PERAN KELUARGA TERHADAP KEPERAWATAN LANSIA
PENDAHULUAN
I. 1. Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan
dialami oleh setup orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No
13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
2. Teori tentang Proses Menua
2.1 Teori Biologik
a. Teori
Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul/DNA dan setup sel pada saatnya akan mengalami
mutasi
b. Pemakaian
dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan
sel-sel tubuh lelah
c. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori
radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan
oksidasi-oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2.2 Teori
Sosial
a. Teori
aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori
Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
II. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan (Bailon SG dan Maglaya A., 1989).
III. Masalah-masalah
yang di hadapi lanjut usia
Secara umum
dikatakan bahwa masalah yang di hadapi yang dihadapi oleh kelompok usia lanjut
di Asia menyedihkan. Pemerintah di negara-negara Asia masih memberikan rioritas
yang sangat rendah untuk kesejahteraan sosial ara usia lanjut karena negara-negara
tersebut belum baik perekonomiannya. Sejumlah besar keluarga miskin, di Asia
tidak mampu lebih lama membantu orang tua mereka walaupun mereka masih mempunyai
sikap ingin terus memberikan pelayanan kepada orangtuanya dalam, satu rumah.
Beban kesehatan sangat terasa bagi keluarga, sehingga mereka tidak dapat
memberikan bantuan finansial dari kesehatan
orangtuanya.
Masalah yang
dihadapi antara lain: (1) ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat
lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan; (2)
kesulitan hubungan antara usia lanjut dengan keluarga di tempat selama ia
tinggal; (3) ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga untuk menjamin
penghidupan secara layak, (4) kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi
melalui lapangan kerja yang ada (5) perbedaan nilai-nilai yang dianut antara
para usia lanjut dengan generasi muda
yang mengakibatkan timbulnya keresahan para usia lanjut dan (6) berkurangnya
kesempatan keluarga untuk memberikan pelayanan kepada usia lanjut.
IV. Harapan-harapan
dalam masa usia lanjut
Banyak orang
sependapat bahwa manusia usia lanjut mempunyai kelebihan pengalaman. Menurut
Suryohadiprojo (1988) orang yang berusia lanjut mempunyai kelebihan dalam
bentuk pengetahuan dan kecakapan yang dihasilkan oleh pengalaman yang telah di peroleh
dalam kehidupannya.
Berkaitan dengan pekerjaan,
pngaruh pengalaman dalam pekeraan cukup banak sebab kehidupan itu tidak pernah
hanya hitam-putih belaka, melainkan penuh nuansa.
Dengan demikian,
seorang petani yang sudah usia lanjut, meskipun sudah tidak kuat mengankat cangkul
ia lebih banyak memiliki pengetahuan bertani daripada mereka yang berusia muda.
Seorang dosen yang tidak pernah mengembangkan diri sehubungan dengan mata kuliah
yang diajarkannya akan tertinggal pengetahuannya dengan dosen yang berusia muda
yang dengan tekun dan terus-menerus meneliti dan mempelajari perkembangan ilmu
yang diajarkannya, dan bahkan mungkin ia sendiri dapat mengembangkan atau
menemukan sesuatu (teori) yang baru.
Pembagian tugas
menurut umur perlu mendapat perhatian, karena tingkat perkembangan kepribadian
seseorang merupakan proses yang dilalui oleh setiap orang melalui interaksinya
dengan orang lain sesuai dengan fase kelompok usia.
Pada dasarnya, semua
usia lanjut masih menghendaki tetap terus bekeja, baik hanya untuk mengsi waktu
luang atau beramal, maupun karena memang untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya.
Bagi mereka yang mempunyai
keahlian tidak begitu sulit untuk tetap terus bekerja setelah pensiun. Petani,
wirausahawan, dosen, seniman adalah beberapa contoh orang yang tidak megenal pensiun
dalam kehidupannya. Mereka akan terus bekerja hingga keadaan fisiknya tidak lagi
memungkinkan. Tetapi masalahnya adalah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
sebanding dengan jumlah orang yang membutuhkannya. Pengangguran kaum muda
setiap tahunnya meningikat yang mendesak agar para usia lanjut melepaskan
pekerjaannya untus diidi oleh kaum muda
Tetapi adalah hak
setiap manusia (termasuk usia lanjut) untuk bekerja, Manusia usia lanjut juga
merupakan sumber nasional yang bernilai.
Sedang bagi usia lanjut
yang tidak termasuk dalam tenaga kerja dapat melakukan kegiatan kegiatan-kegiatan
yang.berguna bagi kemanusiaan, dengan catatan kebutuhan pokok hidupnya sudah
dipenuhi. Kegiatan mereka terutama disesuaikan dengan pengalaman dan
pengetahuan yang mereka miliki, paling tidak dengan pemberian nasehat yang
positif. Hidup tanpa peduli pada lingkungannya, baik keluarga maupun masyarakat,
adalah suatu kehidupan yang sepi dan “tidak berguna”. Ada seorang usia lanjut
yang mengatasi kesunyiannya di masa pensiunnya dengan setiap hari keluar rumah
meski hanya untuk satu dua jam. Hidup mereka sudah terlanjur terpola oleh bekerja:
“bukan honornya yang penting tetapi kerjanya, tinggal di rumah berarti menggur
dan saya dapat lekas mati”
V. Peran
Keluarga terhadap usia lanjut
Pada masyarakat
tradisional yang umumnya terdiri dari keluaraga-keluarga luas, memasuki usia
lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka cukup aman karena anak (dan
saudara-saudara lainnya) masih merupakan jaminan yang paling baik bagi
orangtuanya dengan ikatan yang kuat dan berhubungan secara kekeluargaan dengan
tetangga dan teman-teman mereka. Anak masih merasa berkewjiban dan mempunyai
loyalitas menyantuni orangtua mereka yang sudah tidak dapat mengurus dirinya
sendiri. Nilai yang masih berlaku memang anak wajib memberikan kasih sayangnya
kepada orangtuanya sebagaimana pernah mereka dapatkan pada waktu masa
kanak-kanak. Bahkan mendapat peranan tersendiri baik dalam keluarga mdupun
masyarakat. Para usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai orang yang
“dituakan”, bijak dan. bepengalaman, pembuat keputusan, dan kaya pengetahuan.
Dalam kondisi fisik
yang lemah dan mungkin sakit-sakitan, dalam kesepian, dalam kebosanan, dalam
penderitaan post power syndrome, dalam keadaan menganggur, anak-anak
bertanggung jawab dengan penuh loyalitas dan hormat mengasuh, membiayai,
mendidik dan mengawasi orangtua sebagaimana pernah mereka lakukan terhadap
anak-anaknya. Mempunyai orangtua dalam keluarga, adalah sama halnya dengan
mempunyai anak-anak yang dicintainya. Orangtua tidak perlu merasa mengganggu
keluarga anaknya atas keberadaannya di antara mereka.
Tempat yang terbaik
bagi usia lanjut untuk mendapatkan perawatan adalah tempat tinggal sendiri
bersama anggota keluarga lainnya perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri
lebih memberikan rasa nyaman dan aman karena mereka lebih mahfum atau toleran
terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain.
VI. Hal
yang perlu di perhatikan terhadap lanjut usia
Usia lanjut bukanlah
suatu penyakit, melainkan suatu proses degenerasi yang dialami oleh setiap
orang. Memasuki usia lanjut, orang akan mengalami kemunduran-kemunduran,
terutama fisiknya, tetapi tidak berarti ia tidak berguna lagi. Mereka mempunyai
hak yang sama untuk menjalani kehidupan bersama manusia lainnya yang berbeda
menurut usia. Seperti yang lainnya pula, ia berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusian. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
telah menegaskan bahwa adalah hak mereka untuk tetap terus bekerja selama
mereka masih mampu. Dengan modal yang dimiliki, pengetahuan dan pengalamannya,
dan dengan segala kekurangannya, kelompok usia lanjut merupakan sumber daya
manusia yang dapat dimanfaatkan, baik dalam dunia kerja maupun dalam
bidang-bidang kehidupan lainnya.
Kesadaran bahwa usia
lanjut merupakan anggota masyarakatnya, yang mempunyai hak dan kewajiban dan
kesadaran bahwa hidupnya di dunia ini tinggal beberapa waktu lagi akan
berakhir, maka ia perlu memiliki semangat untuk hidup dan tetap berguna bagi
orang lain. Untuk itu, sesuai dengan batas kemampuannya, seorang usia lanjut
dapat memilih jalan hidupnya yang berguna atau yang tidak berguna bagi
sesamanya. Pilihan tersebut dapat dipersiapkan sejak muda.
Gambaran seorang
yang usia lanjut sebagai seorang yang sedang menuju keliang kubur,
berpenyakitan, tidak sanggup membina hubungan cinta kasih dan tidak bisa
menolong dirinya sendiri, apalagi memberi pelayanan kepada orang-orang lain,
adalah salah. Keterisolasian, kesepian, dijauhi oleh masyarakat, berkurangnya
penghasilan, pengangguran, beberapa faktor yang sering menghalang-halangi usia
lanjut untuk tetap produktif, meskipun kemampuan mereka belum habis
Kesadaran memelihara
usia lanjut (jompo) sebagai suatu kewajiban bagi anak-anak dapat merupakan
suatu sistem yang dipertahankan, karena, selain mereka pada waktunya juga akan
menjadi tua, kemampuan masyarakat dan negara untuk melayani kelompok usia
lanjut belum memadai. Apalagi pelayanan bagi kelompok umur produktif masih jauh
dari menggembirakan. Jika anak-anak tidak melaksanakan kewajiban tersebut, maka
sistem tersebut akan runtuh dan sebagai akibatnya mereka akan menikmatinya
kemudian pada hari tuanya, yakni hidup tanpa dipedulikan oleh anak-anaknya
DAFTAR PUSTAKA
Adi Rianto, 1998, Pelayanan Kesehatan
Usia Lanjut oleh masyarakat di Propinsi Jawa Timur, Depkes Bandung.
Sudiro, 1982 : Lanjut Usia di
Indonesia, Makalah
Bailon,S.G. 1982. Perawatan
Kesehatan Keluarga, Jakarta, UP College Of Nursing
Wahyudi Nugroho, SRM, 2000
Keperawatan Gerantik, Edisi 2. EGC Jakarta
T.O. Ihromi, 1999. Bunga Rampai
Sosiologi Keluarga, Jakarta Yayasan Obor Indonesia
ConversionConversion EmoticonEmoticon