BAB I
TINJAUAN KEPERAWATAN
I.
Pengertian.
Bronkopneumonia menurut Ngastiyah,
1997 dan Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 merupakan salah
satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang
paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus,
jamur, dan benda-benda asing (Ngastiyah, 1997). Menurut Lab/UPF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 pneumonia adalah radang pada parenkim paru.
Daya tahan traktus respiratorius,
mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi dan terdiri dari :
1.
Susunan anatomis rongga hidung.
2.
Jaringan limfoit di naso
orofaring.
3.
Bulu getar yang meliputi
sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang dikeluarkan oleh
sel epitel tersebut.
4.
Reflek batuk.
5.
Reflek epiglotis yang mencegah
terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6.
Drainage sistem limfatik dan
fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7.
Fagositosi, aksi enzimatik dan
respon imuno_humoral terutama dari imunoglobin A (IgA).
II.
Etiologi.
1.
Bakteri : Pneumokokus merupakan
penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9,
Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H.
Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia., Bacillus
Friedlander.
2.
Virus : Virus adeno, Virus
parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial, Virusitomegalik.
3.
Jamur : Kandida, Histoplasma,
Koksidioides.
4.
Protozoa : Pneumokistis
karinii.
5.
Bahan kimia :
a.
Aspirasi makanan/susu/isi
lambung
b.
Keracunan hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, dan sebagainya).
6.
Pneumonia hipoplastik.
7.
Sindrome loeffler.
III. Klasifikasi
Pada umunya pembagian pneumonia atas dasar anatomis dan etiologi.
Pembagian anatomis :
1. Pneumonia lobaris
Biasanya gejala penyakit secara mendadak,
tetapi kadang – kadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian
atas. Pada anak besar sering disertai badan menggigil dan pada bayi dapat
disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39 - 40° dan suhu ini biasanya menunjukkan tipe febris kontinu. Napas
menjadi sesak, disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut serta rasa nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada dada yang
sakit. Batuk mula – mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang khas
tampak setelah hari 1-2. Pada inspeksi
dan palpasi tampak pergeseran toraks yang terkena berkurang. Pada permulaan
suara pernapasan melemah sedangkan pada perkusi tidak jelas ada kelainan.
Setelah terjadi kongesti, ronki basah nyaring terdengar yang segera menghilang
setelah terjadi konsolidasi. Kemudian pada perkusi jelas terdengar keredupan
dengan suara pernapasan sub_bronkial. Pada stadium resolusi ronki terdengar
lebih jelas. Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari.
2. Pneumonia lobularis ( Pneumonia pneumokokus )
Epidemiologi
Pneumococcus
merupakan penyebab utama Pneumonia pneumococcus dengan serotipe 1-8 menyebabkan
pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe
14,1,6 dan 9.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada
usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia
lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa
dan anak besar, sedangkan bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil
dan bayi.
Patogenesis
Pneumococcus
masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet). Proses
radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium yaitu:
a.
Stadium kongesti : kapiler
melebar dan kongesti serta didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri
dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
b.
Stadium hepatisasi merah :
lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan
fibrin, leukosit netrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman.
Stadium ini berlangsung sangat pendek.
c.
Stadium hepatisasi kelabu :
lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura
suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit karena
menjadi tempat fagositosis pnemococcus, kapiler tidak lagi kongestif.
d.
Stadium resolusi : eksudat
berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis
serta degerasi lemak fibrin diresorbsi dan menghilang. Patologi anatomis
bronkopneumonia berbeda dengan pneumoni lobaris dalam hal lokalisasi sebagai
bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan
antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.
3. Pneumonia aspirasi
Aspirasi kerosen (minyak tanah)
Aspirasi
ini terjadi karena terminum minyak tanah atau bensin. Ada dua pendapat tentang
patogenesisnya yaitu ;(1) Kerosen dapat mencapai paru setelah diabsorbsi
traktus digestivus. (2) Aspirasi terjadi pada wakjtu menelan kerosen, muntah
dan saat membilas lambung. Suhu dapat meninggi dan kesadaran menurun.
Pengobatan
simtomatik dan antibiotik diberikan sebagai profilaksis. Membilas lambung tidak
dianjurkan untuk me4nghindarkan kemungkinan aspirasi melakukan pembilasan .
Bila keadaan berat anak dirawat dirumah sakit. Bila ringan berobat jalan dengan
dilakukan pemeriksaan fot rontgen ulang.
Pneumonia aspirasi akibat tersedak
Aspirasi
ini dapat terjadi pada bayi atau pasien yang sangat lemah ketika sedang diberi
minum tersedak ; atau waktu muntah atau gumoh sebagian makanan/susu terhisap
kejalan pernapasan. Untuk mencegah timbulnya aspirasi, maka bila memberi minum
bayi harus diangkat/dipangku agar lebih memperhatikan ; sesudah memberi minum
bayi di setengah dudukan atau diangkat di pundak agar sendawa baru kemudian
dibaringkan miring ke kanan (beri ganjal di belakang punggungnya) dan setelah
beberapa saat tengoklah bayi apakah ada muntah atau gumoh / tidak. Setelah kira
– kira 1 jam kembalikan pada posisi semula. Sangat tidak dianjurkan memberi
minum bayi ditinggalkan dan hanya diganjal saja botolnya karena hal itu
memungkinkan terjadinya aspirasi dan tidak memenuhi kebutuhan psikologik. Pada
anak yang lemah misalnya ; pasien yang kesadarannya menurun seperti pasen
meningitis waktu memberi minum atau makan kepala ditinggikan dan makanan
disuapkan sedikit demi sedikit, dan sesudahnya pasien juga dimiringkan ke
kanan.
Aspirasi
juga dapat terjadi pada bayi atau pasien yang diberi makan dengan sonde, yang
terjadi dapat pula pada waktu memasukkan sonde salah masuk ke saluran napas
atau pada waktu mencabut sonde sisa makanan masuk ke saluran napas. Dapat juga
terjadi muntah kemudian terhisap setelah selesai memasukkan makanannya. Untuk
mencegah itu sebelum memasukkan makanan / susu setelah sonde masuk ke dalam
lambung harus di cek dahulu (salah satu cara yang mudah ialah dengan mengisap
isi lambung dengan supit). Mengetes ujung sonde ke dalam air tidak efektif pada
bayi karena pernapasannya lemah. Untuk mencegah tetesan sisa susu pada waktu
mencabut sonde harus dijepit dengan jari dan ditarik secara cepat.
IV. Gambaran Klinik
Riwayat klasik kedinginan ; menggigil, demam tinggi,
batuk, nyeri dada, sesak, takipnea, napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk,
distensi perut.
Pada bayi :
-
Diawali dengan ISPA ringan ;
hidung tersumbat.
-
Nafsu makan menurun.
-
Demam tinggi secara mendadak
(39º).
-
Cemas.
-
Kesukaran pernapsan (sianosis).
-
Napas berbunyi.
-
Pernapasan cuping hidung.
-
Retraksi supraklavikuler, ruang
interkostal.
-
Auskultasi : penurunan suara
napas, ronchi pada bagian yang sakit.
Pada anak dan remaja
-
ISPA ringan secara singkat.
-
Demam mencapai 40,5º C.
-
Mengatuk dan gelisah.
-
Batuk kering, pendek – pendek
dan tidak produktif.
-
Pelebaran cuping hidung.
-
Suara pernapasan menurun dan
ronchi.
-
Temuan fisik berubah selama
perjalanan penyakit pada hari ke-2 sampai 3; keredupan, getaran suara
meningkat, menghilangnya ronchi.
V. Penatalaksanaan.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu
antibiotic. Pada penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi
antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum
penderita dan dugaan kuman penyebab.
VI. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2
kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam
IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan
Kloramfenikol (dosis sda).
VII. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2
kali sehari, dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan
Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3
bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
VIII. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
1.
Penisilin prokain IM atau
2.
Fenoksimetilpenisilin
25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
3.
Eritromisin (dosis sda) atau
4.
Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24
jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
IX. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
X. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
1.
kemajuan klinis penderita
2.
jenis kuman penyebab
Indikasi rawat inap :
1.
Ada kesukaran napas, toksis.
2.
Sianosis.
3.
Umur kurang dari 6 bulan.
4.
Adanya penyulit seperti
empiema.
5.
Diduga infeksi Stafilokokus.
6.
Perawatan di rumah kurang baik.
Pengobatan simptomatis :
1.
Zat asam dan uap.
2.
Ekspetoran bila perlu.
Fisioterapi :
1.
Postural drainase.
2.
Fisioterapi dengan
menepuk-nepuk.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian keperawatan.
1. Identitas
Umumnya anak dengan daya tahan
terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit
ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru,
anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan.
a.
Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis
sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.
Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh
dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
c.
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
sistem imun menurun.
d.
Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita
penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga
yang lainnya.
e.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990
pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu
pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f.
Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi
beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau
bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan
infeksi sekunder.
g.
Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan.
h.
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi
protein = MEP).
3. Pemeriksaan persistem.
a.
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada,
melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing,
takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada
daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum / sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah,
berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak
pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan /
cairan personde.
d.
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau
dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai
terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.
Sistem saraf.
` Demam,
kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau
malas minum, ubun-ubun cekung.
f.
Sistem
lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering.
j.
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan
lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 /m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test
resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan
memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat
:
·
Komplikasi seperti empiema,
atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
·
Luas daerah paru yang terkena.
·
Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan
pada salah satu atau beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0
mmHg.
Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).
|
|
B.
Diagnosa keperawatan.
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif.
2.
Gangguan pertukaran gas b. d.
peerubahan membrane alveolar.
3.
Risiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.
4.
Hipertermi b.d proses inflamasi
paru
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas b.d.
produk mukus berlebihan dan kental,
batuk tidak efektif.
|
Jalan napas pasien akan paten dengan kriteria hasil
jalan napas bersih, batuk hilang, x
ray bersih, RR 15 – 35 X/menit.
|
1. Auskultasi bunyi napas
2. Kaji karakteristik secret
3. Beri posisi untuk pernapasan yang optimal
yaitu 35-45 0
4. Lakukan nebulizer, dan fisioterapi napas
5. Beri agen antiinfeksi sesuai order
6. Berikan cairan per oral atau iv line
sesuai usia anak.
|
Menetukan adekuatnya pertukran
gas dan luasnya obstruksi akibat mucus.
Infeksi ditandai dengan
secret tebal dan kekuningan
Meningkatkan pngembangan
diafragma
Nebulizer membantu
menghangatkan dan mengencerkan secret. Fisioterapi membantu merontokan secret
untuk dikeluarkan.
Menghambat pertumbuhan
mikoroorganisme
Cairan adekuat membantu
mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
|
Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane
alveolar.
|
Pertukaran gas normal bagi pasien dengan criteria
PaO2 = 80-100 mmHg, pH darah 7,35-7,45 dan bunyi napas bersih.
|
1. Kaji tingkat kesadaran
2. Observasi warna kulit dan capillary
refill
3. Monitor ABGs
4. Atur oksigen sesuai order
5. Kurangi aktivitas anak
|
Tanda ini menunjukkan
hipoksia
Menentukan adekuatnya
sirkulasi dimana penting untuk pertukaran gas ke jaringan
Deteksi jumlah Hb yang ada
dan adanya infeksi
Meningkatkan pertukaran gas
dan mengurangi kerja pernapasan
Mengurangi kebutuhan akan
oksigen
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake inadekuat.
|
Stauts nutrisi dalam batas normal dengan criteria BB
bertambah 1 kg/minggu, tidak pucat, anoreksia hilang, bibir lembab
|
1
Auskultasi
bunyi usus
2
Kaji
kebutuhan harian anak
3
Ukur
lingkat lengan, ketebalan trisep
4
Timbang
berat badan setiap hari.
5
Berikan
diet pada anak sesuai kebutuhannya
|
Mendokumentasikan
peristaltis usus yang dibutuhkan untuk digesti.
Membantu menetapkan diet
individu anak
Hal ini menentukan
penyimpanan lemak dan protein.
Nutrisi meningkat akan
mengakibatkan peningkatan berat badan.
Memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
|
Hipertermi b.d proses inflamasi paru
|
Suhu tubuh dalam batas normal dengan criteria hasil
suhu 372 0C, kulit hangat dan lembab, membrane mukosa lembab.
|
1. Ukur suhu tubuh setiap 4 jam
2. Monitor jumlah WBC
3. Atur agen antipiretik sesuai order.
4. Tingkatkan sirkulasi ruangan dengan kipas
angina.
5. Berikan kompres air biasa
|
Indikasi jika ada demam
Leukositosis indikasi suatu
peradangan dan atau proses infeksi
Megnurangi demam dengan
bertindak pada hipotalamus
Memfasilitasi kehlangan
panas lewat konveksi
Memfasilitasi kehilangan panas
lewat konduksi
|
Laporan Kasus
Asuhan Keperawatan Pada Anak Ah. Dengan Bronkopneumonia
Di Ruang Anak Lt. II
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 30 Januari – 01 Pebruari 2002
A. Pengkajian.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Januari 2002 pukul
08.00
- Identitas.
Nama : An. Ah
(no.reg. 10127239)
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin
: laki-laki
MRS : 28
Januari 2002
Diagnosa medis : Bronkopneumonia + Diare Akut dan Dehidrasi Sedang
|
Nama ayah :
Tn. D (SD)
Nama ibu : Ny.
S (SD)
Suku/bangsa :
Madura/ Indonesia
Alamat :
Tambak Asri Daka 15Surabaya
|
- Riwayat Keperawatan.
a.
Keluhan utama.
Orang tua mengatakan anaknya sesak dan malas minum ASI,
waktu tidak tentu, pencetus mungkin pilek dan kadang-kadang batuk.
b.
Riwayat penyakit sekarang.
Sejak tanggal 22-1-2002 batuk, pilek, malas minum, dan
panas tinggi. Sejak , mencret 3 kali/hari. Sejak tanggal 27 muntah 4 kali,
diare/mencret bercampur lendir 5 X/hari. Karena keadaan anak makin memburuk
oleh orang tua dibawa ke IRD dan selanjutnya dianjurkan untuk MRS.
c.
Riwayat penyakit dahulu.
Tidak pernah menderita penyakit
infeksi.
d.
Riwayat kesehatan keluarga.
Paman pasien menderita asma.
e.
Riwayat persalinan.
Lahir dibantu oleh dukun, normal dan langsung menangis.
f.
Imunisasi.
Pasien belum pernah mendapat imunisasi. Tidak pernah
dibawa ke posyandu atau pelayanan kesehatan lainnya. Menurut orang tua anaknya
biarpun tidak dibawa pelayanan kesehatan baru kali ini menderita sakit. Orang
tua belum memahami pentingnya anak diimunisasi.
g.
Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan.
Anak berkembang sesuai dengan anak lain seusia dia.
h.
Nutrisi.
Anak sejak lahir sampai sekarang hanya diberi ASI.
Tetapi sejak tanggal 22-01 anak malas minum ASI dan rewel, BB 5,6 kg.
- Pemeriksaan fisik.
a.
Sistem kardiovaskuler.
Bunyi jantung normal, S1 dan S2 tunggal, HR 140 X/menit.
b.
Sistem pernapasan.
Orang tua mengatakan anak sesak tanggal 27-1, malas
minum ASI karena batuk dan pilek, sesak napas dan tidak bisa mengeluarkan
sekret. Inspeksi : sesak, RR 50 X/menit, retraksi subcostal dan intracosta.
Auskultasi : ronki dan whizeeng pada paru kanan dan kiri. Palpasi : vokal
resonan menurun. Perkusi sonor.
c.
Sistem pencernaan.
Abdomen supel, bising usus normal 20 X/menit, orang tua
mengatakan saaat ini anak tidak mencret, tetapi malas minum ASI, membrane
mukosa mulut kering. Orang tua mengatakan belum mengetahui cara pemberian ASI
atau PASI personde.
d.
Sistem eliminasi.
BAB encer 1 kali tadi pagi.
e.
Sistem muskuloskeletal.
Lemah, tangan terpasang infuse dan spalk.
f.
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, hangat, suhu 3720C,
pucat, capillary refill lambat.
g.
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.
Sistem reproduksi dan
genitalia.
Tidak ada luka pada genitalia, belum
sirkumsisi.
i.
Sistem persarafan.
Kesadaran compos mentis.
- Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
a.
Tanggal 29-1-2002
WBC 10,6 K/uL ; Lymfosit 7,0 % ; Granulosit 3,6 % G ;
RBC 4,15 m/uL ; Hb 9,3 g/dl ; Hct 22,9 % ; MCV 72,0 fL ; MCH 22,4 pg ; MCHC
31,1 g/dl.
b.
Tanggal 19-1-2002
X-ray dada, kesimpulan : bronkopneumonia.
- Pengobatan/therapi.
Dekstrosa 5 % ½ NaCl 0,225 % 350 cc/24 jam
Ampisilin 3 X 225 mg/iv
Cloksasilin 3 X 110 mg/iv
Nebulizer dan fisioterapi dada
Oskigen 2 L/menit
ASI/PASI 8 X 20 cc per sonde.
Analisa data.
No
|
Data
penunjang
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
Subyektif : mengatakan sesak sejak 4 hari yang
lalu, tidak bisa mengeluarkan sekret
Obyektif : sesak, retraksi subcostal dan
intracosta, ronki dan wheezing paru kiri dan kanan, vocal resonan menurun, RR
50 X/menit, kadang batuk non produktif
|
Tidak
efektif bersihan jalan napas
|
Penumpukan
sekret pada jalan napas
|
2.
|
Subyektif : orang tua mengatakan anak malas minum,
sesak, belum tahu cara memberi minum per sonde.
Obyektif : BB 5,6 kg, rewel, RR 50 X/menit, lemah
|
Resiko
tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Intake
inadekuat
|
3.
|
Subyektif : mengatakan sesak sejak 4 hari yang
lalu.
Obyektif : sesak, retraksi subcostal dan
intracosta, capillary refill lambat, RR 50 X/menit, Hb 9,3 g/dl, X-ray
bronkopneumonia
|
Gangguan
pertukaran gas
|
Perubahan
membran alveolar
|
4.
|
Subyektif : orang tua mengatakan anak belum pernah
diimunisasi, tidak pernah dibawa ke posyandu atau pelayanan kesehatan
lainnya. belum memahami pentingnya anak diimunisasi.
Obyektif :
pendidikan orang tua SD
|
Kurang
pengetahuan : manfaat pelayanan kesehatan
|
Kurang
terpapar pada informasi
|
B. Diagnosa Keperawatan
(sesuai prioritas)
1.
Tidak efektif bersihan jalan
napas berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan napas.
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan adanya perubahan membrane alveolar.
3.
Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
4.
Kurang pengetahuan tentang
manfaat pelayanan kesehatan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi.
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan
dengan penumpukan sekret pada jalan napas.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan napas
bersih dengan criteria ronki dan wheezing tidak ada, RR 15-35 X/menit, tidak
sesak.
|
1. Monitor pernapasan : irama dan frekuensi,
bunyi napas : wheezing, ronki
2. Beri posisi kepala lebih tinggi.
3. Lakukan nebulizer, fisioterapi napas dan
suction.
4. Beri agen anti infeksi : ampisilin 3 X
225 mg dan Cloxasilin 3 X 110 mg per iv.
|
Mendeteksi adanya
dyspnea.dan penumpukan sekret
Meningkatkan pengembangan
paru yang optimal
Nebuliser membantu
menghangatkan dan mengenceerkan secret, fisioterapi napas membantu merontokan
secret untuk dikeluarkan.
Mencegah pertumbuhan kuman
infeksi atau mikroorganisme.
|
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya
perubahan membrane alveolar.
|
Pertukaran gas anak optimal dengan kriteria tidak
sesak napas, capillary refill normal, tidak sianosis, tidak pucat, tidak ada
retraksi subcosta dan intracosta
|
1. Kaji tingkat kesadaran anak
2. Observasi warna kulit dan capillary
refill
3. Monitor CBC
4. Atur oksigen 2 L/menit sesuai order
5. Kurangi aktivitas anak
|
Tanda ini menunjukkan
hipoksia
Menentukan adekuatnya
sirkulasi dimana penting untuk pertukaran gas ke jaringan
Deteksi jumlah Hb yang ada
dan adanya infeksi
Meningkatkan pertukaran gas
dan mengurangi kerja pernapasan
Mengurangi kebutuhan akan
oksigen
|
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
|
Tidak terjadi perubahan nutrisi selama perawatan
dengan criteria BB dalam batas normal, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak
muntah
|
1. Monitor tanda-tanda kekurangan nutrisi
dan kemampuan anak untuk intake nutrisi.
2. Monitor berat badan tiap 3 hari.
3. Ajarkan pada orang tua cara pemberian
ASI/PASI per sonde.
4. Anjurkan orang tua untuk segera lapor
petugas bila saat memberi ASI/PASI terjadi aspirasi
5. Berikan diet pada anak 8 X 20 cc ASI atau
PASI
6. Pertahankan tetesan infus D5 %, NaCl
0,225 % 350 cc/24 jam.
|
Menentukan tindaka
perawatan selanjutnya.
Nutrisi meningkat akan
mengakibatkan peningkatan berat badan.
Orang tua akan kooperati
dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak
Salah satu komplikasi
pemberian ASI/PASI personde adalah aspirasi yang bisa berakibat fatal
Memenuhi kebutuhan nutrisi
anak
Memenuhi kebutuhan nutrisi
anak
|
Kurang pengetahuan tentang manfaat pelayanan
kesehatan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi.
|
Setelah diberikan penyuluhan 2 kali pegentahuan
orang tua meningkat dengan criteria mampu menyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan dan manfaat imunisasi bagi anak.
|
1. Kaji tingkat pengeetahuan orang tua.
2. Jelaskan kepada orang tua manfaat
pelayanan kesehatan
3. Jelaskan kepada orang tua manfaat
imunisasi bagi anak
|
Menentukan metoda
pendidikan kesehatan
Meningkatkan pengetahuan
Memotivasi orang tua agar
anak diimunisasi
|
|
|
|
|
D. Pelaksanaan dan Evaluasi
Keperawatan
Diagnosa
kep.
|
Hari/tanggal
(jam)
|
Tindakan
keperawatan
|
Evaluasi
keperawatan
|
1.
|
Rabu, 30 – 01- 2002
08.30
09.00
09.30
|
Memoniotr pernapasan : irama teratur,
frekuensi 50 X/emnit, ronki dan wheezing kedua paru, retraksi subcosta dan
intracosta
Memberi posisi kepala lebih tinggi yaitu
dialasi selimut.
Melakukan injeksi Ampisilin 225 mg dan
Cloxa. 110 mg per iv
Melakukan nebulizer, fisioterapi napas
dan suction.
|
Jam 13.00
S : mengatakan anak sesak.
O: sesak,
RR 45 X/menit, retraksi subcosta,
batuk non produktif, ronki dan wheeing
A : masalah
belum teratasi
P: tindakan
keperawatan dipertahankan
|
2.
|
10.00
|
Mengkaji tingkat kesadaran anak dan
mengobservasi warna kulit dan capillary refill
Mengatur oksigen 2 L/menit sesuai order
per nasal kanul
|
Jam 13.00
S : mengatakan anak sesak.
O:
kesadaran compos mentis, RR 45 X/menit, retraksi subcosta, capillary refill
menurun, pucat
A : masalah
belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
3.
|
08.30
10.00
12.00
|
Memonitor tanda-tanda kekurangan nutrisi
dan kemampuan anak untuk intake nutrisi
Memonitor berat badan 5,6 kg.
Mengajarkan pada orang tua cara pemberian
ASI/PASI per sonde.
Menganjurkan orang tua untuk segera lapor
petugas bila anak tiba-tiba biru, muntah atau tersedak saat memberi ASI/PASI
terjadi aspirasi.
Memberikan diet pada anak 20 cc PASI LLM
per sonde
Mempertahankan tetesan infus D5 %, NaCl
0,225 % 15 tts/mmnt
|
Jam 13.00
S : --
O: tidak
muntah, BB 5,6 kg, lemah, pucat.
A : masalah
tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
4.
|
08.30
12.15
|
Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua.
Menjelaskan kepada orang tua manfaat
pelayanan kesehatan
Menjelaskan kepada orang tua manfaat
imunisasi bagi anak
|
Jam 13.30
S : mengatakan mengerti
manfaat pelayanan kesehatan dan imunisasi bagi anak.
O:
menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan dan imunisasi bagi anak.
A :
intervensi teratasi sebagian
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
1.
|
Kamis, 31-01-2002
08.00
09.00
09.30
|
Memoniotr pernapasan : irama teratur,
frekuensi 38 X/menit, ronki dan wheezing kedua paru, tidak ada retraksi
Melakukan injeksi Ampisilin 225 mg dan
Cloxa. 110 mg per iv
Melakukan nebulizer, fisioterapi napas
dan suction.
|
Jam 13.00
S : mengatakan anak sesak
berkurang
O: RR 38
X/menit, batuk non produktif tapi kadang, ronki dan wheezing ada.
A : masalah
belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
2.
|
08.00
|
Mengkaji tingkat kesadaran anak dan
mengobservasi warna kulit dan capillary refill : compos mentis, tidak pucat,
capillary refill normal
Mengatur oksigen 2 L/menit sesuai order
per nasal kanul
|
Jam 13.30
S : mengatakan anak sesak
berkurang
O:
kesadaran compos mentis, RR 35 X/menit, capillary refill normal.
A : masalah
teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
|
3.
|
08.30
09.00
12.00
|
Memonitor tanda-tanda kekurangan nutrisi
dan kemampuan anak untuk intake nutrisi : mampu minum sedikit demi sedikit,
kebutuhan ASI/PASI ditingkatkan 8 X 50 cc
Memberikan diet pada anak 50 cc PASI LLM
Mempertahankan tetesan infus D5 %, NaCl
0,225 % 15 tts/mmnt
Memberikan diet pada anak 50 cc PASI LLM
per sonde
Menganjurkan ibu untuk memberi minum PASI
sedikit demi sedikit per oral
|
Jam 13.30
S : --
O: tidak
muntah, lemah, minum sedikit demi
sedikit lewat mulut, infuse aff
A : masalah
tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
4.
|
10.00
|
Mengevaluasi penjelasan yang telah diberikan dan
mengingatkan kembali hal-hal yang tidak diingat oleh orang tua.
|
Jam 13.00
S : mengatakan mengerti
manfaat pelayanan kesehatan dan imunisasi bagi anak.
O:
menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan dan imunisasi bagi anak.
A : masalah
teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
|
1.
|
Jumad, 04 –01 -2002
08.00
09.00
09.30
|
Memoniotr pernapasan : irama teratur,
frekuensi 38 X/menit, ronki dan wheezing kedua paru, tidak ada retraksi
Melakukan injeksi Ampisilin 225 mg dan
Cloxa. 110 mg per iv
Melakukan nebulizer, fisioterapi napas
dan suction.
|
Jam 12.30
S : mengatakan anak tidak
sesak
O: RR 32
X/menit, tidak batuk, ronki dan wheezing ada.
A : masalah
belum teratasi
P: tindakan
keperawatan dipertahankan
|
3.
|
08.00
09.00
09.30
|
Memonitor tanda-tanda kekurangan nutrisi
dan kemampuan anak untuk intake nutrisi : mampu minum sedikit demi sedikit
Menimbnag berat badan 6,0 kg
Memberikan diet pada anak 50 cc PASI LLM
per sonde
Menganjurkan ibu untuk memberi minum PASI
sedikit demi sedikit per oral
|
Jam 12.30
S : --
O: tidak
muntah, lemah, minum sedikit demi
sedikit lewat mulut, BB 6,0 kg
A : masalah
tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon