Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HIV-AIDS
Konsep Dasar
I. Pengertian
AIDS adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya.
II. Etiologi
Penyebab adalah golongan
virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali
ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986
di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV
dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
- Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
- Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
- Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
- Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
- AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang
semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok
resiko tinggi adalah :
- Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
- Orang yang ketagian obat intravena
- Partner seks dari penderita AIDS
- Penerima darah atau produk darah (transfusi).
III.
|















IV. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-
ELISA
-
Western
blot
-
P24
antigen test
-
Kultur
HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system
imun.
-
Hematokrit.
-
LED
-
CD4
limfosit
-
Rasio
CD4/CD limfosit
-
Serum
mikroglobulin B2
-
Hemoglobulin
V. Penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat
perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik,
dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan
dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas,
meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah,
depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan
sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan
konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital,
fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut
kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil,
nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor
deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi,
sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea,
sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun,
mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali,
kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash
atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak
pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang
dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan
metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga
berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
III. Perencanaan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
|
Pasien akan bebas infeksi
oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi
baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak
ada luka atau eksudat.
|
1.
Monitor
tanda-tanda infeksi baru.
2.
gunakan teknik
aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3.
Anjurkan pasien
metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4.
Kumpulkan
spesimen untuk tes lab sesuai order.
5.
Atur pemberian
antiinfeksi sesuai order
|
Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang
diperoleh di rumah sakit.
Mencegah bertambahnya infeksi
Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
|
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
|
Infeksi HIV tidak
ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan
kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain seperti TBC.
|
1.
Anjurkan pasien
atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen
lainnya.
2.
Gunakan darah
dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.
|
Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan
ini
Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
|
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
|
Pasien berpartisipasi dalam
kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
|
1.
Monitor respon
fisiologis terhadap aktivitas
2.
Berikan bantuan
perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3.
Jadwalkan
perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
|
Respon bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi kebutuhan energi
Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi
zat gizi.
|
Pasien mempunyai intake
kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan
kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan
protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
|
1.
Monitor
kemampuan mengunyah dan menelan.
2.
Monitor BB,
intake dan ouput
3.
Atur antiemetik
sesuai order
4.
Rencanakan diet
dengan pasien dan orang penting lainnya.
|
Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan
dan mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan
pasien
|
Diare berhubungan dengan infeksi GI
|
Pasien merasa nyaman dan
mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak
tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
|
1.
Kaji
konsistensi dan frekuensi feses dan
adanya darah.
2.
Auskultasi
bunyi usus
3.
Atur agen
antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
4.
Berikan
ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
|
Mendeteksi adanya darah dalam feses
Hipermotiliti mumnya dengan diare
Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada
intestinal
Untuk menghilangkan distensi
|
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.
|
Keluarga atau orang penting
lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan
kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara
yang konstruktif
|
1.
Kaji koping
keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
2.
Biarkan
keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.
Ajarkan kepada
keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
|
Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif
dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara
bebas
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui
kontak sederhana.
|
Daftar Pustaka
Grimes, E.D,
Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious
Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
Christine L.
Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders,
Mosby Year Book, St. Louis.
Rampengan dan
Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu
Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis
dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lyke,
Merchant Evelyn, 1992, Assesing for
Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps,
Wilma. et al, 1991, Medical Surgical
Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year
Book, Toronto
Doengoes,
Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN
TN. M.Y. DENGAN HIV – AIDS
DI RUANG TROPIK LAKI
RSDS SURABAYA
TANGGAL
05 – 07 DESEMBER 2001
|
|
||||
Pengkajian
I.
Biodata.
A. Identitas
pasien.
1.
Nama : Tn. M.Y. (Laki-laki, 44 tahun).
2.
Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
3.
Agama : Islam
4.
Status perkawinan : Kawin
5.
Pendidikan/pekerjaan : SLTP/tukang sepatu
6.
Bahasa yang digunakan : Indonesia
7.
Alamat : LP Medaeng
8.
Kiriman dari : Kejari Tanjung Perak
B. Penanggung
jawab pasien :
Kejari Tanjung
Perak.
II. Alasan
masuk rumah sakit
A. Alasan
dirawat : mencret sejak 5 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang
demam.
B. Keluhan
utama : nyeri perut. Penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat
adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. Nyeri dirasakan
tertusuk-tusuk, pasien meringis, memegang pada kuadran kanan dan kiri tetapi
tidak menyebar. Skala nyeri adalah 5 dari skala nyeri 5. Kapan timbulnya tidak
tentu dan sering dimana tiba-tiba terjadi nyeri.
III. Riwayat
kesehatan
A. Riwayat
kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita lever dan pernah dirawat
di RS Bhayangkara Surabaya. Penyebab tidak diketahui, riwayat alergi seperti
obat dan makanan tidak ada.
B. Riwayat
kesehatan sekarang : sejak 2 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw
dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya ditangkap oleh
polisi dan dimasukan ke LP Medaeng sejak 3 bulan yang lalu. Namun pasien
mencret/diare sejak 5 bulan atau 2 bulan sebelum masuk LP Medaeng. Selain itu
keringat dingin malam hari, tidak ada napsu makan dan mencret berbusa. Karena
kondisi tambah parah oleh Kejari dibawa ke RSUD Dr. Soetomo dan dianjurkan
untuk opname.
C. Riwayat
kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara kandung
pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
IV. Informasi
khusus
A. Masa
balita : tidak dikaji
B. Klien
wanita : tidak dikaji
V. Aktivitas
hidup sehari – hari (di LP Medaeng) :
Aktivitas
sehari-hari
|
Pre-masuk
rumah sakit
|
Di rumah
sakit
|
A.
Makan dan minum
1.
Nutrisi
2.
Minum
|
Pola makan 3 kali/hari,
tetapi tidak ada napsu makan, tidak menghabiskan porsi yang disiapkan.
Minum air putih dengan
jumlah tidak tentu.
|
Pola makan 3 kali/hari,
namun tidak ada napsu makan, nyeri saat menelan, makan hanya 2 sendok.
Minum air putih 2-3 gelas.
|
B.
Eliminasi
|
Mencret 5 X/hari,, seperti
busa, tidak bercampur darah dan berbau. BAK 2 Xhari dan tidak ada kelainan.
|
Mencret dengan frekuensi
5-7 X/hari, encer atau tidak ada isi
dan BAK 2 X/hari serta tidak ada kelainan. Keringat dingin pada malam hari
|
C. Istirahat dan tidur
|
Pasien tidak bisa
istirahat dan tidur karena penghuni LP
banyak.
|
Pasien istirahat di tempat
tidur saja. Tidur kalau merasa mengantuk. Kesulitan tidur karena nyeri,
keringat dingin.
|
D. Aktivitas
|
Pasien tidak melakukan
apa-apa karena tinggal di LP dan keadaan yang lemah.
|
Pasien mengatakan tidak
bisa melakukan aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat
lelah. Pasien totaly care.
|
E. Kebersihan diri
|
Jarang dilakukan.
|
Mandi dna gosok gigi
dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam melakukan kebersihan diri adalah
lemah dan nyeri.
|
F. Rekreasi
|
Tidak ada.
|
Hanya bercerita dengan
isteri
|
VI. Psikososial.
A. Psikologis
: pasien dan keluarga mengatakan penyakit ini karena perilakunya yaitu konsumsi
obat putaw dengan suntik. Keluarga dan pasien mengatakan belum mengerti proses
penyebaran. Konsep diri : dirasakan peran sebagai kepala keluarga tidak
bertanggung jawab. Keadaan emosi : pasien pasrah pada keadaannya sekarang.
Mekanisme koping adalah diam saja.
B. Sosial
: sejak 2 tahun yang lalu pisah ranjang dengan isterinya. Kontak mata ada,
kegemaran adalah ke tempat hiburan.
C. Spiritual
: di LP jarang melakukan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit pasien tidak
melakukan, hanya berdoa dalam hati.
VII.
Pemeriksaan fisik
A. Keadaan
umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat. Kesadaran kompos
mentis, GCS : 4-5-6, T 140/90 mmHg, N
120 x/menit, S 39 0C, RR 22 X/menit.
B. Head
to toe :
1.
Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala
nampak kotor dan berbau.
2.
Rambut. Rambut lurus, nampak kurang bersih.
3.
Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat
melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata kanan negative, tidak
menggunakan alat bantu kacamata.
4.
Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada
deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi
penciuman normal.
5.
Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan
dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada
pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
6.
Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan
peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan
tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
7.
Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat
diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku
kuduk/tengkuk.
8.
Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada
normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak
ada murmur.
9.
Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan
limpa tidak membesar, ada nyeri tekan,
perkusi bunyi redup, bising usus 12 X/menit.
10. Repoduksi
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Tidak mampu
mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 2-2 dan ekstremitas
bawah 2-2.
12. Integumen.
Kulit keriput,
pucat, akral hangat.
VIII. Pemeriksaan
penunjang
A. Laboratorium
:
Tanggal 27 – 11
– 2001 : metode imunokromatografi positifi dan ELISA I dan ELISA II positif.
Tanggal 03 –
12 - 2001 : Hb 10,5 gr/dl, Leukosit 4,4
x 10 9/L, trombosit 543 X 10 9L, PV 0,32 GDA 69 mg/dl, SGOT 54 4/L, BUN 32
mg/dl dan kratinin serum 1,95 mg/dl.
B. EKG/USG/IVP
:
C. Endoskopi
:
Terapi : tanggal 05 – 12
– 2001 : Hidrase 3 X 1 tablet, Cotrimoxasol 2 X 2 tablet dan infuse RL 20
tetes/menit.
Analisa data
Data
pendukung
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
Subyektif :
Pasien
mengatakan lemah, cepat lelah, tidak bisa melaukan aktivitas.
Obyektif
:
Keadaan
umum lemah, pucat, ADL dibantu, pasien totaly care, terpasang infus
2.
Subyektif :
Pasien
mengatakan tidak ada napsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi yang disiapkan.
Obyektif
:
Lemah,
menghabiskan 2 sendok makan, dari porsi yang disiapkan, lemah, holitosis,
lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 10,5 g/dl, pucat, konjungtiva anemis.
3.
Subyektif :
Pasien
mengatakan diare sejak 5 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari.
Obyektif
:
Perut
kembung, turgor menurun, inkontinensia urii, BAB encer, membran mukosa
kering, bising usus meningkat 40 X/menit
4.
Subyektif :
Pasien
mengatakan perutnya sakit, angka 5 pada skala nyeri 5, nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
Obyektif
:
Meringis,
memegang-megang perut yang sakit, perut kembung, nadi 120 X/menit, RR 22
X/menit, TD 140/90 mmHg, suhu 390C.
5.
Subyektif :
Pasien
mengatakan kadang demam.
Obyektif
:
Nadi
120 X/menit, RR 22 X/menit, TD 140/90 mmHg, suhu 390C, anti HIV
positif.
6.
Subyektif :
Keluarga
mengatakan bagaimana dengan anak-anaknya bila mengetahui ayahnya menderita
sakit, mengatakan cemas suaminya tersinggung karena tidak bersentuhan secara
langsung.
Obyektif
:
Mengungkapkan
perasaan tentang hubungan yang retak dengan suami, cemas.
|
Aktivitas
Nutrisi
Cairan tubuh
Gangguan rasa nyaman : nyeri
Infeksi
Koping keluarga
|
Kelemahan
Intake yang tidak adekuat
Diare
Pembesaran limfe nodes pada daerah abdomen
Infeksi HIV
Cemas dan takut terhadap infeksi
|
Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)
1.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
pembesaran limfanode pada daerah GI.
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3.
Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.
4.
Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan
secara umum
5.
Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan
dengan adanya infeksi HIV.
6.
Koping keluarga inefektif berhubungan dengan cemas dan
takut terhadap infeksi yang dialami pasien.
Perencanaan
Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
|||
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembesaran limfanode pada daerah GI.
|
Pasien mengatakan nyeri
berkurang dengan kriteria
skala nyeri 1-2, tidak
meringis, perut tidak kembung/tendernes setelah 2 hari perawatan
|
1.
Kaji nyeri
pasien dan anjurkan untuk menjelaskan nyerinya.
2.
Jelaskan kepada
pasien tentang nyeri yang dialaminya.
3.
Anjurkan untuk
menggunakan relaksasi, imagery
4.
Kolaborasi
pemberian analgesik.
|
Menentukan tngkat nyeri dan toleransi pasien
terhadap nyeri yang dialami
Nyeri pasien HIV umumnya merupakan nyeri kronik.
Meningkatkan relaksasi dan perasaan untuk mengontrol
nyeri.
Mengurangi nyeri
|
|
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
|
Setelah satu minggu
perawatan pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan TKTP, serum
albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang disiapkan,
tidak nyeri saat menelan
|
1.
Monitor
kemampuan mengunyah dan menelan.
2.
Monitor intake
dan ouput
3.
Rencanakan diet
dengan pasien dan orang penting lainnya.
4.
Anjurkan oral hygiene
sebelum makan.
5.
Anjurkan untuk
beri makanan ringan sedikit tapi sering.
|
Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan
dan mulut
Menentukan data dasar
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan
pasien
Mengurangi anoreksia
Memeunhi kebutuhan nutrisi yang kurang
|
|
Kekurangan
cairan tubuh berhubungan dengan diare.
|
Keseimbangan cairan dan
elektrolit dipertahankan dengan kriteria intake seimbang output, turgor
normal, membran mukosa lembab, kadar urine normal, tidak diare setealh 5 hari
perawatan.
|
1.
Monitor
tanda-tanda dehidrasi.
2.
Monitor intake
dan ouput
3.
Anjurkan untuk
minum peroral
4.
Atur pemberian
infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.
5.
Kolaborasi
pemberian antidiare.
|
Bolume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat
dikoreksi.
Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.
Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.
Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak
terpenuhi.
Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).
|
|
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
|
Pada saat akan pulang pasien
sudah mampu berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan
takikardi selama aktivitas.
|
1.
Monitor respon
fisiologis terhadap aktivitas
2.
Berikan bantuan
perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3.
Jadwalkan
perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat.
|
Respon bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi kebutuhan energi
Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
|
|
Resiko
tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya infeksi HIV.
|
Infeksi HIV tidak
ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan
kriteria kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi
patogen lain seperti TBC selama perawatan.
|
1.
Anjurkan pasien
atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen
lainnya.
2.
Gunakan darah
dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien.
Gunakan masker bila perlu.
|
Pasien mau dan memerlukan informasikan ini
Mencegah transmisi infeksi ke orang lain
|
|
Koping
keluarga inefektif berhubungan dengan cemas dan takut terhadap infeksi yang
dialami pasien.
|
Setelah 3 kali pertemuan
keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dengan kriteria
pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif, mengungkapkan
perasaan
|
1.
Kaji koping
keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
2.
Biarkan
keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.
Ajarkan kepada
keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
|
Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif
dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara
bebas
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui
kontak sederhana.
|
Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
kep.
|
Hari/tanggal
(jam)
|
Tindakan
keperawatan
|
Evaluasi
keperawatan
|
1.
|
Rabu, 05 – 12- 2001
10.30
|
1.
Mengkaji nyeri
pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya : nyeri skala 5, merasa
tertusuk-tusuk
2.
Menjelaskan
kepada pasien tentang nyeri yang dialaminya.
3.
Mengajarkan
pada pasien teknik relaksasi dan imageri.
4.
Menganjurkan
untuk menggunakan relaksasi, imagery
|
Jam 13.30
S : mengatakan nyeri, skala 5.
O: meringis, T 130/80 mmHg, N 100
X/menit, RR 12 X/menit, meringis
A : nyeri tidak berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
|
2.
|
10,30
|
1. Memonitor kemampuan mengunyah dan menelan : menelan
terasa sakit
2. Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu
menggosok gigi atau kumur-kumur.
|
Jam 13.30
S : mengatakan makan hanya 2 sendok, tidak ada napsu
makan, menelan sakit
O: lemah, lidah bercak keputuihan
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
3
|
10.30
|
1.
Mengkaji
tanda-tanda dehidrasi : turgor menurun, membran mkosa kering, urine output
menurun.
2.
Menganjurkan
untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien : 4-5 gelas hari
3.
Mengatur
pemberian infus RL 20 tetes/menit.
4.
Mengecek
pemberian Cotriomiksasol dan hidrase
|
Jam 13.30
S : mengatakan minum hanya 6 sendok, tidak merasa
sedang menceret.
O: perut kembung, diare, encer, turgor
menurun, membran mukosa kering.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
4.
|
11.00
|
1.
Memonitor
respon terhadap aktivitas : tidak
mampu bangun, terpasang infus, nyeri, meringis
|
Jam 13.30
S : mengatakan lemah.
O: perut kembung, terpasang infus, bed
rest, lemah, pucat.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
5.
|
10.30
|
2.
Menganjurkan
isteri pasien menggunakan metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen
lainnya : mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari kontak langsung
dengan darah pasien atau cairan dari selaput lendir, gunakan sarung tangan
3.
Menggunakan
darah dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien
dengan menggunakan masker.
|
Jam 13.30
S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution
O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12
X/menit, perawat menggunakan masker
A : keluarga pasien dan perawat
memperhatikan universal precaution
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
6.
|
12.00
|
1.
Mengkaji koping
keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya : sedih melihat kondisi
pasien, keluarga mengatakan menyesal mengapa tidak mengetahui bahwa suami
mengkonsumsi putaw yang akhirnya seperti sekarang ini.
2.
Mendengarkan
keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.
Menjelas kepada
keluarga tentang penyakit dan transmisinya.
|
Jam 13.00
S : keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana
menjelaskan kepada anak-anaknya,
O: mengungkapkan perasaan, berusaha
tegar
A : keluarga mulai membentuk koping
untuk penyesuaian.
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
1.
|
Kamis, 6 – 12 -2001
17.00
|
1.
Mengkaji nyeri
pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya.
2.
Menganjurkan
untuk menggunakan relaksasi, imagery seperti yang dijelaskan
|
Jam 20.00
S : mengatakan nyeri, skala 3.
O: meringis, T 110/80 mmHg, N 80
X/menit, RR 18 X/menit, meringis
A : nyeri berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
bila nyeri menignkat
|
2.
|
17.00
|
1.
Mengkaji
kemampuan mengunyah dan menelan.
2.
Menganjurkan
untuk gosok gigi sebelum makan.
3.
Menganjurkan
untuk makan makanan ringan seperti biskuit atau roti
4.
Menganjurkan
untuk menggunakan kumur betadin
|
Jam 20.00
S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu
makan, menelan sakit
O: lemah, lidah bercak keputihan,
anoreksia, pucat, konjungitva anemis
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
3.
|
17.00
|
1.
Mengkaji
tanda-tanda dehidrasi.
2.
Memonitor
intake dan ouput
3.
Mengannjurkan
untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien.
4.
Mengatur
pemberian infus RL 20 tetes/menit.
5.
Menyiapkan obat
Cotriomiksasol dan hidrase untuk diminum
|
Jam 20.00
S : mengatakan minum hanya 4 sendok, mencret 3 kali
O: perut kembung, diare, encer, turogor
menurun, membran mukosa keirng.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
4.
|
17.00
|
1.
Menganjurkan
isteri pasien untuk mempertahankan metode mencegah transmisi HIV.
2.
Menggunakan
darah dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien
dengan menggunakan masker.
|
Jam 20.00
S : --
O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12
X/menit, perawat menggunakan masker, menggukan tisue.
A : keluarga pasien dan perawat
memperhatikan universal precaution
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
5.
|
19.00
|
1.
Mendengarkan
keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
2.
Menjelas kepada
keluarga tentang penyakit dan transmisinya.
|
Jam 19.00
S : keluarga mengatakan mampu menerima keadaan
suaminya, mengatakan kecewa mengapa saat pisah tidak mengetahui kalau
suaminya konsumsi putaw.
O: mengungkapkan perasaan, tenang
A : keluarga mulai membentuk koping
untuk penyesuaian.
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
1.
|
Jumat, 07 –12
- 2001
10.00
|
Mengkaji nyeri pasien dan
menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya.
|
Jam 16.00
S : mengatakan nyeri, skala 3.
O: meringis, T 100/70 mmHg, N 88
X/menit, RR 12 X/menit, meringis
A : nyeri berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
bila nyeri meningkat
|
2.
|
10.30
|
Menganjurkan
oral hygiene sebelum makan yaitu menggosok gigi atau kumur-kumur.
|
Jam 16.00
S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu
makan, menelan sakit
O: lemah, bercak keputihan berkurang
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
3.
|
14.00
|
1.
Menganjurkan
untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien : 4-5 gelas hari
2.
Mengatur
pemberian infus RL 15 tetes/menit.
|
Jam 16.00
S : mengatakan minum hanya 4 sendok, tidak merasa
sedang menceret.
O: diare, encer, turgor menurun,
membran mukosa kering.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
4.
|
14.00
|
Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu bangun,
terpasang infus, nyeri, meringis
|
Jam 16.00
S : mengatakan lemah.
O: terpasang infus, bed rest, lemah,
pucat, ADL dibantu
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
5.
|
14.30
|
Menganjurkan isteri pasien
menggunakan metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya : mencuci
tangan setelah menyentuh pasien, hindari kontak langsung dengan darah pasien
atau cairan dari selaput lendir, gunakan sarung tangan
|
Jam 16.00
S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution
O: T 100/70 mmHg, N 90 X/menit, RR 16
X/menit, perawat menggunakan masker
A : keluarga pasien dan perawat
memperhatikan universal precaution
P: tindakan keperawatan
dipertahankan
|
6.
|
15.00
|
1.
Mendengarkan
keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal
2.
Menjelas kepada
keluarga tentang penyakit dan transmisinya.
|
Jam 16.30
S : keluarga mengatakan sudah bisa menerima keadaan
pasien.
O: mengungkapkan perasaan, berusaha
tegar
A : keluarga sudah membentuk koping
untuk penyesuaian.
P: tindakan keperawatan
dihentikan
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon