Salam Sehat dan Harmonis

-----

PERAWATAN LUKA PERINEUM


Pengertian Perawatan Luka Perinium

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior

Gambar 1. Tipe-Tipe Episiotomi
Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan
a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal.
b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
3. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
4. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004)

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.
Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau spekulum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan. Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atuajika perlukaan tersebut idak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukaan yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau perlukaan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan.
Tujuan dari pejahitan perlukaan perineum / episiotomi adalah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
2. Untuk menghentikan perdarahan
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan.
Derajat Satu
Derajat dua Derajat Tiga Derajat Empat
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Otot perineum
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Otot perineum
• Otot sfingter ani
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Otot perineum
• Otot sfingter ani
• Dinding depan rektum
Tak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. Jahit menggunakan teknik yang dijelaskan pada Lampiran 4. Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Gambar 1 : Derajat Laserasi Perineum
Sumber: Midwifery Manual of Maternal Care dan Varney’s Midwifery, edisi ke-3

Langkah-langkah pejahitan robekan perineum
A. Persiapan Alat
1. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi :
Sarung tnagna, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
2. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5. Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengeliar
6. Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7. Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8. Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10. Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
B. Anestesi Lokal
1. Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2. Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6. Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
C. Penjahitan Laserasi pada Perineum
1. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
3. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6. Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7. Masukkan jari ke dalam rektum
8. Periksa ulang kembali pasa luka
9. Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10. Nasehatiibu untuk :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
D. MACAM – MACAM JAHITAN
A. Jahitan Kulit
1. Jahitan interrupted :
a. Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
b. Jahitan Matras
1) Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
2) Jahitan matras horizontal
Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang
c. Jahitan Continous
1) Jahitan jelujur : lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
2) Jahitan interlocking, feston
3) Jahitan kantung tembakau (tabl sac)
2. Jahitan Subkutis
a. Jahitan continous : jahitan terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin dihasilkan hasil yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan tengan pad aluka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.
b. Jahitan interrupted dermal stitch
3. Jahitan Dalam
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa darah atau serum.

B. PERAWATAN LUKA HEATING PERINEUM
a. Penanganan Komplikasi
1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka
- Lalu berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
- Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
b. Perawatan Pasca Tindakan
1. Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan sampai mukosa rektum), berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
c. Ampisilin 500 mg per oral
d. Dan metronidazol 500 mg per oral
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enam selama 2 minggu
4. Berikan pelembut feses selama seminggu per oral







BAB II
ASUHAN KEBIDANAN pada IBU NIFAS NORMAL DENGAN LUKA PERINEUM

PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal : 4 november 2010 jam : 08.00 WIB
A. Subjektif
1. Anamnesa :
Nama istri : Ny.Y nama suami : Tn. X
Umur : 30 tahun umur : 36 tahun
Agama : islam agama : islam
Suku bangsa : jawa/indonesia suku bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SD pendidikan : SD
Pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
Penghasilan : - penghasilan : -
Alamat : Ds. Palembon kanor

2. Keluhan utama :
Ibu mengatakan bahwa 4 hari setelah melahirkan anak ke-2 ini, luka jahitan belum kering sehingga terasa nyeri saat di tekan.
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis
5. Riwayat haid :
Menarche : 14 tahun
Siklus : teratur, 28-30 hari
Lama : 6-7 hari
Karakteristik : merah kehitaman, encer
Dismenorhoe : -
Dysfungsiblooding : -
Fluoralbus : 2 hari sebelum dan sesudah haid
HPHT : 24 januari 2010
TTP : 31 oktober 2010


6. Riwayat perkawinan :
Nikah : 1 kali
Lama : 3 tahun
Usia nikah : 25 tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :

Hamil ke BBL
(gram) penolong Cara / partus Keadaan bayi Jenis kelamin uri komplikasi nifas
No. Usia anak
1.

2. 39 minggu
38 minggu 25oo gram
2600 gram Bidan

bidan Spontan

spontan Baik

baik Perempuan
Laki-laki Lengkap
Lengkap Luka perineum
Luka perineum Normal

Normal


8. A. Riwayat kehamilan sekarang :
Trimester I : Pada usia kehamilan 1-3 bulan periksa ke polindes rutin 3 kali, mengatakan mual dan muntah, mendapat tablet Fe 60 tablet dan TT1
Trimester II : ANC 2 X di BPS, merasakan gerakan janin pada umur 5 bulan kehamilan, mendapat tablet Fe 30 tablet, kalk dan TT2
Trimester III : ANC 2 X di BPS, mengatakan kenceng-kenceng


B. Riwayat persalinan :
Kala 1 : ibu mengatakan keluar lendir dan darah, perut terasa kenceng-kenceng dari jam 21.00 sampai jam 06.00 pagi
Kala 2 : ibu mengatakan bayinya lahir sekitar jam 07.00 pagi
Kala 3 : setelah bayinya lahir, jarak ± 15 menit plasenta keluar dan tidak lama kemudian dilakukan penjahitan
C. Riwayat nifas :
6 jam pertama setelah melahirkan, ibu tidak mengalami perdarahan tetapi badannya masih lemas dan merasa nyeri pada luka jahitan.

9. Riwayat KB :
Ibu mengatakan tidak pernah mengikuti progam KB sebelumnya, dan ibu akan mengikuti progam KB setelah melahirkan ini.

10. Pola kebiasaan sehari-hari :

No . Pola Sebelum bersalin Setelah bersalin
1. Nutrisi Makan 3 X sehari, porsi sedang, minum ± 6-8 gelas/hari, air putih + susu Makan 3 X sehari, porsi banyak minum ± 8 gelas/hari, air putih

2. Eliminasi BAB : 2 x sehari
BAK : 4 x sehari BAB : 1 x sehari
BAK : 3 x sehari
3. Istirahat Siang : ± 1 jam
Malam : 7 jam Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
4. Kebersihan Mandi 3 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu Mandi 2 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu, merawat perineum 2 x sehari, ganti pembalut 3 x sehari.
5. Aktifitas Memasak, mencucu, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan keluarga. Ibu hanya merawat bayinya dirumah
6. Seksual 1 x seminggu Tidak pernah
7. Kebiasaan yang mengganggu Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol, dan tidak minum jamu tradisional Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol, dan tidak minum jamu tradisional
8. Rekreasi Menonton TV Menonton TV


11. Data psikososial :
Psiko : ibu, suami, maupun keluarga menerima kelahiran anak yang pertama ini dengan senang hati dan ibu berharap anaknya sehat dan dapat meneteki dengan baik
Social : hubungan antara ibu, keluarga dan tetangga sangat baik, sehingga selalu memberi dukungan pada ibu.

12. Latar belakang sosial budaya :
Ibu berasal dari suku jawa asli, dan ibu masih mengenal acara selamaan atau bulanan dan selamatan setelah lahir, ibu masih menganutnpantangan terhadap makanan tertentu.

13. Data spiritual :
Ibu dan keluarga menganut agama islam dan taan beribadah.

D. Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum :baik TTV :
kesadaran : compos mentis Tekanan darah : 120/80 mmHg
BB : 67 kg Nadi : 80 x / menit
TB :160 cm Suhu : 374 0C
Respirasi : 20 x /menit

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
 Kepala
j : kulit kepala bersih
 Rambut : hitam bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
j
 Muka
j : tidak ada kloasma gravidarum, klien tampak kesakitan
 Mata
j : konjungtiva tidak anemis, sclera putih
 Telinga :bersih, tidak ada serumen
j
 Hidung : bersih, tidak ada polip
j
 Mulut
j : bersih, tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi
 Leher
j : tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
 Dada : mammae membesar, terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, putting susu menonjol, ASI keluar dengan lancar
j
 Perut
j : kontraksi baik, involusi berjalan normal
 Genetalia : vulva
j : oedem, mengeluarkan sedikit darah
Perineum : terdapat luka jahitan, darah disekitar luka berwarna kemerahan
Anus : tidak ada hemoroid
 Ekstremitas : sedikit oedem, tidak ada varises
j

b. Palpasi
 Leher
j : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Dada
j : payudara tidak ada benjolan, ASI sudah keluar
 Perut
j : TFU 3 jari dibawah pusat
 Ekstremitas : teraba panas pada anggota gerak bawah ibu
j
 Genetalia : perineum : bila ditekan terasa nyeri, dan daerah sekitar luka terasa panas
j
c. Perkusi
Abdomen : tidak ada meteorismus
Patella : ka/ki (+)/(+)

d. Pemeriksaan penunjang :
Darah Hb : 10 g%

III. Analisa Data
Diagnosa : lahir spontan, usia kehamilan 39 minggu, telah post partum hari ke 4 dengan keluhan nyeri pada luka perineum.
Masalah : nyeri pada luka perineum
Kebutuhan : 1. berikan penyuluhan pada ibu
2. Lakukan perawatan perineum setiap hari secara benar
3. Menjaga hygienitas
IV. kebutuhan Segera
 Dilakukan perawatan secara intensif
j
 Diberikan obat antibiotic dan analgesic
j

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R : agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan
2. Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
R : agar ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini
3. Anjurkan pada ibu untuk merawat luka perineum dengan cara yang benar.
R : agar dapat mempercepat penyembuhan, dan ibu dapat melakukannya sendiri di rumah

VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan pada klien,agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan
2. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya.
3. Menganjurkan pada ibu untuk merawat luka perineum dengan benar yaitu :
 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
j
j Mengajarkan ibu tentang bagaimana cara membersihkan darah disekitar vulva terlebih yaitu dahulu dari depan ke belakang, baru kemidin membersihkan daerah sekitar anus
 Sarankan pada ibu untuk mengganti
j pembalut/kain pembalut minimal 2 x sehari, ataupun kain dapat digunakan ulang bila telah dicuci bersih dan dikeringkan dibawah sinar matahari dan juga telah di setrika.
 Sarankan pada ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kewanitaan.
j
 Jika ibu mempunyai luka episiotomy/laserasi, saankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
j

VII. EVALUASI
Ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan dan ibu dapat menjawab peryanyaan yang diajukan bidan pada ibu serta dapat mempraktekkannya.





Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa sakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil. Kadang ketakutan yang berlebih ini, justeru membuat proses persalinan itu sendiri menjadi tidak berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut, ada baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa itu episiotomi.
Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus. Tujuannya untuk melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi lokal untuk menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat episotomi dilakukan tanpa anestesi lokal. Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir, jika:
. Dokter memperkirakan memang diperlukan, misanya jika bahu bayi tersangkut dan dokter atau bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika tidak dibantu dengan episiotomi.
. Janin dalam keadaan stres dan dokter menginginkan persalinan berlangsung lebih cepat.
. Episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum.
. Daerah otot-otot perineum sangat kaku, sehingga kemungkinan Anda akan mengalami luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri vagina) jika tidak dilakukan episiotomi.
Episiotomi dilakukan menggunakan sepasang gunting khusus episiotomi, atau dengan pisau bedah. Ada dua tipe irisan: midline atau garis tengah, yang potongannya lurus ke bawah dengan anus atau mediolateral, yaitu agak rendah ke sudut. Irisan midline umum di Amerika. Di negara lain irisan mediolateral lebih populer.
Episiotomi dilakukan untuk mencegah robekan yang luas dan tidak beraturan pada daerah perineum. Keuntungan dilakukannya episiotomi, robeknya lebih mudah dijahit dan hasilnya lebih bagus. Sedangkan kerugiannya, ada kemungkinan terjadi robekan yang meluas sampai ke anus jika epsiotomi dalakukan tidak benar. Kemunginan lain adalah nyeri setelah melahirkan serta nyeri saat berhubungan intim.
Dahulu episiotomi dilakukan secara rutin, namun tidak lagi saat ini. Banyak dokter dan beberapa studi klinik yang menunjukan bahwa episiotomi dilakukan untuk menghindari luka parineum yang lebih parah, tidak lagi diperlukan saat ini. Selain itu, luka yang terjadi jadi lebih mudah sembuh secara alami dibandingkan luka akibat episiotomi. Namun, ada beberapa dokter yang masih tetap melakukan episiotomi setiap kali ia menolong persalinan. Pertimbangan apakah akan dilakukan episiotomi atau tidak, tentunya tergantung pada keadaan Anda dan janin pada saat itu. Percayalah bahwa dokter akan melakukan hal terbaik bagi Anda.
Adakah cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, agar pada saat proses melahirkan nanti terhindar dari episiotomi? jawabannya adalah ada yaitu dengan melakukan pijatan perineum pada 2 bulan terakhir menjelang persalinan atau latihan Kegel (terutama pada fase relaksasi) dapat menghindari episiotomi. Kadang digunakan kompres hangat untuk membantu perineum relaks. Ketika bayi akan keluar, dokter atau bidan akan menahan perineum dengan jari mereka. Kemungkinan paling efektif menghindari tindakan episiotomi adalah dengan melakukan proses persalinan yang benar, misal perlahan mengeluarkan kepala bayi sesuai dengan tingkatan pembukaan vagina. Tunggulah refleks menekan secara alamiah yang akan Anda alami. Hindarilah tekanan yang terlalu dipaksakan.



Previous
Next Post »

Translate