I. Kelainan Retrogessi
1. Apa yang di
maksud dengan atropi ?
Atropi adalah : Pengecilan
dari jaringan/organ tubuh yang telah pernah mencapai ukuran yang Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi :
Atropi neurogen : Akibat
dari gangguan pada saraf, misalnya : lumpuh, stroke, parese
Atropi disuse : Akibat tidak digunakan (statis),
misalnya: bedrest yang lama tanpa aktifitas otot.
Atropi vaskuler : Akibat gangguan sirkulasi darah, misalnya:
atherosklerosis, pengecilan hati.
Atropi endokris : Akibat dari pengaruh hormon, misalnya:
payudara pada wanita lanjut usia
2. Apa beda atropi dan hipoplasi ?
Atropi adalah : Pengecilan
dari jaringan/organ yang pernah mencapai normal.
Hipoplasi adalah :
Pengecilan dari jaringan/organ tubuh yang tidak pernah mencapai ukuran
normal karena pertumbuhan yang terganggu, bisa bersifat kongenital/didapat.
Misalnya, tradisi china yang memakai sepatu besi.
3. Apa yang dimaksud dengan
ganggren ?
Ganggren merupakan nekrosis
koagulatia yang biasanya disebabkan oleh tidak adanya suplai darah yang
disertai dengan pertumbuhan bakteri saprofit. Ganggren timbul pada jaringan
yang terbuka terhadap bakteri yang hidup.
Klasifikasi ganggren :
- Ganggren
kering , dengan ciri-ciri :
- Jaringan
berwarna hitam dan kering, mengkerut
- Biasanya
terjadi pada daerah ekstremitas
- Batasnya
jelas
Ganggren basah, dengan
ciri-ciri :
- Letaknya
lebih dalam dari pada ganggren kering
- Luka dalam
keadaan basah
- Baunya
khas/bau busuk
- Jaringan
bengkak berwarna hitam kemerahan dan jaringan yang mati akan mencair.
4. Sering terjadi pada
komplikasi DM.
Nekrosis jaringan apa yang
ditemukan pada penderita TBC ?
Nekrosis jaringan yang
ditemukan pada penderita TBC dikenal dengan nama nekrosis kaseosa (Nekrosis Perkijuan).
Infeksi bakteri TBC dapat
menimbulkan sarang-sarang nekrosis dengan membentuk suatu masa yang rapuh,
berbutir, berlemak, putihkuning seperti keju.
Nampak sebagai masa eosinofilik amorf, tanpa sisa
struktur sama sekali.Tempat implantasi basil tuberkel yang paling sering adalah
di permukaan alveolar dari parenkhim paru-paru bagian bawah lobus atas atau
bagian atas lobus bawah. Reaksi yang ditimbulkan berupa peradangan yang dapat
sembuh atau peradangan berlanjut. Peradangan lanjut menyebar melalui getah
bening menuju kelenjar getah bening regional yang dapat memanjang sehingga
membentuk sel tuberkel epitheloid dan terjadi nekrosis bagian sentral lesi yang
mengakibatkan terbentuknya suatu bentuk
yang relatif padat seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa disertai dengan jaringan granulasi di sekitarnya
yang terdiri dari sel epitheloid dan fibroblas yang akan menimbulkan respon
yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis yaitu pencairan menuju ke bronchus dan akan
menimbulkan rongga, masuk ke percabangan tracheobronchial dan dapat terbawa ke
paru-paru bagian lain, laryng, telinga tengah, dan usus.
Ikterus adalah
suatu diskolorasi kuning pada kulit kojungtiva dan mukosa akibat menumpuknya
bilirubin,
Ikterus
neonaturum dapat merupakan gejala-gejala fisiologis maupun patologis.
Ikterus
fisiologis adalah ikterus yang timbul pada 24 - 72 jam setelah lahir
Ikterus
patologis dengan ciri-ciri :
Ikterus yang
timbul kurang dari 24 jam pertama setelah lahir
·
Kadar bilirubin total setiap hari naik lebih dari 5
mg/dl.
·
Kadar bilirubin total lebih dari 15 mg/dl.
·
Ikterus masih bertambah lebih dari 1 minggu pada
bayi aterm, dan 2 minggu pada bayi prematur.
Secara
garis besar etiologi ikterus neonaturus :
Produksi berlebihan, yaitu
keadaan dimana produksi bilirubin melampaui kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya. Misalnya, pada :
·
Ketidakcocokan darah rhesus, ABO atau lainnya.
·
Defisiensi enzim G6PD
·
Perdarahan tertutup
·
Sepsis
Gangguan dalam proses up take dan konjugasi
hepar, misalnya pada :
·
Inaturitas hepar
·
Ganggguan fungsi hepar
·
Akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi.
·
Tidak adanya enzim glukoronil transferase (sindroma
cringgeler-najjar)
·
Defisiensi protein tertentu dalam hepar.
Gangguan
transportasi
Bilirubin dalam darah
terikat dengan albumin untuk diangkut ke hepar. Defisiensi albumin menyebabkan
banyak bilirubin indirek bebas dalam darah. Ikatan bilirubin albumin dapat
dipengaruhi beberapa obat.
Gangguan ekskresi
Hal ini dapat disebabkan
obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Obstruksi dalam hepar umumnya karena
kelainan bawaan.
Kemungkinan penyebab ikterus
adalah :
1. Ikterus timbul
pada 24 jam pertama
·
Ketidakcocokan darah rhesus ABO dan lainnya.
·
Infeksi.
·
Defisiensi G6PD
2. Ikterus timbul
pada 24-72 jam
·
Umumnya ikterus fisiologis
·
Ketidakcocokan darah
·
Polisitenia
·
Hemolisis dari perdarah tertutup
·
Hipoksia
·
Dehidrasi asidosis
3. Ikterus timbul
pada lebih dari 72 jam sam pai akhir minggu I
·
Umumnya infeksi
·
Dehidrasi asidosis
·
Defisiensi G6PD
·
Obat-obatan
·
Sindroma Crigger-Najjer
4. Ikterus timbul
pada umur 1 minggu atau lebih.
·
Umumnya karena obnstruksi
·
Hipotiroid
·
Breast milk jaundice
·
Infeksi.
·
Hepatitis neonatal
·
Galaktosemia
Ikterus yang mungkin besar
menjadi patologis:
·
Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
·
Ikterus dengan kadar bilirubin lebih dari 12,5 mg/dl
(>10 mg/dl)
·
Peningkatan bilirubin > 5 mg / dl / hari.
·
Ikterus yang menetap > 2 mg/dl pada minggu I
·
Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses
hemolitik atau infeksi atau patologi lain yang telah diketahui.
·
Kadar bilirubin direk > 1 mg/dl.
Nilai normal bilirubin
·
Bilirubin
(total) : 0,2 - 0,8 mg % (bayi
baru lahir 1,0 mg %)
·
Bilirubin direk :
0,0 - 0,3 mg %
·
Bilirubin indirek :
0,2 - 0,5 mg %
Pedoman pengelolaan ikterus
menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin.
Bilirubin (mg/dl)
|
< 24 jam
|
24 - 48 jam
|
49 - 72 jam
|
> 72 jam
|
< 5
|
PEMBERIAN
|
MAKANAN
|
YANG DINI
|
|
5 - 9
|
Terapi sinar bila
hemolisis.
|
Penobarbital yang cukup.
|
ditambah kalori
|
|
10 - 14
|
Transfusi tukar bila
hemolisis #
|
Terapi Sinar
|
Terapi sinar
|
|
15 - 19
|
Transfusi tukar #
|
Transfusi tukar bila
hemolisis #
|
Terapi sinar +
|
+
|
> 20
|
Transfusi tukar #
|
Transfusi tukar #
|
#
|
#
|
Keterangan
:
# :
Sebelum dan sesudah transfusi tukar beri
terapi sinar.
+ :
Bila tidak berhasil transfusi tukar.
:
Observasi
:
Penyebab ikterus perlu diselidiki.
6. Pada seorang berumur 75
tahun yang telah dirawat di RS Sederhana kurang lebih 9 bulan karena menderita
kelumpuhan kanan total (hemiplegia dextra total), tampak keadaan umum sebagai
berikut :
Kesadaran baik, suhu dan
laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan lebih lanjut didapat derajat
kelumpuhan menetap kaku, kulit punggung dan bokong kemerahan serta otot-otot
kaki kiri tampak agak mengecil.
·
Kelainan yang tampak di kulit adalah gejala dan
tanda-tanda dekubitus
·
Kelainan yang tampak di otot adalah atropi neurogen
·
Upaya preventif kelainan kulit dan otot :
Kulit :
·
Mobillisasi miring kanan dan kiri untuk mengurangi
penekanan daerah dekubitus
·
Jaga kebersihan kulit.
·
Lakukan tapping untuk melancarkan sirkulasi darah
pada daerah penekanan.
·
Latihan dalam eliminasi.
Otot :
·
Berikan / lakukan latihan ekstremitas dengan
fisioterapi sesuai dengan kondisi pasien dengan teratur dan berharap juga
lakukan ROM (Range of Motirn)
·
Berikan diit tinggi kalori dan protein.
·
Obat-obatan (vitamin dan antibiotika)
Prediksi atas pemulihan
vitalitas fungsional organ terkait pada penderita.
Secara vitalitas fungsional
tidak dapat kembali normal karena derajat kelumpuhan yang tetap kaku, juga usia
yang telah lanjut.
Informasi yang ingin
diketahui atau didapatkan untuk dasar pengelolaan lebih lanjut dan manfaatnya
adalah :
·
Pemerikasaan angiografi untuk menentukan tempat dan
penyebab terjadinya kelumpuhan.
·
Pemerikasaan EEG
Tingkatan
refleks
Refleks tendo dalam juga
dikenal dengan nama refleks regang ( otot alfa refleks bisep, refleks trisep,
refleks brakioradialis, refleks patela)
Respon terhadap refleks
dibagi dalam tingkatan 0 s/d + 4
+4 :
Sangat cepat penyakit pada
motor neuron atas (osilasi ritmis antara flexi dan ekstensi)
+3 : Lebih cepat dari biasanya, tetapi belum tentu menyatakan
adanya penyakit.
+2 : Biasanya normal.
+1 : Agaknya berkurang.
0 : Tak ada respon
Test
sensoris
Pada waktu pemeriksaan
sistem sensoris ada 4 daerah yang diperiksa, yaitu :
·
Sensasi taktil superfisial
nyeri, suhu, dan raba.
·
Indera proprioseptif sensasi pergerakan dan posisi.
·
Sensasi getar.
Fungsi sensori kortikal.
Test sensorik yang dilakukan dengan mata pasien tertutup, menggunakan
sedikit kapas untuk memeriksa raba, peniti untuk memeriksa rasa nyeri
superfisial dan tabung yang berisi air panas dan air dingin untuk memeriksa
suhu.
Kasadaran proprioseptif posisi dan pergerakan mula dievaluasi pada
sendi-sendi distal. Bila sendi distal normal, maka tak perlu memeriksa sendi
proksimal.
Salah satu jari pasien kita pegang lalu dengan lambat digerakan ke atas
dan ke bawah, sementara pasien diminta menyebutkan gerakan falang tersebut.
Test Ronberg
Menlai kesan posisi kaki dan badan. Orang normal dapat berdiri dengan
kedua kaki rapat dan mata tertutup tanpa terayun atau kehilangan keseimbangan.
Pasien dengan kelainan lintasan proprioseptif tidak dapat berdiri dengan mata
tertutup.
Test motorik
Jenis dan distribusi
|
Neuron motorik atas
Lesi pada otak/lesi pada medula spinalis.
|
Neurom motorik bawah
segmen, akar atau saraf yang mana
|
Tonus
|
Spastisitas
|
Flaksiditas
|
Sebagian besar
|
Atropi ringan karena jarang digunakan
|
Atropi, mungkin nyata
|
Refleks
|
Semakin nyata
Babinski (+)
|
Berkurang/tidak ada
Babinski (+)
|
Faskikulasi
|
Tidak ada
|
Ada
|
Klonus
|
Sering kali ada
|
Tidak ada
|
1.
Ditemukan seorang mayat di dalam hutan dengan
posisi terlentang dan pakaian lengkap.Tidak ada tanda luka ataupun kekerasan
lain. Pada pemeriksaan ditemukan warna merah tua di punggung. Anggota badan
lemas. Di daerah perut kanan tampak hijau kebiruan. Dapatkah ditentukan saat
matinya ? Berikan argumentasinya !
|
Berdasarkan data-data yang terutama telah adanya anggota badan yang
lamas dapat dipastikan mayat tersebut telah > 2 - 3 hari yang lalu
meninggal.
Alasannya; Kaku mayat (rigor mortis) terjadi setelah 2-3 jam kematian
dan menetap sampai 3 hari dan kemudian menghilang. Keadaan ini didukung dengan
telah adanya livor mortis (lebam mayat pada bagian punggung) oleh karena mayat
terlentang serta tanda-tanda pembusukan di daerah abdomen (warna hijau
kebiruan) telah adanya pembentukan gas H2S di daerah sektor jaringan usus.
Alasan lainnya: Denaturasi protein sebagai akibat autolisis oleh enzim
yang dilepas lisosom sehingga otot-otot kembali melepas setelah mengalami kaku
mayat. Tanda yang ditemukan warna merah dipunggung dan warna hijau kebiruan
pada perut kanan disebabkan sel-sel darah mengalami hemolisis dan turun ke
bawah sehingga menyebabkan lebam mayat di anggota tubuh bagian bawah
II.
Patogenesis kelainan
Defisinsi Karbohidrat
Hipoglikemia ditemukan pada keadaan :
·
Pemakaian insulin berlebihan
·
Pengobatan psikosis dengan syok hipoglikemia
·
Akibat pembentukan insulin berlebihan pada tumor
pankreas yang dibentuk oleh sel-sel B.
Defisiensi Protein.
Pemasukan protein kurang akan terjadi kekurang kalori dan asam-asam
amino yang diperlukan mineral dan faktor-faktor lain, misalnya lipoprotein dan
lain-lain. Akibatnya pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan, pembentukan zat
anti dan serum terganggu sehingga mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan
infeksi keras, akibat kurangnya lipotropik.
Preventif defisiensi karbohidrat dan protein adalah diet TKTP.
Defisiensi protein dan
karbohidrat dapat mengakibatkan marasmus dan kwashiorkor.
Pada Marasmus
·
Terjadi katabolisme otot dan lemak untuk memlihara
metabolisme sehingga pasien nampak hanya kulit pembalut tulang (nampak sangat
kurus).
·
Albumin serum masih normal maka tidak terjadi
oedema.
·
Enzim usus normal maka masih dapat mengabsorbsi
makanan, sehingga pengobatan relatif lebih mudah.
Pada Kwashiorkor :
·
Defisiensi protein kalori terjadi lebih berat.
·
Albumin serum menurun sehingga terjadi oedema dan
asites.
·
Sintesis enzim menurun menyebabkan filli usus atropi
sehingga absorbsi makanan sukar.
·
Metabolisme terganggu sehingga timbul somnolen,
apatis, lesu.
·
Terjadi perlemakan hati.
Defisiensi vitamin A
Dapat menyebabkan rabun senja.
Karena tidak cukup tersedianya vitamin A guna dibentuk menjadi retinal
dalam jumlah yang adekuat. Karena itu jumlah rodhopsin yang dapat dibentuk
dalam sel batang dan jumlah bahan kimia yang peka terhadap warna dalam sel
kerucut menjadi berkurang. Keadaan ini disebut rabun senja sebab jumlah cahaya
pada waktu malam terlalu sedikit untuk dapat menimbulkan penglihatan yang
adekuat, walaupun pada waktu siang hari sel batang dan kerucut tetap dapat
dirangsang dan terdapat pengurangan substansi photokimia.
Jaringan Epitel.
Vitamin A mempunyai peranan penting dalam menunjang dan
mempertahankan kesehatan, fungsi jaringan epitel yang membentuk pertahanan
tubuh primer terhadap infeksi. Jaringan epitel tidak hanya meliputi kulit,
tetapi juga meliputi mukosa membran mata, rongga mata, saluran pencernaan dan
saluran perkemihan. Fungsi fisiologi Vitamin A dalam mempertahankan integritas
jaringan epitel menjadi dasar penelitian yang berhubungan dengan vitamin A ;
retenoids dan karotin menjadi awal kanker jaringan epitel. Tampa vitamin A
sel-sel menjadi kering, kehitaman secara perlahan mengeras membentuk keratin,
prosesnya disebut keratinisasi. Keratin adalah protein yang membentuk jaringan
kera dan kering seperti kuku dan rambut. Bila tubuh kekurangan Vitamin a banyak
jaringan epitel mengalami keratinisasi.
1. Mata; Kornea
menjadi kering dan mengeras, keadaan ini disebut Xeropthalmia. Pada kekurangan
vitamin A yang ekstrim akan mempercepat kebutaan. Saluran air mata kering yang
menghilangkan fungsi sebagai pembersih dan pelumas yang memungkinkan infeksi
mudah terjadi.
2. Saluran
Pernafasan; Epitel rambut di rongga hidung menjadi kering, rambut/bulu-bulu
menjadi rontok. Pertahanan untuk mencegah masuknya infeksi menjadi kurang.
Kelenjar ludah kering dan mulut menjadi kering dan pecah-pecah dan memudahkan
organisme masuk.
3. Saluran
Pencernaan; Fungsi secresi mukosa membran berkurang, dan jaringan menjadi lepas
yang mempengaruhi pencernaan dan absorbsi.
4. Saluran
Perkemihan; Jaringan epitelnya rusak timbul masalah-masalah seperti infeksi
saluran perkemihan, batu saluran kemih, dan inveksi vagina yang menjadi hal
umum.
5. Kulit; Menjadi
kering dan bersisik, pustula-pustula kecil/besar, hiperpigmentasi, erupsi
papila mungkin terjadi disekitar folikel rambut, keadaan ini disebut
hiperkeratosis folliculer.
6. Pembentukan Gigi;
Hanya sel-sel epitel tertentu disekitar gigi anak yang tertanam dalam gusi yang
masih mudah akan membentuk menjadi organ yang istimewa yang disebut ameloblas.
Organ tersebut membentuk email tempat tumbuhnya gigi. Masing-masing sel
mengeluarkan produksi dan timbunan substansi pembentuk email yang ahirnya
membentuk gigi
Pertumbuhan
Telah diobservasi bahwa defisiensi Vitamin A berhubungan
dengan keterlambatan pertumbuhan, tetapi bagaimana mekanisme tersebut belum
jelas. Defisiensi biasanya melibatkan banyak faktor, oleh karenanya sulit
memisahkan pengaruh spesifik dari nutrisi ini. Untuk alasan tersebut banyak
penelitian mangenai vitamin A pada pertumbuhan dilakukan pada hewan-hewan
dimana fariabel-fariabelnya dapat dikontrol. kontribusi vitamin A memegang
peran yang esensial dalam pertumbuhan tulang dan jaringan lunak, kemungkinannya
terjadi melalui efek sintesis protein, mitosis atau stabilitas membran sel.
Reproduksi
Bahan pembentuk retina kecuali asam retinoid dibutuhkan
untuk menunjang fungsi normal sistim reproduksi baik pada pria/wanita. Tes pada
pemberian makanan binatang, hanya asam retinoid sebagai sumber vitamin A;
Kekurangan retinol dan retinoid menyebabkan sterilitas, degenerasi testikuler
pada pria, dan absorbsi atau kelainan pembentukan janin pada wanita.
Preventif defisiensi vitamin A adalah dengan :
·
Diet makanan yang mengandung vitamin A
·
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita.
·
Bila sudah terjadi rabun senja, beri vitamin A
secara intravena.
No. 2. DASAR DASAR :
Aktifitas Motorik Somatik :
Neuron terahir di serat otot
(perifer) menerima reseptor/impuls dari berbagai arah (dari modula spinalis
yang bersegmen sama/lebih tinggi, batang otak juga dari kortek serebri).
Penerimaan impuls ada yang langsung, ada juga yang tidak langsung yaitu: melalui
interneuron atau neuron motor gama sehingga membuat aktivitas yang terencana
dalam mengatur sikap tubuh dan gerakan yang terkoordinir.
Pusat Motorik :
Impuls yang langsung maupun
yang tidak langsung dari pusat motorik ( Korteks serebri, ganglia basal,
formatio retikularis di batang otak, serebelum dan medula spinalis ) akan
memberikan impuls ke neuron motor ( Korteks Motorik ).
Perencanaan di otak akan
melibatkan : Korteks serebri, ganglia
basal/serebelum bagian lateral dan intermediet serebelum. Timbulnya ide-ide
perintah gerakan volunter itu berasal dari daerah asosiasi korteks serebri,
dari sini diteruskan ke ganglia basal , serebelum bagian lateral ke korteks
motorik dan premotorik untuk menghasilkan rencana yang baik. Pelaksanaan gerak
ini diteruskan ke traktus kortikospinal
yang berhubungan dengan otot-otot ekstremitas dan traktus kortikobulber yang berhubungan dengan otot-otot daerah
kepala, sebagian lagi melalui jaras yang berasal dari berbagi nukleus batang
otak atau ada yang langsung ke korteks serebri.
Hasil gerakan menjadi
perubahan input (masukan) ke Propioseptik
( sensorik dari otot, tendo, sendi dan kulit ), imformasi ini merupakan umpan
balik yang menyesuaikan dan menhaluskan gerakan yang di pancarkan kembali
(relai) langsung ke kortek motorik
dan ke spinoserebelum. Dari spinoserebelum diproyeksikan lagi ke
batang otak membentuk traktus-traktus rubrospinal,
retrikulospinal, tektospinal , vestibulospinal dan serabut yang sesuai dengan
proyeksi neuron motor dibatang otak yang berhubungan dengan pengaturan sikap
dan koordinasi gerakan.
Ganglia Basal
Area
Perencanaan
Ide Pusat di
Gerakan
Motorik Korteks
Motorik
Intermediet
serebelum
Serebelum
lateral
Korteks Serebri :
Dalamperencanaan pengaturan
dan penghalusan gerakan berada di :
1.
Traktus Kortikospinal Lateral yang merupakan 80%
serat dari kortek yang turun langsung ke Medula spinalis berahir di neuron
motor alfa.
2.
Traktus Kortikobulber untuk untuk otot-otot daerah
kepala hanya sampai di batang otak juga berahir neuron motor alfa.
Kedua jaras ini berasal dari
kortek motorik (daerah 4 Brodman ) yang terdiri dari :
·
30% Korteks Motorik
·
30% Korteks Premotorik
·
40% Somato Sensorik
Daerah Motor Suplemen
seratnya berhubungan dengan Kortek Motorik yang terlibat dalam perencanaan
urutan gerakan. Di Korteks Premotorik proyeksinya ke batang otak yang
berhubungan dengan fungsi pengaturan sukap tubuh, bersama-sama korteks motorik
membentuk Traktus Kortikospinal (fungsi belum jelas ). Korteks Perientalis
Posterior : daerah ini berhuibungan erat dengan daerah Somatosensorik Primer
(3,1,2 Brodman) yang bersama-sama membentuk Traktus Kortikospinal/Kortikobulber
yang keduanya berhubungan dengan kortek premotorik.
Ganglia Basal :
Ganglia basal bersama
Neoserebelum (Lateral Cerebellum ) merupakan bagian dari terminal (sirkuit)
umpan balik ke kortek Premotorik dan Motorik yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengaturan gerakan , mewujutkan pikiran /memori gerakan yang terencana.
Serebelum :
Fisiologi
serebelum dibagi menjadi 3 bagian :
·
Vestibuloserebelum (Flukolonolobularis) :
berhubungan dengan fungsi Vestibuler yaitu: keseimbangan tubuh.
·
Spinoserebelum
( bagian besar Vermis dan bagian
medial Hemifer) : menerima impuls propioseptik dari tubuh dan mencopy rencana
motorik dari korteks serebri dengan membandingkan rencana dan hasil yang
dikerjakan, mulai dengan menghaluskan dan mengkoordinasikan gerakan yang sedang
berlangsung. Proyeksi Vermis ke batang otak yang mengontrol otot-otot aksial
dan Hemisfer medial berhubungan dengan otot-otot ekstremitas. Gerakan langsung
di hantarkan kembali (relai) ke korteks motorik dan spinoserebelum.
·
Neoserebelum (lateral) bagian sisa yang terbesar
dari serebelum yang berinteraksi dengan Kortek serebri motorik dalam
perencanaan dan program gerakan.
Secara
umum fungsi serebelum :
1. Pengendalian
kesalahan : bila gerakan terlalu cepat akan dihambat, bila terlalu lambat akan
dipercepat. Proses membandingkan rencana gerakan dengan pelaksanaan gerakan di
korteks serebri.
2. Fungsi peredam :
untuk meredam gerakan-gerakan yang berlebihan/berlawanan.
3. Fungsi peramal :
untuk mengetehui kecepatan, lama, waktu gerakan.
Formatio
Retikularis :
Ini dibentuk dari neuron
neuron kecil yang saling berhubungan
menbentuk suatu anyaman yang terletak dibagian ventral tengah modula
oblongata dan mesensefalon, yang betukas sebagai pusat Eksitasi dan pusat
inhibisi ( pengaturan pernafasan, tekanan darah, denyut jangtung, pusat
sadar/jaga dan tidur.
Modula Spinalis
Impuls sensorik dari bagian
tubuh lain disalurkan melalui serat-serat aferen sensorik dan masuk ke medula
spinalis, pengaruh neuron motorik yang langsung/tidal langsung atau lewat
interneuron di medula spinalis dikendalikan melalui terminal refleks-refleks
sederhana (refleks fleksor) membentuk pola yang diperlukan untuk gerakan yang
terkoodinasi.
KASUS
Diantara penumpang yang
duduk ada seorang gadis remaja yang asyik menulis di catatan hariannya menunggu
bis berangkat.
Jelaskan proses terjadinya
gerak terampil ketika gadis itu menulis.
Pembahasan
:
Dari Reseptor mata meberikan
imformasi ke kortek serebri motorik membentuk ide yang berupa impuls yang
dilanjutkan ke pusat motorik . di pusat motorik akan menyusun perencanaan mulai dari melihat sambil menulis..
Korteks serebri terlibat
dalam perncanaan pengaturan /penghalusan gerakan sampai di traktus
kortikospinal. Di ganglia basal merencanakan dan memogram gerakan dan
mewujutkan pikiran serta memori gerakan. Selanjutnya di Serebelum melibatkan :
Vestibuloserebelum (Keseimbangan tubuh), Spinoserebelum (menghaluskan,
mengkoordinasikan gerakan), Neoserebelum (merencanakan dan memogram
gerakan).
Ganglia basal Traktus Otot Kepala
Kortikobulber
Reseptor Ide di
Dari Mata Korteks Rencana Traktus Otot badan
Serebri
Kortikospinalis Ekstremitas
Serebelum Lateral
Masukan Perencanaan Medula Spinalis
Sensorik Gerakan
Refleks
Perifer
Memori
Pemantauan
Pelaksanaan
Penyesuaian Gerakan
Gerakan
Masukan
Sensorik
Hasil perencanaan
gerakan akan menjadi lebih baik, maka diolah kembali (masukan) ke Propioseptik imformasi ini merupakan
umpanbalik yang menyesuaikan dan menghasilkan gerakan menulis. Dari perencanaan
program ini di pancarkan kembali (direlai) langsung ke kortek motorik dan ke spinoserebelum.
Dari spinoserebelum diproyeksikan
lagi ke batang otak membentuk traktus-traktus rubrospinal, retrikulospinal, tektospinal, vestibulospinal dan
serabut yang sesuai dengan proyeksi neuron motor dibatang otak yang berhubungan
dengan pengaturan sikap dan koordinasi gerakan yang diharapkan. Sekali dalam
melaksanakan gerakan mulai dari duduk ke menulis dengan terampil. Kegiatan ini
sudah termemori dengan baik. Untuk gerakan selanjutnya sudah menjadi gerakan
reflek.
Korteks Motorik
T. Rubospinal
Umpan balik
T. Retikolospinal
Pengatur
Gerakan Perub. input Batang Otak
Sikap &
Propioseptik
T. Testospinal
Koordinasi
gerak
Spinosrebelum
T. Vestibulospinal
ConversionConversion EmoticonEmoticon