LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU dengan Atelektasis
PENGERTIAN
:
Tuberkulosis paru merupakan penyakit
infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Myobakterium
Tuberkulosis.
ETIOLOGI
:
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran
panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid
sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia, fisik. Sifat
lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin,
dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan oksigennya yaitu
daerah epikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
PATOFISIOLOGI
:
Penyakit ini dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah
sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang
diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil Tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan
basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah
lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan. Leukosit
polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak
membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli
yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni
selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus,
dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian
sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis
kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel
TANDA
& GEJALA
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah
tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
1.
Demam : subfebril, febril (
40-41derajat C) hilang timbul.
2.
Batuk : terjadi karena adanya
iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang /mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum)
3.
Sesak nafas : bila sudah lanjut
dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4.
Nyeri dada : ini jarang
ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5.
Malaise : ditemukan beripa
anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat
diwaktu malam hari
Pada Atelektasis terdapat gejala
manifestasi klinik yaitu Sianosis, Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada
Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol
keatas.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan
fisik :
·
Pada tahap dini sulit
diketahui.
·
Ronchi basah, kasar dan
nyaring.
·
Hipersonor/timpani bila
terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
·
Atropi dan retraksi interkostal
pada keadaan lanjut dan fibrosis.
·
Bila mengenai Pleura terjadi
efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan
Radiologi :
·
Pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
·
Pada kavitas bayangan berupa
cincin.
·
Pada Kalsifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.
Laboratorium :
·
Darah : leukosit meninggi, LED
meningkat
·
Sputum : pada kultur ditemukan
BTA
·
Test Tuberkulin : Mantoux test
(indurasi lebih dari 10-15 mm)
PENATALAKSANAAN
:
·
Penyuluhan
·
Pencegahan
·
Pemberian obat-obatan :
1.
OAT (obat anti tuberkulosa) :
2.
Bronchodilatator
3.
Expektoran
4.
OBH
5.
Vitamin
·
Fisioterapi dan rehabilitasi
·
Konsultasi secara teratur
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
a. Pola aktifitas dan istirahat :
Fatique,
Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam
hari
b. Pola Nutrisi :
Anorexia, Mual,
tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi :
Batuk produktif
(pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d. Riwayat Keluarga :
Biasanya
keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)
e. Riwayat lingkungan :
Lingkungan
kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang,
jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f. Aspek Psikososial :
·
Merasa dikucilkan
·
Tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri.
·
Biasanya pada keluarga yang
kurang mampu.
·
Masalah berhubungan dengan
kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang bayak.
·
Masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien.
·
Tidak bersemangat, putus
harapan.
g. Riwayat Penyakit sebelumnya :
·
Pernah sakit batuk yang lama
dan tidak sembuh sembuh.
·
Pernah berobat, tetapi tidak
sembuh.
·
Pernah berobat tetapi tidak
teratur (drop out).
DIAGNOSA
PERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :
1.
Gangguan pertukaran gas
sehubungan dengan adanya faktor resiko :
·
Berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis.
·
Kerusakan membran alveolar
kapiler.
·
Sekret yang kental
·
Edema Bronchial.
2.
Potensial infeksi dan
penyebaran infeksi sehubungan dengan :
·
Daya tahan tubuh menurun,
fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
·
Kerusakan jaringan akibat
infeksi yang menyebar.
·
Daya tahan/ resistensi terhadap
infeksi rendah
·
Malnutrisi
·
Terkontaminasi oleh lingkungan.
·
Kurang pengetahuan tentang
infeksi kuman.
3.
Gangguan kebutuhan nutrisi
sehubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum,
dyspnoe, anorexia, penurunan finansial /biaya.
4.
Pembersihan jalan nafas yang
tidak efektif sehubungan dengan sekresi yang kental, lengket dan berdarah,
lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea/larink.
5.
Kurangnya pengetahuan
(kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, sehubungan dengan
tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas
pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.
Pengobatan:
1. Nama obat : INH
Dosis : 1 x 400 mg
Farmakokinetik:
·
Diabsorbsi : dari saluran
pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi
·
Puncak : 1 - 2 jam
·
Distribusi : Keseluruh jaringan
tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta
·
Metabolisme : Tidak diaktifkan
oleh acetylation di dalam hati
·
Eliminasi : waktu paruh 1 - 4
jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam, diekskresikan dalam air
susu
Efek samping : biasanya dihubungkan
dengan dosis
·
CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri
kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnolen, insomnia,
amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan
memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan
, menstruasi
·
Mata : Penglihatan kabur,
terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi
·
GI : Mual , muntah ,
epigastrium distress, mulut kering, konstipasi
·
Hematologi : Agranulositosis,
hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia,
methemoglobinemia
·
Hepatotoksisitas: panas dingin,
kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria)
limpadenitis, vaskulitis
·
Metabolik endokrin : Penurunan
absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra,
gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia, hipokalsemia,
acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
·
Lain-lain : dyspnea, retensi
urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus syndrome,
iritasi di tempat bekas injeksi.
·
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
·
Obat oral INH lebih baik
diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi, jika terjadi
iritasi GI, obat boleh diberikan bersama
makanan
·
Isoniazid dalam bentuk larutan
disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam temperatur yang rendah. Jika
hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang hangat atau dalam temperatur
ruangan.
·
Nyeri lokal sementara setelah
injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar daerah injeksi
·
Obat disimpan harus ditutup
rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara sebaliknya
Pengkajian /efek obat :
·
Tes adanya kelemahan yang
tepat, sebelum pemberian therapy untuk
mendeteksi kemungkinan bakteri yang resisten
·
Efek therapetik biasanya
menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih dari 90%
pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang berkurang setelah 6 bulan
·
Pemeriksaan mata
·
Monitor Tekanan darah selama
pemberian obat
·
Pasien seharusnya secara
hati-hati dengan interview dan diperiksa
dalam interval bulanan untuk mendeteksi
dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas
·
Therapi INH yang kontinyu
setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko kerusakan hati yang
lebih berat
·
Isoniazid hepatitis
(kadang-kadang fatal) biasanya
berkembang selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu
selama pemberian therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan
umur 35 tahun atau lebih atau terutama yang meminum alkohol setiap hari
·
Cek berat badan 2 kali
seminggu, di bawah kondisi standart
·
Pasien DM seharusnya diabsorbsi
untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang nyata dan tes benedik
positif; yang palsu segera dilaporkan
·
Neuritis peripheral lebih
banyak menimbulkan afek toksik seringkali
didahului oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan
meliputi (termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi,
diabetik, inaktivator lambat, wanita hamil dan kekuatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan
pasien
·
Memeperingatkan pasien terhadap
makanan yang mengandung tyramine (keju, ikan) yang menjadi penyebab dari
palpitasi, peningktan tekanan darah.
·
Instruksi pasien untuk melapor
kepada medis bila ada tanda dan gejala dari perkembangan hepatotoksik
·
Memperingatkan pasien terhadap
makanan yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi penyebab dari
palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala,
hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
·
Umumnya therapi INH diberikan 6
bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila digunakan untuk terapi
preventif, INH diberikan 12 bulan.
2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride
Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral),
untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian
diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr
Anak: : 6 -
12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
·
Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi
di saluran pencernaan
·
Puncak 2 - 4 jam
·
Distribusi: diodistribusi ke
seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal,
paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.
·
Metabolisme: dimetabolisme
dalam hati
·
Eliminasi : waktu paruh 3 - 4
jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 % dikeluarkan dalam
feses
Efek samping :
·
CNS : Nyeri kepala ,
pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral, nyeri
tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah
·
Mata : Toksisitas bola mata :
neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik dengan
penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang pandang,
kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata
nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.
·
Saluran pencernaan : anoreksia,
mual, muntah, nyeri abdomen
·
Hypersensitifitas : pruritis ,
dermatitis, anafilaktis
·
Hyperuresemia, demam , malaise,
leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan sementara dalam
fungsi liver (kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis
akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat
Implikasi Perawatan
·
Ethambutol mungkin
diberikan setelah makan jika iritasi
saluran pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan
dalam perut.
·
Lindungi ethambutol dari
cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C
kecuali kalau diberikan langsung .
Pengkajian dan efek obat
·
Kultur dan tes kerentanan
seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya tindakan/dan pengulangan
secara periodik pada terapi secara keseluruhan .
·
Toksisitas okuli secara umum
kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak
tampak selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah obat tidak
dilanjutkan
·
Uji opthalmoskopik meliputi tes
luas lapang pandang, tes untuk ketajaman penglihatan menggunakan kertas mata,
dan tes untuk penggolongan diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu
untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata
seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama
·
Monitor rasio input dan output
pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya oliguria atau perubahan
yang penting pada ratio atau dalam laporan laboratorium tentang fungsi ginjal.
Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat
·
Tes fungsi ginjal dan hepatik,
hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya ditentukan dalam
interval yang teratur pada terapi secara menyeluruh.
Pendidikan pasien dan keluarga
·
Secara umum, therapi dapat
berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya pengobatan yang
lebih pendek bisa digunakan dengan baik
·
Jika pasien hamil, selama
pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera . Obat
seharusnya tersendiri.
·
Sarankan pasien untuk
melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian mengaburnya pandangan,
perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang pandang , beberapa gejala
penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan tentang
matanya
·
Jika dideteksi secara dini,
defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat.
Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel.
3. Nama obat : Rifampisin
Dosis : 1 x 450 mg
Farmakokinetik:
·
Absorbsi: Dengan mudah
diabsorbsi di saluran pencernaan
·
Puncak: 2 - 4 jam
·
Distribusi : didistribusikan
kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu
·
Metabolisme: Dimetabolisme
dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik.
·
Eliminasi : Waktu paruh 3 jam.
Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses
Efek samping :
·
CNS: fatigue, drowsiness, nyeri
kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan berkonsentrasi, mati rasa
secara umum, nyeri pada ekstremitas,
kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran
frekuensi rendah, secara sementara.
