Lampiran 2
A. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN
I.
Identitas
Cukup jelas
II.
Riwayat
keperawatan
- Keluhan utama : keluhan yang ditemukan pada saat pengkajian
- Upaya yang telah dilakukan : upaya klien untuk mengatasi keluhan yang timbul (pergi ke RS, dokter, tenaga kesehatan lain, pengobatan alternatif, dukun dll).
- Therapi/operasi yang pernah dilakukan :
Therapi/oprasi yang dijalani klien
saat sakit sekarang atau yang lalu.
- Riwayat penyakit
Riwayat perjalanan penyakit klien
beserta therapy yang dilakukan sampai saat klien dikaji
III.
Observasi
dan pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Lihat penampilan klien : lemah, kotor,
sakit berat, sedang atau ringan.
- Tanda – tanda vital :
Cukup jelas
- Body system
Pernapasan
Yang perlu dikaji apakah klien bernapas spontan atau
menggunakan alat bantu napas. Bagaimana pola napasnya apakah reguler, cheynes
stokes, biot, orthopnea, kusmaull, bradipnea, takipnea. Adakah pernapasan
cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, restraksi supraklavikula, vokal
fremitus apakah simetris, bagaimana perkusi paru apakah sonor, hipersonor,
redup dll. Bagaimana bunyi napasnya apakah vesikuler, bronkovesikuler atau
bronchial. Apakah ada suara napas tambahan : rales, ronchi, wheezing, pectory
loque.
Kardiovaskuler.
Kaji adanya nyeri dada, pusing, kram
pada kaki, palpitasi, adanya edem palpebra, ekstremitas, anasarka, adanya
clubbing finger, kaji batas jantung normal, bunyi jantung reguler, tunggal,
ireguler, kaji lebih lanjut bunyi jantung tambahan.
Persarafan.
Bagaimana tingkat kesadaran klien :
secara kualitatif (compos mentis, apatis, somnolen, supor, konma) dan secara
kuantitatis (GCS = E V M). kaji keadaan kepala, leher klien adakah
kelainan, bagaimana persepsi sensorinya : pendengaran, penciuman, pengecapan,
penglihatan dan perabaan.
Perkemihan
Apakah klien BAK spontan atau
menggunakan kateter. Kaji produksi urine : jumlah, warna dan bau. Adalah
keluhan lain : disuri, nokturi, retensi, inkontinensia dan hematuri.
Pencernaan
Kaji keadaan mulut dan tenggorok
apakah bersih, kotor, holitosis, kaji keadaan abdomen bagaimana bentuknya
apakah cembung, cekung dan datar. Kaji adanya asites, nyeri tekan, bising usus
positif atau tidak dan frekuensinya, adakah bayangan pembuluh darah abdomen.
Kaji keadaan rektum apakah ada hemoroid. BAB berapa kali/hari dan observasi
kelainannya : kosntipasi, diare, feses berdarah, melena dan gangguan lain. Kaji
juga adanya kolostomi.
Otot
dan integument.
Kaji kemampuan ekstremitas adakah
parese, paralise, hemiparase dll. Kaji kekuatan otot, adakah patah tulang,
deviasi, peradangan, perlukaan, dll. Kaji keadaan kulit bagaimana warna : ikterus, sianosis, pucat, kemerahan,
pigmentasinya. Bagaimana akral : hangat, dingin, panas kering. Bagaimana
turgornya.
Sistem
endokrin
Kaji adanya tanda – tanda DM, goiter,
hipoglikemia, penggunaan terapi hormon.
Sistem
hematopoietik
Kaji adanya tanda anemia,
kecenderungan perdarahan, menggunakan transfusii darah.
Reproduksi
Kaji keadaan daerah urogenital
Psikososial
Apakah klien kooperatif saat
interaksi, hubungan klien dengan keluarga dan klien lain. Kaji konsep diri yang
mengacu pada 5 komponen : body image, identitas, ideal diri, peran dan harga
diri. Dan kaji kebiasaan di rumah.
Spiritual
Kaji agama klien, kegiatan beribadah
klien dan keyakinan terhadap sehat sakit. Kaji kebiasaan di rumah
Tulis nama jelas dan ditandatangani.
IV.
Format
observasi
Observasi dilakukan sesuai dengan
order dari perawat primer apakah setiap 4 jam, 6 jam, 8 jam dsb. Untuk
perawatan diri tuliskan tingkat kemandirian klien dan berapa kali perawatan diri dilakukan.
V.
Masalah
Ditulis sesuai dengan kolom system dan waktu ditemukan, tujuan dan
criteria evaluasi ditulis dalam satu kolom dan rencana besar dituliskan pada kolom rencana tindakan secara
garis besar oleh perawat primer.
VI.
Tindakan
dan evaluasi
Pada kolom perencanaan perawat primer
merencanakan rencana tindakan keperawatan harian untuk masing – masing klien
yang selanjutnya akan dilaksanakan oleh perawat asosiet kemudian
didokumentasikan pada kolom tindakan keperawatan. Respon dari klien terhadap
tindakan yang telah dilakukan didokumentasikan pada kolom evaluasi.
Lampiran 3
B. METODE PENUGASAN TENAGA KEPERAWATAN
1.
Metode
fungsional
Metode
ini merupakan suatu metode penugasan kepada setiap staf perawat melakukan 1 -
2 fungsi keperawatan pada semua
klien yang ada diruangan.
2. Metode kasus.
Setiap
klien dirawat oleh semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat
ia dinas . Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa klien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu klien satu perawat. Umumnya dilaksanakan oleh perawat privat
atau untuk perawata khusus seperti isolasi atau intensive care.
3.
Metode
primer
Metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan klien dari
mulai klien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara klien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama klien dirawat.
4.
Metode
tim
Metode
ini menggunakan tim terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim yang terdiri dari tenaga professional,
teknikal dan pembantu dalam suatu grup kecil yang saling membantu.
Metode
penugasan tersebut mempunyai kelebihan daan kekurangan sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Modifikasi
keperawatan primer digunakan pada model PKP yaitu kombinasi metode tim dan
keperawatan primer (primary tim). Penetapan metode ini didasarkan pada:
1. Metode keperawatan primer
tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan pada tingkat S1 keperawatan atau setara. Bila
menggunakan metode ini secara murni
dibutuhkan jumlah S1 keperawatan
atau setara dalam jumlah yang lebih banyak.
2. Metode tim tidak digunakan
secara murni karena pada metode ini tanggung jawab tentang asuham keperawatan
klien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Metode kombinasi kedua
metode ini diharapkan terdapat kontinuitas askep dan akontabilitas askep terdapat
pada perawat primer. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat
yang ada dirumah sakit mayoritas lulusan
SPK mereka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang
asuhan keperawatan
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
7 – 8 Pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien
Gbr. Struktur Tim
Keperawatan Pada MPKP.
Keterangan : PP
= perawat primer
PA = perawat asosiet
Peran dan fungsi
masing – masing ketenagaan dalam MPKP :
1. Peran kepala ruangan
- Menerima klien baru
- Memimpin rapat
- Mengevaluasi kinerja perawat
- Membuat daftar dinas
- Menyediakan material
2. Peran manager asuhan keperawatan
- Melaksanakan pembagian tugas dalam pemberian askep
- Memberikan konsultasi
- Memimpin ronde keperawatan
3. Peran perawat primer
- Membuat perencanaan askep
- Memimpin timbang terima
- Mendelegasikan tugas
- Mengevaluasi pemberian askep
4. Peran perawat pelaksana
- Memberikan askep
- Mengikuti timbang terima
- Melaksanakan tugas yang didelegasikan
Lampiran 4
C. SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN
Supervisi merupakan kajian yang
penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin dan merupakan
satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan pelayuanan rumah sakit khususnya
pelayanan keperawatan.
Supervisi
mempunyai pengertian yang luas yaitu meliputi segala bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para
perawat dan staf lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan ini berupa
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan keahlian serta
kecakapan para perawat. Maka supervisi dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas
dalam rangka pencapaian tujuan.
Fungsi supervisi/pengawasan dalam
keperawatan bukan hanya sekedar kontrol, melihat apakah segala kegiatan sudah
dilaksanakan sesuai rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih
dari itu kegiatan supervisi ini mencakup penentuan kondisi – kondisi atau
syarat – syarat personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya
tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien. Supervisi adalah salah
satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan oleh manajer dari yang terendah,
menengah dan atas meliputi kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala
bidang dan wakil direktur keperawatan.
a) Kepala Ruangan
Bertanggung
jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk pasien, mengawasi perawat
pelaksana dalam melakukan praktek keperawatan. Kepala ruangan merupakan ujung
tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehataan rumah sakit.
b) Pengawas Perawatan
Pengawas
bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu
beberapa kepala ruangan yang berada pada UPF.
c) Kepala Seksi
Beberapa
UPF digabung dibawah satu pengawasan kepala seksi. Kepala seksi mengawasi
pengawas UPF dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d) Kepala Bidang Keperawatan
Kabid
bertanggung jawab untuk supervisi kasi secara langsung dan semua perawat secara
tidak langsung.
Prinsip
Supervisi Keperawatan
- Dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
- Memerlukan pengetahuan dasar manajemen, latar hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
- Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir.
- Merupakan suatu proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf perawat.
Teknik
Supervisi :
A. Proses supervisi praktek keperawatan meliputi
tiga elemen yaitu :
- Standar praktek keperawatan sebagai acuan.
- Fakta pelaksana praktek keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian atau kesenjangan
- Tindak lanjut baik berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaik.
B. Area yang disupervisi :
- Pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang akan dilaksanakan.
- Ketrampilan yang dilakukan yuang disesuaikan dengan standar
- Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan.
C. Cara supervisi :
- Langsung
Supervisi dilakukan langsung dilakukan
pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan
supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah. Cara memberikan pengarahan yang efektif adalah :
- Pengarahan harus lengkap
- Mudah dipahami
- Menggunakan kata yang tepat
- Berbicara dengan jelas dan lambat
- Berikan arahan yang logis
- Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
- Pastikan arahan anda dipahami
- Yakinlah arahan anda dilaksanakan dan perlu tindak lanjut.
Umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan saat supervisi
Prosesnya :
- Perawat melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor
- Selama proses supervisor dapaat memberi dukungan, reinforcement, dan petunjuk.
- Setelah selesai, supervisor dan yang disupervisi melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiaki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
- Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan
baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi
di lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
dilakukan secara tertulis.
D. RONDE KEPERAWATAN
1.
Pengertian.
Adalah suatu kegiatan membahas asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang
dilakukan oleh perawat konsuler, kepala ruangan, MA, Kabid yang melibatkan
seluruh anggota tim.
Karakteristik :
-
klien dilibatkan secara langsung
-
klien
merupakan focus kegiatan
-
PA,
PP dan konsuler melakukan diskusi
-
Konsuler
memfasilitasi kreatifitas
-
Konsuler
membantu mengembangkan kemampuan PA, PP meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah
2.
Tujuan
- Menumbuhkan cara berpikir kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
- Meningkatkan pola pikir sistematis
- Meningkatkan validitas data klien
- Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
- Meningkatkan kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi renpra
Kasus yang akan dibahas
dalam ronde keperawatan harus ditetapkan paling lambat satu hari sebelum
pelaksanaan. Klien dan keluarga akan dilibatkan dalama kegiatan ini, sehingga
ada kemungkinan ada perasaan kurang nyaman dan privacy terganggu. Dalam hal ini diperlukan informed
concent sebagai aspek legal.
3.
Peran
PP dan PA
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang dilakukan
- Menjelaskan hasil yang didapat
- Menentukan tindakan selanjutnya
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
4.
Peran
perawat Konsuler
- Memberikan justifikasi.
- Memberikan reinforcement.
- Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
5.
Langkah-langkah
- Persiapan ronde keperawatan (pra ronde)
1.
Penjelasan
tentang klien oleh perawat yang mengelola/merawat. Penjelasan difokuskan pada
diagnosa keperawatan yang dianggap perlu didiskusikan.
2.
Diskusi
antara anggota tim tentang kasus tersebut.
3.
Menempatkan
hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses keperawatan klien tersebut dan pada
saat ronde.
- Ronde
Seluruh anggota tim dan perawat
konsuler menemui klien dan melaksaanakan tindakan yang telah ditetapkan pada
saat pra ronde. Perawat yang paling berperan adalah perawat pelaksana yang
merawat klien tersebut dan perawat konsulen.
- Paska ronde
Mendiskusikan hasil temuan pada klien
tersebut dan menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
OPERAN/TIMBANG TERIMA
a.
Defenisi
Operan merupakan teknik atau cara
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien.
b.
Tujuan
- Menyampaikan kondisi atau keadaan umum klien
- Menyampaikan hal – hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
- Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
c.
Langkah-langkah
1.
Kedua
kelompok dinas sudah siap.
2.
Shift
yang mau menyerahkaan, mengoperkan, mempersiapkan ha-hal yang akan disampaikan.
3.
Perawat
primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya meliputi:
1)
Kondisi
atau keadaan umum klien
2)
Tindak
lanjut untuk dinas yang menerima operan
3)
Rencana
kerja untuk dinas yang menerima operan.
4)
Penyampaian
nomor 3 di lakukan dengan jelas singkat dan tidak buru – buru.
5)
Perawat
primer dan anggota kedua shift dinas bersama – sama langsung melihat keadaan
klien.
6)
Memberikan
kesempatan kepada anggota shift yang dioperkan untuk bertanya tentang hal – hal
atau tindakan yang kurang jelas.
7)
Mengoperkan
semua bekas catatan perawatan kepada perawat yang menjalankan tugas selanjutnya.
Daftar pustaka :
1.
Kumpulan
Materi pelatihan kepemimpinan dan manajemen keperawatan bagi kepala ruangan di
Bapelkes Murnajati Jawang Tanggal ; 06 – 12 Agustus 2000-05-24
2.
Nursalam, 2000, Materi Pendidikan Keperawatan Yang
di Sampaikan pada perkuliahan PSIK FK UNAIR
3.
Pedoman
Pelaksana Pelayanan Keperawatan dan Asuhan Keperawatan (PBLK
B ext 1998). RSJP BOGOR FIK UI.
4.
FIK-UI,
1995, Kumpulan Makalah Kursus Managemen Keperawatan, Jakarta.
5.
Gillies,
1989, Managemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, edisi terjemahan,
alih bahasa Dika Sukmana dkk., Jakarta.
6.
Russel
C. Swansburg, 1990, Management and Leadership for Nurse Managers,
Boston.
7.
Siagian,
1994, Managemen Sumber Daya Manusia, penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon