakan untuk mencegah regangan pad ajahitan
|
Regangan pad
ajahitan dapat menimbulkan gangguan, emmbuat jalan masuk mikroorganisme.
|
Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik
|
Teknik aseptik
menimimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.
|
Terapi antibiotika
|
Anti kuman
atau babteri berspektrum luas.
|
Daftar Pustaka
Carpenito,
L.J. (1999). Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC
(2000). Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8.
Jakarta : EGC
Danielle G
dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta
Darling,
V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan
Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media.
Ilyas,
Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu
Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
Mansjoer,
A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Jakarta.
Sidarata I.
(1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI.
Jakarta
Wijana,
Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta : FKUI Jakarta
ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN
An. A.O.M.O DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENGLIHATAN
(TUMOR OKULI SUSPEK SINESTRA
RETINOBLASTOMA)
RUANGAN MATA RUMAH SAKIT Dr.
SOETOMO SURABAYA
A. PENGKAJIAN tanggal
21-01-2002
1.
Identitas
Nama : An.A.O.M.
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 2th, 6 bulan
Anak ke : I
Nama Ayah : Tn. M/31 tahun
Nama Ibu : Ny. K.A./28
tahun
Pendidikan Ayah : S.M.A
Pendidikan Ibu : S M.A
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jeneh RT
14/3 Gersik
Tgl masuk : 21-02-2002
Diagnosa medis : Tumor okuli sinestra DD
retinoblstoma
Sumber informasi : Ibu dan bapak klien
2.
Keluhan Utama
Mata kiri keluar, benjolan dan berdarah
Paliatif, Massa tumor
(benjolan)
Kualitatif, kuantitatif, Mata bengkak,
keluar darah, mata timbul dan keluar keputihan.
Regio, massa tumor
tersebut pada mata kiri , sedangkan kanan hanya keluar air mata dan
mengecil (mikrophtalmi)
Severity, Dengan kejadian
ini anaknya sering jengking dan posisi tersebut dipertahankan karena enak,
upaya untuk menanganinya dengan menggnedong dan menidurkan anak serta minum
obat dari dr. praktek
Time., Hal ini terjadi pada hari selasa tanggal 15
Januari 2002 sehingga di bawa ke IRD RSDS.
3.
Alasan masuk rumah sakit
Tumor/benjolan pada mata
kiri, keluar darah dan bertambah besar
4.
Riwayat Keperawatan.
a. Riwayat keperawatan
penyakit sekarang
i. Sejak umur 7
bulan klien tidak dapat melihat dan di bawah ke RSDS dan diperiksakan
dinyatakan ada kelainan pada matanya dan perawatanny dengan kontrol ulang
dan minum obat sesuai dengan anjuran.
ii. Tanggal 14
Januari 2002 mata kiri klien bertambah besar, bengkak, berdarah dan dirujuk ke
Rumah sakit Siti Khotidjah.
iii. Mulai tgl 15
Januari 2002 klien merasa lemah, benjolan pada mata bertambah besar dan keluar
darah yang membasahi permukaan matanya sehingga di bawa ke rumah sakit Siti
Khitijah dan Dr. Budi menyarankan untuk di rawat/dirujuk ke rumah sakit Dr.
Soetomo Surabaya .
iv. Upaya yang
telah dilakukan MRS tujuan operasi dengan bius umum,, Pengobatan Statrol eo 3x1
os, Rob. 1 x 1cth, laborat dan rontgen, rawat mata, rencana jumat operasi tetapi batal karena kondisi anak
masih lemah.
b. Riwayat keperawatan
sebelunya
i. Prenatal
Umur kehamilan 9 bulan lahir
spontan BB lahir 3 kg, Pb 50 cm, waktu lahir anak segera menangis, napas
spontan
ii. Alergi
Menurut ibunya klien belum
pernah alergi terhadap makanan maupun minuman
iii. Tumbuh kembang
Anak mulai berjalan umur 1
th, 4 bulan respon terhadap rangsangan pada mata/panggilan, 6 bulan anaknya
tidak bisa melihat karena bila dipanggil anaknya jadi bingung, duduk umur 8 bl,
tengkurap Umur 4 bl, 9 bl sudah ngoceh, 1 th mulai berbicara mama, Papa, dada.
Bermain dapat dilakukannya sendiri seperti piano, mobil-mobilan atau bersama
ibu/bapaknya. Untuk keperluaan toileting kadang masih ngompol, kadang memberi
tahu, mandi dibantu lain-lain untuk keperluan sehari-hari dibantu. Anaknya bila
bepergian bersama ibu dan bapaknya dengan menggunakan kaca mata hitamnya dan
tidak mau di buka bila belum kembali ke rumahnya.
iv. Imunisasi : siudah lengkap
BCG 1x, DPT 3x,
Polio 4x, Campak 1x, Hepatitis 2x
v. Status Gizi
BB sebelum sakit
12 kg, MRS 10 kg
Seharusnya BB :
2x 310+8= 15,8 kg
Jadi 11,9kg /
15,8 kg = 75,3 %= gizi kurang.
c. Riwayat
Kesehatan keluarga.
i. Riwayat adanya
penyakit tumor pada mata disangkal.
ii. Perkawinan
satu family/saudara disangkal
iii. Riwayat
penyakit tumor umumnya disangkal
5. Pengkajian dengan pendekatan pola
a. Pola persepsi
Persepsi ibu tentang
penyakit yang diderita anaknya harus segera ditolong, merasa kasihan melihat
penderitaan anaknya dan bersedia untuk dilakukan operasi.
b. Pola nutrisi dan
metabolisme
Pemenuhan nutrisi, saat ini
anak makan dan minumnya biasa bahkan BB badan menurun biasanya BB 12 Kg turun
jadi 10 Kg. Minum susu dancow, teh, suka makan bakso. Untuk keperlua makan dan
minum dibantu oleh ibu/ayaknya. Status Gizi yang berhubungan denga keadaan
tubuh postur tubuh cukup, anak dalam keadaan gizi. Untuk mepersiapkan diri
anaknya sudah puasa mulai jam 24.00 dengan makan minum terakhir pada saat makan
sore.
c. Pala eliminasi
Kebiasaan BAB frekuensi 1x sehari konsistensi lembek,warna kuning
bau . BAK lancar kadang masih ngompol dan memberi tahu ibu/ayahnya.
d. Pola tidur dan istirahat
Lamanya tidur siang 6-7 jam
dan malam 6-8 jam, gangguan tidur (-), kebiasaan sebelum tidur dielus-elus,
sambil cerita atau didina bubukkan. Posisi tidur terlentang dengan posisi
kepala miring ke kanan dengan bantal 1 .
e. Pola aktivitas
Klien tidak dapat bergerak
leluasa karena mata tertutup verban pada mata kiri dan kanan tidak bisa melihat
(respon lingkungan negatif). Untuk pergerakan dankekuatan otot dan sendi dalam
batas normal.
f. Pola hubungan dan peran
Interaksi dengan orang lain
kadangmasih merasa asing terutama pada petugas kesehatan dokter, perawat
sehingga kadang timbul tangisan minta perlindungan ibu/ayahnya. Untuk tindakan
yang sifatnya langsung diperlukan adanya permulaan permainan dan bujukan
terlebiuh dahulu seperti mengganti verban pada mata. Interaksi dengan orang
lain dan ayah/ibunya dapat dimengerti dan
komunikatif.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengatakan matanya
tidak terasa sakit (tidak pernah mengelu sakit) tidak dapat melihat. Untuk
menutupi matanya dengan kaca mata hitam. Masuk rumah sakit untuk dioperasi dan
klien mau/bersedia supaya cepat sembuh. Rencana operasi hari senin tanggal 21
januari 2002. Keluarga bertanya apakah operasi lama, apakah kedua matanya
diambil semua dan bagaimana setelah dilakukan operasi. Sebelumnya klien dan
atau keluarga belum mempunyai pengalaman tentang operasi.
h. Pola sensori dan
kognitif:
i. sensori
Ø Daya penciuman dbN
Ø Daya rasa dbN
Ø Daya raba dbN
Ø Daya pendengaran
dbN
Ø Daya lihat
Mata kanan
|
Mata kiri
|
- Visus sulit dievaluasi
- Ukuran + 1 cm
(mikriofthalmik)
- BMD, iris dan pupil sulit
dievaluasi
- Leukokorea pada lensa
- Fundus fraksi (+)
- Retina massa (+)
|
- Svisus (-)/kebutaan
- Selaput mata merah (perdarahan), bengkak dan menonjol
- Segmen anterior sulit
dievaluasi
- Tumor okuli DD Retinoblastoma
|
ii. Kognitif
Klien dapat berhitung,
mengerti ucapan lawan bicara. Kooperatif dengan petugas kesehatan. Mengerti
bahwa dirinya akan dioperasi diambil matanya yang rusak.
i. Pola reprodoksi Seksual
Testis sudah
turun tidak ada pemosis
j. Pola penanggulangan Stress
Pada anak A.O.M kadang
menangis karena adanya permintaan atau tidak senang dengan sesuatu. Untuk
pertahanan dirinya minta perlindungan pada ibu/ayahnya dan mengungkapkan
perasaannya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
pada anak K belum dapat
dievaluasi karena baru dapat diajarkan membedakan baik dan buruk. Keluarga
dalam menghadapi cobaan ini tetap tawakkal dan berusaha seoptimal mungkin demi
anaknya seperti ke bank darah dan persiapan operasi lainnya ikut
berpartispasi/kerja sama. Pendekatan spiritual dengan berdoa sesuai dengan
agama islam dan memohon keselamatan dan keamanan.
6. Reviev of sistem
a. Sistem Pernafasan
RR, 24 kali/menit, simetris,
Vesikuler +/+, Wheasing dan ronchi -/-
Pemeriksaan rontgen kesan
normal.
b. Sistem perdarahan
Perfusi hangat, merah,
jantung S1, S2 tunggal normal
c. Sistem persyarafan
Kesadaran 456, VOD -/-, VOS
-/-
d. Sistem perkemihan
Bak spontan.
e. Sistem pencernaan
Abdomen supel, flat, H/L tak
teraba, bising usus normal.
f. Sistem muskoloskletal
odema -/-, kekuatan
otot +5/+5, RF +/+, RP -/-
-/- +5/+5
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
15 januari 2002
Darah lengkap dan kimia
darah :
Hb
LED
Leukosit
Diff count
Trombosit
Sakar darah puasa
Kreatinin serum
BUN
Bilirubin direct
Bilirubin indirect
ALT/SGOT
ALT/SGPT
Fosfat alkali
Protein total
Albumin
Urinalisis :
Leukosit
Protein
Bilirubin
Erytrosit
|
12,3
gr%
35
mm/jam
7,9
x 109 /dl
-/-/2/70/28/-
432
x 109 /L
74
mg/dl
0,4
mg/dl
10
mg/dl
0,44
0,11
25
10
93
7,2
3,8
-
25
mg/dl
1
mg/dl
-
|
b. Rontgen
Foto thoraks Ap (dbN)
8. Penatalaksanaan
a. Persiapan operasi
- puasa 6-8 jam praoperasi
rencana operasi I di GBPT
- beri obat pencahar
- tenangkan anak dan
keluarga berpartisipasi
b. Persiapan mental
- support sistem
9. Analisa data
TGL
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||||||||
21-02-2002
jam 07.00
WIB
10.00
WIB
|
Preoperasi :
Data Subyektif :
-
Keluarga dan
klien mengatakan kapan berangkat operasi
-
Keluarga
mengatakan belum pernah mengalami operasi atau pengalaman lain yang
berhubungan dengan operasi
-
Keluarga
mengatakan anak ini adalah anak pertamanya.
-
Keluarga
mengatakan bahwa akan dilakukan operasi mata dan mendpat infomrasi diambil
matanya.
-
Keluarga
bertanya apakah operasinya akan lama, dimana saya kan menunggu nakanya.
Data
Obyektif :
-
Rencana operasi
adalah enukleasi dengan tumor okul sinestra DD retinoblastoma
-
Keluarga nampak
memperhatikan setiap ada pembicaraan tentang anaknya dan tindakan persipan
operasi (termasuk pakaian operasi).
-
Keluarga nampak
gelisah/tidak tenang, sedikit berkeringat
Post operasi ;
Data Subyektif ;
-
Keluarga
mengatakan bagaimana hasil dari operasinya (mata yang telah diangkat)
-
Kenapa operasi
hanya dikerjakan pada mata kiri dan yang kanan dibiarkan
-
Apa yang perlu
dilakukan setelah operasi nantinya.
-
Bagaimana dengan
mata anak saya bila diganti dengan yang lainnya seperti mata boneka
-
Apakah anak saya
sadarnya masih lama ?
Data Obyektif ;
-
Klien sedang
berada di Recaovery Room
-
Kesadaran
samnolen
-
Penilian
pemulihan paska anestesi general pasca enukleasi dengan menggunakan kriteria
alderet (6)
-
Jaringan mata
yang diangkap di periksakan ke PA
Data
Subyektif :
-
Ketika anak
terbangun dari sadrnya langsung menangis, tetapi bisa didiamkan
Data
Obyektif :
-
Pasca operasi
enukleasi
-
Perdarahan dan
sekresi mata pada verban/rembesan (-)
-
Anak dalam
keadaan tidur
-
Nadi 116 x/mnt,
RR 24 kali/menit, suhu 37oC
-
Posisi kepala
dengan satu bantal miring kanan, tapi kadang miring kiri
Data Subyektif ;
-
Anak hanya bisa
meminta dan memanggil kurang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
-
Ketika bangun
anak menangis dan minta minum air
-
Anaknya sudah
terbiasa dibantu dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Data Obyektif ;
-
Post operasi
enukleasi
-
Mata ta bisa
melihat
-
Klien belum
boleh bergerak terlalu kasar (perlu tirah baring)
Data Subyektif ;
-
Data Obyektif ;
-
Post operasi
enukleasi, perdarahan dalam minimal,
-
Mata tertutup
verban
-
Nadi 118 x/mnt,
suhu 37oC
|
Situasi kritis pre operatif dan lingkungan yang baru
Kurang
pengetahuan dan informasi tentang operasi , orientasi lingkungan
Mekanisme
koping kurang adekuat
Perasaan
cemas dan takut
Situasi
kritis pasca operatif dan lingkungan yang baru
Kurang
pengetahuan dan informasi tentang operasi , orientasi lingkungan dan prosesur
pemeriksaan laborat PA
Mekanisme
koping kurang adekuat
Perasaan
cemas
Enukleasi
Jaringan
saraf dipotong/pembuluh darah putus
Diskontinuitas
jaringan
Zat
kimia bradikinin, histamin, serotonin
Ekskresi
Dilatasi/melebih
nilai ambang
Nyeri
Paska
Enukleasi
Mata
hilang
Tidak
bisa melihat
Pemenuhan
kebutuhan/aktivitas sehari-hari
Cedera
Enukleasi
Pengambilan
jaringan, luka, perdarahan
Pagositosis
Mata
diverban
Mudah
infeksi
|
Ansietas
Ringan
Kecemasan
Nyeri
cedera
infeksi
|
10. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi :
Ansietas ringan berhubungan
dengan kurangnya informasi dan pengalaman tentang operasi (sifat, alternatif
pilihan, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi)
b. Postoperasi :
i. Kecemasan
berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang pemulihan kesadaran setelah operasi, perawatan dan pemeriksaan laborat.
ii. Perubahan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
ii. Risiko cedera
berhubungan dengan kehilangan fungsi mata
iii. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
gangguan akibat pembedahan mata.
II. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Preoperasi :
DIAG-NOSA
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Tgl. 21-02-2002 : Ansietas ringan ber-hubungan dengan
ku-rangnya in-formasi dan pengalaman tentang operasi (sifat, alter-natif,
hasil dan kompli-kasi)
|
Tujuan :
Ansietas berkurang
Kriteria :
-
Keluarga dapat menyatakan rasa
cemas dan masalahnya
-
Keluarga tenang dan tidak gelisah
dan tidak berkeringat dingin
|
1. Ciptakan
saling percaya
2. Dorong
pe-ngungkapan ma-salah atau rasa cemas
3. Jawab
pertanyaan yang berhubung-an dengan pena-talaksanaan ke-perawatan dan
perawatan medis
4. Selesaikan
per-siapan pasien sebelum dikirim ke GBPT operasi
5. meminimalkan
keributan di ling-kungan
6. Beritahukan
pada keluarga untuk tetap menemani anaknya sampai nantinya di bagian
premedikasi (tindakan sebelum masuk kamar operasi).
7. Pemantauan
psi-kologis klien dan keluarga
8. Tunjukkan
per-hatian dan sikap mendukung
9. Beri
penjelasan singkat tentang prosedur operasi
10. Beri reinforcement terhadap
pernyataan yang positif dan men-dukung
|
1. Dasar
untuk menemukan dan pemcehan masalah.
2. Perasaan
cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega
dan merasa aman.
3. Pertanyaan
yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.
4. Persiapan
yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.
5. Lingkungan
ribut memuat stress.
6. Lingkungan
yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.
7. Tingkat
kecemasan pada ibu akan mempengaruhi psikologis anak.
8. Support
system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
9. Penjelasan
tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan
pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.
10.
Reinforcement mem-berikan
dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.
|
1. Menciptakan hubungan aling percaya antara
perawat-keluarga-klien (salam-per-kenalan-kondisinya-kesiapan)
2. Menciptakan lingkungan yang tenang, kondusif dan
berteman.
3. Memberi kesempatan pada anak dan keluarganya untuk
mengungkapakan perasaan kecemasan dengan aktif mendengarkannya.
3. Menjawab
pertanyaan ke-luarga yang berhubungan dengan operasinya.
4. Menyelesaikan
persiapan operasi sebelum beranngkat dari ruangan
a. pakaian operasi
b. informed concent
c.
Permintaan darah GSH 1 bag
d.
Obat, cairan dan alat-alat medis yang diperlukan.
5. Menunjukkan perhatian dan diap meonolong apabila
dibutuhkan.
6. Memberi penjelasan tentang prosesdur operasi :
a. Pembiusan
b.
Pembedahan yang dikerja-kan oleh tim (operator, pembantu operator, pembius,
perawatan dan karayawan pelengkap lainnya)
7. Memberitahu keluarga untuk sementara menemani anaknya
sampai masuk ke premedikasi (tergantugn pada petugas OK GBPT).
6. Memobservasi tingkat kecemasan keluarga dan memberi
reinforcement terhadap pernyataan/ support sistem yang positif, kesempatan
berdoa.
|
Jam
07.10 WIB Setelah diberi penjelasan dan pendidikan kesehatan :
S
- Keluarga mengatakan siap operasi dan menerima serta
tawakkal terhadap tindakan operasi
pada anaknya.
- Keluarga membca doa sebelum berangkat ke oK
O
Keluarga menjawabnya dengan jelas dan tegas.
A.
Masalah teratasi
|
b. Postoperasi ;
DIAG-NOSA
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Jam 10.20 WIB Ansietas ringan yang
berhubung-an dengan kurangnya informasi tentang pe-mulihan ke-sadaran,
perawatan dan pe-meriksaan laboratorium
|
Tujuan :
Kecemasan
ber-kurang
Kriteria :
-
Keluarga mampu menggambarkan ansietas
dan pola kopingnya.
- Keluarga mengerti tentang tujuan perawatan yang
diberikan/dilaku-kan.
- Keluarga me-mahami tujuan operasi pengambilan mata,
perawatan pemulihan sadar dan pemeriksan hasil operasi.
|
1. Kaji
tingkat ansietas ringan, sedang,
berat, panik.
2.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, Pemulihan kesadaran dan
pemeriksaan bahan laborat.
3. beri
kesempatan pada ibu untuk tetap bersama anaknya sampai sadar diri.
4. Kaji
tingkat penyerapan informasi yang diberikan.
|
1.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga
memudahkan penanganan/ pemberian tindakan lebih lanjut.
2. Keluarga memahami bahwa ia tindakan yang dilakukan pad
anaknya adalah yang terbaik.
3. Anak merasa aman dan terlindungi saat memerlukan
bantuan karena disampingnya ada ibu.
4. Pengetahuan mengurangi intensitas kecemasan.
.
|
1.
Menyepa ibu dengan komunikasi terapeutik dan tunjukkan rasa empati.
2.
Menjelaskan pada ibu :
a.
Pulih sadar dapat kembali lagi setelah obat bius reaksinya sudah habis, dan
bisa pindah ke ruangan.
b.
Operasi yang dilakukan hanya pada mata yang kiri dan yang kanan dibiarkan
karena pertimbangan dri dokter bedahnya.
c.
Pemeriksaan bahan laborat perlu untuk melihat benjolannya tumor sifatnya
jinak/ganas, sehingga bisa ditentukan tindakan selanjutnya
(radiasi/penyinaran) dan pemasangan alat protesa mata untuk ditanam sebagi
pengganti bola mata).
3.
Memberi kesempatan pada ibu untuk menemani anaknya yang belum sadar dengan
menggunakan pakaian dari RS agar anaknya aman dan terlindungi.
4.
Menjelaskan pada ibunya agar perawatan lanjut di ruangan :
a.
Mengatur posisi tidur pada sisi mata yang sehat.
b.
Menghindari tangisan yang keras, ngedan, batuk dan bersin bila perlu diobati.
c.
Makan dna minum menunggu kentuk (minum sedikit-sedikit)
|
21-01-2002
jam 13.00 WIB
S:
-
keluarga mengatakan kalau baru datang dari kamr operasi
O:
- Klien
sedang tidur pada posisi yang sakit, perdarahan (-), ketika dirubah posisinya
agak mengeluh.
- Post
operasi enukleasi.
-
Terpasang infus D5 Rl 20 tetes/menit
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Rencana
tindakan diteruskan.
I:
-
Melaksanakan tindakan yang telah ada.
-Menguatkan
kembali untuk memepertahankan posisi tidur pada posisi mata yang sehat.
E:
Kecemasan mulai berkurang
|
DIAG-NOSA
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Perubahan rasa nyaman (nyeri)
ber-hubungan de-ngan dampak pembedahan
|
Tujuan :
Nyeri berkurang
Kriteria ;
- Lokasi nyeri mi-nimal (skala 0-4)
- Tidak menyeringai /tidak rewel,
- Nadi 100 kali/mnt, RR 24 kali/menit
|
a.
Klarifikasikan dengan keluarganya tentang rasa nyerinya
b. Berikan informasi tentang penyebab dan cara
mengatasinya pada klien dan keluarganya.
c. Membantu klien dalam mengurangi rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis
(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi, meditasi, nafas dalam)
d. Kolaboratif medis dalam meberikan terapi analgetik
|
a. Validasi data untuk tindakan lanjut.
b. Nyerif fisiologis paska operatif yang
dimengerti akan mendorong apartisipasi keluarganya dalam menangani nyerinya.
:
- mengatur posisi kepela
Tindakan ini memungkinkan klien untuk
mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.
|
a. Menanyakan kembali pada keluarganya tentang nyeri
yang dirasakan (menangis, mengungkapkan tempat nye-ri/keluahan)
b. Memberikan informasi bahwa sakit itu hal wajar
pada post operasi, karena banyak jaringan yang rusak dan dipotong, sehingga
yang perlu dilakukan :
- pada posisi mata yang
sehat.
-
Meminunmkan obat bila sudah sadar betul Ponstan syr. 3 x 1 cth
-
Bisa memberikan hiburan pada anaknya.
-
Latihan nafas dalam
-
Mengurangi ketetegangan
c.
Mengobservasi kondisi luka (perdarahan, odema dan drainase)
|
Jam 14.00 WIB
S
- Keluarga mengatakan jarang menagis
sementara tidur
- Keluarga mengatakan anaknya tidak
mengeluh sakit
O
Klien tidur pada posisi mata yang kanan
A.
Masalah teratasi sebagian
|
DIAG-NOSA
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat
pembedahan mata.
|
Tujuan :
Infeksi tak terjadi dalam perawtan 1-2 x
24 jam
Kriteria :
- kemirahan periorbital (-)
- drainase baik
- suhu dalam batas normal (36-37 oC
- nilai laboratorium Sel Darah Putih normal (8.000-10.000 )
|
1. Observasi
lokasi operasi terhaap kemungkinan infeksi.
2. Tingkatkan
daya tahan tubuh klien dalam Penyembuhan luka :
-
diit seimbang
-
kebersihan luka
3. Tindakan untuk mencegah regangan pada jahitan.
4. Observasi tanda-tnada vital
5. Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik
6. Terapi antibiotika
|
1. Lokasi luka dengan infeksi (dolor, calor, rubor,
fungsileosa, parestesia) darah paling efektif dalam perkembangan kuman.
2. Kesembangan netrogen dalam tubuh membantu dalam
proses penyembuhan luka.
3. Batuk, bersin. Dan menagis dapat meregangkan
jahitan sehingga meudah perdarahan dan keungkinan infeksi.
4. Kenaikan suhu dapat ditandai adanya infeksi.
5. Aseptik dan antiseptik merupakan tindakan
antikontaminasi.
6. Anti kuman atau babteri berspektrum luas.
|
1. Menobservasi tanda-tanda infeksi lokal pada
lokasi oeprasi pada mata kiri/kanannya.
2. Menganjurkan pada keluagra untuk meningkatkan
daya tahan tubuh anaknya dengan makan dan minum bila sudah kondisinya baik,
menjaga kebersihan luka.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital suhu 36,8oC,
nadi 100 klai/menit
4. Menghindari hal-hal yang dpat meregangkan luka
matanya (seperti batuk, bersin, menangis atau posisi pada mata kiri tertekan)
5. Mengingatkan kembali untuk meminumkan obat secara
rutin bila kondisinya betul sadar dan sudah mulai makan Ampicillin syrup 3 x
1 cth.
|
Tanggal
23 Januari 2002 :
S
-
Keluarga mengatakan selama di ruangan belum pernah panas
O
- tanda radang/infeksi (-)
- suhu 37,5oC
- Nadi 108 x/mnt
- Drainase (-), perdarahan (-), odema (-)
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan
I
Melaksanakan tindakan no 1,2,3,4 dan 5)
E
Tanda-tanda infeksi (-)
Keluarga kooperatif dalam menjaga kebersihan luka.
|
IV
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/DX
|
CATATAN PERKEMBANGAN
|
PELAK-SANA
|
22-02-2002
JAM 16.00
(Dx. b. i)
(Dx. b.ii)
*Dx. B. Iii)
|
S;
Keluarga bertanya bagaiman hasil
dari laborataorium
Kira-kira tindak lanjtunya
bagaiamana, apakah boleh pulang kalau lukanya sembuh
O
Post operasi hari kedua
Pa dikirm tanggal 21-02-2002
A.
Masalah tetap
P
Sesuai Intervensi
I
-
Menjelaskan
kembali bahwa hasil laborat perlu dibiakkan sehingga bisa didimpulkan apakah
benjolan pada matanya yang sudah dioperasi merupakan tumor jinak/ganas.
-
Mengenai
raadiasi (penyinaran) atau tindakan lain ditentukan dari hasil laborat
tersebut.
-
Untuk perawatan
luka akan dilakukan pada hari ketiga-keempat setelah operasi.
-
Menjelaskan
penggunaan bola mata mainan bisa dipasangkan bila kondisi luka matanya baik
dan iut menunggu 6minggu kemudian setelah operasi.
-
Untuk pulang
akan diatur lebih lanjut yang penting menunngu hasil PA (laborat) atau
tergantung instruksi dokternya. Biasanya boleh pulang setelah satu minggu.
E
-
Keluarga dapat
mengerti tentang tindak lanjut yang telah dilakukan dokter atau perawat
ruangan
-
Keluarga
menganggukkan kepalanya
S
- Keluarga mengatakan jarang mennagis
- Keluarga mengatakan anaknya tidak
mengeluh sakit
- Minum obat teratur
O
Klien tidur pada posisi mata yang kanan
Duduk bila makan dan minum
A.
Masalah
teratasi sebagian
P
Lanjutkan
S
Keluarga
mengatakan selama di ruangan tidak panas
Anaknya
tidakmengeluh sakit
O
- tanda radang/infeksi (-)
- suhu 36,7oC
- Nadi 100 x/mnt
- Drainase (-), perdarahan (-), odema (-)
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan
I
Melaksanakan tindakan no 1,2,3,4 dan 5)
E
Tanda-tanda infeksi (-)
Keluarga
kooperatif dalam menjaga kebersihan luka.
|
|
TGL/DX
|
CATATAN PERKEMBANGAN
|
PELAK-SANA
|
24-02-2002
JAM 09.00
(Dx. b. 1)
(Dx. b.2)
*Dx. B. 3
|
S;
Keluarga bertanya kapan akan
dirawat luka
O
Post operasi hari keempat
Verban mata agak kotor
Perdarahan (+), odema (-)
A.
Masalah teratasi sebagian
P
HE
I
-
Menjelaskan
kembali bahwa perwat luka dilakukan hari ini pada hari keempat setelah
operasi.
-
Mrrawat luka
dengan aseptik danantiseptik
E
-
Luka pada mata :
Perdarahan minimal (sisa operasi,
merah kental 0,5 cc), bersih.
-
Keluarga dapat
mengerti dan kooperatif, tampak senang karena tidak ada
kototran/infeksi.merasa
(verbal/noverbal)
S
- Keluarga mengatakan jarang mennagis
- Keluarga mengatakan anaknya tidak
mengeluh sakit
- Minum obat teratur
O
Klien tidur pada posisi mata yang kanan
Duduk bila makan dan minum
Bermain dengan mobil, telepon dan atau
piano.
A.
Masalah teratasi
S
Keluarga
mengatakan selama di ruangan tidak panas
Anaknya
tidakmengeluh sakit
O
- tanda radang/infeksi (-)
- suhu 36,5oC
- Nadi 108 x/mnt
- Drainase (-), perdarahan (-), odema (-)
A
Masalah
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon