BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi,
serta mengantisipasi era globalisasi, menjadikan manajemen sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih
luas, baik pada tingkat makro (nasional), maupun pada tingkat mikro yaitu pada
tingkat organisasi dengan segala jenis, bentuk, dan kegiatannya ( Siagian
,1994, Hal 3).
Perawat sebagai sumber daya
manusia yang langsung memberikan asuhan selama 24 jam dituntut untuk
memberikan asuhan keperawatan yang bermutu secara komprehensif sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan profesi.
Ruang perina merupakan salah satu
unit perawatan neonatus yang sakit (usia 0 – 28 hari) dimana sesuai
dengan tingkat usia tumbuh kembang, semua pasien yang dirawat merupakan pasien –pasien dengan tingkat ketergantungan
total care dan moderate care dengan
waktu perawatan rata-rata 10,4 jam/hari pada pasien total care dan 6,7 jam/hari
pada pasien dengan moderate care ( Pediatric Nursing Policies, 1984, hal 15 ).
Pasien yang dirawat pada umumnya dengan diagnosa medis asfixia, bayi prematur,
tetanus neonatorum , BBLR dan bayi-bayi dengan kelainan bawaan .
Data satu tahun terakhir menunjukkan bahwa angka kematian bayi
adalah 10,7 % per bulan dengan rata-rata pasien 47 orang per bulan dan
rata-rata pasien per hari 20 - 22 orang. Lama hari rawat (length of stay) 13,1
hari, jumlah ini meningkat dibandingkan angka pada tahun 1997 yaitu hanya 9,7 hari.
Ruang Perina merupakan ruang
perawatan bayi yang bermasalah dengan tingkat ketergantungan perawatan yang
tinggi dan memerlukan penanganan secara khusus dan intensif. Keterbatasan
sarana, jumlah dan kualitas tenaga perawat dapat mengakibatkan
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan,
meningkatnya beban kerja perawat, munculnya bahaya-bahaya komplikasi, serta
panjangnya lama hari rawat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, kelompok tertarik untuk mengangkat
judul PEMANFAATAN SUMBERDAYA MELALUI
OPTIMALISASI PENGORGANISASIAN DI RUANG PERINA RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO.
B. PERMASALAHAN
1.
Bagaimana kondisi ketenagaan dan
fasilitas/sarana diruang rawat
perina ?
2.
Bagaimana variasi penyakit dan tingkat
ketergantungan pasien yang dirawat diruang perina ?
3.
Bagaimana strategi pemanfaatan
sumber daya melalui optimalisasi pengorganisasian di ruang Perina ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Memperoleh gambaran tentang kondisi
ketenagaan, fasilitas/sarana, variasi penyakit dan tingkat ketergantungan
pasien, serta strategi pemanfaatan sumber daya melalui optimalisasi
pengorganisasian di ruang rawat Perina.
D. METODE PENULISAN
Penulisan
makalah ini menggunakan metode deskriptif-analitik, dengan tehnik pengumpulan
data observasi partisipasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I. Pendahuluan, mencakup
latar belakang, permasalahan, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II. Kerangka teori, mencakup pengertian
pengorganisasian, prinsip-prinsip pengorganisasian , dan klasifikasi pasien
diruang Perina.
Bab III Pembahasan, mencakup analisa situasi,
kesenjangan, dan strategi untuk mengatasi masalah.
Bab IV.
Kesimpulan dan saran.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. ANALISA SITUASI
Ruang rawat
Perina merupakan ruangan perawatan bayi-bayi yang sakit atau bayi-bayi yang
termasuk dalam kategori level II dimana saat ini sedang dikembangkan menjadi
kategori level III, yaitu ruang perawatan bayi intensif. Ruang Perina terdiri
dari 4 ruang rawat, 1 ruang tindakan, ruang menyusui, dapur, ruang perawat,
ruang diskusi, ruang konsultasi keluarga, ruang laboratorium, dan ruang tata
usaha.
Jumlah
tenaga perawat sebanyak 27 orang dengan pendidikan S 1 Keperawatan 1 orang,
Diploma III Keperawatan 3 orang, SPK/SPR 22 orang dengan range pengalaman kerja
2 – 25 tahun. Tenaga non keperawatan
sebanyak 9 orang terdiri dari Pembantu Orang Sakit (POS), pekarya, gizi,
laboratorium, dan tehnik. Dokter spesialis di ruang Perina sebanyak 8 orang.
Jumlah
pasien per hari rata-rata 20 – 22 orang dengan variasi penyakit
hiperbilirubinemia, BBLR, prematur, asfiksia, tetanus neonatorum, dan kelainan
kongenital. Semua pasien yang dirawat mempunyai tingkat ketergantungan total
care dengan klasifikasi intensif (5 orang), semi intensif (7 orang), dan non
intensif (10 orang). Dalam satu tahun terakhir
(1998), Bed Occupation Rate (BOR) ruang Perina 65 %, Lama hari rawat
(length of stay) 13,1 hari, angka kematian 10,7 %, dan jumlah bayi yang
ditinggalkan oleh orang tuanya 2,7 % (14 bayi).
Dari
hasil observasi yang dilakukan selama praktek kelompok melakukan analisa dengan
hasil sebagai berikut :
1. Kekuatan (S) :
·
Jumlah tenaga perawat 27 orang
dengan latar belakang pendidikan S 1 Keperawatan 1 orang, D III Keperawatan 3 orang, SPK/SPR 23 orang, dokter spesialis 8
orang, dan tenaga penunjang non keperawatan 9 orang.
·
40 % tenaga perawat telah mengikuti
pelatihan-pelatihan yaitu pelatihan perawatan Neonatus, pelatihan pemberian
ASI, RJP, standar asuhan keperawatan (SAK ), dan manajemen keperawatan.
·
Motivasi kerja tenaga perawat
diruangan cukup tinggi.
·
Adanya insentif ruangan untuk
pegawai honorer disamping gaji dari rumah sakit.
·
Setting ruangan memadai untuk ruang
perawatan perinatal.
·
Adanya peralatan penunjang baru
seperti monitor EKG, ventilator, kompresor, infus pump, mesin EKG, inkubator,
dan transport inkubator.
·
Adanya filosofi ruang Perina
sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Kelemahan (W)
·
Belum optimalnya sistim/metode
penugasan yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan .
·
Belum adanya standar indikasi
pasien masuk, keluar, atau pindah di ruang Perina.
·
Belum adanya overan penggunaan
sarana/fasilitas pada setiap pergantian shift.
·
Belum semua perawat mampu
mengoperasikan alat/fasilitas yang ada (misal: vintilator).
·
Kurangnya alat-alat penunjang
keperawatan seperti suction set, sungkup oksigen, termometer, alat tenun
(popok), alat habis pakai (kassa, plester, kapas).
3.
Peluang (O)
·
Adanya program peningkatan kinerja
perawat melalui pendidikan formal, pelatihan, seminar, dan simposium
keperawatan.
·
Adanya pertemuan berkala (tiap 2
minggu) untuk pembahasan kasus dan masalah-masalah yang muncul di ruangan.
·
Adanya tenaga perawat yang telah
mengikuti pelatihan standar asuhan keperawatan dan managemen keperawatan.
·
Program pengembangan ruangan Perina
menjadi ruangan level III.
·
Metode penugasan yang digunakan
adalah modifikasi antara metode tim dengan metode fungsional.
·
60 % tenaga perawat adalah tenaga
muda sehingga potensial untuk dioptimalkan.
4.
Ancaman (T)
·
Banyaknya pasien-pasien dari
keluarga tidak mampu dan pasien-pasien yang ditinggalkan orang tuanya sehingga
memperpanjang lama hari rawat.
·
Tingginya kasus-kasus yang dirawat
dengan resiko tinggi dan intensif sehingga meningkatkan beban kerja perawat.
·
Adanya kebijakan rumah sakit untuk
tidak melakukan rekruitment pegawai baru hingga tahun 2001.
·
Perawat yang berusia diatas 45
tahun tidak bisa mengikuti siklus dinas sore dan malam sehingga perawat yang
efektif hanya 20 orang.
Berdasarkan analisa situasi di atas, tampak bahwa terdapat keterbatasan sarana, jumlah dan kualitas tenaga perawat sehingga mengakibatkan hambatan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, beratnya beban kerja perawat, munculnya bahaya komplikasi, dan panjangnya lama hari rawat. Oleh karena itu diperlukan pengorganisasian sarana dan tenaga secara optimal untuk keberhasilan pencapaian tujuan.
B. STRATEGI
Untuk
mencapai hasil pelayanan keperawatan yang bermutu sangat tergantung pada
kualitas dan kuantitas tenaga, kelengkapan sarana, dan cara
pengorganisasiannya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di ruang rawat Perina antara lain
sebagai berikut :
1.
Mengoptimalkan mekanisme pengorganisasian
yang ada melalui penggiatan ketua grup berdasarkan tingkat pendidikan dan
kemampuan, serta mempromosikan tenaga perawat yang memiliki potensi.
2.
Mengoptimalkan penerapan metode
tim sebagai metode penugasan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan
meningkatkan peran dan fungsi masing-masing.
3.
Pengembangan sumber daya
manusia melalui pendidikan formal secara terencana dan berkelanjutan,
mengikutsertakan staf pada pelatihan, seminar, dan work shop terutama yang
berkaitan dengan perawatan neonatologi.
4.
Bekerja sama dengan institusi
pendidikan tinggi keperawatan dalam rangka meningkatkan pengorganisasian ruang
rawat.
5.
Berkoordinasi dengan anggota
tim kesehatan lain (medis) untuk meningkatkan mekanisme kerja ruangan.
6.
Penyusunan protap dan standar
indikasi arus keluar-masuk pasien perina.
7.
Penerapan program discharge
planning untuk mengurangi lama hari rawat.
8.
Melengkapi pengadaan alat-alat penunjang keperawatan
dengan cara menjalin kerja sama dengan pihak sponsor (perusahaan obat,
perusahaan susu formula).
9.
Menyelenggarakan in house
trainning untuk transfer pengetahuan kepada sesama tenaga perawat.
10.
Mengembangkan misi, visi, dan
tujuan organisasi ruang rawat.
11.
Menjalin rasa saling percaya
dan keterbukaan dengan tenaga perawat melalui komunikasi dengan memberikan feed back dan motivasi.
12.
Memberikan kesempatan kepada
tenaga perawat untuk tumbuh dan berkembang termasuk pengembangan karir dan
program pendidikan berkelanjutan.
13.
Meningkatkan team work di
ruangan.
14.
Mengembangkan strategic
planning yang meliputi desentralisasi pengambilan keputusan dan partisipasi
tenaga perawat.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
- Terdapat keterbatasan sarana, jumlah dan kualitas tenaga perawat di ruang Perina.
- Sesuai dengan tingkat usia tumbuh kembang semua pasien yang dirawat di ruang Perina mempunyai tingkat ketergantungan total dengan klasifikasi intensif, semi intensif, dan non intensif sehingga memerlukan penanganan secara khusus.
- Diperlukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya melalui pengorganisasian dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
B. SARAN
- Perlunya upaya-upaya untuk memenuhi kelengkapan sarana dan fasilitas penunjang pelaksanaan pelayanan keperawatan dalam rangka mengurangi beban kerja perawat.
- Perlunya upaya pengembangan sumber daya manusia (tenaga perawat) secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menjamin mutu pelayanan yang diberikan.
- Perlunya strategi pemanfaatan sumber daya melalui optimalisasi pengorganisasian.
DAFTAR PUSTAKA
1.
FIK-UI, 1995, Kumpulan Makalah
Kursus Managemen Keperawatan, Jakarta.
2.
Gillies, 1989, Managemen
Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, edisi terjemahan, alih bahasa Dika Sukmana
dkk., Jakarta.
3.
Russel C. Swansburg, 1990,
Management and Leadership for Nurse Managers, Boston.
4.
Siagian, 1994, Managemen Sumber
Daya Manusia, penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
5.
Sporing, et all, 1984, Pediatric
Nursing Policies, Procedure and Personals, Oradel, New Jersey, Philadelpia.
ConversionConversion EmoticonEmoticon