·
GI : heart burn, distress
epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare, kolitis
pseudomembran.
·
Hematologi : Trombositopenia,
leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia hemolitik
·
Hypersensitivitas : panas,
pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah,
eosinophilia, hemolisis
·
Ginjal : hemoglobinuria,
hematuria, Akut Renal Failure
·
Lain-lain : hemoptisis,
light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma hepatorenal
(dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati
(bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
·
Overdosis: Gejala GI,
meningkatnya lethargi, pembesaran liver
dan pengerasan, jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi Perawatan
·
Kapsul bisa dibuka diisi dan
diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan
·
Suspensi oral dapat disiapkan
dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri
·
Beriakn 1 jam sebelum atau 2
jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum
diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan
·
Pengawetan seharusnya dijaga
dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak stabil dalam
keadaan lembab
Pengkajian dan efek obat
·
Tes serologi dan kerentanan seharusnya
ditentukan paling utama selama dan dalam keadaan / waktu kultur positif
·
Disarankan tes fungsi hepatik
secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor secara tertutup
(closely)
·
Jika pasien juga mendapat anti
koagulan, waktu protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau seringkali
untuk membuat dan menjaga aktifitas antikoagulan
Pendidikan kepada pasien dan keluarga
·
Informasikan kepada pasien
bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah-oranye, feces, sputum, keringat
dan air mata. Terutama yang menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna lainnya
yang permanen
·
Pasien dengan kontrasepsi oral,
seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang
sama menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari
kontrasepsi dan untuk gangguan menstruasi (spotting, perdarahan)
·
Perhatikan pasien agar menjaga
obat dari jangkauan anak-anak
4.
Nama obat : Pyrazinamide
Dosis : 2 x 500 mg
Farmakokinetik :
·
Absorbsi : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan
·
Puncak : 2 jam
·
Distribusi : Melewati barier
darah otak
·
Metabolisme : di metabolisme di
hati
·
Eliminasi : waktu paruh 9 - 10
jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin
Efek samping :
·
Astralgia, aktif gout,
kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash
(jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik
ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal,
penurunan plasma protrombin.
Implikasi perawatan
·
Obat seharusnya tidak
dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow
skin) atau hyperursemia dan akut gout
·
Tempatkan dalam tempat tertutup
(suhu 15 - 13 C)
Efek obat
·
Pasien harus diobservasi dan
mendapat petunjuk dari supervisi medis
·
Pasien harus diperiksa secara
teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran hepar, jaundice,
kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)
·
Reaksi hepar lebih sering
terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi
·
Tes fungsi liver (AST, ALT,
serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi
Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam
keluarga
·
Laporkan adanya kesulitan dalam
pengosongan
·
Pasien seharusnya berkeinginan
untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan
·
Pasien dengan diabetes melitus
seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran terhadap kemungkinan
kehilangan kontrol glikemia
5.
Nama obat : Aldactone
Dosis : 2 x 100 mg
Farmakokinetik :
·
Absorbsi : 73% disaluran
pencernaan, onset : perlahan-lahan.
·
Puncak : 2-3 hari , max.
efeknya 2 minggu.
·
Durasi : 2-3 hari atau lebih.
·
Distribusi : melalui placenta,
didistribusikan melalui air susu.
·
Metabolisme : di hati dan di
ginjal.
·
Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 -
2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di
ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di
dalam empedu.
Efek samping :
·
Letargi, Fatique(penurunan BB
yang cepat), nyeri kepala dan ataksia.
·
Endokrin : genekomastik,
ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek endogenik (ketidakteraturan
mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid, menurunnya
glukosetoleransi .
·
GI : Kram abdominal, nausea,
muntah, anoreksia, diare.
·
Kulit : Makulopapular,
erythematosus rash, urtikaria.
·
Lain-lain: Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asidosis,
agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
·
Berikan dengan makanan untuk
mempertinggi absorbsi makanan.
·
Haluskan tablet sebelum
diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
·
Obat disimpan dalam tempat
tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi lebih tahan dalam
waktu I bulan dibawah refrigeration.
Pengkajian dan efek otot :
·
Cek tekanan darah sebelum
diberikan terapi.
·
Serum elektrolit harus
dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada tanda-tanda
ketidak seimbangan elektrolit.
·
Monitor intake dan output
setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon diuretik atau perkembangan
odem.
·
Laporkan bila ada efek
perubahan mental, letargi, stupor pada
pasien dengan penyakit hati.
·
Reaksi yang merugikan, terjadi
reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat. Ginekomastik yang
dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua dilakukan walaupun obat
telah dihentikan.
Pendidikan pasien dan keluarga :
·
Informasikan pada pasien dan
keluarga efek obat deuretik yang
maksimal mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik
kontinue untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan.
·
Intruksikan pasien untuk
melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien dengan
serosis berat.
·
Umumnya pasien harus
menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi potasium dan
garam.
daftar pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty,
(1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press. Surabaya.
Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical
Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000).
Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan
Pasien. EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI.
Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon