ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN CEDERA OTAK BERAT
DI ROI 1 RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
I. PENGKAJIAN
I.
Identitas
Nama :
Tn. S (Laki – laki) Tgl.
MRS : 12 Juni 2001
Umur :
43 thn. Diagnosa : Cedera Otak Berat
Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama :
Islam Alamat
: Lamongan
Pekerjaan :
Tukang kayu
Pendidikan :
SMP
Alasan MRS :
Mengalami kecelakaan mobil
II. Nursing history
Tidak dapat dikaji karena pasien menggunakan
alat bantu napas ventilator mekanik (respirator).
Observasi dan pemeriksaan fisik
1.
Keadaan
umum
Pasien nampak sakit berat, lemah dan
imoblisasi total karena terpasang infus, ventilator, dower kateter, NG tube dan
post trepanasi.
Tanda – tanda vital
Suhu : 378 0 C per rectal, N :
114 x/menit, tidak teratur dan kuat, T : 112/68 mmHg RR : 34 x/menit,
pernapasan cheyne – stoke dan GCS : 1 –
X – 4 = 5 + X
2.
Body
system
3.1 Pernapasan (B1)
Hidung terpasang NG tube. Pasien terpasang
endotrakeal, ada retraksi dada, sputum kental kadang bercampur darah,
menggunakan respirator, pernapasan dangkal. Suara napas tambahan ronchi
terdengar hampir di semua lapang paru. Bentuk dada tidak simetris dan refleks
batuk tidak ada.
3.2 Kardiovasukuler (B2)
Tidak ada kelainan.
3.3 Persarafan (B3)
Pasien koma, GCS : 1 – X – 4 : 5 + X (verbal
tidak bisa dikaji karena menggunakan respirator). Sklera putih, pupil
dilatasi/midriasis kanan.
Terjadi cedera kepala bagian kanan dan ada
epidural hematom kanan, post trepanasi.
3.4 Perkemihan – Eliminasi uri (B4)
Pasien terpasang dower kateter dengan
produksi urine + 1500 cc/hari
3.5 Pencernaan – Eliminasi alvi (B5)
Untuk makan dan minum dibantu dengan susu
per NG tube dan infus.
3.6 Tulang – otot – integument (B6)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas,
hemiplegi kiri. Ekstremitas atas dan
bawah terdapat luka lecet. Akral hangat,
turgor cukup, warna kulit agak pucat.
3.7 Sistem endokrin
Tidak bisa dikaji.
3.
Pemeriksaan
penunjang (tgl 12 Juni 2001)
-
Darah
lengkap : Hb : 13,5 g/dl
Leukosit : 20,7 X 103
Trombosit : 287 X 103
PCV
: 0,36
GDA
: 239
-
Analisa
gas darah
pH :
7,392 HCO3 :
20,2
pCO2 : 33,9 BE :
- 4,8
pO2
: 334,7
-
O2
sat. : 99,7 ctCO2 : 21,2
4.
Terapi
Infus
RD5 1500/24 jam
Ceftriaxone
1 X 2 gr.
Phenitoin 3 X 10 mg
Manitol
4 X 100 cc
Cimetidin
3 X 1 ampul
Mahasiswa,
SUBHAN, Skep
NIM. 010030170 B
ANALISA DATA dan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
D a
t a
|
Kemungkinan penyebab
|
Masalah
|
1.
DS
: -
DO : sputum kental, ronchi hampir semua
lapang paru, retraksi dada, RR 34 x/mnt, pernapasan cheynos stokes
2.
DS :
-
DO : perdarahan epidural, cedera pada
temporalis kanan, pernapasan cheyne stokes, GCS 1 - X – 4, dilatasi pupil, pernapasan dangkal.
3.
DS :
-
DO : nampak sakit berat, total
imobilisasi, kesadaran menurun, GCS 1 – X – 4, terpasang ventilator, infus,
dower kateter, NG tube.
4.
DS :
-
DO : refleks batuk tak ada, sputum kental
dan menumpuk, akral hangat, suhu 378 0C, terpasang ventilator dengan
ETT
|
Penumpukan sputum
Depresi pada pusat pernapasan di otak
Penurunan kesadaran
Pemasangan selang ETT
|
Tidak efektif bersihan jalan napas
Tidak efektif pola napas
Keterbatasan aktivitas
Resiko tinggi infeksi saluran napas
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.
Tidak efektifnya bersihan jalan napas
berhubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan
:
Mempertahankan jalan napas dan mencegah
aspirasi
Kriteria
Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara
sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis
tidak ada, RR dalam batas normal
Rencana
tindakan :
·
Kaji
dengan ketat (tiap 60 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan
pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
·
Evaluasi
pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan
suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya
penumpukan sputum.
·
Lakukan
pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak.
Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah
hipoksia.
·
Lakukan
fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru
dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
2.
Tidak
efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan
:
Mempertahankan pola napas yang efektif
melalui ventilator.
Kriteria
evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada,
sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam
batas-batas normal.
Rencana
tindakan :
·
Hitung
pernapasan pasien dalam satu menit.
Pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis
respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan
asidosis respiratorik.
·
Cek
pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal
volume.
·
Observasi
ratio inspirasi dan ekspirasi. Pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang
dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara
terhadap gangguan pertukaran gas.
·
Perhatikan
kelembaban dan suhu pasien. Keadaan
dehidrasi dapat mengeringkan sekresi/cairan paru sehingga menjadi kental
dan meningkatkan resiko infeksi.
·
Cek
selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan
tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak
adekuat.
·
Siapkan
ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang
adekuat bila ada gangguan pada ventilator
3.
Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan
penurunan kesadaran (coma)
Tujuan
:
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi
secara adekuat.
Kriteria
hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan
terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana
Tindakan :
·
Beri
bantuan untuk memenuhi kebersihan diri. Kebersihan
perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut,
telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh
perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.
·
Berikan
bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Makanan dan minuman
merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan
perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori,
dan waktu.
·
Berikan
bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan. Lingkungan yang
bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.
4.
Resiko tinggi infeksi saluran pernapasan
berhubungan dengan terpasang selang ETT
Tujuan
:
Tidak terjadi infeksi selama pemasangan ETT
atau ventilator.
Kriteria
hasil :
Suhu tubuh normal (365 – 375
0C), warna sputum jernih, kultur
sputum negatif, tidak demam, panas, bengkak.
Rencana
Tindakan :
·
Evaluasi
warna, jumlah, konsistensi dan bau sputum setiap kali pengisapan. Indikator
untuk menilai adanya infeksi saluran napas
·
Pertahankan
teknik aseptic pada saat melakukan penghisapan atau suction. Mencegah infeksi
nosokomial
·
Lakukan
pembersihan mulut, hidung dan rongga faring setiap shift. Lingkungan mulut,
hidung dan faring kotor merupakan media
pertumbuhan kuman.
·
Berikan
antibiotik sesuai dengan program dokter. Antibiotik bersifat baktericida.
·
Monitor
tanda – tanda vital yang menunjukkan adanya infeksi. Deteksi dini.
·
Berikan
bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan. Lingkungan yang
bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal/jam
|
Tindakan keperawatn
|
13 Juni 2001
08.00
09.10
11.00
14 Juni 2001
08.00
09.00
09.30
10.00
11.00
12.00
|
Melakukan suction dan fisioterapi napas dengan
memperhatikan teknik aseptic sambil memperhatikan jumlah, konsistensi dan
warna sputum, membantu perawatan diri (mulut, perawatan kulit) yang dilakukan
oleh rekan lain, mengkaji bunyi napas
Mengecek selang ventilator kemungkinan terisi air.
Melakukan suction dan fisioterapi napas dengan
memperhatkan teknik aseptic sambil memperhatikan jumlah, konsistensi dan
warna sputum, memperhatikan tanda – tanda infeksi.
Melakukan suction dan fisioterapi napas dengan
memperhatikan teknik aseptic sambil memperhatikan jumlah, konsistensi dan
warna sputum, memonitor tanda –tanda infeksi
Memberikan personal hygiene (mulut, kulit)
Memasang NG tube dan memberikan susu 100 cc per NG
tube.
Memberi manitol 100 cc per infus
Injeksi Ceftriakson
2 gr. iv dan cimetidin 1 ampul iv
Melakukan suction dan fisioterapi napas dengan
memperhatikan teknik aseptic.
|
EVALUASI
Tgl/jam
|
Diagnosa keperawatan
|
Evaluasi
|
13 Juni
12.30
14 Juni
08.45
13.00
|
1.Tidak efektifnya bersihan jalan napas
berhubungan dengan penumpukan sputum.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan
dengan depresi pada pusat napas di otak.
3. Keterbatasan aktifitas berhubungan
dengan penurunan kesadaran (coma)
4. Resiko tinggi infeksi saluran
pernapasan berhubungan dengan terpasang selang ETT
1.Tidak efektifnya bersihan jalan napas
berhubungan dengan penumpukan sputum.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan
dengan depresi pada pusat napas di otak.
3. Keterbatasan aktifitas berhubungan
dengan penurunan kesadaran (coma)
4. Resiko tinggi infeksi saluran
pernapasan berhubungan dengan terpasang selang ETT
1.Tidak efektifnya bersihan jalan napas
berhubungan dengan penumpukan sputum.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan
dengan depresi pada pusat napas di otak.
3. Resiko tinggi infeksi saluran
pernapasan berhubungan dengan terpasang selang ETT
|
Sputum kental, ronchi (+), tidak sianosis, sesak
berkurang, RR 24 x/mnt. Intervensi
dilanjutkan.
Tidak ada sianosis, sesak berkurang, peninggian bahu
berkurang. Intervensi dipertahankan.
Kebutuhan nutrisi dan personal hygiene terpenuhi. GCS
1 – X – 4. Intervensi dipertahankan
Tanda infeksi tidak ada : S 3750C, N 109
x/mnt, RR 24 x/mnt, T 108/64 mmHg, sputum agak kental. ETT pada posisinya
.Intervensi dilanjutkan
Sputum agak kental, ronchi (+), tidak
sianosis, sesak berkurang, RR 20
x/mnt. Intervensi dilanjutkan.
Tidak ada sianosis, sesak berkurang, peninggian bahu
tak ada. Intervensi dipertahankan.
Kebutuhan nutrisi dan personal hygiene terpenuhi. GCS
1 – X - 5 Intervensi dipertahankan
Tanda infeksi tidak ada : S 370C, N 100
x/mnt, RR 18 x/mnt, T 100/74 mmHg, sputum agak kental. ETT pada posisinya.
Intervensi dilanjutkan
Sputum kental, ronchi (+), tidak sianosis, sesak
berkurang, RR 18 x/mnt. Intervensi
dilanjutkan.
Tidak ada sianosis, sesak berkurang, peninggian bahu
berkurang. Intervensi dipertahankan.
Tanda infeksi tidak ada : S 3750C, N 109
x/mnt, RR 24 x/mnt, T 108/644 mmHg, sputum agak kental. Intervensi
dilanjutkan
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon