BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demonstrasi menjadi hal
yang wajar saat ini. Aksi demonstrasi dapat dilakukan oleh setiap kalangan
(buruh, mahasiswa, guru, dll). Demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.
Unjuk rasa umumnya
dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah, atau
para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga
dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya.
Demonstrasi dilakukan
dengan cara-cara anarkis dapat mengganggu kepentingan umum. Misalnya, memblokir
jalan, merusak fasilitas umum, sampai bentrokan yang merenggut nyawa masyarakat
atau petugas keamanan.
Demonstrasi anarki
merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan secara kolektif.
Tindakan anarki dalam demonstrasi dapat disebabkan dari kedua belah pihak,
yaitu pihak pendemo dengan pihak yang didemo
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik dan
memutuskan untuk mengadakan tugas makalah dengan mengambil judul
“ PERILAKU
MENYIMPANG DALAM DEMONSTRASI ”.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulis dalam menyusun makalah perilaku menyimpang dalam demonstrasi adalah sebagai berikut :
a) Mengerti dan memahami
pengertian perilaku menyimpang
b) Mengerti dan memahami tentang
demonstrasi.
c) Memenuhi nilai final test mata kuliah Bahasa Indonesia.
1.3
Manfaat Penulisan
A. Bagi Mahasiswa
-
Dapat
mendiskripsikan tentang perilaku
menyimpang.
-
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai aksi demonstrasi anarki.
C. Bagi Pembaca
-
Untuk
memperluas wawasan tentang perilaku
yang menyimpang.
-
Sebagai
sarana untuk memberikan informasi kepada masyarakat demonstrasi anarki.
D. Bagi Universitas
-
Hasil
penulisan makalah ini akan dijadikan referensi bagi mahasiswa generasi
berikutnya.
-
Hasil
penulisan ini juga bisa menjadi modul pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Menyimpang
2.1.1 Pengertian
Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau
tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan
masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat
dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun
demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada
masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong,
mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa
definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi
:
1. Menurut James Worker Van
der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Robert Muhamad
Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
2.
3. Menurut Paul Band
Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang
dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku, sehingga
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku menyimpang tersebut.
Penyimpangan terhadap
norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut devian (deviant).
Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial
yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2.1.2
Ciri-ciri
perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku
dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria
tertentu dan diketahui penyebabnya.
2. Penyimpangan
bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif,
ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier.
Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak
masyarakat.
3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas
tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena
perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum,
penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang
telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan
lingkungannya.
4. Penyimpangan
terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap
peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada
kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi
tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi
kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi
keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara
terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku
yang bersifat setengah melembaga.
6.
Penyimpangan
sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya
menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran
stabilitas sosial.
2.1.3
Penyebab terjadinya Perilaku menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and
Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
1.
Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2.
Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa
penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu
1.
Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap
norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal
yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam
keluarga yang retak (broken home).
Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka
anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.
Proses belajar
yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya
membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan
bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang
menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah
melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel
yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas
kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin
berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi
pada penjahat berdasi putih (white collar
crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara
bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di
kantor/mengelola uang negara, lama kelamaan makin berani dan menggunakan
berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena
tertutup oleh penampilan sesaat.
3.
Ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan
dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka
lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan
tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan
penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan
cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan
memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang
mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini
merupakan bentuk pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
4.
Ikatan sosial
yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika
pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia
juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5.
Akibat proses
sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa
menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)
menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang
tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar
dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi
nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap
perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.
2.1.4
Bentuk-Bentuk
Perilaku Menyimpang
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1.
Penyimpangan
bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang
mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur
inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini
biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya
emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
2.
Penyimpangan
bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang
bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu
mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah
sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat
pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan
sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai
berikut:
- Penyimpangan
primer (primary deviation).
Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya
bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan
penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak
didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat,
pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang
terlambat membayar pajak.
- Penyimpangan
sekunder (secondary deviation).
Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali
terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya
orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk,
serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan
tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat
sebagai “pencuri”, “pemabuk”, "penodong", dan "pemerkosa".
Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan
diganjar dengan hukuman.
2.1.5
Penyimpangan
Individual
Penyimpangan individual adalah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang
telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan
suatu kejahatan, sepert mencuri,
menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya
dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
1.
Pembandel
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2.
Pembangkang
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3.
Pelanggar
yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku
dalam masyarakat.
4.
Perusuh atau
penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum,
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
5.
Munafik yaitu
penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong,
mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela.
2.1.6
Penyimpangan kolektif
Penyimpangan Kolektif adalah suatu perilaku yang
menyimpang yang dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan
melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga menimbulkan
keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan serta tindak kriminalitas lainnya.
Bentuk penyimpangan sosial tersebut dapat
dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang
menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus
ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.
-
Tindak
Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka
melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat
umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh
penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan,
mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas,
corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.
-
Tawuran /
Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang
berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum
sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. Contoh : tawuran
anak SMA 70 dengan anak SMA 6, tawuran penduduk Berlan dan Matraman, dan
sebagainya.
-
Tindak
Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara
sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak
sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga
membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup
koruptor, sindikat curanmor dan lain-lain.
-
Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk
ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan
dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara
lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang
tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara
resepsi pernikahan, dsb.
2.2
Demonstrasi
2.2.1
Pengertian Demonstrasi
Unjuk rasa atau demonstrasi (demo) adalah sebuah
gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa
biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang
kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai
sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.
Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok
mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas
dengan perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh
kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya.
Dasar hukum yang dipakai untuk berdemonstrasi
adalah :
1.
Dasar dalam
melakukan demonstrasi adalah Undang – Undang No. 9 Th. 1998 tentang Kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum.
2.
Pasal 28 UUD
1945 menyebutkan, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan pengrusakan
terhadap benda-benda. Hal ini dapat terjadi akibat keinginan menunjukkan
pendapat para pengunjuk rasa yang berlebihan.
2.2.2
Syarat-Syarat Melakukan Demonstrasi
Penyampaian pendapat di muka umum disampaikan di
tempat terbuka dan tidak membawa yang dapat membahayakan keselamatan umum.
Syarat–syarat penyampaian pendapat di muka umum di beritahukan kepada Polri
yang memuat :
1. Maksud
dan tujuan
2. Lokasi
dan route
3. Waktu
dan lama Pelaksanaan
4. Bentuk
5. Penanggung
jawab / Korlap
6. Nama
dan alamat organisasi, kelompok dan perorangan.
7. Alat
peraga yang digunakan
8. Jumlah
peserta.
2.2.3
Perilaku Menyimpang dalam Demonstrasi
Sebagian rakyat mengakui, demonstrasi merupakan
salah satu cara yang efektif untuk mencapai kepentingan. Mengapa demonstrasi
menjadi marak? Salah satunya, karena masyarakat tak begitu yakin dengan fungsi
parlemen. Wakil rakyat dianggap tak mampu membawa aspirasinya. Karena itulah,
aksi demonstrasi sering disebut sebagai parlemen jalanan.
Pengalaman di sejumlah negara, termasuk di dalam
negeri, memengaruhi masyarakat untuk terus melakukan aksi massa. Pengalaman
empiris membuktikan, aksi massa bukan saja dapat memengaruhi kebijakan,
melainkan juga turut memengaruhi jatuhnya Presiden Soekarno, Presiden Soeharto,
dan Presiden Abdurrahman Wahid.
Contoh-contoh itu adalah aksi massa yang
mendapatkan simpati masyarakat sehingga masyarakat menjadi bagian dari aksi
itu. Namun, tidak semua demonstrasi mendapatkan dukungan. Ada kalanya,
demonstrasi justru menimbulkan antipati.
Ini karena demonstrasi dilakukan dengan cara-cara
anarkis dan mengganggu kepentingan umum. Misalnya, memblokir jalan, merusak
fasilitas umum, sampai bentrokan yang merenggut nyawa masyarakat atau petugas
keamanan.
Demonstrasi anarki merupakan salah satu bentuk
perilaku menyimpang yang dilakukan secara kolektif. Tindakan anarki dalam
demonstrasi dapat disebabkan dari kedua belah pihak, yaitu pihak pendemo dengan
pihak yang didemo.
Aspirasi atau aksi demo yang dilakukan para pendemo tidak dihiraukan atau tidak
mendapatkan tanggapan dari pihak yang didemo, dan ketika para aparat berniat
untuk mengamankan atau menenangkan para pendemo, sering menjadi penyebab
terjadinya demo anarkis. Aksi yang brutal dari aparat dalam mengamankan
menambah semakin kisruhnya suasana demo. Korban luka-luka hingga tewas pun
sering terjadi dalam demonstrasi anarki, dan yang paling sering menjadi
korbannya adalah dari pihak pendemo. Perlunya
sikap saling menghargai satu sama lain agar demo berjalan dengan lancar, ketika
demo berjalan dengan anarki banyak orang yang akan menjadi korban, baik dari
pihak pendemo, dari pihak yang didemo, dari pihak aparat yanhg mengamankan,
hingga warga yang bertempat tinggal di sekitar terjadinya aksi demo.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada
prinsipnya penulisan makalah tentang perilaku
menyimpang dalam demonstrasi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Perilaku menyimpang adalah
semua tindakan yang menyimpang dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma yang berlaku, sehingga menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
2.
Demonstrasi adalah sebuah
gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa
biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang
kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai
sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.
3.
Demonstrasi anarki merupakan
salah satu bentuk perilaku yang menyimpang.
4.
Demonstrasi anarki sering
merugikan banyak pihak, dari pihak pendemo, dari pihak yang didemo, dari pihak
aparat yang mengamankan jalannya aksi demonstrasi hingga warga yang bertempat
tinggal disekitar aksi demonstrasi.
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang
dapat disampaikan terkait dengan aksi demo anarki, yaitu :
1. Perlunya sikap saling
menghargai dalam aksi demonstrasi, agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
2. Untuk pihak pendemo,
jangan mudah untuk diprovokasi oleh orang/pihak-pihak untuk berbuat anarki.
3. Untuk pihak yang didemo,
sebaikkan memberikan raeksi positif dari aksi para pendemo.
Demikian penulisan makalah
ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Tak lupa penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, dorongan, dan semangat untuk menyelesaikan Makalah ini.
ConversionConversion EmoticonEmoticon