Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IMPERFORATA ANI (ATRESIA ANI)



iii

DAFTAR ISI


Lembar Judul…………………………………………………………………………i
Lembar Pengesahan……………………………………...………………………….ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………...iii
Daftar Isi……………………………………………………………………………..iv
Daftar Tabel………………………………………………………………………….v
Daftar Lampiran……………………………………………………………………vi

Asuhan Keperawatan

1.1  Pengkajian ……………………………………………………………………….1
1.2  Diagnosa Keperawatan…………………………...……………………………12
1.3  Rencana Keperawatan…………………………...…………………………….13
1.4  Implementasi…………………………………………………………………...17
1.5  Evaluasi…………………………………………………………………………19
Daftar Pustaka…………………………………..…………………………………28
Lampiran 1…………………………………………………………………………29



















iv

DAFTAR TABEL



Tabel                                                                                                                Halaman                                                                                                                  

Tabel 1. Kebutuhan dasar sebelum dan sesudah masuk rumah  sakit  (MRS)
              bayi Ny.C dengan Post Sigmoidectomi e.c Atresia Ani+Fistel……               5
Tabel 2. Analisa data berdasarkan pengakajian pada bayi Ny.C dengan Post
              Sigmoidectomi e.c Atresia Ani+Fistel……………………………..               9
Tabel 3. Daftar  Diagnosa  Keperawatan  pada  bayi  Ny . C  dengan    Post
              Sigmoidetomi e.c Atresia Ani+Fistel………………………………            12
Tabel 4. Rencana Keperawatan pada bayi Ny.C dengan Post Sigmoidectomi
              e.c Atresia Ani+Fistel………………………………………………            13
Tabel 5. Tindakan Keperawatan pada bayi Ny.C dengan Post Sigmoidectomi
              e.c Atresia Ani+Fistel……………………………………………….           17
Tabel 6. Evaluasi  Tindakan  Keperaeatan  pada  bayi  Ny . C  dengan    Post
              Sigmoidectomi e.c Atresia Ani+Fistel………………………………           19















v

DAFTAR LAMPIRAN




Lampiran 1. Laporan Pendahuluan Atresia Ani…..………………………………...29







































Vi
DAFTAR PUSTAKA



Engel. J. 1999. Pengkajian Pediatrik. Jakarta. EGC

Ngastiyah. 1997. Keperawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC.

Sacharin, M.R. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta. Infomedika.

































LAPORAN PENDAHULUAN

ATRESIA ANI

IMPERFORATA ANI (ATRESIA ANI)

Definisi

Imperforata ani adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal (anus) atau tertutupnya anus secara abnormal.

 

Patofisiologi

-          Terdapat dua tipe yaitu tipe letak tinggi, yang mana terdapat penghalang diatas otot leverator ani. Tipe letak rendah adalah adanya penghalang dibawah otot leverataor ani.
-          Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang beerkembang jadi kloaka yang merupakan bakat genetourinary da struktur anorektal.
-          Terjadi stenosis anal karena adanya peyempitan pada pada kanal anorektal.
-          Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam perkembangana fetal.
-          Gangguan migrasi dapat juga karena kegagalan dalan agenesisi sakral dan abnormallitas pada uretra dan vagina.
-          Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabakan fecal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.

 

Komplikasi

·         Obstruksi intestinal.

 

Etiologi

·       Secara pasti belum diketahui
·       Merupakan anomali gastrointestinal dan genetourinary

Manifestasi klinik

·       Kegagalan lewatnya mekonium saat atau setelah lahir.
·       Tidak ada atau stenosis kanal.
·       Adanya membran anal.
·       Fistula eksterrnal pada perineum

 

Panatalaksanaan terapeutik

·         Pembedahan :
F  Kolostomi.
F  Transversokolostomi (kolostomi dikolon trangversum)
F  Sigmoidostomi (kolostomi dikolon sigmoid)
F  Bentuk yang aman adalah daoudle barret atau laran ganda.

Diagnosa keperawatan

1.      Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi ekskretorik) berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus.
2.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
3.      Resiko infeksi beerhubungan dengan prosedur pembedahan
4.      Kecemasan keluarga berhubungan dengan prosedur permbedahan dan kondisi bayi
5.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan keperwatan dirumah dan pembedahan.

 

Intervensi

Diagnosa 1 dan 2

1.      Berikan perawatan kulit pada anoplasty dan jaga area tetap bersih
2.      Kaji adanya kemerahan, bengkak, dan drainase
3.      Posisikan bayi miring kesamping dengan kaki fleksi atau dengan kaki prone dan panggul ditinggikan untuk mengurangi edema dan tekanan pada area pembedahan.
4.      Gunakan kantong kolostomi yang hipoalergi untuk melindungi kalit yang sensitif.
5.      Petahankan puasa dan berikan terapi hidrasi melalui IV sampai fungsi usus normal.
6.      Kaji kolostomi : warna harus pink, dan tidak ada purulen, pembengkakan atau kerusakan kulit.
7.      Dilatasikan anal setelah pembedahan sesuai program
Diagnosa 3
1.      Kaji tanda – tanda infeksi.
2.      Mengganti balutan dengan teknik steril
3.      Hindari bahan – bahan yang dapat mengkontaminasi insisi pembedahan.
4.      Jaga kulit tetap kering dan tidak ada pembesaran.
5.      Pantau kolostomi dengan konstan
Diagnosa 4
1.      Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.
2.      Berikan onformasi tentang kondisi, pembedahan dan perawatan dirumah.
3.      Ajarkan keluarga untuk berpartitisifasi dalam perawatan bayi
4.      Berikan pujian pada orangtua saat melakuakan perawatan pada bayi
5.      Lakukan boding orangtua – bayi
6.      Jelaskan kebutuhan terapi : IV, NGT, pengukuran tanda – tanda vitaldan pengkajian
Diagnosa 5
1.      Ajarkan perawatan kolostomi dan partisifasi keluarga dalam perawatan sampai mereka dapat melakukan perawatan
2.      Konsulkan keperwat enterostomal bila perlu.
3.      Berikan pujian saat melakukan perawatan dan jawab pertanyaan secara jujur apa yang dibutuhkan keluarga
4.      Ajarkan untyuk mengenal tanda – tand dan gejala yang perlu dilaporkan pada perwat , dokter, atau perawat enterostomal.
5.      Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi pada anal.
6.      Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat – alat yang dibutuhkan untuk perwatan dirumah.
7.      Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport tumbuh kembang.















































PATOFISIOLOGI ATRESIA ANI POST OPERASI




































































































KOLOSTOMI

Defenisi     : Kolostomi adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementara. Kolostomi asenden, transversum, dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomi trasnversum biasanya sementara. Kolostomi sigmoid paling umum untuk stoma permanen, biasanya dilakukan pada kanker 

 

Masalah Keperawatan        

1.      Kerusakan integritas kulit
2.      Gangguan body image
3.      Nyeri akut
4.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
5.      Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi
6.      Gangguan pola tidur

Diagnosa keperawatan

  1. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit sehubungan dengan aliran feses yang terus menerus karena tidak adanya sfingter stoma
  2. Gangguan body image sehubungan dengan kehilangan kontrol usus eliminasi karena adanya stoma
  3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut sehubungan dengan kerusakan jaringan karena insisi/drein 
  4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan masukan secara medik
  5. Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan pembatasan bulk dan makanan mengandung sisa
  6. Gangguan pola tidur sehubungan dengan takut kebocoran kantong atau cedera stoma

Intervensi dan Rasional

1.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit sehubungan dengan aliran feses yang terus menerus karena tidak adanya sfingter stoma
Tujuan: Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria: Peningkatan penyembuhan
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Observasi area kulit peristomal/stoma pada tiap penggantian kantong. Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi, kemerahan, (warna gelap, kebiru-biruan)
Memantau proses penyembuhan/keefektifan alat dan mengidentifikasi masalah pada area, kebutuhan untuk evaluasi/intervensi lanjut. Mempertahankan kebersihan/mengeringkan area untuk membantu pencegahan kerusakan kulit. Identifikasi dini nekrosis stoma/iskemia atau infeksi jamur (dari perubahan flora normal usus) memberikan intervensi tepat waktu untuk mencegah komplikasi serius. Stoma harus kemerahan dan lembab. Area ulkus pada stoma mungkin dari lubang kantong yang terlalu sempat atau lempengan yang menekan ke dalam stoma.
2.
Ukur stoma secara periodik, misalnya tiap perubahan kantong selama 6 minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.
Sesuai dengan penyembuhan edema pasca operasi (6 minggu pertama) ukuran kantong yang dipakai harus tepat sehing feses terkumpul sesuai aliran ostomi dan kontak dengan kulit dapat dicegah
3.
Yakinkan bahwa lobang pada bagian belakang kantong berperekat sedikitnya lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adequate menempel pada kantong
Mencegah trauma pada jaringan stoma dan melindungi kulit periostomal. Perekatan area yang adequate penting untuk mempertahankan cincin kantong. Perekatan terlalu kencang menyebabkan iritasi kulit pada pengangkatan kantung
4.
Berikan pelindung kulit yang efektif, misalnya wafer stomahesive
Melindungi kulit dari perekat kantong, meningkatkan perekatan kantong dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu
5.
Konsongkan, irigasi, dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin, gunakan alat yang tepat
Penggantian kantong yang sering mengiritasi kulit dan harus dihindari. Pengosongan dan pencucian kantong dengan cairan yang tepat tidak hanya menghilangkan bakteri dan menyebabkan bau feses dan flatus tetapi juga membuat kantong menjadi bau
6.
Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi kemudian cuci dengan baik

Mencegah iritasi jaringan/kerusakan sehubungan dengan Penarikan kantong.
7.
Observasi keluhan terbakar/gatal/ melepuh di sekitar stoma
Indikasi kebocoran feses dengan iritasi periostomal, atau kemungkinan infeksi kandida yang memerlukan intervensi
8.
Evaluasi produk perekat dan kecocokan kantong secara terus menerus
Memberikan kesempatan untuk pemecahan masalah, menentukan kebutuhan intervensi lebih lanjut
9.
Kolaborasi: berikan sprei aorosol kartikosteroid dan bedak nistatin sesuai indikasi
Membantu penyembuhan bila terjadi iritasi periostomal/ infeksi jamur. Produk ini mempunyai efek samping yang besar dan harus digunakan dengan jumlah sedikit saja

2.      Gangguan body image sehubungan dengan kehilangan kontrol usus eliminasi karena adanya stoma
Tujuan: Menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa harga diri yang negatif dengan kriteria: Melihat/menyentuh stoma dan berpartisipasi dalam perawatan diri
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin dan atau ostomi perlu untuk didiskusikan dengan orang terdekat
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan orang terdekat terhadap pengetahuan tentang situasi pasien dan proses penerimaan
2.
Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang ostomi. Akui kenormalan perasaan marah, depresi dan kehilangan.
Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentang mereka tidak perlu/tidak membantu. Pasien perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka dapat menerima dengan efektif
3.
Kaji ulang alasan untuk pembedahan dan harapan untuk masa datang
Pasien atau orang terdekat dapat menerimanya ini lebih mudah bahwa ostomi dilakukan untuk memperbaiki penyakit kronis/jangka panjang dari pada sebagai cedera traumatic meskipun ostomi hanya sementara. Juga pasien yang akan mengalami prosedur kedua (untuk mengubah ostomi ke penampung anal atau kontinen) mungkin menimbulkan derajat yang lebih kecil pada masalah gambaran diri karena fungsi tubuh akan menjadi lebih normal
4.
Catat perilaku menunjukan diri peningkatan ketergantungan, manipulasi, atau tidak terlibat pada perawatan.
Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat
5.
Berikan kesempatan pada pasien atau orang terdekat untuk memandang dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif tentang penyembuhan, penampilan normal dan sebagainya. Ingatkan pada pasien atau orang terdekat bahwa penerimaan memerlukan waktu baik secara fisik dan emosi.
Meskipun integrasi stoma pada gambaran diri memerlukan waktu berbulan-bulan/juga tahunan, melihat pada stoma dan mendengarkan komentar dapat membantu pasien atau orang terdekat dalam penerimaan ini. Menyentuh stoma meyakinkan pada pasien atau orang terdekat bahwa hal itu tidak mudah rusak dan bahwa gerakan pada stoma secara nyata menunjukan peristaltic yang normal
6.
Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri (bila usianya memungkinkan)
Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan penerimaan situasi
7.
Pertahankan pedekatan positif selama aktivitas perawatan, hindari ekspresi menghina atau reaksi berubah mendadak. Jangan memperlihatkan rasa marah secara pribadi.
Bantu pasien atau orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri. Marah paling sering ditujukan pada situasi dan kurang kontrol individu terhadap apa yang terjadi (tidak berdaya) bukan pada pemberi perawatan

3.      Gangguan rasa nyaman nyeri akut sehubungan dengan kerusakan jaringan karena insisi/drein 
Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria:
-          Nyeri hilang atau terkontrol
-          Mampu tidur atau istirahat dengan tepat

Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0 – 10)
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi. Nyeri pada area anal sehubungan dengan reseksi abdominal perianal dapat terjadi selama satu bulan
2.
Berikan tindakan kenyamanan dengan mengubah posisi. Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai stoma
Menurunkan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping
3.
Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini. Hindari posisi duduk yang lama
Menurunkan kekakuan otot atau sendi ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal dan meningkatkan kembalinya fungsi ke tingkat normal. Ambulasi dan perubahan posisi sering menurunkan tekanan perianal
4.
Kolaborasi: pemberian analgesik
Menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan.

4.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan masukan secara medik
Tujuan: Mempertahankan hidrasi adequat dengan kriteria:
-          Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit baik
-          Pengisian kapiler baik
-          Tanda vital stabil
-          Secara individual mengeluarkan urine dengan tepat
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Awasi masukan dan haluaran dengan ceramat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan.
2.
Awasi tanda vital, catat hipotensi postural, takikardia. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Menunjukan status hidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan
3.
·     Koaborasi:
·     Awasi hasil laboratorium, misalnya hematokrit dan elektroklit
·     Berikan cairan IV dan elektrolit sesuai indikasi

Mendeteksi homeostasis atau ketidakseimbangan dan membantu menentukan kebutuhan penggantian
Dapat diperlukan untuk mempertahankan perfusi jaringan adequat/fungsi organ.

5.      Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan pembatasan bulk dan makanan mengandung sisa.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
-          Berat badan dipertahankan/meningkat
-          Hasil laboratorium dalam batas normal dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Lakukan pengajian nutrisi dengan seksama
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi.
2.
Auskultasi bising usus
Kembalinya fungsi usus menunjukan kesiapan untuk memulai makanan lagi.
3.
Anjurkan pasien atau orang terdekat untuk peningkatan penggunaan yogurt dan mentega susu.
Dapat membantu menurunkan pembentukan bau.
4.
Diskusikan mekanisme menelan udara sebagai faktor pembentukan platus dan beberapa cara pasien yang dapat mengontrol latihan
Minum melalui sedotan, ngorok, ansietas, dan meneguk makanan meningkatkan produksi platus. Terlalu banyak platus tidak hanya perlu untuk pengosongan tetapi dapat menjadi faktor penyebab kebocoran dari banyaknya tekanan dalam kantong.
5.
Kolaborasi:
·     Konsul dengan ahli diet

·     Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila masukan oral dimulai

Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6 – 8 minggu pertama untuk memberikan waktu yang adequat untuk penyembuhan usus.

6.      Gangguan pola tidur sehubungan dengan takut kebocoran kantong atau cedera stoma
Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi dengan kriteria:
-          Merasa segar setelah bangun tidur.
-          Tidak mudah marah
-          Tidak gelisah/tidak letargik
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Jelaskan perlunya pengawasan fungsi usus dalam periode pasca operasi
Pasien lebih dapat mentoleransi gangguan dan memahami alasan atau pentingnya perawatan
2.
Berikan sistem kantong adequat. Konsongkan kantong sebelum tidur
Platus/fese berlebihan terjadi meski diintervensi. Pengosongan pada jadwal teratur meminimalkan kebocoran.
3.
Biarkan pasien mengetahui bahwa stoma tidak akan cedera bila akan tidur
Pasien akan mampu beristirahat lebih baik bila merasa aman tentang stoma dan ostominya.
4.
Batasi masukan makanan atau minuman yang mengandung caffeine
Caffeine dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi tidur tahap REM, mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun.
5.
Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur
Meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur
6.
Kolaborasi: Berikan obat sedatif saat tidur sesuai indikasi
Obat yang tepat waktu dapat meningkatkan istirahat atau tidur selama periode pasca operasi

TUTUP KOLOSTOMI
Tutup kolostomi          : Penutupan kolostomi transfersum yang sudah dibuat sebelumnya sekaligus mengalihkan saluran kolon ke anus. 

Masalah Keperawatan                                                         Masalah Kolaborasi

A.    Pra Operasi                                                                      - Infeksi   

1.      Kurang pengetahuan orang tua                                    - Devisit volume cairan

B.     Post Operasi

1.      Resiko tinggi terhadap infeksi
2.      Nyeri akut
3.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
4.      Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi

 

Diagnosa keperawatan

Pra Operasi

1.      Kurang pengetahuan orang tua sehubungan dengan kurangnya informasi tentang persiapan operasi

Post Operasi

         i.      Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan luka penutupan kolostomi
       ii.      Gangguan rasa nyaman nyeri akut sehubungan dengan luka penutupan kolostomi
     iii.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan masukan secara medik
     iv.      Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan pembatasan bulk dan makanan mengandung sisa

Intervensi dan Rasional

Pra Operasi

1.      Kurang pengetahuan orang tua sehubungan dengan kurangnya informasi tentang persiapan operasi
Tujuan: Orang tua dapat memahami tentang prosedur persiapan operasi dengan kriteria:
- Berpartisipasi dalam program pengobatan (persiapan operasi)
Intervensi:
a.       Berikan penjelasan tentang prosedur operasi kolaborasi dokter.
b.      Dorong mengajukan pertanyaan yang akan membuat pemahaman sejati tentang pembedahan dan menghilangkan rasa takut.
c.       Berikan penjelasan pada orang tua dan anak, tergantung umur anak dan kemampuannya untuk memahami.
d.      Berikan penjelasan secara lengkap tentang kolostominya dan prosedur operasi.
e.       Kaji data tentang status perkembangan mental anak, kehidupan rutin sehari-hari yang disukai dan tidak disukai anak, makan kesukaan, posisi anak dalam keluarga, kebiasaan sehari-hari, kebiasaan tidur, hal-hal yang dianjurkan kepada anak sesudah operasi.
f.       Berikan penjelasan tentang prosedur pra operasi.
                            i.      Puasa
                          ii.      Pemeriksaan labor
                        iii.      Transfortasi ke kamar operasi dengan tempat tidur bayi/brankar.
                        iv.      Ruangan dimana orang tua dapat menunggu selama operasi
g.      Berikan pengertian pada orang tua bahwa dokter akan memberikan penjelasan setelah operasi selesai.
h.      Beri penjelasan tentang lingkungan kamar operasi.
                            i.      Dokter dan perawat mengenakan baju operasi, topi dan masker
                          ii.      Izinkan anak untuk mencoba mengenakan baju operasi
i.        Berikan penjelasan tentang anastesi.
                            i.      Anak akan tertidur selama pemberian anastesi
                          ii.      Tidak merasa sakit,
                        iii.      Tidak terbangun selama pembedahan
j.        Berikan penjelasan tentang: selama operasi di kamar operasi:
                            i.      Dokter dan perawat selalu ada setiap saat.
                          ii.      Anak akan dibantu Bernafas dengan respirator/alat bantu nafas dan selang pada tenggorok.
                        iii.      Anak akan bangun segera setelah operasi
k.       Berikan penjelasan tentang lingkungan pasien setelah operasi
                            i.      Anak akan berada di ruang pulih sadar (recovery room)
                          ii.      Setelah sadar anak akan dipindahkan kembali keruangan rawatan biasa.
     
Post Operasi
7.      Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan luka penutupan kolostomi
Tujuan: Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar dengan kriteria:
-          Tidak ada tanda infeksi,
-          Tidak ada drainase purulen,
-          Tidak ada iritema,
-          Tidak ada demam
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis atau abses
2.
Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka apseptik
Menurunkan resiko penyebaran bakteri
3.
Observasi keadaan luka, catat karakteristik cairan, adanya eritema
Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
4.
Berikan informasi yang tepat dan jujur pada pasien atau orang terdekat
Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas
5.
Kolaborasi: Berikan antiobitik sesuai indikasi
Menurunkan jumlah microorganisme dan  penyebaran lebih lanjut
8.      Gangguan rasa nyaman nyeri akut sehubungan dengan luka penutupan kolostomi
Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria:
-          Nyeri hilang atau terkontrol
-          Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
-          Tanda vital dalam batas normal
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Berikan tindakan kenyamanan dengan mengubah posisi. Yakinkan pasien atau orang terdekat bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai luka penutupan kolostomi
Menurunkan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping
2.
Dorong/bantu melakukan ambulasi dini.
Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh; merangsang peristaltic dan kelancaran flatus, menurunkan ketidak nyamanan abdomen.
3.
Berikan aktivitas hiburan (bermain)
Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
4.
Kolaborasi: pemberian analgesik
Menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan.
5.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0 – 10)
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.

9.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan masukan secara medik
Tujuan: Mempertahankan hidrasi adequat dengan kriteria:
-          Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit baik
-          Pengisian kapiler baik
-          Tanda vital stabil
-          Secara individual mengeluarkan urine dengan tepat
-           
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan.
2.
Awasi tanda vital. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Menunjukan status hidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan
3.
Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flatus, gerakan usus
Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan peroral.
4.
Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir.
Dehidrasi mengakibatkan mulut dan bibir kering dan pecah-pecah
5.
Kolaborasi:
·     Awasi hasil laboratorium, misalnya hematokrit dan elektroklit
·     Berikan cairan IV dan elektrolit sesuai indikasi

Mendeteksi homeostasis atau ketidakseimbangan dan membantu menentukan kebutuhan penggantian
Dapat diperlukan untuk mempertahankan perfusi jaringan adequat/fungsi organ.

10.  Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan pembatasan bulk dan makanan mengandung sisa.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
-          Berat badan dipertahankan/meningkat
-          Hasil laboratorium dalam batas normal dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi dan rasional:
No.
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi.
2.
Auskultasi bising usus
Kembalinya fungsi usus menunjukan kesiapan untuk memulai makanan lagi.
3.
Timbang berat badan sesuai indikasi
Mengawasi keefektifan rencana diet.
4.
Kolaborasi:
·     Konsul dengan ahli diet

·     Tingkatkan diet dari cairan sampai   makanan rendah residu bila     masukan oral dimulai

Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6 – 8 minggu pertama untuk memberikan waktu yang adequat untuk penyembuhan usus.















Buku Sumber :

Suriadi dan Yuliani, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Pt FAJAR INTERPRATAMA
Previous
Next Post »

Translate