SEMINAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
”PERFORMANCE BUDGETING”
DALAM UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA TENAGA KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar..............................................................................................................i
Daftar Isi
.....................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
.................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan
............................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN
TEORI................................................................................ 3
A. Beberapa Pengertian
.......................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Performance
Budgeting ............................................ .. 3
C. Pengembangan Sumber Daya
Manusia Di Rumah Sakit
.................. .. 5
D.Program Peningkatan Sumber
Daya Manusia ...................................... 9
BAB III
ANALISA SITUASI ............................................................................... 12
BAB IV
PEMBAHASAN
..................................................................................... 15
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
.............................................................. . 16
Daftar
Pustaka...........................................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kesejahteran
ekonomi dari Departemen Kesehatan tergantung dari pada efektifitas anggaran
untuk pelaksanaan, pengoperasian Departemen Keperawatan, sebab anggaran
keperawatan mewakili kira-kira 2/3 dari total biaya pengoperasian keseluruhan
departemen. (Graliebren dan Lund, 1985 ).
Manajer
pada level hirarki keperawatan harus bertanggung jawab pada penyediaan anggaran
dan penggunaannya. Prosedur budgeting pada dasarnya mencakup dua aspek penting
yaitu perencanaan dan pengawasan .
Pada tahun-tahun belakangan ini anggaran
keperawatan menjadi sangat detail dan teliti
dilakukan oleh bagian administrasi, sebab pertumbuhan kebutuhan untuk ongkos
pelayanan kesehatan dapat lebih tajam dari pada angka inflasi keseluruhan.
Kebutuhan
untuk menyediaan perawat yang lebih terampil dalam peningkatan sumber daya
manusia keperawatan membutuhkan alokasi dana khusus, yang dikenal dengan
”Performance Budgeting”.
Performence
budgeting didasarkan pada program, antara lain Direct Patient Care, Quality
Improvement, Inservice Education dan Nursing Research.
Pada
kenyataannya sering ditemui dilapangan bahwa : Performance Budgeting kurang
dianggarkan atau bahkan tidak dianggarkan sama sekali. Walaupun ada beberapa
unit perawatan di Rumah Sakit yang menyelenggarakan in service education,
pengembangan kualitas tenaga keperawatan, tetapi hal tersebut belum dianggarkan
secara khusus.
Mengenai
riset keperawatan , jarang dilakukan oleh tenaga keperawatan; hal ini
disebabkan minimnya sumber tenaga keperawatan yang ada. Disamping itu, tenaga
keperawatan yang ada sering terjebak oleh kegiatan rutinitas sehari-hari yang
akhirnya berdampak pada pemberian asuhan keperawatan secara langsung pada
klien. Hal ini dapat menurunkan tingkat kepuasan klien di Rumah Sakit. Untuk
itulah, perlu diupayakan peningkatan sumber daya tenaga keperawatan yang dialokasikan
dalam bentuk ”Performance Budgeting.”
B.
TUJUAN
Adapun tujuan dari seminar manajemen
keperawatan ini adalah :
1.
Peningkatan pengetahuan perawat
dalam menyusun Performance Budgeting berdasarkan kebutuhan unit.
2.
Mendesiminasikan beberapa teori
tentang budgeting dan pengalaman selama praktek lapangan manajemen keperawatan
di Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Beberapa Pengertian
1.
Performance
Performance atau unjuk kerja karyawan selalu dikaitkan
dengan prilaku/sikap kerja yakni bagaimana seorang karyawan bekerja (Anonim,
1993).
2.
Budgeting
Alokasi dari sumber-sumber yang ada pada
kebutuhan-kebutuhan yang mendasar untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
diusulkan pada suatu periode tertentu (Gillies, 1988).
Perencanaan finansial dan mekanisme pengawasan dalam
perhitungan keuangan untuk mencapai tujuan organisasi (Burgess, 1988).
3.
Performance Budgeting
Anggaran belanja yang dihubungkan dengan pelaksanaan
dari tujuan manajemen suatu organisasi dan merupakan rangkaian pernyataan yang
menggambarkan penampilan dimana pengeluaran akan digunakan untuk pencapaian
organisasi (Burgess, 1988).
Pengorganisasian yang dasarnya lebih menekankan pada
fungsi dan item-item belanja dan sebagai fakta bahwa performance budgeting
meningkatkan managerial penggunaan keuangan (Gillies, 1994).
4.
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sering disamakan dengan manpower;
tenaga kerja, personalia, pegawai atau karyawan. Sumber daya manusia merupakan
daya yang dimiliki oleh manusia yaitu daya cipta,daya rasa dan daya karsa yang
tidak pernah dimiliki oleh mahluk lainnya. Dengan ketiga macam daya yang
dipunyai oleh manusia tadi, maka potensi yang ada dalam diri manusia merupakan
kekuatan tersendiri. Oleh sebab itu, kemudian dipopulerkan adanya sumber daya
manusia (Saydam G, 1996)
B.
Ruang Lingkup Performance Budgeting
Ada tiga unit yang
utama dalam budgeting yaitu : Manpower budget, Capital Budget dan Operating
budget. Disamping itu ada banyak perencanaan anggaran biaya dalam suatu
institusi keperawatan, salah satunya adalah performance budgeting, yaitu
anggaran biaya yang dialokasikan pada fungsi pengembangan sumber daya manusia
dalam keperawatan (Gillies, 1994).
Peformance budgeting merupakan bagian
dari manpower budget. Dalam makalah ini khususnya akan dibahas performance
budgeting berdasarkan program, diantaranya adalah : Direct Patien Care, Quality
Improvement, In Service Education dan Nursing Research (Mc Grail, 1988).
1.
Direct Patient Care
Dalam upaya peningkatan asuhan keperawatan, maka manajer
akan melihat fakta adanya problem atau ketidak berhasilan kerja seperti :
kesalahan supervisi, tidak adekuatnya orientasi kerja, buruknya jadwal kerja,
tidak adekuatnya penyebaran tenaga kerja, kurang berfungsinya perlengkapan
(peralatan), tingginya proporsi latihan, kondisi kerja yang buruk dan rutinitas
yang berlebihan. Dengan mengetahui kemungkinan-kemungkinan masalah tersebut,
maka manajer akan menetapkan perencanaan peningkatan sumber daya manusia
berdasarkan observasi dan pencatatan yang telah dibuat selama satu tahun.
Kemudian menetapkan masalah yang menjadi prioritas utama.
2.
Quality Improvement dan
Inservice Education
Dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan/ asuhan
keperawatan di Rumah Sakit, upaya meningkatkan mutu tenaga keperawatan
merupakan hal yang paling strategis. Yang selanjutnya di ikuti dengan
penyesuaian organisasi dan pengelolaan yang diperlukan serta
menciptakan/pembinaan iklim dan lingkungan kerja yang kondusif untuk terjadinya proses perubahan dalan
keperawatan, maka diperlukan pengembangan sumber daya manusia.
Inservice Education termasuk “On Job Training” ;
memberikan nasehat, mempelajari ketrampilan dan prosedur-prosedur serta
memperkenalkan peraturan/ kebijakan baru (Anonim, 1993).
3.
Nursing Research
Upaya lain untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah penelitian
keperawatan, baik yang berorientasi pada klien maupun yang berhubungan dengan
pengembangan dan pembinaan dan pelayanan keperawatan, umpamanya yang
berhubungan dengan organisasi dan pengelolaan keperawatan, kepemimpinan dalam
keperawatan dan ketenagaan dalam keperawatan.
Dengan rangkaian kegiatan
pendidikan keperawatan berlanjut, studi banding dan pembahasan kasus
keperawatan sangat membantu dalam riset keperawatan yang dilaksanakan secara
terarah dan terkendalikan, disertai dengan perbaikan iklim dan lingkungan kerja
dengan pengembangan fasilitas pelayanan asuhan keperawatan yang memadai, maka
dapat diharapkan akan terjadi peningkatan mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan. Untuk itu perlu pengalokasian dana, biaya sesuai dengan
perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.
C.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit
Pengembangan sumber
daya manusia di Rumah Sakit (PSDMRS) sifatnya unik dan khusus di karenakan
keistimewaan organisasi. Manajemen, dan kegiatan Rumah Sakit yang mempunyai dua
sasaran yaitu pelayanan sosial dan mencari laba.
Pada dasarnya, PSDM
mencakup lima aspek : Ketakwaan, Pendidikan, Pelatihan, Peningkatan gizi dan
Kesehatan. Kelima faktor ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
1.
Kelompok Kognitif : Pendidikan
dan pengembangan.
2.
Kelompok Psikomotor : Pelatihan
dan pengembangan.
3.
Kelompok Afektif : Ketakwaan,
Gizi dan Kesehatan (khusus untuk kesehatan jiwa).
Namun demikian ,
pengelompokan diatas tidak berarti kegiatan PSDM dapat dilaksanakan secara
analistis, satu demi satu. Proses PSDMSR memerlukan pendekatan
holistik-integratif yaitu : mencakup seluruh aspek diatas. Hal ini diperlukan
untuk memantapkan progresi ketrampilan dan sikap kerja.
Progresi dan Ketrampilan Sikap Kerja
Menurut ajaran Harvard University,
ketrampilan (sikap kerja) semakin meningkat menurut waktu. Proses ini mereka
populerkan dengan kurva belajar atau kurva pengalaman.
Tingkat
kesulitan kerja
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
waktu
|
Dalam kenyataan,
progresi tidak demikian karena setiap karyawan yang baru mulai bekerja pada
dasarnya merasa kebingungan untuk sementara dalam rangka penyesuaian. Hal ini
membuat peringkat kesulitan kerja meningkat. Lambat laun, dengan pengalaman,
bimbingan, pelatihan dan supervisi, peringkat kesulitan kerja ini menurun.
Menurut Dreyfus (Massachussetts Institute of Technology) progresi penurunan
peringkat kesulitan kerja ini melampaui lima fase : fase baru, fase pemula,
fase cakap/kompeten, fase mahir, fase ahli.
Lima
Fase Progresi Ketrampilan dan Sikap Kerja
Peringkat kesulitan kerja
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
waktu
|
1.
Fase Baru : Karyawan ini sudah
menguasai seluk beluk pekerjaan secara konsepsional tetapi masih memerlukan
supervisi, bimbingan, pelatihan, dan matriks kerja/ manual dalam pelaksanaan
kegiatan setiap hari.
2.
Fase pemula : Sudah berapa lama
keryawan baru menjadi pemula bila ia sudah bekerja tanpa matrik kerja/manual
dan pelatihan tetapi masih memerlukan supervisi dan bimbingan.
3.
Fase Cakap/Kompeten : Sudah
mampu bekerja tanpa supervisi dan bimbingan menguasai seluruh persaratan
pekerjaaan sebagaimana tersurat dalam uraian jabatan produktivitas masih sangat
kecil dan belum berarti .
4.
Fase Mahir : Menguasai seluruh
seluk beluk pekerjaan secara efektif dan efisien, mampu bekerja diatas target
produktivitas meningkat.
5.
Fase Ahli : Karyawan ahli
memiliki ketrampilan karyawan mahir, tetapi sikap kerjanya semakin kritis,
analistis dan kreatif. Sudah mampu mengajukan saran perbaikan sistem dan prilaku kerja : mampu mengadakan assesmen situasi
kerja,memecahkan masalah ,mengambil keputusan dan menganalisa serta mengantisipasi masalah potensial.
Penelitian
LPMI Management Institute di jakarta mengungkapkan bahwa progresi perkembangan
ketrampilan dan sikap kerja orang di Medan, Pekan baru, Palembang,Jakarta, dan
surabaya adalah sebagai berikut :
1.
Fase Baru : antara 12 - 14
bulan.
2.
Fase Pemula : antara 10 - 12
bulan.
3.
Fase Cakap/kompeten : antara 8
-= 10 bulan.
4.
Fase Mahir : antara 6 - 8 bulan
5.
Fase Ahli : Antara 4 - 6 bulan.
Untuk memperoleh
seorang perawat yang ahli dalam bidangnya suatu rumah sakit memerlukan waktu
antara 40 hinggga 50 bulan. Ini merupakan jangka waktu yang terlalu panjang dan
mahal. Perlu diadakan intervensi pelatihan secra terus menerus.
Katagori karyawan
Karyawan yang telah mencapai fase mahir
dan ahli tidak selamanya mampu mempertahankan prestasi, performance, atau unjuk
kerjanya. Itu sebabnya pengembangan diperlukan. Pengembangan merupakan
kombinasi dari peningkatan ketrampilan, penyegaran pengetahuan, dan peningkatan
kualitas prilaku kerja. Pengamat sumber daya manusia yang mempertanyakan
program pengembangan apakah yang paling sesuai untuk maksud diatas. Acuan yang
terbaik adalah katagori karyawan yang akan mengikuti program.
Boston Consulting Group di Amerika
Serikat mengidentifikasi empat katagori karyawan menurut hukum Paretto, ke
empat katagori ini adalah :
1.
Katagori Bintang : karyawan
sangat trampil dalam bidangnya, memiliki prilaku kerja yang prima. Mereka
antusias dalam pekerjaan, produktif, dan bermotifasi tinggi.
2.
Katagori Tegar : Karyawan
sangat berpengalaman. Mapan, dan stabil, namun mereka tidak selincah Bintang
lagi.
3.
Katagori Tanda Tanya : Karyawan
ini belaum mencapai fase 4 dan 5 dalam progresi pengembangan ketrampilan,
kecakapan mereka belum terarah, dan mereka masih penuh dengan keragu-raguan
tentang komitmen kerja.
4.
Katagori Kayu Lapuk : Karyawan
ini sudah tidak memiliki semangat kerja : datang terlambat, pulang cepat, dan
jam kerja dihabiskan dengan kegiatan yang tidak relevan dengan sasaran rumah
sakit. Mereka sama dengan kayu lapuk yang tidak bertunas dan siap untuk
dibuang.
Katagori karyawan dan Jenis Program :
Karyawan yang sangat produktif, inovatif
dan bermotivasi tinggi perlu dipertahankan dalam posisi selama mungkin. Kita
cenderung mempromosikan mereka baik secara vertikal maupun secara lateral, Ini
tidak perlu. Diatas telah dijelaskan bahwa karyawan mengalami tingkat kesulitan
yang tinggi. Hal seperti ini akan menurunkan produktivitas mereka dalam
organisasi. Promosi terusmenerus akan membuat mereka tidak mampu mengerjakan
apapun.
1.
Karyawan Bintang : Guna
mempertahankan sumbangsih karyawan bintang bagi perusahaan, mereka harus diberi
semangat baru untuk menetap dalam posisi sekarang. Program terbaik untuk mereka
adalah :
·
Pengembangan kepribadian;
·
Acchievemant Motivating
Training,
·
Gugus kendali mutu.
2.
Karyawan Tegar : Pengalaman karyawan tegar sangat berharga.
Biarpun mereka tidak seproduktif karyawan bintang, mereka masih diperlukan.
Mungkin bisa berkembang menjadi bintang , namun untuk mempertahan kegunaan
mereka, program yang sesuai untuk mereka adalah :
·
Kepemimpinan
·
Efektivitas Mnajerial,
·
Human relations,
·
Pendidikan institusional.
3.
Karyawan Tanda Tanya : Karyawan
ini mampu meningkatkan ketrampilan hanya masih buta tentang kearah karier yang
akan ditekuni. Oleh sebab itu mereka harus di beri kesempatan untuk menemukan
identitas mereka melalui program pengembangan tertentu. Program pengembangan
psikomotor dapat membantu seseorang mengenal karier yang akan ditempuh.
Progaram yang sesuai adalah :
·
Pendidikan bahasa asing,
·
Komputer,
·
Mekanikal,
·
Program ketrampilan lainnya.
4.
Karyawan Kayu Lapuk : Sangat
mahal mempertahankan karyawan kategori ini. Biaya perilaku kerja mereka sangat
tinggi dibanding luaran kerja mereka yang dapat diukur.
·
Program yang dianjurkan adalah
program psikologis , tetapi mahal harganya. Program psikologis yang sesuai
adalah :
·
Transactional Analysis ( T -
Group )
·
Sensitivity Trainning.
Untuk mempertahankan
keberhasilan, dana pelatihan dan pengembangan yang ada sebaiknya dikosentrasikan
untuk karyawan katagori Bintang, Tegar dan Tanda Tanya menurut prioritas.
D.
Program Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia
Menurut Keliat B.A. ( 1996 ) Program
peningkatan mutu sumber daya manusia di rumah sakit dapat dilakukan sebagai
berikut :
1.
Program terstruktur.
Yaitu program berjenjang berlanjut pada setiap perawat yang bekerja
dirumah sakit. Ini dapat dibagi tiga :
·
Tingkat Unit/ Ruangan.
Dilakukan pelatihan terus menerus sambil maleksanakan tugas
sehari-hari. Metode yang digunakan adalah mentor atau preseptor, yang akan
membimbing dan melatih untuk meningkatkan kemampuan diruangan/unit tempat ia
bekerja. Di unit, tempat bekerja telah ditetapkan tujuan kemampuan yang
diharapkan pada periode tertentu. Misalnya setelah bekerja enam bulan di ruang bedah, perawat tersebut
dapat mengganti tugas primary nursing.
·
Tingkat Rumah Sakit.
Kepala Bidang bekerja sama dengan Diklat membuat paket-paket latihan
untuk tiap bidang keperawatan sesuai dengan kriteria tertentu : Contoh pada
tabel 1.
Tabel 1 Rencana Diklat Keperawatan
No.
|
Perawat/Ruangan
|
Latar Belakang
|
|
Lama
|
Kerja
|
|
|
|
Pendidikan
|
6 bulan
|
1 tahun
|
2 tahun
|
3 tahun
|
1.
|
Perawat
Ruang
Bedah
|
SPK
|
Paket
A Kep. Bedah
|
Paket
B Kep. Bedah
|
Paket
C Kep. Bedah
|
Paket
D Kep. Bedah
|
2.
|
Perawat
Ruang
Medikal
|
SPK
|
Paket
A Kep. Medikal
|
Paket
B Kep. Medikal
|
Paket
C Kep. Medikal
|
Paket
D Kep. Medikal
|
3.
|
Perawat
Ruang
Psikiatri
|
SPK
|
Paket
A Kep. Jiwa
|
Paket
B Kep. Jiwa
|
Paket
C Kep. Jiwa
|
Paket
D Kep. Jiwa
|
4.
|
Perawat
Ruang Maternitas
|
SPK
|
Paket
A Kep. Mater
|
Paket
B Kep. Mater
|
Paket
C Kep. Mater
|
Paket
D Kep. Mater
|
5.
|
Perawat
Ruang
Anak
|
SPK
|
Paket
A Kep. Anak
|
Paket
B Kep. Anak
|
Paket
C Kep. Anak
|
Paket
D Kep. Anak
|
·
Tugas Belajar.
Peningkatan pendidikan formal para perawat perlu direncanakan agar
dapat mengikuti perkembangan IPTEK. Contoh rencana pada tabel 2.
Tabel
2 Rencana Pendidikan Perawat
No.
|
Pendidikan
|
|
Lama
|
Kerja
|
|
|
|
|
3 tahun
|
5 tahun
|
7 tahun
|
10 tahun
|
12 tahun
|
1.
|
SPK
|
D1
|
D2
|
D3
|
LN
Kunjungan
|
LN
Kursus Singkat
|
2.
|
D3
Kep.
|
S1
|
LN
Kunjungan
|
S2
|
LN
Kursus Singkat
|
S3
|
3.
|
S1
Kep.
|
S2
|
LN
Kunjungan
|
S3
|
LN
Kursus Singkat
|
Peneliti
|
2.
Program insidentil.
Yaitu program yang direncanakan sesuai dengan masalah yang ditemukan
di lapangan.
Contoh : kasus AIDS meningkat, maka perlu dilakukan pelatihan,
simposium, seminar .dan sebagainya pada tingkat unit/ ruangan, DIKLAT, diluar
Rumah Sakit yang bersifat regional, nasional atau internasional. Tempat dan
topik pelatihan dapat pula berdasarkan hasil angket perawat sesuai kebutuhan
dan minat.
BAB
III
ANALISA
SITUASI
Dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia, khususnya tenaga keperawatan, maka
diperlukan suatu anggaran biaya ( Performance Budgeting ). Untuk penerapan dari
performance budgeting, maka akan diberikan gambaran situasi di unit A, RS B
dengan komposisi tenaga sebagai berikut :
Data
Ketenagaan di unit A, RS B
No.
|
Pendidikan
|
Jenis Pekerjaan
|
Jumlah (orang)
|
1.
|
SD
|
Pramuwaluya
|
7
|
2.
|
SMP(Latihan
POS)
|
Pramuwaluya
|
4
|
3.
|
SLTP
|
Petugas
Rumah tangga
|
4
|
4.
|
SLTA
|
Petugas
Administrasi
|
2
|
5.
|
SMKK
|
Pengatur
Rumah Tangga
|
2
|
6.
|
SPR
|
Perawat
|
2
|
7
|
SPK
|
Perawat
|
8
|
8.
|
D3
|
Perawat
|
14
|
9.
|
S1
|
Kepala
Unit
|
1
|
Kapasitas
30 tempat tidur., BOR: 80 - 90 %,
rata-rata tingkat ketergantungan klien adalah sebahagian (moderate) ,
memerlukan kontak perawat -klien : 4 - 5 jam /hari.Sistem asuhan keperawatan
yang digunakan adalah ; sistem tim ke sistem PN.
Kategori tenaga keperawatan : Tingkat
I 2 orang, tingkat II 5 orang, tingkat
III 8 orang, tingkat IV 10 orang.
Dari
hasil pengkajian tersebut, dapat dipakai sebagai acuan dalam merencanakan alokasi anggaran untuk
pengembangan sumber daya manusia, yang dikenal dengan performance budgeting.
Dalam
program performance budgeting akan dibahas antara lain, direct patient care,
quality improvement, inservice education dan nursing research.
a. Direct patient care.
Perencanaan:
1. Meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan.
¨
Mempertahankan BOR unit minimal
80 %
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia ;
¨
Terlaksana orientasi bagi
karyawan baru
¨
Tersedianya tenaga perawat yang
mampu memutuskan asuhan keperawatan
¨
Terlaksananya PKB sesuai
kebutuhan
¨
Terlaksananya sistem PN
b. Inservice education.
Perencanaan :
¨
Pelatihan pemeriksaan fisik,
¨
Pelatihan pemeriksaan ECG.
Inservice
education mencakup pelatihan kedalam dan keluar (non formal). Pelatihan kedalam
dialokasikan dana oleh unit maupun oleh komisi keperawatan, sedangkan pelatihan
di luar dialokasikan secara insidentil, sesuai kebutuhan unit. misalnya :
Program orientasi karyawan baru melalui training; maka ukuran penampilannya
adalah :
S jam training x Rp......... atau S materi
training x Rp. .........
c. Quality Improvement.
Perencanaan:
¨
1. Membentuk PPKT untuk masalah
asuhan
¨
Pengenalan PKT
2. Terkendalinya
pemakaian fasilitas
¨
Pengendalian mutu pemberian
obat.
3. Terlaksananya
peningkatan jenjang pendidikan
(supplementary -
SPK)
Contoh perencanaan anggaran
·
Biaya SPP
|
6 semester
|
x
Rp. 250.000 x 3
|
·
Biaya Hidup
|
36 bulan
|
x
Rp. 100.000 x 3
|
·
Biaya Opspek (PPS)
|
1 kali
|
x
Rp. 75.000 x 3
|
·
Biaya Buku
|
36 bulan
|
x
Rp. 25.000 x 3
|
·
Biaya Seragam
|
1 kali
|
x
Rp. 100.000 x 3
|
·
Biaya Transport
|
36 bulan
|
x
Rp. 50.000 x 3
|
·
Biaya Wisuda
|
1 kali
|
x
Rp. 100.000 x 3
|
|
|
|
Contoh perencanaan anggaran pelatihan EKG
untuk 40 orang peserta.
·
Jumlah Jam
|
60 jam
|
x Rp. 10.000 x 40
|
·
Materi/modul
|
40 set
|
x Rp. 5.000
|
·
Nara Sumber
|
2 orang
|
x Rp. 10.000
|
·
Akomodasi
|
30 hari
|
x Rp. 3.000 x 40
|
·
Administrasi Pengelola
|
2 orang
|
x Rp. 5.000
|
·
Alat Tulis
|
40 set
|
x Rp. 2.000.
|
·
Pemeliharaan / sewa gedung
|
30 hari
|
x Rp. 5.000.
|
4. Nursing Research.
Diperlukan untuk melihat kesenjangan
dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan misalnya dalam mengetahui
tingkat kepuasan klien dalam penerimaan asuhan keperawatan. Salah satunya
dengan pemberian angket. Maka salah satu ukuran penampilannya adalah hasil
angket. Oleh karena itu perlu penyusunan anggaran ; misalnya biaya kertas dan
duplikator.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan berfokus pada
program-program Inservice Education, Quality Improvement dan Nursing Research.
Sebab secara umum pelayanan asuhan keperawatan di unit A sudah baik. Untuk
program- program tersebut memang sudah dilaksanakan.
Secara
operasional, direct patient care dilaksanakan dalam bentuk pemilihan sistem
asuhan keperawatan ; dari sistem tim ke sistem PN (Primary Nursing).
Peningkatan pengetahuan PN melalui pertemuan-pertemuan PN antar unit dengan
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dan solusinya antara lain dengan
sistem pendokumentasian yang baik dan bed side teaching. Untuk peningkatan
progresi ketrampilan karyawan baru dengan perseptorship dalam orientasi unit
kerja.
Inservice
Education merupakan suatu alat untuk memelihara perkembangan atau kemajuan saat
ini. Biasanya melalui pelatihan , pelatihan dapat dilaksanakan di kelas dan di klinik. Dari dua program yang
direncanakan , hanya pelatihan pemeriksaan fisik yang terrealisir, sedangkan pelatihan ECG
belum terlaksana karena belum menjadi prioritasi unit . Quality
Improvment pengembanganya melalui
pendidikan formal untuk peningkatan
jenjang karier . Sehingga dapat meningkatkan pelayanan sesuai tuntutan IPTEK .
Pengembangan dan latihan diperlukan dalam pembinaan lulusan baru, tenaga baru
dan staf perawat.Perencanaan pengembangan dan latihan dapat dilaksanakan oleh
unit atau diusulkan ke Diklat.
Untuk
pengembangan jenjang karier perlu pendidikan formal melalui seleksi yang
ditetapkan oleh institusi dan pembiayaannya disesuaikan dengan alokasi dana
yang diatur oleh Bagian Personalia.
Khusus
untuk Nursing Research ditemukan kendala ,
karena minimnya sumber daya yaitu tenaga keperawatan yang ada, maka
perlu diadakan penjajakan kemungkinan pelaksanaan riset dengan sumber daya yang
ada dengan melibatkan tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit (terutama
promotor dari komisi keperawatan). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
kemajuan IPTEK kedokteran yang berdampak pada pemberian pelayanan keperawatan.
Sehingga perlu peningkatan sumber daya keperawatan melalui peningkatan dan
pengembangan staf.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Performance
Budgeting merupakan bagian dari perencanaan budgeting dalam suatu unit/ruangan
dan merupakan perencanaan keseluruhan budgeting rumah sakit. Perfomance
budgeting sangat dibutuhkan guna pengembangan sumber daya manusia khususnya
tenaga keperawatan. Dalam perncanaan perlu dilakukan pengkajian tentang kondisi
tenaga kerja dan sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan, dari hasil
pengkajian kepala unit mengajukan perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya.
B. Saran
1. Perlunya diusulkan pendidikan perawat ke jenjang S1 pada perencanaan tahun
berikutnya.
2. Perlunya program pengembangan untuk riset keperawatan guna
peningkatan asuhan keperawatan dan pengembangan diri dari profesi keperawatan
itu sendiri .
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Anonim, ( 1993), Peranan
Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Pengembangan dan Pemantapan Rumah Sakit ( kumpulan
makalah seminar sehari ), Jakarta : Mahasiswa Kajian Administrasi Rumah Sakit
Angkatan 1993 , Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia.
2.
Anonim.b. (1993), Manajemen
Keperawatan RS (kumpulan makalah ), Jakarta: Panitia Kursus Manajemen RS.
3.
Burgess,L ( 1988), Management
Notes For Students in Advanced Nursing Courses, Copyrigh Cumberland College
of Healt Science.
4.
Gillies, (1994), Nursing
Management A System Approach, Third edition; Philadelphia; WB. Sounders
company.
5.
Keliat, BA, (1996), Motivasi
dan Kepuasan Kerja (Disampaikan pada “Kursus manajemen Keperawatan 9 - 13 September 1996) : Jakarta : FIK - UI.
6.
Saydan ,G, (1996), Manajemen
Sumber Daya Manusia , Human Resources Management jilid I, Jakarta : Gunung
Agung.
7.
Setyowati, (1997), Perencanaan
Dalam Ruang Rawat, (disajikan pada pelatihan manajemen keperawatan di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, tanggal 24 - 25
Pebruari 1997) Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon