DENGUE HEMORHAGIC FEVER
PENGERTIAN
DHF adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue,
terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak
disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian.
Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus dengue
(anthropad borne viruses) atau disebut arbo virus. DHF dapat menyerang semua
umur tetapi terbanyak pada anak-anak. Dalam dekade terakhir, terdapat
kecenderungan kenaikan proporsi penderita DHF pada orang dewasa.
TANDA
DAN GEJALA
1.
Demam : demam tinggi timbul
mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari turun secara cepat.
2.
Perdarahan : perdarahan disini
terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni) serta gangguan fungsi
dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi
di semua organ yang berupa:
·
Uji torniquet positif
·
Ptekie, purpura, echymosis dan
perdarahan konjungtiva
·
Epistaksis dan perdarahan gusi
·
Hematemesis, melena
·
Hematuri
3.
Hepatomegali :
·
Biasanya dijumpai pada awal
penyakit
·
Pembesaran hati tidak sejajar
dengan beratnya penyakit
·
Nyeri tekan pada daerah ulu
hati
·
Tanpa diikuti dengan ikterus
·
Pembesaran ini diduga berkaitan
dengan strain serotipe virus dengue
4.
Syok : Yang dikenal dengan DSS
, disebabkan oleh karena : Perdarahan dan
kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak.
Sedangkan tanda-tanda syok adalah:
·
Kulit dingin, lembab terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki
·
Gelisah dan Sianosis disekitar
mulut
·
Nadi cepat, lemah , kecil
sampai tidak teraba
·
Tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang dari 80 mmHg)
·
Tekanan nadi menurun (sampai
20mmHg atau kurang)
5.
Trombositopeni: Jumlah
trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai
ke tujuh.
6.
Hemokonsentrasi : Meningkatnya
nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan terjadinya syok.
7.
Gejala-gejala lain :
·
Anoreksi , mual muntah, sakit
perut, diare atau konstipasi serta kejang.
·
Penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI DHF
Yang menentukan beratnya penyakit adalah :
·
Meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah
·
Menurunnya volume plasma darah
·
Adanya hypotensi
·
Trombositopeni
·
Diatesis hemoragic
Pada autopsi penderita DHF yang meninggal,
didapatkan adanya kerusakan sistim vaskuler dengan adanya peninggian
permeabilitas diding pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada
ruang serosa, di bawah peritonial, pleural dan perikardial.
Pada kasus berat, pengurangan volume plasma
sampai 30 % atau lebih. Menghilangnya plasma melalui endotelium ditandai oleh
peningkatan oleh peningkatan nilai hematokrit yang mengakibatkan keadaan
hipopolemik dan shock, yang dapat menimbulkan anoksia jaringan, asidosis
metabolik bahkan menyebabkan kematian.
Kerusakan dinding pembuluh darah bersifat
sementara, dengan pemberian cairan yang cukup shock dapat diatasi dan efusi
pleura biasanya menghilang setelah beberapa kali perawatan.
Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat pada saluran cerna, yang timbul setelah shock berlangsung lama
dan tidak teratasi. Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni serta
gangguan fungsi trobosit disamping defisiensi ringan/sedang dari faktor I, II,
V, VII, IX, X dan faktor kapiler.
Pada pemeriksaan sel-sel pagosit didapatkan
peningkatan daya pagositosis dan proliferasi sistim retikolo enditetial yang
berakibat penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis
seluler sehingga nampak adanya trombositopeni.
Aktifasi sistim komplemen juga memegang
peranan penting dalam patogenesis DHF , komplek imun biasanya ditemukan pada
hari ke 5 sampai ke 7 saat terserang shock terjadi. Produksi aktivitas
komplemen ini bersifat anafilaktoksin yang menyebabkan kerusakan dinding
kapiler sehingga permeabilitas diding pembuluh darah meningkat.
Derajad
DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
Derajat
1 :
Demam disertai
gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji Tourniquet
positif
Derajat
2 :
Derajat 1
disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat
3 :
Ditemukannya
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah
Derajat
4 :
Renjatan berat
dengan nadi yang tidak diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur
PATOFISIOLOGI DBD/DSS
DENGUE INFECTION
Fever
Anorexia fomiting
Dehydration
|
Hemorhagic Manifestation
Dengue fever
DIC
GI Bleeding
|
Hepatomegaly
Leakge of plasma
Hypopolemia
shock
Anoxia
Death
DHF/DSS
|
Thrombocytopenia
Incraeased Vascular fermeability
Hemokonsentrasi
Hypoproteinemia Pleural efution
Ascites
Acidosis
|
Ag Ab complex + complement
Grade
I
II
III
IV
|
Catatan : Mekanisme
sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika dan biokimiawi DBD belum
diketahui secara pasti, karena kesukaran mendapatkan model binatang percobaan
yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala klinis seperti pada manusia
PENGKAJIAN
a. Data
Subyektif
·
Panas
·
Lemah
·
Nyeri ulu hati
·
Mual dan tidak nafsu makan
·
Sakit menelan
·
Pegal seluruh tubuh
·
Nyeri otot, persendian,
punggung dan kepala
·
Haus
b.
Data Obyektif
·
Suhu tinggi selama 2 - 7 hari
·
Kulit terasa panas
·
Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan
·
Nadi cepat
·
Selaput mukosa mulut kering
·
Ruam dikulit lengan dan kaki
·
Hiperemia tenggorokan
·
Epistaksis
·
Pembesaran hati dan nyeri tekan
·
Pembesaran limfe
·
Nyeri tekan pada epigastrik
·
Hematomesis
·
Melena
·
Gusi berdarah
·
Hipotensi
c.
Data Penunjang
·
Hematokrit
·
Trombositopenia
·
Masa perdarahan dan protombin
memanjang
Prioritas
masalah Keperawatan :
1.
Mencegah terjadinya hipopolemik
syok
2.
Intik nutrisi yang adekuat.
3.
Mencegah komplikasi, perdarahan
dan infeksi.
4.
Imformasi tentang proses
penyakit
5.
Cemas
Diagnosa
Keperawatan :
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
HASIL YANG
DIHARAPKAN
|
RENCANA
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Peningkatan suhu tubuh (hiper-termia)
sehubungan dengan pro-ses penyakit (viremia).
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi;
kurang dari kebutuhan se-hubungan dengan mual, muntah, anoreksia & sakit
saat menelan.
Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan & obat-obatan pasien sehubung-an dengan
kurangnya informasi.
Potensial terjadinya perdarahan lebih
lanjut sehubungan dengan trombositopenia.
Gangguan aktifitas sehari-hari se-hubungan
dengan kondisi tubuh yang lemah.
Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan
dengan mekanisme patologis (proses penyakit).
Potensial terjadi syok hipovole-
mik sehubungan dengan perda-rahan hebat.
Koping individu yang tidak efek-tif
sehubungan dengan perawatan di rumah sakit.
Potensial terjadi reaksi tranfusi
sehubungan dengan pemberian tranfusi.
|
-Suhu tubuh normal (36-37oC).
-Pasien bebas dari demam.
Kebutuhan nutrisi pasien ter-penuhi; pasien
mampu meng-habiskan makanan sesuai de-ngan porsi yang diberikan/di-butuhkan.
Pengetahuan pasien/keluarga tentang proses
penyakit, diet, perawatan & obat-obatan bagi penderita DHF meningkat
serta pasien/keluarga mampu menceritakannya kembali.
-Tidak terjadi
tanda-tanda per-darahan lebih lanjut (secara klinis).
-Jumlah trombosit meningkat.
-Kebutuhan
aktifitas sehari-hari terpenuhi.
-Pasien mampu
mandiri sete-lah bebas demam.
-Rasa nyaman
pasien terpenu-hi.
-Nyeri berkurang atau hilang.
-Tidak terjadi
syok hipovole- mik.
-Tanda-tanda vital
dalam ba-tas normal.
-Keadaan umum
baik.
Pasien dapat:
-mengungkapkan
perasaannya selama dirawatdi rumah sakit.
-mengidentifikasi
kekuatan di-rinya.
-mengidentifikasi
koping yang efektif.
-mengidentifikasi
& meman-faatkan sumber-sumber eks-ternal.
-menetapkan cara
mengatasi masalah selama dirawat di rumah sakit.
Reaksi tranfusi
tidak terjadi.
|
1. Mengkaji saat
timbulnya de-mam.
2. Mengobservasi
tanda-tanda vi-tal: suhu, nadi, tensi, pernapas-an setiap 3 jam atau lebih
se-ring.
3. Memberikan
penjelasan tentang penyebab demam atau pening-katan suhu tubuh.
4. Memberikan
penjelasan pada pasien/keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam & mengan- jurkan pasien/keluarga untuk kooperatif.
5. Menjelaskan
pentingnya tirah baring bagi pasien & akibatnya jika hal tersebut tidak
dilaku-kan.
6. Menganjurkan
pasien untuk ba-nyak minum ± 2,5 l/24 jam & jelaskan
manfaatnya bagi pasi-en.
7. Memberikan
kompres dingin (pada daerah axila
& lipat pa-ha).
8. Menganjurkan untuk tidak me-
makai selimut & pakaian yang tebal.
9. Mencatat asupan & keluaran.
10. Memberikan
terapi cairan in-travena & obat-obatan sesuai dengan program dokter
(masa-lah kolaborasi).
1. Mengkaji
keluhan mual, sakit menelan & muntah yang diala-mi oleh pasien.
2. Mengkaji
cara/bagaimana ma-kanan dihidangkan.
3. Memberikan
makanan yang mudah ditelan seperti: bubur, tim & dihidangkan saat masih
hangat.
4. Memberikan
makanan dalam porsi kecil & frekuensi sering.
5. Menjelaskan
manfaat makanan/ nutrisi bagi pasien terutama sa-at pasien sakit.
6. Memberikan
umpan balik posi-tif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya.
7. Mencatat
jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien se-tiap hari.
8. Memberikan nutrisi parenteral
(kolaborasi dengan dokter).
9. Memberikan obat-obat antasi-da
(anti emetik) sesuai prog-
ram dokter.
10. Mengukur berat badan pasien
setiap hari (bila mungkin).
1. Mengkaji
tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penya- kit DHF.
2. Mengkaji latar
belakang pendi-dikan pasien/keluarga.
3. Menjelaskan
tentang proses pe-nyakit, diet, perawatan & obat-obatan pada pasien
dengan ba-hasa & kata-kata yang mudah dimengerti/dipahami.
4. Menjelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan & manfaat nya bagi pasien.
5. Memberikan
kesempatan pada pasien/keluarga untuk mena-nyakan hal-hal yang ingin
dike-tahui sehubungan dengan pe-
nyakit yang dialami pasien.
6. Menggunakan
leaflet atau gam-bar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika
ada/memung-kinkan).
1. Memonitor
tanda-tanda penu-runan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
2. Memberikan
penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien.
3. Memonitor
jumlah trombosit setiap hari.
4. Menganjurkan
pasien untuk ba-nyak istirahat.
5. Memberikan
penjelasan pada pasien/keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan lebih lanjut seperti: hematemesis, melena, epistak-sis.
6. Menjelaskan
obat-obat yang di berikan & manfaatnya serta a-kibatnya bagi pasien.
7.
Mengantisipasi/mencegah terja-dinya perlukaan atau perdarah-an:
-
menggunakan sikat gigi lunak.
-
memelihara kebersihan mu-lut.
-
menghindari tindakan inva-sif melalui rektum seperti: pemberian obat
suppositoria, enema, rektal termometer.
-
menggunakan pencukur lis-trik (jika pasien butuh bercu-kur).
-
memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali selesai me-ngambil darah.
1. Mengkaji
keluhan pasien.
2. Mengkaji
hal-hal yang mampu/ tidak mampu dilakukan oleh pasien sehubungan dengan
ke-lemahan fisiknya.
3. Membantu pasien
memenuhi kebutuhan aktifitasnya sehari-hari sesuai dengan tingkat
ke-terbatasan pasien seperti mandi, makan, eliminasi.
4. Membantu pasien
untukk man- diri sesuai dengan perkembang-an kemajuan fisiknya.
5. Memberi
penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu & meningkatkan kekuatan
fisik pasien.
6. Meletakkan
barang-barang ditempat yang mudah terjang-kau oleh pasien.
7. Menyiapkan bel
di dekat pasien
1. Mengkaji
tingkat nyeri yang di alami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10),
biarkan pasien menentukan tingkat nye-
ri yang dialaminya, tetapkan ti-
pe nyeri yang dialami pasien, respons
pasien terhadap nyeri yang dialami.
2. Mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri (budaya,
pendi-dikan, dll).
3. Memberikan posisi yang nya-man, usahakan
situasi ruangan yang tenang.
4. Memberikan
suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
(libatkan keluarga). Menganjurkan
pa-sien untuk membaca buku, mendengar musik, nonton TV (mengalihkan
perhatian).
5. Memberikan
kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya/orang
terdekat.
6. Memberikan obat-obat analge-tik
(kolaborasi dokter).
1. Monitor keadaan umum pasien.
2. Observasi
tanda-tanda vital tiap 2-3 jam.
3. Monitor
tanda-tanda perdarahan
4. Jelaskan pada
pasien/keluarga tentang tanda-tanda perdarahan yang mungkin dialami pasien.
5. Anjurkan
pasien/keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
6. Pasang infus,
beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarah-an (kolaborasi dengan
dokter).
7. Segera puasakan
jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
8. Cek Hb, Ht,
trombosit (sito).
9. Perhatikan
keluhan pasien se-perti mata berkunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas
di-ngin, sesak nafas.
10. Berikan
tranfusi sesuai dengan program dokter.
11. Monitor masukan & keluaran,
catat & ukur perdarahan yang terjadi, produksi urin.
12. Berikan obat-obatan untuk
mengatasi perdarahan sesuai dengan program dokter.
13. Bila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik,
baringkan pasien terlentang atau posisi datar.
14. Berikan terapi oksige sesuai dengan
kebutuhan.
15. Segera lapor
dokter jika tam-pak tanda-tanda syok hipovo- lemik & observasi ketat
pasien serta percepat tetesan infus sambil menunggu program dokter
selanjutnya.
1. Membina
hubungan saling per-caya dengan pasien.
2. Bekomunikasi
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien & melindungi pasien da-ri
situasi stress.
3. Beri kesempatan
& dorongan pada pasien untuk mengungkap kan perasaaan & persepsinya.
4. Membantu pasien
mengkaji & mengidentifikasi situasi & ma-salah yang timbul saat ini.
5. Membantu pasien
mengidenti-fikasi koping sebelumnya baik yang efektif maupun yang tidak
efektif.
6. Bantu pasien
menilai kekuatan dirinya & kemungkinan peme-cahan masalah.
7. Mendiskusikan
koping yang e-fektif yang akan digunakan.
8. Libatkan pasien
dalam perawat-an dirinya.
9. Jelaskan proses
penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium, test diagnosis lain &
pengobatan yang diberikan (kolaborasi de-ngan dokter).
10. Jelaskan tiap
tindakan kepera-watan yang akan dilakukan pada pasien & beritahukan
manfaatnya.
11. Libatkan
keluarga terutama dalam memberikan dorongan pada pasien.
1. Pesan
darah/komponen darah sesuai dengan instruksi medis.
2. Cek ulang
formulir permintaan darah sebelum dikirim.
3. Sebelum
pemberian tranfusi ya-kinkan bahwa daerah tusukan infus tidak tampak
tanda-tanda plebitis & aliran infus lancar.
4. Gunakan Blood
Set untuk pem-berian tranfusi.
|
Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
kea-daan umum pasien.
Penjelasan tentang kondisi yang dialami
pasien dapat membantu pasien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.
Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam
proses penyem-buhan pasien di rumah sakit.
Penjelasan yang diberikan pada
pasien/keluarga akan memotivasi pasien untuk koo-peratif.
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asup-an cairan yang
banyak.
Kompres dingin akan mem- bantu menurunkan
suhu tubuh
Pakaian yang tipis akan mem-bantu
mengurangi penguapan tubuh.
Untuk mengetahui adanya ke-tidakseimbangan
cairan tubuh.
Pemberian cairan sangat pen-ting bagi
pasien dengan suhu tinggi. Pemberian
cairan me-rupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu ber- kolaborasi
dalam hal ini.
Untuk menetapkan cara me-ngatasinya.
Cara menghidangkan makan-an dapat
mempengaruhi nafsu makan pasien.
Membantu mengurangi kele-lahan pasien &
meningkatkan asupan makanan karena mu-dah ditelan.
Untuk menghindari mual & muntah.
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang
nutrisi sehing-ga motivasi untuk makan me-ningkat.
Memotivasi & meningkatkan semangat
pasien.
Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
Nutrisi parenteral sangat
ber-manfaat/dibutuhkan pasien te-rutama jika intake per oral sa- ngat
kurang. Jenis & jumlah pemberian
nutrisi parenteral merupakan wewenang dokter.
obat antasida (anti emetik) membantu pasien
mengurangi rasa mual & muntah.
Dengan pemberian obat tersebut diha-rapkan intake nutrisi pasien
meningkat.
Untuk mengetahui status gizi pasien.
Untuk memberikan informasi pada
pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau
pengetahuan tentang penyakit yang diketa-hui pasien serta kebenaran
in-formasi yang telah didapatkan sebelumnya.
Agar perawat dapat memberi-kan penjelasan
sesuai dengan tingkat pendidikan mereka se-hingga penjelasan dapat dipa-hami
& tujuan yang direncana
kan tercapai.
Agar informasi dapat diterima dengan mudah
& tepat sehing- ga tidak menimbulkan kesalah pahaman.
Dengan mengetahui prosedur atau tindakan
yang akan diala-mi, pasien akan lebih koopera-tif & kecemasannya menurun.
Mengurangi kecemasan & memotivasi
pasien untuk koo-peratif selama masa perawat-an atau penyembuhan.
Gambar-gambar atau media cetak seperti
leaflet dapat membantu mengingat penje-lasan yang telah diberikan ka-rena
dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
Penurunan jumlah trombosit merupakan
tanda-tanda ada-nya kebocoran pembuluh da-rah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tan-da klinis berupa perdarahan (nyata) seperti epistaksis,
pe-tikiae, dll.
Agar pasien/keluarga menge-tahui hal-hal
yang mungkin terjadi pada pasien & dapat membantu mengantisipasi
terjadinya perdarahan karena trombositopenia.
Dengan jumlah trombosit yang dipantau
setiap hari, da-pat diketahui tingkat kebocor-
an pembuluh darah & ke-mungkinan
perdarahan yang dapat dialami pasien.
Aktivitas pasien yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Keterlibatan keluarga dengan segera
melaporkan terjadinya perdarahan (nyata) akan mem-bantu pasien mendapatkan
pe-nanganan sedini mungkin.
Dengan mengetahui obat-obatan yang diminum
& man-faatnya, maka pasien akan ter-motivasi untuk mau minum o-bat sesuai
dosis atau jumlah yang diberikan.
Untuk mengidentifikasi masa-lah-masalah
pasien.
Untuk mengetahui tingkat ke-tergantungan
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Pemberian bantuan sangat di perlukan oleh
pasien pada saat kondisinya lemah & perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mem-buat pasien mengalami
keter-gantungan pada perawat.
Dengan melatih kemandirian pasien maka
pasien tidak me-ngalami ketergantungan pada perawat.
Dengan penjelasan yang dibe-rikan kepada
pasien, maka pa-sien termotivasi untuk koo-peratif selama perawatan ter-utama
terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya seperti pasien
mau menghabiskan porsi makan-nya.
Akan membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhannya sen-diri tanpa orang lain.
Agar pasien dapat segera me-minta bantuan
perawat saat membutuhkannya.
Untuk mengetahui berapa be-rat nyeri yang
dialami pasien.
Reaksi pasien terhadap nyeri dapat
dipengaruhi oleh berba-gai faktor, dengan mengetahui faktor-faktor tersebut
maka perawat dapat melakukan in-tervensi yang sesuai dengan masalah
klien. Respon indi-vidu terhadap nyeri
sangat berbeda atau bervariasi, se-hingga perawat perlu mengka-ji lebih
lanjut menghindari kesalahan persepsi terhadap kondisi yang dialami
pasien. Misalnya pasien yang berteri-ak
karena nyeri belum tentu mengalami nyeri yang lebih hebat dari pasien lain
yang menutup mata, menggigit bi-bir atau berpegangan erat.
Untuk mengurangi rasa nyeri.
Dengan melakukan aktifitas lain, pasien
dapat sedikit me-lupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
Tetap berhubungan dengan orang-orang
terdekat/teman membuat pasien gembira/ba-hagia & dapat mengalihkan
perhatiannya terhadap nyeri.
Obat-obatan analgetik dapat
menekan/mengurangi nyeri pasien. Perlu
adanya kolabo-rasi dengan dokter karena pemberian obat merupakan wewenang
dokter.
Untuk memantau kondisi pa-sien selama masa
perawatan terutama saat terjadi perdarah-an.
Dengan memonitor kea-daan umum pasien, perawat dapat segera mengetahui
jika terjadi tanda-tanda pre syok/ syok sehingga dapat segera di tangani.
Tanda vital dalam batas nor-mal menandakan
keadaan u-mum pasien baik, perawat perlu terus mengobservasi tan-da-tanda
vital selama pasien mengalami perdarahan untuk memastikan tidak terjadi pre
syok/syok.
Perdarahan yang cepat diketa-hui dapat
segera diatasi, se-hingga pasien tidak sampai ke tahap syok hipovolemik
akibat
perdarahan hebat.
Dengan memberi penjelasan & melibatkan
keluarga diha-rapkan tanda-tanda perdarah-an dapat diketahui lebih cepat
& pasien/keluarga menjadi kooperatif selalma pasien di rawat.
Keterlibatan keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi perdarahan terhadap pasien sangat membantu tim
pera-watan untuk segera melaku-kan tindakan yang tepat.
Pemberian cairan intravena sangat
diperlukan untuk me-ngatasi kehilangan cairan tu-buh yang hebat yaitu untuk
mengatasi syok hipovolemik. Pemberian
infus dilakukan dengan kolaborasi dokter.
Puasa membantu mengistira-hatkan saluran
pencernaan un-tuk sementara selama perda-rahan berasal dari saluran cer-na.
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
darah yang dialami pasien & untuk acuan melakukan tindakan le-bih lanjut
terhadap perdarahan tersebut.
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
perdarahan ter-sebut pada pasien sehingga tim kesehatan lebih waspada.
Untuk menggantikan volume darah serta
komponen darah yang hilang.
Pengukuran & pencatatan sa-ngat penting
untuk mengeta-hui jumlah perdarahan yang dialami pasien. Untuk menge-tahui keseimbangan cairan
tu-buh.
Produksi urin yang lebih pekat & lebih sedikit
dari normal (sangat sedikit) menunjukkan pasien kekurangan cairan &
mengalami syok. Hati-hati terhadap
perdarahan di dalam.
Untuk membantu menghenti-kan perdarahan.
Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk.
Pemberian O2 akan membantu oksigenasi jaringan,
karena dengan terjadinya perdarahan hebat maka suplai oksigen ke jaringan
terganggu.
Untuk mendapatkan pena-nganan lebih lanjut
sesegera mungkin.
Hubungan saling percaya antar
pasien-perawat sangat penting & merupakan hal yang mendasar dalam
pembe-rian asuhan keperawatan.
Bahasa yang sederhana, jelas & mudah
dimengerti akan sangat membantu pasien me-mahami setiap penjelasan atau
informasi yang diterimanya sehingga terhindar dari kesa-lahpahaman informasi
yang dapat memperburuk kondisi-nya.
Stressor yang meningkat da-pat menambah
beban bagi pa-sien sehingga perawat perlu melindungi pasien dari situasi
stres yang tidak perlu. Pera-wat dapat
membantu meng-
hindari stres dengan melibat-kan keluarga
karena seringkali sumber dari stressor tersebut adalah keluarganya.
Pasien butuh seseorang untuk mendengarkan
& mengerti perasaannya sehingga perawat harus mampu menunjukkan rasa
empati & menjadi pende-ngar yang baik.
Identifikasi masalah adalah hal yang
penting bagi pasien & dengan bantuan perawat maka pasien menyadari
masa-lah yang dihadapinya.
Hal ini dapat membantu pasi-en menentukan
tindakan mana yang baik & mana yang buruk dalam mengatasi masalahnya.
Pasien perlu menyadari keku-atan yang
dimilikinya atau hal-hal positif yang dapat di lakukannya untuk memecah-kan
masalahnya.
Diskusi tentang koping efektif yang akan
digunakan oleh pa-sien akan sangat berarti bagi pasien & akan memberikan
dampak yang positif bagi pa-sien.
Hal ini akan mendorong pasi-en untuk
bersikap kooperatif & merasa lebih berarti.
Dengan mengetahui kondisi-nya, pasien akan
dapat meng-antisipasi hal-hal yang akan di alaminya.
Penjelasan informasi sebelum tindakan
dilakukan akan membantu mengurangi kece-masan pasien.
Dukungan keluarga/orang ter-dekat akan
sangat berarti bagi pasien & memberikan sema-ngat bagi pasien.
Golongan darah yang tidak se-suai akan
membahayakan pa-sien bahkan dapat mengakibat kan hal yang fatal.
Pengecekkan ulang amat di perlukan untuk
meyakinkan bahwa permintaan darah sesu-ai dengan yang ditulis pada formulir
permintaan.
Untuk meyakinkan bahwa tranfusi dapat
diberikan deng-an lancar.
Agar darah dapat menetes de-ngan lancar
& tidak membeku (infus set biasanya tidak dapat dipaksa untuk
pemberian tran-fusi.
|
PENGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa : Subhan
Tempat Praktek : Ruang Tropik Laki Tanggal :
16 s/d 20 April 2001
I.
Identitas Klien
Nama :
Tn. R.
Umur :
24 tahun
TTL : 15 Desember 1974
Jenis kelamin :
Laki-Laki
Alamat :
Jl. Makam Peneleh 86 Surabaya.
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama :
Islam
Suku :
Sunda
Pendidikan :
SLTP
Pekerjaan :
Swasta
Lama bekerja :
2 tahun
MRS :
15 April 2001
Keluarga terdekat : Kakak Perempuan
Pendidikan : SMU
Pekerjaan :
Swasta
Alamat :
Jl. Makam Peneleh 86 Surabaya.
II. Status Kesehatan Saat
Ini:
1.
Alasan kunjungan ke RS. Badan panas tinggi 4 hari, pusing,
keluar darah dari hidung dan mulut sewaktu dibatukkan.
2.
Keluhan utama saat ini: Badan lemah, nyeri pada otot
persendian dan nyeri kepala, pada lengan dan dada banyak terdapat bintik merah.
3.
Lama keluhan : Sudah 4 hari.
4.
Timbulnya keluhan: Mendadak.
5.
Faktor yang memperberat: Bila
banyak melakukan aktifitas.
6.
Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi: Beli obat penurun panas di warung.
7.
Diagnosa medik: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) derajat I.
III. Riwayat Penyakit Dahulu:
Ketika berusia 13 tahun pernah menderita penyakit Typhus Abdominalis.
IV.
Pengkajian Fisik
Tgl. 16 April 2001 :
1.
Sistem pernafasan (B 1):
RR= 20 X/mnt, sesak napas tidak ada, batuk lama tak pernah, tidak
ada riwayat asma,suara napas normal.
2.
Sistem hemodinamika (B 2):
TD= 120/80 mmHg, Nadi = 84 X/mnt, Suhu = 36,5oC, Suara
jantung vesiculer, Perfusi perifer: baik, Turgor: baik, intake &
output: seimbang, infus RL terpasang 20
tetes/mt.
3.
Sistem kesadaran dan otak (B
3):
Keluhan nyeri kepala, konjunctiva pucat. Bentuk kepala simetris. GCS 4 5 6.
Pupil normal. Orientasi baik,
klien agak gelisah.
4.
Sistem perkemihan (B 4):
Klien sering BAK (4-5 kali), warna urine kuning pekat.
5.
Sistem pencernaan (B 5):
Klien ada nafsu makan, terlihat dari jatah makanan yang bisa
dihabiskan. Klien sering merasa haus dan
banyak minum. Kadang-kadang klien merasa
mual. Terdengar bising usus. Terdapat
nyeri tekan pada ulu hati dan teraba pembesaran hati. BAB 2x/hari (pagi & sore).
6.
Sistem integumen dan
muskuloskeletal (B 6):
Test RL: terdapat bintik merah pada
kedua lengan, dada dan sedikit di paha.
Akral teraba hangat. Nyeri otot
dan persendian. Kulit terasa panas dan
wajah tampak merah.
V.
Pengkajian Psikososial
1.
Pola pikir dan persepsi:
Kesulitan yang dialami: Klien merasa penyakitnya ini timbul setelah
ia membezuk temannya yang sakit demam berdarah di rumah sakit.
2.
Persepsi diri: saat ini selain
memikirkan penyakitnya, klien juga memikirkan pekerjaannya.
3.
Suasana hati: gelisah dan
khawatir.
4.
Hubungan/komunikasi: bicara
jelas, mampu mengekspresikan. Klien
tinggal dirumah kakak perempuannya.
5.
. Kehidupan keluarga:
-
Adat istiadat yang dianut: adat
Jawa dan Sunda.
-
Pembuatan keputusan dalam
keluarga: kakak ipar.
-
Pola komunikasi: terbuka
(setiap ada masalah selalu dibicarakan dengan kakaknya).
-
Keuangan: memadai.
VI.
Data Laboratorium dan Radiologi
Pemeriksaan laboratorium tanggal 15 April
2001:
-
Hb 14,0 gr%
-
Trombosit 106x1000/UL
-
PCV 42 %
-
Leukosit 2,9x1000/UL
Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 April
2001:
-
Hb 13,5 gr%
-
Trombosit 81x1000/UL
-
PCV 40,5 %
VII.
Pengobatan
Infus RL 20 tetes/mnt.
Multivit 3x1
Parasetamol kalau panas.
Analisa Data :
TGL
|
KELOMPOK
DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
|
DIAGNOSA
|
16/4/01
16/4/01
16/4/01
16/4/01
|
DS: Klien mengatakan
tubuhnya lemah, nyeri pada otot & sendi.
DO: Hb: 14,0 gr%
PCV: 40,5 %
Trombosit: 106x1000/UL
DS: Klien mengatakan bintik merah pada lengan & badannya masih
banyak.
DO: Bintik merah pa-da ekstremitas atas & bawah, di badan
/dada banyak.
Trombosit:
106x1000/UL.
Hb: 14,0 gr%
PCV: 40,5 %
DS: -
DO: -Bintik merah di lengan & dada banyak.
-Trombosit:
106x1000/UL.
-Hb: 14,0 gr%.
- PCV: 40,5 %
- Nadi: 64x/mt.
- Temp: 36,5oC
- TD: 110/80 mm Hg.
DS: Klien mengatakan infusnya sering macet & terasa
nyeri.
DO: -Infus sudah 2 ha-
ri terpasang.
-Klien sering BAK (memin-
dahkan letak cair
an/botol infus.
-Infus macet ka-
rena bekuan da-rah.
|
Kondisi tubuh yang lemah.
Trombositopenia.
Perdarahan & ke-
bocoran plasma di daerah intravasku-
lar.
Pemasangan infus.
|
Sindrom ku-rang perawat-
an diri.
Resiko terjadi perdarahan berlanjut.
Resiko terjadi renjatan.
Resiko terjadi infeksi.
|
Sindrom kurang perawatan diri berhubungan
dengan kondisi tubuh yang le-mah.
Resiko terjadi perdarahan/per-lukaan
berlan-jut berhubungan dengan trombo-sitopenia.
Resiko terjadi renjatan berhu-bungan
dengan perdarahan & kebocoran plas-
ma didaerah in-
travaskular.
Resiko terjadi infeksi berhu-
bungan dengan
pemasangan in-
fus.
|
Rencana Intervensi dan Rasional :
NO
|
TGL
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
|
16/4/01
16/4/01
16/4/01
16/4/01
|
Sindrom kurang
perawatan diri berhubungan dengan kondisi tu-
buh yang
lemah.
Resiko terjadi
perdarahan/perluka-
an lebih
lanjut berhubungan deng-an Trombositopenia.
Kemungkinan
terjadi renjatan berhubungan dengan perdarahan dan kebo-coran plasma didaerah
intravaskuler.
Resiko terjadi
infeksi berhubung-an dengan pemasangan infus.
|
Kebutuhan
akti-fitas/self care terpenuhi.
Tidak terjadi
perdarahan le-bih lanjut (seca-ra klinis).
Tidak terjadi
renjatan sela-
lama 5 hari
bebas panas
Tidak terjadi
infeksi.
|
Klien mampu
mandiri setelah bebas demam seperti makan/mi-num, BAB & BAK, mandi, berpakaian,
instrumentasi.
Jumlah
trombosit meningkat.
Trombosit
mening-kat, vital sign normal, tidak ada tanda per-darahan.
Tidak tampak
tanda-tanda infeksi.
|
1. Kaji
keluhan klien.
2. Kaji hal-hal yang mampu/tidak dilaku-
kan
berhubungan de-
ngan
kelemahan fi-siknya.
3. Bantu klien untuk mandiri sesuai deng-an
perkembangan ke mampuan fisiknya.
4. Bantu klien untuk memenuhi kebutuh-an aktifitas
sesuai dengan tingkat keter
batasannya.
1. Monitor
tanda-tanda
penurunan
trombo- sit disertai tanda-tanda
klinis.
2. Berikan penjelasan tentang pengaruh pe-
nurunan
trombosit pada klien & keluar-ga.
3. Anjurkan klien un-tuk banyak istirahat/
meminimalkan akti-fitas yang tidak perlu
4. Berikan penjelasan pada klien & keluar-ga
untuk melapor ji-ka ada tanda perda-rahan seperti: hema-temesis, melena &
mimisan.
1. Observasi tanda-tan da vital & perdarah-
an.
2. Batasi aktifitas kli-
en.
3. Cek Hb, Ht, Throm-bosit.
4. Segera hubungi dokter jika tampak tanda-tanda
renjatan & ob-servasi ketat klien.
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Observasi daerah pemasanganinfus.
3. Amati kelancaran tetesan infus.
4. Segera cabut infus jika terjadi pembeng kakan
& plebitis.
|
Untuk
mengidentifi-kasi masalah klien.
Untuk
mengetahui tingkat ketergantung
an klien dalam
me-menuhi kebutuhan-nya.
Dengan melatih
ke-mandirian, maka kli-en tidak mengalami ketergantungan pada perawat &
keluarga.
Pemberian
bantuan sangat diperlukan o-leh klien saat kondi-si fisiknya lemah.
Penurunan
jumlah trombosit merupa-kan tanda adanya
kebocoran
pembu-
luh darah.
Agar klien
menge-tahui hal yang mu-ngkin terjadi sehing-
ga dapat
membantu mengantisipasi per-darahan karena pe-nurunan trombosit.
Aktifitas yang
tidak terkontrol dapat me- nyebabkan terjadi-nya perdarahan.
Keterlibatan
klien & keluarga akan mem-bantu klien menda-patkan penanganan sedini
muingkin.
Segera
diketahui apa bila terjadi renjatan.
Untuk
menghindari kondisi yang lebih buruk & aktifitas yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya perdarah -an.
Untuk
mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien & untuk
acuan me-lakukan tindakan le-bih lanjut terhadap perdarahan tersebut.
Untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mung kin.
Menetapkan
data da-klien, terjadinya pe-
radangan,
infeksi dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda-tanda vital.
Monitor
tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan.
Rawat daerah tusukan ja-rum dengan meng-ganti kassa balutan &
dioles betadine.
Dengan
memperha-tikan kelancaran in-fus, dapat segera di –ketahui ketidaklan-caran
yang mungkin terjadi sehingga kli-en terhindar dari ple-bitis.
Untuk
menghindari kondisi yang lebih buruk
atau penyulit lebih lanjut.
|
NO
|
TANGGAL & JAM TINDAKAN
|
IMPLEMENTASI/TINDAKAN
|
EVALUASI
|
1.
2.
|
17-4-2001:
07.30 WIB
08.00 WIB
08.15 WIB
09.00 WIB
09.20 WIB
11.00 WIB
12.00 WIB
12.15 WIB
12.45 WIB
13.45 WIB
18-4-2001
07.20 WIB
08.15 WIB
08.55 WIB
|
- Mengukur
tanda vital: Suhu= 36,5oC, TD= 140/80 mmHg, Nadi= 64x/mnt, RR= 18x/mnt.
- Mengkaji
keluhan klien seperti adanya rasa mual, muntah, pusing, nyeri pada ulu hati.
- Mengkaji
kemampuan klien untuk duduk, berjalan,makan/minum, mandi, BAB/BAK, berpakaian
dll.
- Membantu
klien untuk melakukan aktivitas seperti duduk & BAK.
- Memeriksa
tanda perdarahan berupa bintik-bintik merah di lengan, dada dan kaki.
-
Menjelaskan akibat penurunan thrombosit seperti: terjadinya shock yang
ditandai dengan:
- Kulit
dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari & kaki.
- Gelisah
& penurunan kesadaran.
-
Menganjurkan klien untuk banyak istirahat & BAK dengan menggunakan
urinal saja.
-
Menganjurkan klien/keluarga agar segera melapor kepada dokter /perawat
bila terjadi perdarahan pada hidung, mulut & bila kotor
an
berwarna hitam.
-
Mengobservasi daerah pemasangan infus & kelancaran tetesan infus.
- Mengukur
tanda-tanda vital: Suhu= 36,8oC, TD= 130/80 mmHg, Nadi= 78x/mnt, RR= 20x/mnt.
- Mengukur
tanda vital: Suhu= 37oC, TD= 130/80 mmHg, Nadi= 72x/mnt, RR= 20x/mnt.
- Mengkaji
keluhan klien seperti adanya rasa mual, muntah, pu-sing, nyeri pada ulu hati.
- Memeriksa
tanda perdarahan berupa bintik-bintik merah di le-
|
Tanggal,
17-4-2001.
Klien
mampu memenuhi kebutuhan
self care
terpenuhi,klien mampu ma-kan/minum,BAK dan berpakaian sendiri.
Tanggal,
18 April 2001.
Sampai hari ke-3 bebas panas tidak
terjadi renjatan, perda-rahan/perlukaan serta plebitis /infeksi akibat
pemasangan infus tidak terjadi,
trombosit cenderung meningkat.
|
|
09.15 WIB
09.20 WIB
11.00 WIB
12.00 WIB
12.25 WIB
12.45 WIB
13.20 WIB
|
ngan,
dada dan kaki.
-
Menganjurkan klien untuk banyak istirahat & BAK dengan menggunakan
urinal saja.
-
Mengingatkan klien/keluarga agar segera melapor kepada dokter /perawat
bila terjadi perdarahan pada hidung, mulut & bila kotor
an
berwarna hitam.
-
Mengobservasi daerah pemasangan infus & kelancaran tetesan infus.
- Melepas
infus.
- Mengambil
spesimen darah untuk pemeriksaan Hb, Ht dan Thrombosit.
- Mengukur
tanda-tanda vital: Suhu= 36,5oC, TD= 140/8
mmHg, Nadi= 72x/mnt, RR= 20x/mnt.
- Mempersiapkan klien pulang
setelah menerima hasil laborato-rium terakhir.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Christanti. 1995.
Perawatan Pasien DHF. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, et al.
1999. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius;
FKUI. Jakarta
Nancy and Beckle. 1987. NCP for Pediatric Patient ; p. 230-233. The C.V. Mosby Company, St. Laouis,
Washington, Toronto.
RS Sint. Carolus. Asuhan
Keperawatan pada klien dengan DHF.
Soedarmo, SP. 1995. Demam
Berdarah Dengue. Medika No. 10
Tahun XXI, Oktober 1995.
Catatan
Perkembangan :
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
Tanggal, 17 April 2001.
Diagnosa I:
S: Klien mengatakan kondisinya jauh lebih baik dari kemarin.
O: Klien mampu duduk, makan/minum sendiri, berpakaian & BAK.
A: Rencana intervensi teratasi.
P: Rencana intervensi tidak diteruskan.
E: Klien mampu melakukan perawatan diri, tetapi perlu pengawasan
dan pembatasan.
Diagnosa II:
S: Klien mengatakan bintik merah pada lengan & dadanya
berkurang, mimisan tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada & gusi berdarah
tidak ada.
O: -Thrombosit 87x1000/UL, Hb= 13,7 g%, PCV= 41,9 %.
- Suhu= 36,8oC,
TD= 130/80 mmHg, Nadi= 78x/mnt, RR=
20x/mnt.
A: Rencana teratasi sebagian.
P: Rencana intervensi diteruskan.
E: Tidak terjadi perdarahan tetapi terus lakukan pengawasan.
Diagnosa III:
S: -
O: -Thrombosit 87x1000/UL, Hb= 13,7 g%, PCV= 41,9 %.
- Suhu= 36,8oC,
TD= 130/80 mmHg, Nadi= 78x/mnt, RR=
20x/mnt.
A: Rencana teratasi sebagian.
P: Rencana intervensi diteruskan.
E: Tidak terjadi perdarahan tetapi terus lakukan pengawasan.
Diagnosa IV:
S: -
O: - Infus masih terpasang.
- Suhu= 36,8oC.
- Tidak ada tanda
plebitis.
A: Rencana teratasi sebagian.
P: Rencana intervensi diteruskan.
E: Tidak tampak tanda-tanda infeksi/plebitis.
Tanggal, 18 April 2001.
Diagnosa II:
S: Klien mengatakan bintik merah pada lengan & dadanya
berkurang, mimisan tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada & gusi berdarah
tidak ada.
O: -Thrombosit 111x1000/UL, Hb= 14,0 g%, PCV= 42,3 %.
- Suhu= 36,5oC,
TD= 140/80 mmHg, Nadi= 72x/mnt, RR=
20x/mnt.
A: Rencana teratasi.
P: Rencana intervensi tidak diteruskan.
E: Tidak terjadi perdarahan, klien boleh pulang.
Diagnosa III:
S: -
O: -Thrombosit 111x1000/UL, Hb= 14,0 g%, PCV= 42,3 %.
- Suhu= 36,5oC,
TD= 140/80 mmHg, Nadi= 72x/mnt, RR=
20x/mnt.
A: Rencana teratasi .
P: Rencana intervensi tidak diteruskan.
E: Tidak terjadi perdarahan, klien boleh pulang.
Diagnosa IV:
S: -
O: - Infus dilepas.
- Suhu= 36,5oC.
- Tidak ada tanda
plebitis.
A: Rencana teratasi.
P: Rencana intervensi tidak
diteruskan.
E: Tidak tampak tanda-tanda infeksi/plebitis, klien boleh pulang.
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon