ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PNEUMOTHORAX
DI RUANG PARU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
OLEH :
SUBHAN
NIM
:010030170.B
PROGRAM
STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
KLIEN DENGAN PENUMOTHORAX
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga
pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.
B. Anatomi
1. Anatomi
Rongga Thoraks
Kerangka dada yang terdiri
dari tulang dan tulang rawan, dibatasi
oleh :
- Depan :
Sternum dan tulang iga.
- Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).
- Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.
- Bawah :
Diafragma
- Atas :
Dasar leher.
Isi
:
- Sebelah kanan dan
kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus pleuranya.
- Mediatinum : ruang
di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya meliputi jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan
vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar
limfe (Pearce, E.C., 1995).
C.
|
Mengenai rongga toraks sampai
rongga pleura, udara bisa masuk (pneumothorax)
|
|
Terjadi robekan Pembuluh Darah intercostal, pembuluh darah
jaringan paru-paru.
|
Karena tekanan negative intrapleuraMaka udara luar akan terhisap
masuk kerongga pleura (sucking wound)
|
|
Terjadi perdarahan :
(perdarahan jaringan intersititium, perarahan intraalveolar
diikuti kolaps kapiler kecil-kecil dan atelektasi)
|
|
|
Tahanan perifer pembuluh paru naik
(aliran darah turun)
|
Oper penumothorax
Close pneumotoraks
Tension pneumotoraks
|
|
- Ringan kurang 300 cc ---- di punksi
- Sedang 300 - 800 cc ------ di pasang drain
- Berat lebih 800 cc ------ torakotomi
|
Tek. Pleura meningkat terus
|
|
Mendesak paru-paru
(kompresi dan dekompresi),
pertukaran gas berkurang
|
Sesak napas yang progresif
(sukar bernapas/bernapas berat)
Bising napas berkurang/hilang
Bunyi napas sonor/hipersonor
Foto toraks gambaran udara lebih 1/4 dari rongga torak
|
|
- Sesak napas yang progresif
- Nyeri bernapas / pernafsan asimetris / adanya jejas atau trauma
- Nyeri bernapas
- Pekak dengan batas jelas/tak jelas.
- Bising napas tak terdenga
- Nadi cepat/lemah
- Anemis / pucat
- Poto toraks 15 - 35 % tertutup bayangan
|
|
WSD/Bullow Drainage
|
|
Terdapat luka pada WSD
Nyeri pada luka bila untuk bergerak
Ketidak efektifan pola pernapasan
Inefektif bersihan jalan napas
|
|
-
Kerusakan integritas kulit
-
Resiko terhadap infeksi
-
Perubahan kenyamanan : Nyeri
perawatan WSD harus diperhatikan. Gangguan mobilitas fisik
-
Potensial Kolaboratif :
Atelektasis dan Pergeseran mediatinum
|
D. Pemeriksaan
Penunjang :
a. Photo toraks
(pengembangan paru-paru).
b. Laboratorium (Darah
Lengkap dan Astrup).
E. Penatalaksanaan
1.
Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks,
WSD dapat berarti :
a.
Diagnostik :
Menentukan
perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
b.
Terapi :
Mengeluarkan darah
atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura
sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang
seharusnya.
c.
Preventive :
Mengeluarkan udaran
atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanis of breathing" tetap baik.
2.
Perawatan WSD dan
pedoman latihanya :
a.
Mencegah infeksi di
bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan
pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang
menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh
pasien.
b.
Mengurangi
rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi
analgetik oleh dokter.
c.
Dalam perawatan yang
harus diperhatikan :
-
Penetapan
slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin,
sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,
sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
-
Pergantian
posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak
dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang,
melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau
menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d.
Mendorong
berkembangnya paru-paru.
ò
Dengan
WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
ò
Latihan
napas dalam.
ò
Latihan
batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang
diklem.
ò
Kontrol
dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan
dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya
500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus
berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam
setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
ò
Perhatikan
banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
ò
Perlu
sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2
duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal :
slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
g. Perawatan
"slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol
WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2) Setiap hendak
mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar
dari bullow drainage.
