KOMPLIKASI DAN PENYULIT
KEHAMILAN TRIMESTER I DAN II
A. ANEMIA KEHAMILAN
Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah
jika kadar hemoglon < 11 gr/dL pada trimester 1 dan 3, atau jika kadar
hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2
Tingkatan anemia
- Anemia
ringan : 9-10 gr/dL
- Anemia
sedang : 7-8 gr/dL
- Anemia
berat : < 7 gr/dL
Gejala : pucat,
mudah pingsan, TD normal, gejala klinik dapat terlihat pada tubuh yang
malnutrisi
Jika hasil pemeriksaan kadar hemoglobin tidak
akurat, hal ini mungkin akibat dari kadar LED darah yang cepat ataupun spesimen
yang tidak tercampur dengan baik.
Pembagian anemia
- Anemia
defisiensi besi
- Anemia
megaloblastik
- Anemia
hipoplastik
- Anemia
hemolitik
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Adalah penurunan jumlah sel darah merah
akibat dari kekurangan zat besi
Patofisiologi
- Darah
meningkat 50% dalam kehamilan (hipervolemia), penambahan sel darah tidak
sebanding dengan plasma darah (plasma 30%, sel darah 18%, Hb 19%)
- Terjadi
pengenceran darah
- Pembentukan
sel darah merah terlalu lambat
- Volume
darah bertambah sejak usia kehamilan 10 minggu
- Puncaknya
penambahan darah pada usia kehamilan 32-36 minggu
Etiologi
- Makanan
tidak cukup mengandung zat besi (Fe)
- Komposisi
makanan tidak baik untuk penyerapan
- Adanya
gangguan penyerapan (penyakit usus)
- Kebutuhan
Fe meningkat
Gejala klinis
- Data
subjektif : ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, lemas, susah
bernafas
- Data
objektif : konjungtiva pucat, muka pucat, ujung-ujung kuku pucat
Komplikasi
- Trimester
1 : missed abortus, kelainan kongenital, abortus
- Trimester
2 : partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/manifestasi keracunan karena
kehamilan, IQ bayi rendah, dekompensasi kordis)
- Trimester
3 : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan
dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah
Pemantauan
- Periksa
kadar Hb setiap 2 minggu
- Bidan
memberikan suplemen zat besi kepada kliennya yang memeriksakan diri
- Efek
samping berupa gejala gangguan gastrointestinal : konstipasi, diare, rasa terbakar
di ulu hati, nyeri abdomen dan mual
Pencegahan
- Sulfas
ferrosus 1 tablet/hari
- Anjurkan
makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung
vitamin dan mineral
- Pemberian
preparat besi
- Pemeriksaan
kadar Hb pada trimester 1 dan 2
- Pemberian
vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi yang
terbaik adalah pada waktu perut kosong
- Susu
dan antasida dapat mengurangi penyerapan zat besi
- Hindari
kafein, misalnya kopi dan teh
- Sebelum
dan selama kehamilan mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi, asam folat
dan vitamin B
Penatalaksanaan
- Oral
: pemberian fero sulfat,/fero gluconat/Na-fero bisitrat 60 mg/hari, 800 mg
selama kehamilan, 150-100 mg/hari
- Parenteral
: pemberian ferum dextran 1000 mg (20 ml) IV atau 2×10 ml/IM
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan
asam folat
Peran asam folat
- Untuk
pertumbuhan dan replikasi sel
- Mencegah
terjadinya perubahan pada DNA yang dapat menyebabkan kanker
- Penting
dalam pembentukan sel
- Darah
merah membutuhkan asam folat
- Membantu
perkembangan janin
Gejala
- Tangan
atau kaki kesemutan dan kaku
- Kehilangan
sensasi sentuh
- Kehilangan
kemampuan indera penciuman
- Sulit
berjalan dan terlihat goyah
- Demensia
(kehilangan kemampuan psikis atau mental)
- Kejiwaan
terganggu (halusinasi, paranoia, psikosis/gangguan jiwa yang disertai
dengan disintegrasi kepribadian)
Sumber asam folat
- Hewani
maupun nabati seperti hati, kuning telur, ginjal, ragi, sayuran
hijau (bayam, brokoli) dan susu
- 80%
kandungan asam folat hilang selama proses pemasakan
- Sereal
siap saji yang difortifikasi mengandung asam folat
- Asam
folat sintesis, struktur kimianya lebih sederhana sehingga lebih mudah
diserap tubuh (asam pteroil glutamat)
Kebutuhan
- Orang
dewasa 400 mcg (0,4 mg)/hari
- Ibu
hamil 600 mcg/hari
- Ibu
menyusui 500 mcg/hari
- Harus
disiapkan sebelum kehamilan, karena gangguan sering terjadi pada bulan
pertama kehamilan, dimana ibu biasanya belum menyadari bahwa dirinya
tengah hamil
Efek samping
- Terselubungnya
komplikasi syaraf akibat defisiensi vitamin B12
- Tidak
dianjurkan > 1000mg/hari
- Asam
folat termasuk golongan vitamin B yang larut dalam air, jika kelebihan
dapat larut dalam air
ANEMIA HIPOPLASTIK
- Adalah
anemia yang terajdi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel
darah baru
- Jarang
dijumpai dalam kehamilan
- Disertai
dengan trombositopenia, dan leucopenia
- Disertai
kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi,
irradiasi, leukemia dan kelainan immunologik
- Bisa
juga trejadi akibat transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah
berulang kali
ANEMIA HEMOLITIK
- Adalah
anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari
pembentukannya
- Etiologi
tidak jelas
- Kejadian
langka
- Hemolisis
berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa bulan setelah
bersalin
- Penambahan
darah tidak memberikan hasil
- Transfusi
darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia
pada janin
B .HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
- Adalah
gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil
- Dapat
berlangsung sampai usia kehamilan 4 bulan dan keadaan umum menjadi buruk
- Etiologi
belum diketahui secara pasti
- Dibagi
menjadi 3 tingkatan menurut beratnya gejala yang timbul
HEG tingkat 1
- Muntah
terus menerus
- Ibu
merasa lemah
- Nafsu
makan tidak ada
- Berat
badan turun
- Nyeri
epigastrium
- Nadi
meningkat sekitar 100x/menit
- Tekanan
darah turun
- Turgor
kulit mengurang
- Lidah
mengering
- Mata
cekung
HEG tingkat 2
- Ibu
lebih lemah dan apatis
- Turgor
kulit lebih mengurang
- Lidah
mengering dan nampak kotor
- Nadi
rendah dan cepat
- Suhu
tubuh kadang-kadang naik
- Mata
cekung dan sedikit ikterus
- BB
dan TD turun
- Hemokonsenterasi,
oliguria dan konstipasi
- Ditemukan
aseton pada air kencing
HEG tingkat 3
- Keadaan
umum lebih parah
- Muntah
berhenti
- Kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma
- Nadi
kecil dan cepat
- Suhu
meningkat
- TD
dan BB turun
- Ensepalopati
Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental
Penatalaksanaan
- Rawat
inap
- Stop
makan dan minum dalam 24 jam pertama
- Obat-obatan
diberikan secara parenteral
- Infus
D10% (2000 ml) dan RL 5% (2000 ml) per hari
- Pemberian
antiemetik (metokopramid hidrochlorid)
- Roborantia/obat
penyegar
- Diazepam
10 mg IM (jika perlu)
- Psikoterapi
- Lakukan
evaluasi dalam 24 jam pertama
- Bila
keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
- Bila
keadaan tidak berubah : stop makan/minum, ulangi penatalaksanaan seperti
sebelumnya untuk 24 jam kedua
- Bila
dalam 24 jam tidak membaik pertimbangkan untuk rujukan
- Infus
dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah
- Jika
dehidrasi berhasil diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi
sering, hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat,
banyak makan makanan yang mengandung gula
Kriteria pulang
- Mual
dan muntah tidak ada lagi
- Keluhan
subjektif sudah tidak ada
- TTV
baik
C. ABORTUS
- Adalah
berhentinya kehamilan pada usia < 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin
- BBL
<500 gram, PB <25 cm
- Angka
harapan hidup sangat kecil yaitu <1%
- Batasan
berbeda tentang abortus 18-24 minggu, WHO 22 minggu
Pembagian abortus
- Abortus
spontan (imminens, insipiens, incompletus, completus)
- Abortus
induced (therapeutik, sugenic, electiv)
- Abortus
septik
- Abortus
habitualis
- Missed
abortion
Etiologi
Maternal
- Kelainan
kromosom
- Infeksi
kronis (sifilis, TB aktif)
- Keracunan
- Trauma
fisik
- Gangguan
endokrin (hipotiroid, DM)
- Penyakit
kronis
- Oksidan
(rokok, alkohol)
- Defisiensi
hormonal
Fetal
- Kematian
janin akibat kelainan bawaan
- Mola
hidatidosa
- Penyakit
plasenta dan desidua
ABORTUS IMMINENS
- Perdarahan
bercak-sedang
- Perdarahan
ringan (lebih dari 5 menit basahi pembalut)
- Dilatasi
serviks tertutup
- Ukuran
uterus sesuai dengan usia kehamilan
- Gejala/tanda
: kram perut bawah uterus (hilang timbul)
- USG,
pengaruhi rencana tindakan
- Diagnosa
banding : mola, KET
Penatalaksanaan
- Bed
rest, tidak perlu pengobatan khusus ataupun tirah baring total
- Jangan
melakukan aktifitas fisik berlebihan
- Kurangi
hubungan seksual
- Tidak
perlu terapi hormonal baik estrogen maupun progesteron
- Tidak
perlu pemberian tokolitika ( salbutamol, indometasin)
- Pemberian
fenobarbital 3×30 mg/hari
- Pemberian
papaverin 3×40 mg/hari
- Observasi
perdarahan (jika berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa,
lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi. Jika terus berlangsung :
nilai kondisi janin lewat uji kehamilan/USG, konfirmasi penyebab lain jika
ditemukan ukuran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan.
ABORTUS INSIPIEN (sedang berlangsung)
- Perdarahan
sedang-banyak
- Konsepsi
dalam uterus
- Perdarahan
berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut
- Serviks
terbuka
- Ukuran
uterus sesuai usia kehamilan
- Gejala/tanda
; kram/nyeri pada perut bagian bawah
Penatalaksanaan
Jika usia kehamilan < 16 minggu, evaluasi
uterus dengan AVM, jika evaluasi tidak dapat dilakukan, segera lakukan :
- Pemberian
ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu), atau
pemberian misoprostol 400 mg/oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
- Segera
lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
Jika usia kehamilan >16 minggu
- Tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi
- Jika
perlu pasang infus 20 IU oksitosin dalam RL atau garam fisiologik 500 ml
IV, dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi
Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan
Pasang infus D5% = oksitosin 10 IU
ABORTUS INKOMPLETUS
- Perdarahan
sedang-banyak
- Serviks
terbuka
- Uterus
sesuai usia kehamilan
- Gejala/tanda
: kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit yang kuat
- Terjadi
ekspulsi sebagian hasil konsepsi
Penatalaksanaan
- Tentukan
besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
- Keluarkan
sisa konsepsi secara digital atau dengan menggunakan cunam ovum dan
evaluasi perdarahan
- Jika
perdarahan berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400
mg/oral
- Jika
perdaraan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
- Jika
terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika profilaksis
- Jika
terjadi perdarahan hebat dan < 16 minggu, segera evakuasi dengan AVM
- Bila
pasien tampak anemik, berikan sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu
(anemia sedang ) atau transfusi darah (anemia berat)
ABORTUS KOMPLETUS
- Perdarahan
bercak-sedang
- Serviks
tertutup atau terbuka
- Uterus
lebih kecil dari usia kehamilan normal
- Gejala/tanda
: sedikit/tanpa nyeri pada perut bagian bawah
- Riwayat
ekspulsi hasil konsepsi
- Janin
akan keluar dari rahim, baik secara spontan maupun alat bantu
Penatalaksanaan
- Tidak
perlu evaluasi
- Observasi
untuk melihat adanya perdarahan banyak
- Bila
kondisi baik, cukup berikan ergometrin 3×1 tablet/hari selama 3 hari
- Tetap
pantau kondisi ibu setelah penanganan
- Bila
terjadi anemia sedang berikan sulfas ferrosus tablet 600 mg/hari selama 2
mingg dan anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
- Untuk
anemia berat lakukan transfusi darah
- Bila
tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau
apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis
- Lakukan
konseling pasca abortus dan lakukan pemantauan lebih lanjut
ABORTUS HABITUALIS
- Adalah
kejadian abortus berulang, umumnya disebabkan karena kelainan anatomik
uterus (mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan
faktor-faktor immunologi
- Idealnya
dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya kelainan anatomi
MISSED ABORTION
- Adalah
kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran,
terjadi pada usia kehamilan 4 minggu atau lebih (beberapa buku 8 minggu)
- Biasanya
didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan
Pentalaksanaan
- Keluarkan
jaringan konsepsi dengan laminaria, dan stimulasi kontraksi uterus dengan
oksitosin
- Jika
diputuskan untuk melakukan tindakan kuretase, harus sangat berhati-hati
karena jaringan telah mengeras dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah
akibat hipofibrinogenemia
ABORTUS THERAPEUTIK
- Adalah
abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana
bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada
wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban perkosaan
(masalah psikis)
- Dapat
juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat
Syarat-syarat abortus therapeutik
- Dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang
- Meminta
pertimbangan ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi)
- Melakukan
informed consent
- Saran
kesehatan memadai
- Prosedur
tidak dirahasiakan
- Dokumen
medik harus lengkap
ABORTUS SEPTIK
- Adalah
abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi setelah abortus
spontan/tidak aman
- Terjadi
jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil
konsepsi
- Tindakan
: resusitasi dan perbaiki keadaan umum ibu, berikan antibiotik spektrum
luas dosis tinggi, keluarkan sisa konsepsi dalam 6 jam
DIAGNOSTIK ABORTUS
- Anamnesis
: perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidaknya
gejala/keluhan lain, cari faktor resiko/predisposisi, riwayat penyakit
umum dan obstetri
- Prinsip
: wanita usia reproduktif dengan perdarahan pervaginam abnormal
HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan
- Pemeriksaan
fisik umum : KU, TTV, jika KU buruk lakukan resusitasi dan
stabilisasi segera
- Pemeriksaan
ginekologik : ada tidaknya tanda akut abdomen, jika memungkinkan
cari sumber perdarahan apakah dari dinding vagina atau jaringan serviks
atau keluar ostium. Jika perlu ambil darah/cairan/jaringan untuk
pemeriksaan penunjang (ambil sediaan sebelum PD), lakukan PD dengan
hati-hati
- Bimanual
: tentukan besar dan letak uterus, tentukan apakah 1 jari pemeriksa dapat
masuk kedalam ostium dengan mudah/lunak atau tidak (lihat ada/tidaknya dilatasi
serviks), jangan dipaksakan. Adneksa dan parametrium diperiksa,
ada/tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
PENATALAKSANAAN PASCA ABORTUS
- Lakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab aborts agar kejadian ini tidak
berulang pada kehamilan berikutnya
- Perhatikan
involusi uterus dan kadar B-hCG selama 1-2 bulan
- Anjurkan
jangan hamil dulu selama 3 bulan
- Anjurkan
pemakaian kontrasepsi kondom atau pil
PRINSIP (perdarahan pervaginam pada kehamilan
< 12 minggu)
- JANGAN
LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
- Tentukan
dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan periksa dengan USG
- Jangan
terpengaruh dengan B-hCG yang positif, meski janin sudah mati, kadar B-hCG
mungkin masih tinggi dan bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian
janin
ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS
- Akibat
: perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri,
perdarahan infeksi
- Cara
umum : olah raga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik
turun tangga, trauma
- Cara
lokal : menggunakan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina, alat
memasang IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi jarum suntik
METODE KONTRASEPSI PASCA ABORTUS
Kontrasepsi
|
Waktu
|
Efektivitas
|
Kondom
|
Segera
|
Kedisiplinan klien, mencegah PMS
|
Pil
|
Segera
|
Minum secara teratur setiap hari dengan
waktu yang sama
|
Suntik
|
Segera
|
Konseling untuk pilihan hormon tunggal dan
kombinasi
|
Implan/susuk
|
Segera
|
Punya > 1 anak, jangka panjang
|
AKDR
|
Segera
|
Setelah kondisi pulih
|
Tubektomi
|
Segera
|
Menghentikan fertilitas
|
Beberapa wanita mungkin butuh
- Jika
klien pernah imunisasi, dinding vagina atau kanalis servikalis luka,
berikan booster TT 0,5 ml
- Riwayat
imunisasi tidak jelas, beri serum anti tetanus 1500 IU IM diikuti dengan
TT 0,5 ml setelah 4 minggu
- Penatalaksanaan
PMS
- Penapisan
kanker serviks
D, KEHAMILAN EKTOPIK
Patofisiologi
- Ovum
yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium
kavum uteri
- Gangguan
interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya
menuju kavum uteri
- Kemungkinan
implantasi : paling sering di tuba falopii (90-95 %, dengan 70-80% di
ampula), serviks, ovarium, abdomen dan sebagainya.
Etiologi
- Kelainan
tuba adalah karena adanya riwayat penyakit tuba, seperti salpingitis
- Riwayat
operasi tuba, sterilisasi
- Riwayat
penyakit radang panggul
- IUD
- Ovulasi
yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro dan
sebagainya
Gejala
- Amenorhea
- Nyeri
perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah, seluruh
perut bagian bawah akibat robeknya tuba
- Penderita
bisa sampai pingsan dan syok
- Perdarahan
pervaginam biasanya berwarna hitam
- Pusing,
perdarahan, berkeringat, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina
dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi BAK
meningkat
Diagnosis
- Pemeriksaan
panggul, tentukan lokasi sakit
- Lakukan
tes B-hCG
- Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui konsentrasi hormon progesteron
- Pemeriksaan
USG
- Diagnosis
banding : usus buntu (apendisitis akut), radang panggul
- Penanganan
: methotrexate
- Prognosis
: HCG (kuantitatif) untuk melihat sisa jaringan
- Kesempatan
hamil tergantung dari kerusakan tuba (1x operasi tuba : 55-60%, jika
slauran satunya tidak ada atau rusak : 45%, >2x pembedahan ektopik dan
komservatif : 30%)
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Gejala
- Kolaps
dan kelelahan
- Nadi
cepat dan lemah (110x/menit atau lebih)
- Hipotensi
- Hipovolemia
- Abdomen
akut dan nyeri pelvis
- Distensi
abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas
- Nyeri
lepas
- Pucat
Diagnosis
- Anamnesis
: riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda
dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada
kanan/kiri bawah
- Pemeriksaan
fisis : KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tnada akut abdomen, saat
pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio
- Pemeriksaan
penunjang : tes urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum
douglasi), USG
Penatalaksanaan KE dengan ruptur tuba
- Optimalisasi
KU ibu dengan transfusi, infus oksigen atau kalau dicurigai adanya infeksi
diberikan juga antibiotika
- Hentikan
sumber perdarahan segera dengan laparatomi dan salpingektomi (memotong
bagian tuba yang terganggu)
Sebelum pulang
- Konseling
prognosis kesuburannya
- Konsleing
metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi
- Perbaiki
anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2 minggu
- Kontrol
ulang 4 minggu
E. KEHAMILAN SERVIKAL
- Jarang
terjadi
- Perdarahan
pervaginam tanpa disertai rasa nyeri
- Terjadi
abortus spontan sangat besar
- Jika
kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau ruptur yang terjadu sangat
besar dan bisa dilakukan histerektomi lokal.
F. KEHAMILAN OVARIAL
Ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :
- Tuba
pada sisi kehamilan harus normal
- Kantung
janin harus terletak di ovarium
- Jaringan
ovarium yang nyata harus ditemuka dalam dinding kantung janin
G. MOLA HIDATIDOSA
- Hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari
vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik
- Uterus
melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan sperti
rangkaian buah anggur
- Resiko
terjadi keganasan (koriokarsinoma)
Pembagian
Mola hidatidosa klasik/komplet
- Janin
atau bagian tubuh janin tidak ada
- Sering
disertai pembentukan kista lutein (25-30%)
Mola hidatidosa parsial/inkomplet
- Janin
atau bagian tubuh janin ada
- Perkembangan
janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimester
pertama
Gejala
- Hiperemesis
- Hipertiroid
- Preeklampsia
- Anemia
- Uterus
lebih besar dari umur kehamilan
- Tanda
pasti kehamilan tidak ditemukan
- Perdarahan
- Bisa
juga disertai preeklampsia/ eklampsia
Diagnosa
- Ditegakkan
dengan USG
- Pengosongan
jaringan mola dengan vakum kuret
- Pemeriksaan
tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan
- Kadar
hCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase
- Bila
>8 minggu pasca kuretase hCG tinggi berarti trofoblast masih aktif
- Anamnesis
: hamil disertai gejala dan tanda hamil muda yang berlebihan, perdarahan
pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa
- Pemeriksaan
fisik : pada mola klasik ukuran uterus > besar dari usia kehamilan yang
sesuai, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak ada. Uji batang sonde tidak
ada tahanan massa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed
abortion, uterus < gestasi
- Pemeriksaan
penunjang : periksa kadar B-hCG kuantitatif dan USG. Pada USG gambaran
seperti badai salju (snowflake/snowstorm-like appearance)
Penatalaksanaan
- Perhatikan
sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi nafas,
hipertiroid/tirotoksikosis dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk
- Evakuasi
jaringan mola : dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan
sebagian besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga
dilakukan induksi, pada waktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang
kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba
- Pada
wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi
Follow up
- Profilaksis
terhadap keganasan dengan sitostatika terutama pada kelompok resiko
keganasan tinggi
- Pemeriksaan
ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap 3
bulan-1 tahun
- Foto
toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat
- Kontrasepsi
hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron oral
selama 2 tahun
- Penyuluhan
pada pasien akan kemungkinan keganasan
ConversionConversion EmoticonEmoticon