BAB I
PENDAHUAN
A. Latar Belakang
Dunia anak-anak identik dengan masa bermain. Dalam
aktifitas bermain anak menemukan medra pembelajaran untuk pembelajaran diri.
Bermain adalah pekerjaan dari anak-anak (Wong, 1992 hal 131) sedangkan menurut
millor Bf dan keare CB, 1983 bermain adalah cara alamiah bagi anak-anak untuk
mengungkapkan konflik.
Bermain tidak sekerdar mengisi waktu tapi juga merupakan kebutuhan.
Anak merupakan bagian variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosi, dari aktivitas bemain anak melatih otot-otot serta kepekaan
indera, mereka juga menggunakan seluruh emosi, perasaan dan pikirannya.
Begitu konfeksnya bermain bagi anak hingga orang tua dan
kita para tenaga kepera. Watan perlu mengfasilitasi pekembangan anak dalam menentukan
permaianan yang tapat dan mendidik, untuk itulah muncul istilah anak permainan indukatif
(APE) yang dia artikan sebagai alat bemain yang mengoptimalkan perkembangan
anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Kita perlu menyeleksi
alat-alat permainan yang akan di gunakan supaya fungsi tubuh kembang menjadi
optimal.
Alat permaian indukatif sangat di butuhkan dalam masa
infant, terutama jika kita melihat banyak sekali perubahan fungsi tubuh dalam
masa infant. Alat permaian indukatif dapat mengoptimalkan untuk memfasilitasi
masa tubuh kembang infant.
B. Tujuan
1. Tujuuan Umum.
Mengetahui, menjelaskan dan mengaplikasikan APE bagi
anak dalam masa infant.
2.
Tujuan Khusus.
a). Mangetahui karakteristik perkembangan masa infant.
b). Memgetahui fungsi bermain pada masa infant.
c). Mengetahui alat-alat yang cocok untuk masa infant.
C. Batasan Masalah
Makalah ini membahas alat permainan edukatif bagi anak
dalam masa infant.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Bermain.
1.
Pengertian bermaian.
a)
Menurut Donna L. wong, 1992.
Bermaian adalah bekerja dalam
pandangan anak-anak.
b)
Menurut mrller Bf dan keane CB,
1983.
Bermain adalah cara alamiah untuk
mengukapkan konflik dalam diri yang tidak di sadari.
c)
Menurut foster, 1989.
Bermaian adalah kegiatan yang di
lakuakan atas keinginan sendiri untuk peroleh kesenangan.
2.
Bentuk permaian menurut
soetjiningsih 1995.
a.
Bermain aktif contohnya.
1)
Exploratory play.
2)
Construction play.
3)
Dramatic play.
4)
Bermaian bola, tali dsb.
b.
Bermaian pasif.
Dalam hai ini bermaian pasif hanya
mengandung unsur melihat dan mendengar. Bermaian pasif ideal di terapkan saat
anak sudah dalam kelelahan dalam bermain aktif dan sudah bosan.
Contoh : permaian pasif adalah
menonton TV, mendengar musik, melihat gambar, dsb.
3.
Fungsi bermaian menurut
Donnal Wong 1992.
Fungsi bermaian antara lain.
a.
Pengembangan aspek sensori imotor.
b.
Perkembangan intelektual.
c.
Perkembangan sosial.
d.
Membangun kreaktifitas.
e.
Membentuk kesadaran diri.
f.
Menjalankan therapy.
g.
Membentuk moral.
4.
Keuntungan bermain menurut
Soetjiningsih 1995 dalam buku tumbuh kembang anak.
Keuntungan bermain adalah sebagai
berikut :
a.
Membuang eksta energi.
b.
Mengotimalkan pertumbuhan dan
perkembangan organ tubuh.
c.
Merangsang nafsu makan.
d.
Pembelajaran mengontrol diri.
e.
Perkembangan keterampilan dan
kreaktifitas.
f.
Mengenali lingkungan sekitar
lewat benda-benda.
g.
Cara mangatasi marah, kuatir
dan berduka.
h.
Kesempatan bergaul dengan anak
lain.
i.
Belajaran mengikuti aturan.
j.
Mengembangkan kemampuan
intelektual.
k.
Belajar menjadi pihak yang
kalah atau menang.
B. Konsep perkembangan
bermain pada infont.
1.
Perkembangan infont.
Melihat secara visual pada jarak
dekat dan peka terhadap warna-warna yang mencolok. Mengenal dan mendengar
suara-suara dan bereaksi atas suara-suara tersebut, peka terhadap sentuhan dan
belajar panas dan dingin.
2.
Tujuan bermain untuk
perkembangan infont
a.
Melatih reflek ( menghisap,
menggenggam).
b.
Melatih keodinasi mata dan
tangan.
c.
Melatih mngenal sumber suara.
d.
Malatih kepekaan perobatan.
e.
Melatih keterampilan dengan
gerakan berulang-ulang.
3.
Alat pemainan yang di
anjurkan.
a.
Benda yang aman di masukan
mulut atau di pegang.
b.
Gambar atau bentuk muka.
c.
Boneka orang atau binatang.
d.
Alat yang bersuara.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Agnes seorang anak masa infont (11 bulan) di belikan
mainan oleh ayahnya seperangkat boneka bebek lengkap dengan seekor induk yang
agak besar seta lima
ekor anaknya. Mainan itu terbuat dari kaet lunak dan berwarna kuning, bila di
pencet luarnya bebunyi.
Setrap bermainan agnes memanut-manut dan kadang
menggigit mainan itu, kelihatannya ia senang dengan mainan itu.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bermaian boneka bebek bagi infont di anggap sebagai
kerja dan menggali kesenangan serta mengekspresikan peasaan, bermain secara
aktif dengan mainan boneka bebek termasuk dalam eksploratif play di mana pada
permainan itu di rangsang perkembangan sensori, motarik intelektual, sosial,
kreaktifitas dan kesadaran diri. Bermain boneka bebek mengfasilitasi perkembangan
sensor motorinya ketika si anak mampu menangkap visual atau dengan jarak dekat
dan warna-warna mencolok karena konstan berwarna kuning atau mencolok. Sentuhan
di rangsang dengan teksturnya yang lunak dan aman untuk di gigit. Bunyi yang di
hasilkan merangsang fungsi pendengaran anak.
Anak dapat menyalurkannya kesenangannya sembari memanfaatkan
extra energi. Perkembangan si anak juga dapat tefasilitasi dengan mengenal
lingkungan dan benda-benda di sekitarnya.
Emosi si anak juga di latih untuk di kendalikan ketika
ia sudah bosan atau ketika ia harus berbagi dengan temannya. Si anak di ajari untuk
mengenal bentuk pengembangan intelektual. Dengan perangsangan indra
penglihatan, pendengaran dan sentuhan. Anak di motivasi untuk memperkerjakan
otaknya jika otak dilatih terus-menerus maka kreaktivitas anak juga akan
tereksplorosi.
BAB V
PENUTUP
A. kesimpulan
1.
Bermain adalah bekerja dalam
dunia anak, dari dalamnya terdapat upaya untuk mencari kesenangan dan
mencuahkan konflik internal.
2.
Infont mengalami perkembangan
visual, pendengaran dan taktil yang masih sederhana.
3.
Fungsi bermaian pada masa
infant adalah mengoptimalkan aspek visual, taktil dan pendengaran.
4.
Mainan boneka bebek sesuai
mengoptimalkan tubuh kembang infant.
B. Saran
1. Orang tua hendaknya memfasilitasi
perkembangan otak dan menyesuaikan alat permainannya.
2.
Alat pemainan edukatif pada infant tidak perlu modal.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth,
1994. Psikologi Perkembangan, Sijabod,
Rrdwan (Ed). PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Monks, Fj. 1991. Psikologi
Perkembangan. Gajah Mada Press. Jogyakarta.
Scetjiningsih. 1995. Tubuh
Kembang Anak, Ranah, Gde IBN (Ed). EGC. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KYING
A. Proses keperawatan.
1)
Kondisi klien.
Klien tanpak
murung dgt’kadang seyum-seyum.
2)
Diagnosa Klien.
Lying
(berbohong).
3)
Tujuan khusus.
a.
Klien dapat menerima keadaan
status sosialnya.
b.