3) Penggantian botol
harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu
meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian
botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
5) Penggantian harus
juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung
tangan.
6) Cegah bahaya yang
menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol
terjatuh karena kesalahan dll.
h. Dinyatakan berhasil,
bila :
a. Paru sudah
mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
b. Darah cairan tidak
keluar dari WSD / Bullow drainage.
c. Tidak ada pus dari
selang WSD.
F. Pemeriksaan
penunjang
a.
X-foto
thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
b.
Diagnosis
fisik :
Ø Bila pneumotoraks
< 30% atau hematotorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
Ø Bila pneumotoraks
> 30% atau hematotorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan WSD,
dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
Ø Pada keadaan
pneumotoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi
Ø Pada hematotoraks
yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera
thorakotomi.
G. Terapi
:
a. Antibiotika.
b. Analgetika.
c. Expectorant.
H. Komplikasi
1.
Tension
Penumototrax
2.
Penumotoraks
Bilateral
3.
Emfiema
II.
KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian :
Point
yang penting dalam riwayat keperawatan :
1. Umur : Sering
terjadi usia 18 - 30 tahun.
2. Alergi terhadap
obat, makanan tertentu.
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman
pembedahan.
5. Riwayat penyakit
dahulu.
6. Riwayat penyakit
sekarang.
7. Dan Keluhan.
B.
Pemeriksaan Fisik :
1.
Sistem Pernapasan :
ò
Sesak
napas
ò
Nyeri,
batuk-batuk.
ò
Terdapat
retraksi klavikula/dada.
ò
Pengambangan
paru tidak simetris.
ò
Fremitus
menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
ò
Pada
perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani , hematotraks (redup)
ò
Pada
asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
ò
Pekak
dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
ò
Dispnea
dengan aktivitas ataupun istirahat.
ò
Gerakan
dada tidak sama waktu bernapas.
2.
Sistem Kardiovaskuler
:
ò
Nyeri
dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
ò
Takhikardia,
lemah
ò
Pucat,
Hb turun /normal.
ò
Hipotensi.
3.
Sistem Persyarafan :
ò
Tidak
ada kelainan.
4. Sistem
Perkemihan.
ò
Tidak
ada kelainan.
- Sistem Pencernaan :
ò
Tidak
ada kelainan.
- Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
ò
Kemampuan
sendi terbatas.
ò
Ada
luka bekas tusukan benda tajam.
ò
Terdapat
kelemahan.
ò
Kulit
pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
- Sistem Endokrine :
ò
Terjadi
peningkatan metabolisme.
ò
Kelemahan.
- Sistem Sosial / Interaksi.
ò
Tidak
ada hambatan.
- Spiritual :
ò
Ansietas,
gelisah, bingung, pingsan.
C.
Pemeriksaan
Diagnostik :
ò
Sinar
X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
ò
Pa
Co2 kadang-kadang menurun.
ò
Pa
O2 normal / menurun.
ò
Saturasi
O2 menurun (biasanya).
ò
Hb
mungkin menurun (kehilangan darah).
ò
Toraksentesis
: menyatakan darah/cairan,
Diagnosa
Keperawatan :
1. Ketidakefektifan
pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena
akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk
sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan
: Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
4. Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi
dengan alat eksternal.
5. Resiko Kolaboratif :
Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.
6. Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
7. Resiko terhadap
infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
I.
Intevensi
Keperawatan :
1. Ketidakefektifan
pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena
trauma.
Tujuan
:
Pola pernapasan efektive.
Kriteria
hasil :
ò
Memperlihatkan
frekuensi pernapasan yang efektive.
ò
Mengalami
perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
ò
Adaptive
mengatasi faktor-faktor penyebab.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Berikan posisi
yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi
yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
b. Obsservasi fungsi
pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda
vital.
c. Jelaskan pada
klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
d. Jelaskan pada
klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
e. Pertahankan
perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
f.
Perhatikan
alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :
1) Periksa pengontrol
penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan
pada batas yang ditentukan.
3) Observasi
gelembung udara botol penempung.
4) Posisikan sistem
drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau
menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi
dranase bela perlu.
5) Catat
karakter/jumlah drainage selang dada.
g. Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain :
Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi.
ò
Pemberian
antibiotika.
ò
Pemberian
analgetika.
ò
Fisioterapi
dada.
ò
Konsul
photo toraks.
|
a.
Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
b.
Distress
pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress
fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
c.
Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik.
d.
Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
e.
Membantu
klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
f.
.
1) Mempertahankan
tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan
ekspansi paru optimum/drainase cairan.
2) Air
penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir
masuk ke area pleural.
3) gelembung udara
selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang
diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana
area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru
lengkap/normal atau slang buntu.
4) Posisi tak tepat,
terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative
yang diinginkan.
5) Berguna untuk
mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya
intervensi.
g.
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain unutk engevaluasi perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.
|
2. Inefektif bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk
sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan
: Jalan napas lancar/normal
Kriteria
hasil :
ò
Menunjukkan
batuk yang efektif.
ò
Tidak
ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
ò
Klien
nyaman.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Jelaskan klien
tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di
sal. pernapasan.
b. Ajarkan klien
tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
c. Napas dalam dan
perlahan saat duduk setegak mungkin.
d. Lakukan pernapasan
diafragma.
e. Tahan napas selama
3 - 5 detik kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
f.
Lakukan
napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek
dan kuat.
g. Auskultasi paru
sebelum dan sesudah klien batuk.
h. Ajarkan klien
tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang
adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
i.
Dorong
atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
j.
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi.
ò
Pemberian
expectoran.
ò
Pemberian
antibiotika.
ò
Fisioterapi
dada.
ò
Konsul
photo toraks.
|
a. Pengetahuan yang
diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
b. Batuk yang tidak
terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
c. Memungkinkan
ekspansi paru lebih luas.
d. Pernapasan
diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
e. Meningkatkan
volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
f.
Pengkajian
ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
g. Sekresi kental
sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah
pada atelektasis.
h. Untuk menghindari
pengentalan dari sekret atau mosa pada saluran nafas bagian atas.
i.
Hiegene
mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut
j.
Expextorant
untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien
atas pengembangan parunya.
|
3. Perubahan kenyamanan
: Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
Tujuan
:
Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria
hasil :
ò
Nyeri
berkurang/ dapat diadaptasi.
ò
Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.
ò
Pasien
tidak gelisah.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Jelaskan dan bantu
klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
b. Ajarkan Relaksasi
: Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat
menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
c. Ajarkan metode
distraksi selama nyeri akut.
d. Berikan kesempatan
waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman; misal waktu
tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
e. Tingkatkan
pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung.
f.
Kolaborasi
denmgan dokter, pemberian analgetik.
g. Observasi tingkat
nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik
untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan
perawatan selama 1 - 2 hari.
|
a.
Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
b.
Akan
melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan
terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
c.
Mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
d.
Istirahat
akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
e.
Pengetahuan
yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
f.
Analgetik
memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
g.
Pengkajian
yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah
kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Depkes.
RI. (1989). Perawatan Pasien Yang
Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.
Doegoes,
L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan
Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak,
C.M. (1999) Keperawatan Kritis.
Jakarta : EGC.
Pusponegoro,
A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
APORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Tn. M.B. DENGAN
PENUMOTHORAX
DENGAN
PEMASANGAN WSD
DI RUANG PARU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
1.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama :
Tn. M.B.
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :
74 tahun
Agama :
Islam
Status :
Kawin
Alamat :
Banyu urip-SBY
|
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
pensiunan PNS
|
Tanggal
masuk : 07-03-2002
No
Reg : 10139789
Tanggal
pengkajian : 25-03-2002 jam 08.00
WIB
Diagnosa
Medik : Pneumotoraks paru kiri post
terpasang WSD
|
2.
Alasan MRS : sesak,
nyeri dada kiri pada tanggal 7 maret 2002
3.
Keluahan utama
Nyeri pada dada kiri luar
P, telah dilakukan tindakan
pemasangan slang pada dada kiri luar karena adanya udara berlebihan di paru
Q, nyeri seperti cekit-cekit
pada lokasi tersebut yang dirasakan bertambah bila dibuat gerak, batuk
R, nyeri pada dada kiri terutama tempat pemasangan slang, terdapat
luka sekitar dada kiri sebanyak 9 tempat kanan dan kiri 3 tempat untuk
pemasangan karet dibawah kulit, disamping itu klien kadang-kadang masih batuk
kering
S, klien merasa tidak sesak,
sesaknya berkurang dan lebih enak sejak dipasang slang tersebut, kebutuhan
istirahat cukup, tidur dengan posisi setengah duduk dengan bantal yang agak
ditinggikan.
T , Waktu sesak, nyeri kadang-kadang, sesaat
4.
Riwayat Penyakit
Sekarang
-
Terpasang
WSD dan Cutanue suction sejak tanggal 11 maret 2002 akibat komplikasi empisium
kutis akibat mengejan pada saat BAB
-
11-03-2002
bedah thoraks WSD bisa diganti dengan mesin BD dan suction negatif – 18 cm H2O,
Multple insisi
-
Kontrol
foto tiap 6 jam massage daerah emphysema sub kutis kearah insisi,
5.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM, hipertensi, asma
disangkal
6.
Riwayat kesehatan
keluarga
-
penyakit
keturunan disangkal
-
kepala
ruamh tanggal 30 tahun
-
anak
1 orang
-
isteri
DM dan HT dengan teratur periksa ke poli
7.
Pola Aktifitas Sehari
–hari (Activity Daily Living)
NO
|
Uraian
|
Aktivitas sehari-hari
|
|
Rumah
|
Rumah Sakit
|
||
1
|
Pola
Nutrisi
|
Makan
3 kali perhari seadanya (nasi, lauk, pauk dan sayuran) seperti yang disajikan
di keluarganya
|
Mulai
minum sediktis-sedikit kurang lebih 1 botol aqua besar
|
2
|
Pola
Eliminasi
|
BAB
lancar 1 kali perhari, konsistensi lembek, kuning.
BAK
|
Kencing
spontan
BAB
pernah menggunakan obat lewat dubur
|
3
|
Pola
Istirahat/tidur
|
Tidak
ada masalah (3-4 jam tidur siang) dan malam (7-8 jam)
|
Kadang-kadang tersakit/nyeri pada dada kirinya disaat
tidur.
|
4
|
Pola
Personal Hygiene
|
Mandi
2-3 kali perhari dengan menggunakan sabun mandi, kuku dipotong tiap 1 minggu
|
Klien
dilap oleh keluarganya 2 kai sehari
|
5
|
Pola
Aktifitas
|
Kegiatan
sehari-hari mengikuti program kegiatan di sekolahannya
|
Klien
tidur terlentang dengan kepala agak ditinggikan 45 o /setengah
duduk
|
6
|
Ketergantungan
|
Merokok
sejak tahun 1970, setiap hari habis 10 batang.
|
Tidak
ada
|
8.
Psikososial
a. Kosep diri
Identitas
Status klien dalam keluarga :
ayah, puas dengan status dan posisinya dalam keluarga, puas terhadap
jenis kelaminnya
Peran
Senang terhadap perannya, sanggup melaksanakan perannya
sebagai kepala rumah tangga,
Harapan klien terhadap penyakit yang sedang dideritanya :
Klien mengharapkan cepat sembuh dan dapat melaksanakan
kembali tugasnya sebagai seorang kepala rumah tangga
Sosial / Interaksi
Dukungan keluarga :
aktif, reaksi saat interaksi kooperatif
dan ada kontak mata.
b. Spiritual
Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah
Sumber kekuatan/harapan disaat sakit : Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini :
membaca kitab suci
Klien yakin bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan dan menganggap bahwa penyakitnya ini hanya
cobaan dari Allah
9.
Pengkajian Sistem
R Keadaan
umum
Keadaan umum sedang
(aktivitas sebagian dibantu) dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
TTV = suhu 36,5 oC, nadi 92 kali/mnt, tensi 120/80 mmHg,
RR 32 kali/menit
R Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, nyeri pada dada kiri dan
bertambah bila dibuat gerak
Obyektif : Pernafasan vesikuler +/ menurun, RR
28 X/menit , tanpa bantuan oksigen, sputum (-), tidak terdengar stridor, tidak
ditemukan ronchii dan wheezing pada lapang paru basal kanan dan kiri, terpasang
WSD produksi 30 cc, retraksi intercostals dan klavikula (-), ekspansi paru
simetris, krepitasi pada lapangan paru kiri dan kanan
R Sistem
Cardiovaskuler
Subyektif : -
Obyektif : Denyut nadi 96 kali/menit, tensi
130/80, terpasang infuse RL.
R Sistem Neurosensori
Subyektif : -
Obyektif : GCS (V 5 M 6 E 4), refleks pupil
positif, isokhor 3 mm/3mm, refelsk fisiologis (+), refleks patologis (-)
R Sistem
genitourinaria
Subyektif : kencing spontan
Obyektif : pola eliminasi, BAK lancar kuning
R Sistem digestif
Subyektif : -
Obyektif :Bu (+) normal
R Sistem
Musculoskeletal
Subyektif : tangan dan kaki dapat digerakkan
secara aktif tanpa bantuan, pada
Obyektif
: tonus otot baik, Kekuatan otot +5/+5
+5/+5,
10.
Data penunjang
a.
Hasil
Laboratorik
Tanggal 18-03-2002
Hb : 14,1 mg% (11,4
– 15,1 mg%)
Trombosit : 207 X 109/l (150 – 300 X 109/l )
Leukosit : 6,6 X 109/l
(4,3 – 11,3 X 109/l )
PCV : 40,9 ( 0,38-0,42 )
Lymph 15,6
Mono 4,8 %
Gran 79,6%
Eos < 10 %
Baso < 3 %
Tanggal 7 maret 2002
GDA 390 mg/dl
SGOT 17 gr/dl
SGPT 29 gr/dl
b.
Hasil
foto (21-03-2002)
Penumothoraks sinestra, pneumomediastinum,
emphysema subkutan
11.
Penatalaksanaan
Terapi Pengobatan :
-
Perawatan
WSD dan vulnus
-
Codein
2 x 10 mg
-
Laxadine
2 dd CI
-
Diit
TkTP
-
Observasi
TTV
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||
Data Subyektif :
Klien mengatakan sekarang
kadang terasa sakit pada dada kiri dan bertambah bila dibuat gerak/batuk
Data obyektif
Klien tampak menyeringai,
pada observasi di dapatkan data tensi 120 / 80 mm, Hg
suhu 36,5 0c Nadi 92 RR 32 X/ml , nyeri tekan , dx. Pneumothotaks,
pneumomediastinum, terpasang slang WSD, sekitar luka tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Rh -/-, Wh -/-, Sonor +/+,
ekspansi paru baik, tidak ada retraksi interkostal kanan, krepitasi +/+
|
Tindakan
invasi Insisi multiple
Disintegritas
jaringan
(saraf perifer)
Terjadi pagositosis (neutrophyl,
eosinophil, limphossit) dan kerja zat biokimia tubuh (bradikin,
prostaglandin, serotonin, leukotrin)
nyeri
penekanan jaringan
sekitar
ekspansi paru
terbatas
|
nyeri
|
|||
DS : adanya luka tempat
pemasangan slang pada dada kiri
DO : terpasang WSD
mulai tanggal 11-03-2002 leukosit 6,6
X 109/l (4,3 – 11,3 X 109/l ), suhu 36,5 oC,
|
Luka tindakan multiple insisi
Invasive
Port d’entry
Pertahanan nonspesifik/primer menurun
infeksi
|
Risiko infeksi
|
|||
DS : klien merasakan
kadang-kdang terasa sesak, tetpi sesaknya berkurang saat ini, posisi yangenak
dengan setengah duduk
DO
Hiperventilasi , takipneu, Rh
-/- Rh -/-, krepitasi +/+
|
pneumothoraks
Kollaps paru
Gangguan
pertukaran gas
Difusi terganggu
Kompensasi dengan
hiperventilasi
|
Perubahan pola
pernafasan
|
Diagnosa keperawatan :
1. Perubahan kenyamanan
(Nyeri) berhubungan dengan trauma insisi jaringan dan sekunder pemasangan WSD.
2. Perubahan pola
pernafasan berhubungan dengan menurunya fungsi pernafasan
3.
Risiko
terhadap tranmisi infeksi yang berhubungan dengan tindakan invasive pemasangan
WSD, dan muiltiple insisi.
4.
Risiko
terjadi komplikasi/penyakitnya berulang berhubungan dengan proses perjalanan
penyakitnya.
II. Perencaaan
1.
Perubahan
kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan sekunder
pemasangan WSD
Tujuan
:
Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria
hasil :
ò
Nyeri
berkurang/ dapat diadaptasi.
ò
Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.
ò
Pasien
tidak gelisah.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Jelaskan dan bantu
klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.Ajarkan
Relaksasi :
1)
Tehnik-tehnik
untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas
nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
2)
Ajarkan
metode distraksi selama nyeri akut.
b. Berikan kesempatan
waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal
waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
c. Tingkatkan
pengetahuan tentang : sebab-sebab
nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
d. Kolaborasi dengan
dokter, pemberian expectoran
e. Observasi tingkat
nyeri, dan respon motorik klien, 30
menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta
setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
|
a.
Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
1)
Akan
melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan
terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
2)
Mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
b.
Istirahat
akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
c.
Pengetahuan
yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
d.
expectorans
memblok lintasan batuk, sehingga batuknya berkurang.
e.
Pengkajian
yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah
kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.
|
2.
Perubahan
pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya fungsi pernafasan
Tujuan
Setelah dilakukan tindkaan keperawatand
an pengobatan +, 5 hari pola pernafasan klien kembali normal
Kriteria :
-
Klien
dapat menyebutkan faktor penyebab
-
Klien
dapat menyatakan cara efektif untuk mengatasi masalahanya
-
Pernafasan
nomral 16-24 kali/mnt, nadi 70-80 kali/mnt
-
Ventilasi
inspirasi : ekspiransi 2 :1
-
Tidak
sesak
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Monitor
pola pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan intensitas)
2.
Lakukan
dan ajarkan klien untuk mengatur
posisi dengan tidur setengah duduj atau duduj
3.
Ajarkan
klien cara batuk yang efektif dan kemabang kempis paru:
-
nafas
dalam dengan menggunakan pernafasan dadak
-
ditahan
3-5 detik dan dihembuskan secara perlahan dengan mengeggunakan mulut
-
ulangi
yangkedu kalinya, gunakan dengan kuat batuk diantara kedua batuknya
4.
Pertahankan
hidrasi dengan minum yang cukup 1,5 liter.hari
5.
lanjutkan
dengan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
6.
jelaskan
klien untuk mengatasi sesaknya secara terkontrol
|
1.
Data
monitoring keadaan umum dan perkembangan penyakitnya.
2.
psosis
inimelonggarkan kerja paru dalam kembang kempis dan tikan menekan diafragma
3.
Batuk
efektif dan pernafasan yang dalam daldah tindkan untuk mengeluarkan dahak dan
melatih kembang kempis paru.
4.
Hidrasi
untuk mengencerkan dahak sehingga melancarakan proses ventilasi, transormasi
dan difusi.
5.
Proses
pembelajaran dan keterlibatan klien dalam mengatasi masalahanya
6.
Latiahn
ini untuk melatih kembang kempis paru dan kemandirian.
|
3.
Risiko
terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan tindakan invasive WSD, dan
multiple insisi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
selama
Kriteria hasil :
-
tidak
ada tanda-tanda infeksi (pemasanagn infuse, WSD, dan kateter)
-
TTV
normal (suhu 36-37oC)
-
Leukosit
8.000-10.000.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Identifikasi
tanda-tanda terjadinya infeksi pada pemasangan WSD dan multiple insisi.
b.
Anjurkan
klien dan keluarga ikut menjaga kebrsihan sekitar luka dna pemasangan alat,
serta kebersihan lingkungan serta tehnik mencuci tangan sebelum tindakan.
c.
Lakukan
perawatan luka pada pemasangan WSD, dan multple insisi.
d.
Identifikasi
factor pendukung dan penghambat klien dan keluarga dalam peningkatan
pertahanan tubuh, makan dna minum
|
a.
Infeksi
yang diketahui secara dini mudah diatasi sehingga tidak terjadi perluasan
infeksi.
b.
Perilaku
yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
c.
Dapat
membantu menurunkan kontak infeksi nosokomial.
d.
Pengetahuan
tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari
insiden infeksi
|
III.
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Perubahan
kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan
dan sekunder pemasangan WSD
|
||
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
09.00
11.00
11.05
11.10
12.00
|
Mengkaji
tanda-tanda vital : S : 36,5;R : 32 X/m, T 120/80, nadi 92 x/mnt
Mengkaji
bersihan jalan nafas : sputum (-), stridor(-), ronchii (-) pada lapang basal
paru
Mengatur
posisi klien : head up 45o/semi fowler
Memonitor
tingkat nyeri
Mengobservasi
ekspansi paru, sonor, retraksi (-), Ronchi (-). Wh -/- pada lapang basal
paru, krepitasi (+)
Mengobservasi
tanda-tanda peradangan luka
Mengidentifikasi
tingkat nyeri skala 2/3
|
Tanggal
25-03 2002; 13.00 WIB
S
: nyeri masih kadang-kadang dirasakan terutama pada tempat pemasangan Slang,
nyeri bertambah bila dibuat gerak
Kebutuhan
istirahat tercukupi
Klien
mersa enak dengan posisi setengah duduk
O
:
Masih
terpadang WSD
Tanda infeksi (-)
Kien tampak lebih
tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana tetap,
dilanjutkan
I Melanjutkan
intervensi
E.
Kondisinya
bertambah nyaman dengan psosisi setengah duduk
Tampak klien lebih
tenang
|
|
||
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
09.00
09.10
09.30
10.00
|
a.
Memonitor
pola pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan intensitas)
b.
melakukan
dan ajarkan klien untuk mengatur
posisi dengan tidur setengah duduj atau duduk
c.
Mengajarkan
klien cara batuk yang efektif dan kemabang kempis paru :
-
nafas
dalam dengan menggunakan pernafasan dadak
-
ditahan
3-5 detik dan dihembuskan secara perlahan dengan mengeggunakan mulut
-
ulangi
yangkedu kalinya, gunakan dengan kuat batuk diantara kedua batuknya
d.
Mempertahankan
hidrasi dengan minum yang cukup 1,5 liter.hari
e.
Melanjutkan
dengan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
|
S : nafas biasa
merasa tidak sesak, enak dengan posisi setenagh duduk
O : RR 32
kali/mnt, Hiperventiulasi, takypneu
A : Masalah tetap
P : pertahankan
intervensi
I
Melanjutkan
intervensi
Menganjurkan
latihan meniup balon atau pernafasan dalam seperti yangtelah diajarkan
E
Kliend apat
mendemostrasikan seperti yangtelah diajarakan tentang pernafasan dala, batuak
efektif, dan meniup balon
Klien mau
melakukan gerak mobilisasi di ats tempat tidur
|
Risiko
terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan tindakan invasive WSD,
pemasangan kateter, infuse).
|
||
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
09.00
09.10
09.30
10.00
|
Mengobservasi adanya tanda/gejala infeksi loka dan
sistemik
Merwat
luka pada pemasangan WSD secara septic dan antiseptic (luka merah, tidak
odema, slang terfiksasi)
Massage
pada daerah krepitasi menuju ke arah insisi terdekat
Mengukur
TTV
Mengkaji
tanda-tanda vital : S : 36;R : 32 X/m, T 120/80, nadi 96
Menganurkan
klien untuk teteap mobilisasi
|
S : badan hangat,
tidak pernah panas
O : tanda klinis
hipertermia (-)
Suhu 36oC, nadi 92
kai/mnt, Intake minum sedikit-sedikit,
A : Masalah tidak
terajdi
P : pertahankan
intervensi
I
Melanjutkan
intervensi
E
Tidak ada
infeksi., luka baik tidak ada nanah
|
IV.
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL
DX
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
PELAKSANA
|
26-02-2002
Dx 1
Dx. 2
|
S : nyeri masih kadang-kadang
dirasakan terutama pada tempat pemasangan Slang, nyeri bertambah bila dibuat
gerak
Kebutuhan istirahat tercukupi
Klien mersa enak dengan
posisi setengah duduk
O :
Masih terpadang WSD
Tanda
infeksi (-)
Kien
tampak lebih tenang
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Rencana tetap, dilanjutkan
I
Melanjutkan intervensi
Melakukna
perawatan luka aseptik dan antiseptik
Melepas
cutaneus suction yang terpasanga dibawha kulit
Mengobservasi
kondisi luka
E.
Kondisinya
bertambah nyaman dengan psosisi setengah duduk
Tampak klien lebih tenang,
luka baik, tidak sakit
S :
nafas biasa merasa tidak sesak, enak dengan posisi setenagh duduk
O :
RR 28 kali/mnt, klien nampak tenang nafas biasa, krepitasi +/+
A :
Masalah tetap
P :
pertahankan intervensi
I
Melanjutkan
intervensi
Menganjurkan latihan meniup
balon atau pernafasan dalam seperti yangtelah diajarkan
E
Kliend
apat mendemostrasikan seperti yangtelah diajarakan tentang pernafasan dala,
batuak efektif, dan meniup balon
Klien
mau melakukan gerak mobilisasi di atas tempat tidur
Memberi
pendidikan kesehatan :
-
selama
perawatan dilarang mengerjakan sesuatu yang berat, mengedan
-
Menjaga
kebersihan lingkungan dan badan untuk mencegah infeksi
-
Makand
an minum yang cukup untuk mempertahankan daya tahan tubuh
-
Kontrol
sesuai dengan waktunya 1 minggu sekali, segera datang periksa bila ada
keluahan mendadak yang dirasakan sangat
-
Lakukan
massage secara steril pada daerak insisi.
R
Rencana pulang dan kontrol ke
poli
|
|
TGL
|
DX
|
EVALUASI
|
12/02/
s2002
|
1
2.
3
|
S
Klien
mengetakan nyeri yang dirasakan kadang-kadang datang tetapi tidak mengganggu
isitrahat
Nyeri dirasakan terutama saat gerak
pada tempat pemasangan slang dan tarik nafas.
O
klien pada posisi semifowler
Klien tidak tampak nyeringai atau
tenang
A
Masalah tertasi sebagian
P
Pertahankan intervsni sesuai dengan
program
I
Melanjutkan intervnsi yang
diprogramkan
Mencatatat hasil produksi WSD <5
cc
E
Rencana pindah ICU untuk observasi
lanjut
S
Klien merasa selama ini tidak panas
hanya summer, keluar keringat
O
Tanda-tanda
infeksi pada pemasangan slang WSD (-), infuse (bengkak), kateter (-) produksi
400 cc, gross hematuria (-)
Tensi
130/80 mmHg, nadi 88 x/mnt, RR 24 x/mnt, suhu 37,5oC
A.
Masalah
teratasi
P
Pertahankan
intervensi
I
Melanjutkan
dan empertahnkan intervensi
Memasang
kembali infuse RL pada tangan kanan klien tetesan lancar
E
Infeksi
tidak terjadi
Infuse
berjalan lancar
S
Klien
dan keluarga bertanya bagaimana dengan hasil pemeriksaan foto dadanya
Dan
kapan kira-kira akan dipindahkan dari ruangan ini
O
Hasil
konsul dari urology hanya bersifat konservatif
Rencana
pindah ke ICU untuk observasi lanjut pada thoraksnya
A.
Maslah
tertasi sebagian
P
Lanjutkan
ntervensi
I
Melanjutkan
intervensi
MMeberi
penjelasan bahwa pindah ke ICu karena harus mendapatkan observasi ketak
tentang pernafasan dan alat yang dipasang slang WSD
Ruang
ICU merupakan tempat observasi yan baik dan diserti alat-alat yang canggih
untuk membantu observasi dan tindakan lanjut.
E
Klien
dan keluarga mengerti dan mau bekerja sama dalam tindakan tersebut.
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon