ASUHAN KEPERAWATAN POST ATIKOANTROTOMI TELINGA DEXTRA PADA KLIEN
DENGAN OTITIS MEDIA KRONIK MALIGNA
DI
RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Otitis
media kronika merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Pada
umumnya penderita tidak menyadari bahwa dia tidak menderita penyakit ini dan
baru tahu bila ada komplikasi.
BATASAN :
Otitis
media kronika adalah keradangan atau infeksi kronik yang mengenai mukosa &
struktur tulang di dalam kavum timpani.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI :
Otitis media kronika berasal dari otitis media akuta atau otitis
media serosa.
Ø Kuman aerob : * Gram positif = S. Pyogenes, S. Albus
*Gram Negatif = Proteus, Pseudomonas, E. Coli.
Ø Kuman Anaerob: Bakteriodes Spp.
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Ottitis media kronika :
1.
Faktor rhinogen : ISPA yang berulang – ulang, misal : Rhinitis, Adenoiditis, Sinusitis. Infeksi dapat menjalar melalui
tuba eustachii ke cavum timpani ( dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya ).
2.
Faktor eksogen : Kebersihan dari M.A.E yang jelek , misal : mandi di sungai,
korek-korek telinga. Kuman-kuman masuk melalui lubang perforasi ke dalam cavum
timpani.
3.
Faktor Endogen : Ikeadaan umum yang jelek, Misal: Malnutrisi, K.P, D.M., alllergi
dan lain- lain.
Gambaran Patologi:
1.
Perubahan pada membran timpani.
a). Perforasi Sentral :
Perforasi pada pars
tensa.
Perforasi sentral bulat Perforasi bentuk Ginjal Perforasi Tota
b). Perforasi Marginal :
Perforasi
yang terjadi pada pinggir margo timpani. Ini menandakan bahwa tulang pada margo timpani telah
mengalami destruksi
c).Perforasi atik
Perforasi yag terjadi pada
pars flaksida. Ini menandakan bahwa sudah
ada kholesteatoma pada epi timpanum .
2.
Perubahan pada mukosa ;
a.
Hipertrofi : Mukosa cavum timpani hanya mengalami pembesaran sel .
b.
Degenerasi: Mukosa cavum timpani mengalami degenerasi dan berubah menjadi
jaringan granulasi atau polip.
c.
Metaplasi : Mukosa cavum timpani mengalami perubahan
dari sel kuboid menjadi sel epitel dan dapat terbentuk kholesteatom.
3.
Perubahan pada tulang :
Struktur tulang pada cavum timpani dan sekitarnya mengalami:
a. Osteitis.
b. Destruksi, necrosis.
Klasifikasi
klinik :
1.
Tipe Benigna ( Tipe tube
timpanal, tipe hipertrotik)
-Perforasi sentral, perforasi pada pars tensa.
-Mukosa
kavum timpani menebal.
-Tidak
dijumpai granulasi / kholesteatoma.
2.
Tipe Maligna
a.Degeneratif -Perforasi besar pada pars tensa. -Tampak ada granulasi/polip pada mukosa
kavum timpani.
b.Metaplastik
-perforasi
Atik/marginal.
-Tampak
ada pembentukan kholesteatoma.
-Sering
disertai destruksi tulang pada margo timpani.
Ketulian ini berupa tuli konduksi.
Tuli persepsi dapat terjadi pula
apabila sudah ada invasi radang ke labirin.
Pemeriksaan
Telinga(Otoscopy):
Ø Nampak sekret di M.A.E yang keluar dari lubang perforasi .
Ø Di dapat perforasi membrana timpani dengan berbagai variasi besar
dan macamnya.
Ø Mukosa kavum timpani dapat menebal berbentuk granulasi/polip/didapatkan
kholesteatoma.
Foto Mastoid
(posisi schuller):
Bila sudah ada mastoiditis, X foto mastoid akan tampak sklerotik
atau adanya rongga yang berisi kholesteatoma.
Diagnosis
1.Anamnesis: * Otorhea terus
menerus/kumat-kumatan lebih dari 6 – 8
minggu.
* Pendengaran menurun (tuli).
2.Pemeriksaan:
a.tipe tubotimpanal(hipertropy,benigna)
-perforasi
sentral.
-mukosa
menebal
-audiogram
: tuli konduktif dengan air bone gap sebesar 30dB
-X
foto mastoid : sklerotik .
b.tipe degeneratif (maligna)
-perforasi sentral besar.
-granulasi/polip pada mukosa kavum timpani.
-Audiogram : tuli konduktif/mixed dengan penurunan 50-60 dB.
-X foto mastoid : sklerotik.
c.tipe
metaplastik(atikoantral, maligna)
-perforasi atik/marginal
-terdapat kolesteatom
-destruksi tulang pada tulang margo timpani
-audiogram: tuli konduktif/mixed
dengan penurunan >30 dB
-X foto mastoid :sklerotik atau
rongga.
d.tipe campuran(degeneratif,
metaplastik)
-perforasi marginal besar.
-granulasi dan kolesteatom.
-audiogram:tuli
konduktif/mixed dengan penurunan >60 dB
-X foto mastoid: sklerotik /rongga.
3.
Pemeriksaan Tambahan : Pembuatan audiogram dan X foto mastoid
Penyulit dan tindakannya :
1. Abses retro aurikula
a.
Insisi abses
b.
Anti biotik
c.
Mastoidektomi radikal urgent
2. Paresis/paralisis
saraf fasialis
a.
Menentukan lesi:
-
tes schirmer : supra /infra
ganglion
-
refleks stapedeus : -positif
jika lesi bawah N.stapedeus
-negatif jika lesi di atasnya.
-
Tes pengecapan pada lidah
:-positif jika lesi dibawah
kordatimpani, negatif jika lesi diatasnya.
b.
Mastoidektomi urgent dan
dekompresi syaraf fasialis
c.
Rehabilitasi
3..Labirintis
d.
tesfistel
e.
mastoidektomi urgent
4. Komplikasi
intrakranial :
a.meningitis
:- perawatan bersama dengan bagian syaraf
-anti biotik
-bila meningitis sudah tenang segera di lakukan mastoidektomi radikal.
b.abses extra dural/abses otak;
-Antibiotik
-perawatan bersama dengan bagian bedah
syaraf
-drainage abses oleh bagian bedah syaraf
-bila sudah tenang dilakukan mastoidektomi
radikal
Terapi
1.Tipe Benigna
( tubo timpanal, hipertropy)
*stadium aktif : -antibiotik
-cari faktor penyebab:
a.faktor rhinogenpennggulangan sumber infeksi
di hidung & sekitarnya.
b.fator eksogen: perawatan lokal telinga dengan cara pmbersihan sekret dengan kapas. Kemudian
diberi bubu A.B.P (acidum baricum pulvuratum) sebagai desinfektan.
Pembersihan telinga dapt pula dilakukan
dengan dihisap atautetesi dengan
golongan H2O2 3%.
*Stadium tenang :-Dianjurkan untuk operasi miringoplasti, yaitu
menutup ,.perforasi pada membrana
timpani.
2.Tipe Maligna operasi
mastoidektomi.
PERSETUJUAN
Diterima dan di
setujui :
Pada tanggal :
Pembimbing:
Tresia Adalena AMd.Kep
Nip. 14 00 85 759
Mengetahui
Kepala
Ruang THT
Luh Gede Arsiti AMd.Kep
Nip. 14 00 72 113
ASUHAN KEPERAWATAN POST ATIKOANTROTOMI TELINGA DEXTRA PADA KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA KRONIK MALIGNA
DI RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
Disusun Oleh :
DANI JOKO SUBIYANTORO
NIM. 98012
AKADEMI KEPERAWATAN LUMAJANG
Jl. Ahmad Yani No. 281 Telp (0334)882262
LUMAJANG
2001 - 2002
ConversionConversion EmoticonEmoticon