Klien mampu berkata jujur
kepada perawat atau keluarga.
4)
Tindakan keperawatan.
a.
Mengucapkan salam dengan ramah.
b.
Memperkenalkan diri.
c.
Menanyakan keadaan klien.
d.
Memberi kesempatan kepada klien
untuk mengucapkan masalahnya.
B. Strategi Komonikasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
Orientasi
1)
Salam feraptutik.
“Slamat siang mbak, nama saya novi
dan ini teman saya susy, ibu namanya siapa ?”
2)
Evaluasi.
“Bagaimana keadaan mbak hari ini ?”
3)
Kontak (Topik, waktu, dan
tempat).
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang keadaan mbak, sekarang, nggak lama, paling 10 menit saja.
Kerja
Ø “Selamat siang mbak. “
Ø “Nama saya novi dan ini teman saya susy.”
Ø “Apakah ada sesuatu yang di rasakan ?”
Ø “kenapa mbak sering murung?”
Terminasi
1.
Evluasi rispon klien terhadap
tindakan keperawatan.
a.
Evaluasi Subyektif.
“Bagaimana
perasaan mbak setelah ngobrol td ?”
b.
Evaluasi obyektif.
Kadang murung
kadang seyum dan menatap perawat dengan ragu.
2.
Rencana Lanut Klien.
“Pak, bu, sebenarnya keluarga
sangat berperan dalam hai ini. Karena anak bapak {ibu malu dengan status
sosialnya. Maka peran bapak {ibu sangat di butukkan untuk kesembuhan/agar anak
ibu dapat menerima keadaan yang sebenarnya.
3.
Kontak yang akan datang (topic,
waktu, dan tempat).
“Kalau begitu besuk kita ketemu
lagi di sini ya.”
“Besuk mbak bertemu jam berapa ?
bagaimana kalau ketemu jam 9 pagi.?”
Prolog
Andri adalah seorang mahasiswa. Dia di diagnosa
menderita Typhus dan telah di rawat di Rs X selama 5 hari. Kerena lingkungan
pergaulannya dia menjadi cenderung memiliki ideal diri yang tinggi. Di tidak
mau mengakui kenyataan kehidupan keluarganya, di mana ayahnya haya seorang
sopir taksi untuk dapat di terima dalam pergaulannya dan di hargai orang lain,
di sengaja berbohong latar belakang keluarganya.
Karena hal itu dia berada pada suatu dilema antara mengakui
setatus keluarganya secara jujur namun di tolak oleh pergaulan dan di sepelekan
orang lain atau tidak jujur sehingga dapat di akui dalam pergaulan di hormati
orang lain namun merasa bersalah kerena berbohong.
Suatu hari datang 2 orang perawat ke kamarnya di ruang
perawat IBD kelas II Rs X
Pembaca naskah : Opit.
Perawat I :
Novi.
Perawat II :
Susy.
Ayah :
Rianto.
Ibu :
Ika Kus.
Dokter :
Lukman.
Kakak :
Rima.
Pasien :
Andri.
Protog
Perawat :
“Selamat siang Mas.”
Pasien :
“Siang suster (tersenyum kecil).”
Peawat 1 : “Nama saya Novi,
dan ini teman saya susy kami mahasiswi akper depkes tingkat II malang. Nama mas siapa ?.”
Pasien :
“Namaku Andri. “
Perawat II :
“Bagaimana nih kabarnya ? udah mendingan ?”
Pasien :
“Y…gitu d sus !! suster bisa lihat sendiri khan…”
Perawat I : “Gimana kalau kita ngobrol bentar sekarang ?
gak lama kok paling 10 menit saja. Oke !”
Pasien :
“Mmm…. Ya boleh lah …(tanpak murung dan setengah hati)”
Perawat II : “Kenapa sih, kok murung ? kayaknya lagi ada
masalah berat, lagi berantem ?”
Pasien :
“Nggak kok sus, Cuma lagi gak enak badan aja.”
Perawat I :
“Lho….. ayah ama ibuk kemana ? kok gak nungguin ?”
Pasien : “Mmm…. (meririk perawat yang ragu) ayah
ada meting dan mama ada arisan di kompleks rumah kami.”
Klien tidak menyadari bahwa orang tuanya sedang menunggu diluar atas
instruksi perawat.
Perawat : “Oh…. Gitu. Y udahlah di maklumi aja. Toh
itu semua juga buat mas, hari ini sampe segini aja dulu ya. Besuk kita lanjuttin
lagi ngobrolnya. Sekarang istirahat dulu , biar cepat sehat.”
Pasien :
“Iya…. Sus. Makasih ya.”
Perawat II : “Besok
kira-kira jam 9 pagi kita bertemu lagi y ?”
Pasien :
“Baik sus.. terserah suster aja.”
Perawat I :
“Baik… kami permisi dulu.”
Di luar kamar, ortu andri menyimak dengan baik pembicaraan anak
mereka dengan perawat-perawat tersebut. Setelah perawat keluar dari kamar k.
ayah dan ibu andri mengikuti mereka dan melakukan konsul di ruang perawat.
Ayah :
“Bagaimana anak saya sus ?”
Perawat I : “Pak, bu, sebenarnya keluarga sangat berperan
dalan hal ini. Kerena anak bapak dan ibu malu dengan setatus sosialnya. Maka
peran bapak dan ibu sangat di butuhkan untuk kesembuhan atau agar anak ibu
dapat menerima keadaan yang sebenarnya.”
Keesokan harinya, saat visite dokter :
Setelah di lakukan pemeriksaan :
Pasien :
“Gimana keadaan saya dok ?”
Dokter : “Penyakitnya sudah bisa diatasi, haya saja
masih butuh perawatan untuk mengembalikan tenaga saudara.”
Pasien :
“Kapan saya bisa pulang dok ?”
Dokter : “Insya allah 2 atau 3 hari. Semua itu
tergantung bagaimana anda mematuhi aturan dokter dan perawat di sini. Pingin
cepat pulang gak ?”
Pasien :
“Ya dong dok ! udah gak betah di sini, sumpek sih..”
Dokter : “Insya allah … jangan mikir macam-macam y..
kalo stres khan jadi sulit sembuhnya.”
Pasien :
“Baik dok terima kasih.”
Dokter : Yak… ! ok saya permisi karena masih
memeriksa pasien yang lain.
Pasien :
“Silahkan dok.”
Tepat jam 9 pagi, novi + sisy menemui pasien dari kamarnya. Tanpak p
sedang bercengkrama dengan kakaknya.
Perawat I :
“Selamat pagi.”
Kakak + p : “Pagi
suster.”
Perawat II : “Bagaimana
kabarnya hari ini ?”
Pasien :
“Alhamdullilah udah mendingan sus.”
Kakak :
“Dia sudah mau makan banyak sus. Tadi pagi aja udah di abisin.”
Perawat I :
“Syukur d… mudah-mudahan cepat sehat y…”
Pasien :
“Makasih suster.”
Kakak : “Ok ! kayaknya saya meski balik ke kantor
lagi sekarang, suster, tolong, saya titip adik saya … kalau nakal cubit aja
sus…”
Semua pelaku (tertawa) ha ha
ha ….
Kakak :
“Permisi suster.”
Suster I + II : “O
ya… silahkan mbak…!!”
Beberapa menit kemudian :
Suster I :
“Gimana nih sekarang ? masih ngerasa ribet ama masalah ?”
Pasien : “Mendingan sus…. Saya baru sadar kalau
selama ini sudut pandang saya salah. Saya berbohong sama suster. Maafya sus…..”
Suster II :
“Iho emangnya bohang kenapa ?”
Pasien : “Sebenarnya ayah saya haya supir taksi dan
ibu haya ibu rumah tangga. Rumah kami pun di perkampungan kecil. Bukan di
perumahan elit.”
Suster I : “Y…. sudah gak papa. Yang penting kamu udah
berjiwa besar untuk mengaku salah dan lebih bisa menerima kehidupanmu yang apa
adanya.”
Suster II : “Semua pasti ada hikmahnya … karena bagai mana
pun keadaan kita tidak membatasi peluang untuk menjadi lebih baik atau sukses.”
Pasien : “Iya sus…. Suster benar !! ha… perasaan
saya jadi lebih lega sekarang terima kasih suster.”
ConversionConversion EmoticonEmoticon