|
Uraian:
Kekurangan insulin mengakibatkan diabetes mellitus/kencing manis,
yang terbagi atas insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dan non insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM). Penyakit ini dapat menimbulkan kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Kelainan metabolisme karbohidrat dapat meningkatkan glikolisis dan
glikoneogenesis serta menurunkan proses gula darah yang berakibat terjadinya
hiperglikemi yang melebihi ambang ginjal (lebih dari 180 mg%) dan timbul
glukosurya sehingga terjadi diuresis yang berakhir dengan dehidrasi. Glukosurya
yang lama mengakibatkan arteriosclerosis sehingga terjadi gangguan pada
pembuluh darah mikro dapat terjadi retinopati dan perubahan kulit (ulserasi)
kemudian infeksi tidak kunjung sembuh, ganggren dan akhirnya amputasi. Kadar
gula darah meningkat yang lama dapat timbul glikosilasi, glukosurya dapat
meningkatkan volume urine sehingga terjadi poliuri. Dimana yang terbuang adalah
air dan glukosa sehingga terjadi koma diabetikum.
Pada kelainan metabolisme lemak menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat sehingga berat badan menurun dan meningkatkan asetil co A,
benda-benda keton meningkat, nafsu makan meningkat, dan terjadi
hipekolesterolemia yang berakibat terjadi aterosklerotik dan ketonemia sehingga
terjadi ketoasidosis komadiabetikum.
Sedangkan kelainan metabolisme protein mempengaruhi fasilitas
transmembran asam amino berkurang sehingga asam amino sulit masuk ke dalam sel
yang akhirnya terjadi penurunan sintesa protein, juga terjadi proses penurunan
transkripsi, translasi, replikasi, dan proliferasi sel. Keadaan ini dapat
menghambat pertumbuhan jaringan, maka jika terjadi cidera atau luka tidak
terkontrol akan sulit sembuh, infeksi, gangren dan amputasi.
Diagnosa Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan diuresis osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric
berlebihan (diare, muntah), masukan
dibatasi (mual, kacau mental).
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral, status hipermetabolisme.
3.
Resiko tinggi terhadap infeksi
(sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, Penurunan fungsi leukosit,
perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
4.
Resiko tinggi terhadap
perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen
(ketidakseimbangan glukosa/insulin/elektrolit.
5.
Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolic, perubahan kimia darah (insufisiensi insulin), peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik/infeksi)
6.
Ketidakberdayaan berhubungan
dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan kepada orang lain.
7.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Intervensi dan rasional
Dx.
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1.
|
Hidrasi adekuat dengan kriteria:
-
Tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba,
-
Turgor kulit dan pengisian kapiler
baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
|
1.
|
Kaji riwayat pasien, lamanya/intensitas gejala: muntah, pengeluaran
urine yang Berlebihan
|
Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total, adanya proses infeksi mengakibat-kan demam dan
keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tak kasatmata.
|
2.
|
Pantau tanda-tanda vital
|
Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia
|
||
3.
|
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
|
Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi/ volume sirkulasi yang
adekuat.
|
||
5.
|
Pantau intake dan out put cairan
|
Memberikan Perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
|
||
6.
|
Timbang berat badan setiap hari
|
Mengetahui status cairan yang sedang berlangsung dan pedoman dalam memberikan cairan
pengganti.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1.
|
|
7.
|
Pertahankan untuk membe-rikan
cairan minimal 2.500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
|
Mempertahankan hidrasi/volume cairan
|
8.
|
Ciptakan lingkungan yang nyaman
|
Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan
dapat menimbulkan kehilangan cairan.
|
||
9.
|
Kaji adanya perubahan mental/sensori.
.
|
Perubahan mental dapat behubungan dengan glukosa yang tinggi/rendah,
elektrolit yang abnormal, asidosis, Penurunan perfusi serebral dan
berkembangnya hipoksia
|
||
10.
|
Observasi: mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung
|
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang
seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan/elektrolit.
|
||
11.
|
Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada vaskuler.
|
Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat berpotensi
menimbulkan kelebihan beban cairan dan GJK
|
||
12.
|
Kolaborasi:
§
Berikan terapi cairan se-suai dengan indikasi: Nor-mal salin/tanpa
dextrose
|
Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respon pasien secara individual.
|
||
§
Albumin, plasma atau dekstran
|
Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika kekurangan tersebut mengancam kehidupan/TD sudah tidak dapat
kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah dilakukan
|
|||
§
Pasang kateter urine tetap
|
Memberikan pengukuran yang akurat terhadap haluaran urine
|
|||
§
Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti:
·
Heamatokrit (Ht)
·
BUN/kreatinin
·
Osmolalitas darah
·
Natrium
·
Kalium
|
Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotic.
Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi atau
tanda awitan kegagalan ginjal.
Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi.
Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik). Kadar natrium yang tinggi mencerminkan
kehi-langan cairan/dehidrasi berat atau
reabsorpsi nat-rium dalam berespons
terhadap sekresi aldosteron.
Adanya akan terjadi hiperkelemia dalam berespons pada asidosis, namun
selanjutnya kalium ini akan hilang melalui urine kadar kalium absolut dalam
tubuh berkurang. Bila insulin diganti dan asidosis teratasi, kekurangan
kalium serum justru akan terlihat.
|
|||
§
Berikan kalium atau eleketrolit
yang lain melalui IV dan/atau melalui oral sesuai indikasi
|
Kalium harus ditambahkan pada IV (segera aliran urine adequate) untuk
mencegah hipoka-lemia. Catatan:
kalium fosfat dapat diberikan jika
cairan IV mengandung natrium klorida untuk mencegah kelebihan beban klorida.
|
|||
§
Berikan bikarbonat jika pH kurang
dari 7,0.
|
Diberikan dengan hati-hati untuk membantu memperbaiki asidosis pada
adanya hipotensi atau syock
|
|||
§
Pasang selang NG dan lakukan
penghisapan sesuai indikasi
|
Mendekompresikan lambung dan dapat menghilangkan muntah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
2.
|
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat dengan kriteria: berat badan
stabil/ penambahan kearah rentang biasanya, nilai laboratorium normal.
|
1.
|
Timbang berat badan/hari atau sesuai
dengan indikasi
|
Mengkaji pemasukan makanan yang adequate (termasuk absorpsi dan
utilisasinya)
|
2.
|
Tentukan program diet dan pola makan
pasien dan ban-dingkan dengan pola maka-nan yang dapat dihabiskan
|
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
|
||
3.
|
Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri abdomen/ perut
kembang, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan
indikasi
|
Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/ fungsi
lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi. Catatan: Kesulitan
jangka panjang dengan Penurunan pengosongan lambung dan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan adanya neuropati
otonom yang mempengaruhi saluran
percernaan dan memerlukan pengobatan secara sistemik
|
||
4.
|
Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan (nurtrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral. Selanjutnya terus mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi
|
Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi
gastrointestinal baik.
|
||
5.
|
Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki
termasuk kebutuhan etnik/ cultural
|
Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.
|
||
6.
|
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
|
Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebu-tuhan nutrisi pasien. Catatan: Berbagai metode bermanfaat untuk perencanaan diet
meliputi pergantian daftar menu, sistem perhitungan kalori, indeks glikemik
atau seleksi awal menu
|
||
7.
|
Observasi tanda-tanda hipoklikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing sempoyongan
|
Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang,
dan sementara tetap diberikan insulin makan hipoglikemi dapat terjadi. Jika
pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat kesadaran. Ini secara potensial dapat mengancam kehidupan
yang harus dikaji dan ditangani secara cepat melalui tindakan protocol yang
direncanakan. Catatan: DM tipe I yang
telah berlangsung lama mungkin tidak akan menunjukan tanda-tanda hipoglikemia
seperti biasanya karena respons normal terhadap gula darah yang rendah
mungkin dikurangi
|
||
8.
|
Kolaborasi:
§
Lakukan pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan “finger stick”
|
Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat (menunjukan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) dari pada
memantau gula darah urine (reduksi urine) yang tidak cukup akurat mendeteksi
fluktuasi kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang/gagal ginjal. Catatan: Beberapa penelitian telah
menemukan bahwa glukosa urine 20% berhubungan dengan gula darah antara
140-260 mg/dl
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
2.
|
|
8
|
§
Pantau pemeriksaan laboratorium,
seperti glukosa darah, aseton pH, dan HCO3.
|
Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan
pemberian insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel
dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan
menurun dan asidosis dapat dikoreksi
|
§
Berikan
pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten atau secara kontinyu. Seperti bolus
IV diikuti dengan tetesan yang kontinyu melalui alat pompa kira-kira 5-10 UI/
jam sampai glukosa darah mencapai
250 mg/dl.
|
Insulin reguler memiliki awitan cepat dan Karenanya dengan cepat pula
dapat membantu Memindahkan glukosa ke
dalam sel. Pemberian melalui IV
merupakan rute pilihan utama karena absorpsi dari jarinan subkutan
mungkin tidak menentu/sangat lambat. Banyak orang percaya/ berpendapat bahwa metode kontinyu ini merupa-kan
cara yang optimal untuk mempermudah transisi pada metabolisme karbohidrat dan
menurunkan insiden hipoglikemia.
|
|||
§
Berikan larutan glukosa, misalnya
destrosa dan setengah salin normal
|
Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula
darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan metabolisme karbohidrat mendekati normal,
perawatan harus diberikan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.
|
|||
§
Lakukan konsultasi dengan ahli
diet
|
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan Penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien: menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien
atau orang terdekat dalam mengembangkan perencanaan makan
|
|||
§
Berikan diet kira-kira 60%
karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak dalam penataan makan/ pemberian
makanan tambahan
|
Kompleks karbohidrat (seperti: jagung, wortel, brokoli, buncis dan
gandum) menurunkan kadar glukosa/kebutuhan insulin, menurunkan kadar
kolesterol darah dan meningkatkan rasa kenyang. Pemasukan makanan akan
dijadwalkan sesuai karakteristik insulin yans spesifik (misal: efek
puncaknya) dan respons pasien secara individual. Catatan: Makanan tambahan dan komplek karbohidrat terutama sangat
penting (jika insulin diberikan dalam dosis terbagi) untuk mencegah
hipoglikemia selama tidur dan potensial resposn Somogyi.
|
|||
§
Berikan obat metaklopramid
(reglan); tetrasiklin
|
Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang berhubungan dengan
neuropati otonom yang mempengaruhi saluran cerna, yang selanjutnya
meningkatkan pemasukan melalui oral dan absorpsi zat makanan (nutrien)
|
|||
3.
|
Tidak terjadinya infeksi/sepsis dengan kriteria: mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi
|
1.
|
Obesrvasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen,
urine warna keruh atau keriput
|
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial
|
2.
|
Tingkatkan upaya pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang baik pada semua
orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri
|
Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
|
||
3.
|
Pasang kateter/lakukan perawatan parineal dengan baik. Ajarkan pasien wanita untuk
membersihkan daerah perinealnya dari depan ke arah belakang setelah BAK
|
Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Pasien koma mungkin
memiliki resiko yang khusus jika terjadi retensi urine saat awal dirawat. Catatan: pasien DM wanita lansia merupakan kelompok utama yang paling berisiko
terjadinya infeksi saluran kemih/vagina
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
3.
|
|
4.
|
Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive (seperti pemasangan
infus, dan kateter folley) pemberian
obat intravena dan membe-rikan perawatan pemeliha-raan. Lakukan pengobatan melalui
IV sesuai indikasi
|
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
|
5.
|
Berikan perawatan kulit dengan
teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga
kulit kering, linen kering dan tetap kencing (tidak berkerut)
|
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi
kulit dan infeksi
|
||
6.
|
Posisikan pasien pada posisi semi fowler
|
Memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang menurunkan resiko
terjadinya aspirasi
|
||
7.
|
Auskultasi bunyi nafas
|
Ronki mengindikasikan adanya Akumulasi secret yang mungkin berhubungan
dengan pneumonia/bronchitis (mungkin sebagai pencetus dari DKA). Edema paru (bunyi krekels) mungkin sebagai
akibat dari pemberian cairan yang terlalu cepat/berlebihan atau GJK
|
||
8.
|
Lakukan perubahan posisi dan anjurkan pasien untuk batuk efektif/nafas
dalam jika pasien sadar dan koope-ratif.
Lakukan pengisapan lendir pada jalan nafas menggunakan teknik steril sesuai
keperluan
|
Membantu dalam memventilasikan semua daerah paru dan memobilisasi
secret. Mencegah agar secret tidak statis dengan terjadinya peningkatan
terhadap resiko infeksi
|
||
9.
|
Berikan tisu dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret yang lainnya
|
Mengurangi penyebaran infeksi
|
||
10.
|
Bantu pasien untuk melakukan hygiene oral
|
Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut gusi
|
||
11.
|
Anjurkan untuk makan dan minum adequate (pemasukan makanan dan cairan
yang adequat) (kira-kira 3.000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi)
|
Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi. Meningkatkan aliran urine
untuk mencegah urine yang statis dan membantu dalam mempertahankan
pH/keasaman urine, yang menurunkan pertumbuhan bakteri dan penge-luaran
organisme dari sistem organ tersebut
|
||
12.
|
Kolaborasi
§
Lakukan pemeriksaan kultur dan
sensitivitas sesuai dengan indikasi
|
Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih/memberikan
terapi antibiotik yang terbaik
|
||
§
Berikan obat antibiotik yang
sesuai
|
Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
|
|||
4.
|
Fungsi mental optimal dengan kriteria: mengenali dan mengkompen-sasi
adanya kerusakan sensori.
|
1.
|
Pantau tanda-tanda vital dan status mental
|
Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental
|
2.
|
Panggil pasien dengan nama,
orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya, misalnya terhadap tempat, orang, dan waktu. Berikan
penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas.
|
Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan
realitas.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
4.
|
|
3.
|
Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat
pasien
|
Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki daya pikir
|
4.
|
Pelihara aktivitas rutin pasien
sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari
sesuai kemampuan
|
Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungan
|
||
5.
|
Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran
pasien terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan
jalan nafas buatan yang lunak jika pasien kemung-kinan mengalami kejang.
|
Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya cedera, terutama malam hari dan perlu
pencegahan sesuai indikasi. Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk
mencegah trauma fisik, aspirasi dan lain-lain
|
||
6.
|
Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi
|
Edema/lepasnya retina. Hemoragis, katarak, atau paralysis otot
ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi korektif
dan atau perawatan penyokong
|
||
7.
|
Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri, atau kehilangan sensori pada
paha/kaki. Lihat adanya ulkus, daerah kemerahan tempat-tempat tertekan,
kehilangan denyut nadi perifer
|
Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan ganguan keseimbangan. Catatan:
Mononeuropati mempengaruhi syaraf tunggal (paling sering pada daerah
femoralis dan otak) yang menyebabkan nyeri tiba-tiba dan kehilangan
motorik/sesorik sepanjang jaras syaraf yang terkena tersebut
|
||
8.
|
Berikan tempat tidur yang lembut.
Pelihara kehangatan kaki/tangan,
hindari terpajan terhadap air panas atau dingin atau penggunaan
bantalan/pemanas
|
Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit
karena panas. Catatan: Munculnya
dingin yang tiba-tiba pad tangan/kaki dapat mencerminkan adanya hipogikemia,
yang perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap gula darah
|
||
9.
|
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
|
Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan
dipengaruhi
|
||
10.
|
Kolaborasi:
§
Berikan
pengobatan sesuai dengan obat yang ditentukan
untuk mengatasi DKA sesuai indikasi
|
Gangguan dalam proses pikir/potensial terhadap aktivitas kejang biasanya
hilang bila keadaan hiperosmolaritas teratasi
|
||
§
Pantau nilai laboratorium, seperti
glukosa darah, osmolalitas darah, Hb/Ht, ureum kreatinin
|
Ketidakseimbangan nilai-nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi
mental. Catatan: Jika cairan
diganti dengan cepat, kelebihan cairan dapat masuk ke sel otak dan
menyebabkan gangguan pada tingkat
kesadaran (intoksikasi air)
|
|||
§
Bantu dengan memblok syaraf
setempat, memper-tahankan unit TENS
|
Dapat memberikan rasa nyaman yang berhubungan dengan neuropati
|
|||
5.
|
Peningkatan tingkat energi dengan kriteria: menunjukan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
|
1.
|
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal
perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan
kelelahan.
|
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
|
2.
|
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup tanpa
terganggu.
|
Mencegah kelelahan yang berlebihan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
5.
|
|
3.
|
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
|
Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
|
4.
|
Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpin-dah tempat dan sebagainya
|
Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan Penurunan
kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
|
||
5.
|
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
|
Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditolerasi pasien.
|
||
6.
|
Koping yang adaptif dengan kriteria: mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan, membantu dalam
merencana-kan perawatannya sendiri dan cara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri
|
1.
|
Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan
|
Mengidentifikasikan area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan
masalah
|
2.
|
Akui normalitas dari perasaan
|
Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu pasien untuk memecahkan
masalah dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. Kontrol terhadap DM merupakan
pekerjaan yang terus-menerus yang bertindak sebagai pengikat konstan terhadap
munculnya penyakit serta ancaman terhadap kehidupan/kesehatan pasien
|
||
3.
|
Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya dimasa lalu.
Identifikasi lokus kontrol
|
Pengetahuan gaya hidup individu membantu menentukan kebutuhan terhadap
tujuan pena-nganan. Pasien yang mempunyai lokus pusat kontrol internal
biasanya memperlihatkan cara untuk meningkatkan kontrol terhadap program
pengobatan sendiri. Pasien yang bertindak dengan lokus eksternal ingin
dirawat oleh orang lain atau mungkin akan mengendalikan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhinya
|
||
4.
|
Berikan kesempatan pas keluarga untuk mengesk-presikan perhatian dan
diskusikan cara mereka dapat membantu seperlu-nya terhadap pasien
|
Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk
memecahkan masalah untuk membantu mencegah terulangnya (kambuhnya) penyakit
pada pasien tersebut
|
||
5.
|
Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga
|
Harapan yang tidak realitis atau adanya tekanan dari orang lain atau
diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustrasi/kehilangan kontrol diri
dan mungkin mengganggu kemampuan koping
|
||
6.
|
Tentukan apakah ada peru-bahan yang berhubungan dengan orang terdekat
|
Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan diabetik
yang seringkali Memindahkan fokus hubungan. Perkembangan psikologis/neuropati
visceral mempengaruhi konsep diri (terutama fungsi peran seksual) mungkin
menambah keadaan stres}
|
||
7.
|
Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehu-bungan dengan
perawa-tannya, seperti ambulasi dan waktu beraktivitas.
|
Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih
pada saat perawatan
|
||
8.
|
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya
|
Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
7.
|
Pemahaman tentang penyakit
dengan kriteria: Mengidenti-fi-kasi
hubungan tandagejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab, menjelas-kan posedur dan rasional tindakan, melakukan peru-bahan gaya
hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
|
1.
|
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengar-kan penuh
perhatian, dan selalu ada untuk pasien
|
Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar
|
2.
|
Bekerja den pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
|
Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerjasama pasien
dengan prinsip-prinsip yang dipelajari
|
||
3.
|
Pilih berbagai strategi bela-jar, seperti teknik demonstrasi yang memerlukan keteram-pilan
dan biarkan pasien mendemonstrasikan ulang, gabungkan keterampilan baru ini
kedalam rutinitas rumah sakit
|
Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan
penerapan pada individu yang belajar
|
||
3.
|
Diskusikan topik-topik utama:
§
Rasional terjadinya serangan
ketoasidosis
|
Pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu menghindari kambunya
serangan itu
|
||
§
Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut
dibandingkan dengan kadar gula darah pasien, tipe DM yang dialami pasien,
hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang tinggi.
|
Memberikan pengetahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan
dalam memilih gaya hidup.
|
|||
§
Komplikasi penyakit akut dan
kronis meliputi gang-guan penglihatan (retino-pati), perubahan dalam
neurosensori dan kardio-vaskuler, perubahan fungsi ginjal/hipertensi
|
Kesadaran tentang apa yang terjadi membantu pasien untuk lebih konsisten
terhadap perawatannya dan mencegah/mengurangi awitan komplikasi tersebut
|
|||
5.
|
Demonstrasikan cara peme-riksaan
gula darah dengan menggunakan “finger
stick” dan berikan kesempatan pasien untuk mendemon-strasikan kembali.
Instruk-sikan pasien untuk pemerik-saan
keton urinenya jika glukosa darah lebih tinggi dari 250 mg/dl
|
Melakukan pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4 kali atau lebih
dalam setiap harinya memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan diri,
meningkatkan kontrol kadar gula darah dengan ketat (misal 60-150 mg/dl) dan
dapat mencegah mengurangi perkembangan komplikasi jangka panjang.
|
||
6.
|
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan
tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
|
Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
merencanakan makan/mentaati program. Serat dapat memperlambat absorpsi
glukosa yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula dalam darah, tetapi dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna, platus meningkat dan
mempengaruhi absorpsi vitamin/mineral.
|
||
7.
|
Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan
puncak dan lamanya dosis insulin yang diresepkan, bila disesuaikan dengan
pasien atau keluarga
|
Pemahaman tentang semua aspek yang diguna-kan obat meningkatkan
penggunaan yang tepat. Algoritma dosis
dibuat yang masuk dalam per-hitungan dosis obat yang dibuat selama evaluasi
rawat inap; jumlah dan jadwal aktivitas fisik biasanya, perencanaan makan.
Dengan melibatkan orang terdekat/sumber untuk pasien
|
||
8.
|
Tekankan pentingnya mem-pertahankan pemeriksaan
gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi dan peristiwa hidup
|
Membantu menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk melakukan
kontrol penyakitnya dengan lebih baik dan meningkatkan perawatan
diri/kemandirian
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
|
9.
|
Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien
sendiri dan perawatan terhadap peralatan yang digunakan. Berikan kesempatan
pada pasien untuk mendemon-strasikan prosedur tersebut (misal, menentukan
daerah penyuntikan dan cara menyuntik atau penggunaan alat suntik pompa
kontinyu
|
Mengidentifikasikan pemahaman dan kebenaran dan prosedur atau masalah
yang potensial dapat terjadi (seperti penglihatan dan daya ingat), sehingga
solusi alternatif dapat ditentukan untuk pemberian insulin tersebut
|
10.
|
Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan
dalam kontrol DM tersebut, seperti latihan (areobik versus isometric), stres,
pembedahan dan penyakit tertentu
|
Informasi ini akan meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat
sangat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis. Catatan: Latihan aerobik (seperti berjalan dan berenang) meningkatkan
keefektifan penggunaan insulin yang menurunkan kadar gula darah dan
memperkuat sistem kardiovaskuker. Perencanaan penanganan “Sick day” membantu
mempertahankan keseimbangan selama sakit, bedah minor, stres emosi yang berat
atau beberapa keadaan yang mungkin meningkatkan gula darah
|
||
11.
|
Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin. Anjurkan pasien
untuk menghentikan merokok
|
Nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil dan absorpsi insulin
diperlambat selama pembuluh darah ini mengalami konstruksi. Catatan: Absorpsi insulin dapat
diturunkan sampai batas 30% di bawah normal dalam 30 menit pertama setelah
merokok.
|
||
12.
|
Buat jadwal latihan/aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan
dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian
|
Waktu latihan tidak boleh bersamaan dengan kerja puncak insulin. Makanan
kudapan harus diberikan sebelum atau selama latihan sesuai kebutuhan dan
rotasi injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan digunakan untuk
aktivitas (misal: daerah abdomen lebih dipilih daripada paha atau lengan
sebelum melakukan jogging atau berenang) untuk mencegah percepatan ambilan
insulin
|
||
13.
|
Identifikasi gejala hipoglikemia (misal: lemah, pusing, letargi, lapar,
peka rangsang, diaforesis, pus/cat, takikardia, tremor, sakit kepala, dan
perubahan mental) dan jelaskan penyebabnya
|
Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan
mencegah/mengurangi kejadi-annya.
Catatan: Hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan fenomena
fajar (indikasi perlunya insulin tambahan) atau res-pons balk pada
hipoglikemia selama tidur (efek somogyi) yang memerlukan Penurunan dosis
insulin atau perubahan diet (misal; pemberian
makanan kudapan pada malam hari). Pemerik-saan kadar gula darah pada jam 3
pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah spesifik.
|
||
14.
|
Instruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutin pada kaki dan perawatan
kaki. Demonstrasikan cara pemeriksaan kaki tersebut: inspeksi sepatu yang
ketat dan perawatan kuku, jaringan kalus dan jaringan tanduk. Anjurkan
penggu-naan stoking dengan bahan serat alamiah.
|
Mencegah/mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan neuropati perifer
dan/atau gangguan sirkulasi terutama selulitis, ganggren, dan amputasi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
7.
|
|
15.
|
Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur terutama pada pasien
yang telah mengalami DM tipe I selama 5 tahun atau lebih.
|
Perubahan dalam penglihatan dapat terjadi secara perlahan dan lebih
sering pada pasien yang jarang mengontrol DM. Masalah yang mungkin terjadi
termasuk perubahan dalam ketajaman penglihatan dan mungkin berkembang kearah
retinopati dan kebutaan.
|
16.
|
Susun alat bantu pengli-hatan ketika diperlukan, misal memperbesar garis
skala pada jarum insulin, instruksikan
dengan cetakan besar, pengukuran glukosa darah sekali sentuh.
|
Alat bantu adaptif telah dikembangkan 5 tahun terakhir untuk membantu
individu dengan gangguan penglihatan DM-nya sendiri dengan lebih efektif.
|
||
17.
|
Diskusikan mengenai fungsi seksual dan jawab semua pertanyaan pasien
atau orang terdekat.
|
Seringkali terjadi impoten (mungkin gejala pertama dari serangan DM). Catatan: Konseling dan/atau penggunaan
penis prostese mungkin bermanfaat.
|
||
18.
|
Tekankan pentingnya penggunaan dari gelang bertanda khusus.
|
Dapat mempercepat masuk ke dalam pusat-pusat sistem kesehatan dan perawatan
yang sesuai dengan akibat komplikasi yang lebih kecil pada keadaan darurat.
|
||
19.
|
Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat-obat dijual bebas tanpa
konsultasi dengan tenaga kesehatan/tidak boleh memakai obat tanpa resep.
|
Produktivitas mungkin mengandung gula atau berinteraksi dengan obat-obat
yang diresepkan.
|
||
20.
|
Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.
|
Membantu untuk mengiontrok proses penyakit dengan lebih ketat dan
mencegah eksaserbasi DM, menurunkan perkembangan komplikasi sistemik.
|
||
21.
|
Lihat kembali tanda/gejala yang memerlukan evaluasi secara medis,
seperti demam, pilek/gejala flu, urine keruh/berwarna pekat, nyeri saluran
kemih, penyembuhan penyakit yang lama, perubahan sensori (nyeri/kesemutan)
pada ekstremitas bawah, perubahan pada kadar gula darah, dan munculnya keton
pada urine.
|
Intervensi segera dapat mencegah perkembangan komplikasi yang lebih
serius atau komplikasi yang mengancam kehidupan.
|
||
22.
|
Demonstrasikan teknik penanganan stres, seperti latihan nafas dalam,
bimbingan imajinasi mengalahkan perhatian.
|
Meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap respons stres yang
dapat membantu untuk membatasi peristiwa ketidakseimbangan glukosa/insulin.
|
||
23.
|
Identifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat.
|
Dukungan kontinyu biasanya penting untuk menopang perubahan gaya hidup
dan meningkatkan penerimaan atas dirinya.
|
Sumber:
Doenges Marilynn E, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien,Edisi 3, EGC, Jakarta.
Gallo & Hundak,
1987, Keperawatan Kritis, Pendekatan
Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah
Kesehatan : Diabetes Millitus + Stroke
Definisi : Diabetes
Millitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan
seumur hidup dengan diit, latihan dan obat-obatan.
Area
Keperawatan : Masalah sistem endoktrin +
sistem neurologi
RENCANA
KEPERAWATAN :
No
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
RENCANA INTERVENSI
|
1.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
|
Mencerna jumlah
kalori/ nutrien yang tepat dengan kriteria : berat badan stabil/ penambahan
kearah rentang biasanya, nilai lab.normal.
|
1.
Timabng BB setiap hari.
2.
Tentukan program diet dan
pola makan pasien dan bandingkan dengan pola makanan yang dapat dihabiskan.
3.
Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat
dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
4.
Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien
sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral.
5.
Identifikasi makanan yang
disukai/ dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/ cultural.
6.
Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan sesuai indikasi.
7.
Observasi tanda-tanda
hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin,
denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing
sempoyongan.
8.
Kolaborasi pemeriksaan gula
darah.
9.
Pantau pemeriksaaan
laboratorium, seperti glukosa darah, aseton pH, dan HCO3
10. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara
intermiten atau secara kontinyu. Seperti bolus IV diikuti dengan tetesan
kontinyu melalui alat pompa kira-kira 5-10 IU/jam sampai glukosa darah
mencapai 250 mg/dl.
11. Berika larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.
12. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
13. Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak
dalam penataan makan/ pemberian makanan tambahan.
|
2.
|
Risiko
tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
Penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang
ada sebelumnya, atau ISK.
|
Tidak terjadinya
infeksi/sepsis dengan kriteria : mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya
hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
|
1.
Observasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum
purulen, urine warna keuh atau keriput.
2.
Tingkatkan upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk pasiennya. Sendiri.
3.
Pasang kateter/ lakukan
pearawatan parienal dengan baik. Ajarkan pasien wanita untuk membersihkan
daerah perinealnya dari depan kearah belakang setelah BAK.
4.
Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive
(seperti pemasangan infus, dan kateter
folley) pemberian obat intravena dan membe-rikan perawatan
pemeliha-raan. Lakukan pengobatan melalui IV sesuai indikasi.
5.
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit kering, linen kering dan tetap kencing (tidak berkerut).
6.
Posisikan pasien pada posisi semi fowler
7.
Auskultasi bunyi nafas
8.
Lakukan perubahan posisi dan anjurkan pasien untuk
batuk efektif/nafas dalam jika pasien
sadar dan koope-ratif. Lakukan pengisapan lendir pada jalan nafas
menggunakan teknik steril sesuai keperluan
9.
Berikan tisu dan tempat sputum pada tempat yang
mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau secret yang lainnya.
10. Bantu pasien
untuk melakukan hygiene oral.
11. Anjurkan untuk
makan dan minum adequate (pemasukan makanan dan cairan yang adequat)
(kira-kira 3.000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi).
Kolaborasi:
12. Lakukan
pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi.
13. Berikan obat
antibiotik yang sesuai.
|
3.
|
Risiko tinggi
terhadap perubahan perfusi jaringan : yang berhubungan dengan gangguan aliran
darah serebral, hemoragi serebral, peningkatan TIK.
|
Pasien akan
mempertahankan tekanan perfusi serebral sedikitnya 60 mmHg dan TIK kurang
dari 20 mmHg.
|
1.
Tingkatkan aliran vena dari
kepala dengan mempertahankan bagian kepala tempat tidur tetap tinggi tanpa
fleksi leher atau rotasi kepala yang berlebihan.
2.
Hindari atau minimalkan
frekuensi dan durasi asuhan keperawatan yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal atau intratoraks.
3.
Periksa plester endotrakeal
atau traestomi untuk menjamin ikatan tidak terlalu kuat sehingga membahayakan
aliran darah serebral.
4.
Pertahankan normotermi.
5.
Hindari penggunaan restrain
jika pasien memberikan perlawanan dalam penggunaan restrain.
6.
Laporkan kenaikan TD
sistolik, perlemahan tekanan nadi, bradikardia, sakit kepala, muntah, dan
papiledema, semua yang mungkin menjadi tanda herniasi.
7.
Cegah konstipasi. Catat semua
BAB.
8.
Catat status neurology
menggunakan GCS dan bandingkan nilai dasar.
9.
Laporkan perubahan-perubahan
pada tingkat kesadaran.
|
4.
|
Risiko terhadap
cidera : yang berhubungan dengan aktivias kejang, perubahan proses pikir,
imobilitas, kerusakan mekanisme perlindungan diri, kelemahan motorik, impuls,
penurunan tingkat kesadaran, atau disfagia/ aspirasi.
|
Tingkat
kesadaran akan dipertahankan atau ditingkatkan dan pasien akan bebas dari
cedera fisik.
|
1.
Terapkan tindak kewaspadaan:
tirali tempat tidur terpasang dan diberi bantalan, tempat tidur dalam posisi
rendah, sediakan bilah lidah atau jalan napas, oksigen dan suksion di
sampaing tempat tidur.
2.
Amati dan catat kejang dengan
akurat.
3.
Bantu pasien yang tidak tegap
atau ataksia untuk melakukan ambulasi.
4.
Ajarkan tindakan perlindungan
diri.
5.
Tetapkan refleks-refleks
menelan, batuk, dan gag sebelum memberikan makanan cairan.
6.
Ajarkan keluarga untuk mengkaji
lingkungan rumah terhadap bahaya.
7.
Ajarkan keluarga apa yang
harus dilakukan bila pasien kejang setelah pulang dari rumah sakit.
|
A. Pendahuluan
Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka
transisi epidemiologis, suatu onsep mengenai perubahan pola kesehatan dan
penyakit. Konsep tersebut hendak mencoba menghubungkan hal-hal tersebut dengan
morbiditas dan mortalitas pada beberapa golongan penduduk dan menghubungkannya
dengan faktor sosio ekonomi serta demografi masyarakat masing-masing.
Pada periode I yaitu era pestilence dan kelaparan
dengan berkembangnya penyakit menular. Periode II kelaparan berkurang dengan
adanya perbaikan gizi, hygiene serta sanitasi, penyakit menular berkurang dan
mortalitas menurun. Periode III yaitu era penyekit degeneratif dan pencemaran.
Kejangkitan penyakit diabetese mellitus pada negara
berkembang kurang mendapat perhatian hingga diadakan Kongres internasional
Diabetes Federation (IDF) ke IX tahun 1973 di Brussel.
Bila kita melihat angka kejangkitan disbetes saat ini
ternyata peradaban barat sangat mempengaruhi peningkatan kejangkitan diabetes
mellitus.Juga meningkatnya prevalensi DM saat ini akibat peningkatan kemakmuran
seiring dengan peningkatan inkam per kapita dan perubahan gaya hidup terutama
dikota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degenaratif,
seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, DM dll.
Diabetes Melitus dibagi 2 macam yaitu :
- Dibetes Melitus tergantung insulin (DMTI).
- Dibetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI).
Kasus
yang kami ambil adalah klien dengan DM + pasca stroke. Pasien ini telah
berulang dirawat di RS dengan penyakit yang sama oleh sebab itu kami tertarik
untuk mambahas kasus ini.
B. Tujuan :
1.
Mampu menjelaskan perjalanan
masalah-masalah penyakit diabetes mellitus dan penyakit stroke serta hubungan
keduanya.
- Mampu mengkaji status kesehatan klien.
- Mampu menganalisa data dan menyimpulkan.
- Mampu merumuskan masalah keperawatan pada kasus DM + Stroke.
- Mampu membuat rencana keperawatan.
- Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
- Mampu mengevaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan dan menyusun kembali rencana keperawatan yang belum tercapai.
EVALUASI SUMATIF
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. “Jb” selama 3
hari mulai tanggal 23 Juli 2001 s.d. 25Juli 2001 disimpulkan sebagai berikut :
A.
Dari proses pengkajian yang
dilanjutkan dengan analisa data distemukan 4 masalah/ diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan
oral status hipermetabolisme.
2.
Risiko tinggi terhadap infeksi
(sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan pada sirkulasi.
3.
Risiko tinggi terhadap
perubahan perfusi jaringan : yaitu berhubungan dengan gangguan aliran darah
serebral, hemoragi serebral, peningkatan TIK.
4.
Risiko terhadap cidera : yang
berhubungan dengan aktivitas kejang, perubahan proses pikir, imobilitas
kerusakan mekanisme perlindungan diri, kelemahan motorik.
B.
Pada hari ke 3 perawatan
tanggal 25 Juli 2001 disimpulkan :
1.
Diagnosa no. 1 dapat teratasi
dengan kolaborasi pemberian insulin dan diet khusus DM, yaitu pemeriksaan
glukosa darah terakhir : 115 mg/dl. Gejala-gejala lemas berkeringat dingin
tidak ditemukan lagi.
2.
Diagnosa no. 2 masih dapat
diatasi yaitu tidak terjadinya infeksi pada seluruh bagian tubuh klien, tanda
vital dalam batas normal.
3.
Diagnosa 3,4 juga dapat diatasi
dengan bukti bahwa tidak terdapat perubahan perfusi jaringan dan tidak terjadi
cedera baik itu karena terjatuh atau cidera lainnya.
Demikian evaluasi sumatif ini disimpulkan dengan harapan semoga
klien dengan diabetes mellitus yang dirawat diruang 22 ini dapat teratasi
masalahnya dalam waktu yang tidak lama.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN.
1.
DM + pasca stroke yang terjadi
pada klien Ny.”Jb” adalah karena klien tidak konsisten dalam kontrol glukosa
darah dan tidak adanya pernecanaan diet yang ketat.
2.
Klien datang memeriksakan
dirinya setelah ada gejala-gejala lemas, ngantuk, pusing, dan mual muntah serta
kelemahan pada ekstremitas. Dalam pemeriksaan glukosa darah didapatkan 337
mg/dl.
B.
SARAN.
1.
Diperlukan kesabaran dan
ketelitian dalam melakukan perwatan terhadap penderita DM apalagi klien lanjut
usia.
2.
Diperlukan pemantauan yang
ketat terhadap diet yang telah direncanakan terutama dengan keinginan klien
untuk makanan tambahan diluar dari program diet.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. “ Jb “
DENGAN DIABETES MELITUS
+ PASCA STROKE
DI RUANG 22 RSUD Dr.
SAIFUL ANWAR MALANG
TANGGAL 23 s.d. 25 JULI
2001
Tugas Program
Pendidikan Profesi Keperawatan pada
Departemen Medical
Surgical
Oleh :
SUKRIYADI
NIM : 9901075047-72
PENDIDIKAN PROFESI
KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG JULI 2001
ConversionConversion EmoticonEmoticon